1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mudahnya pemasaran dalam era globalisasi akan mengakibatkan banyak produk internasional yang memasuki suatu negara dan mendorong konsumen
untuk membeli produk tersebut Infantyasning, 2001. Saat ini, setiap
perusahaan yang bersaing di pasar dunia memproduksi dan mendistribusikan produk kepada pelanggan di seluruh dunia dengan mengakrabkan nama negara
manufakturyang telah memberikan efek citra pada produk tersebut atau namayang
komersial Paswan
dan Sharma,
2004. Tren terbaru
dalam globalisasi menekankan perlunya untuk lebih memahami konsep country of origin
, terutama di negara berkembang. Pada proses pembelian, konsumen tidak hanya mempertimbangkan pada faktor kualitas dan harga dari sebuah merek,
tetapi juga faktor lain, termasuk country of origin Lin dan Kao, 2004.
Country of origin dapat didefinisikan sebagai negara manufaktur yang
berpengaruh besar membuat persepsi konsumen menjadi positif atau negatif dari suatu
produk Cateora
dan Graham,
1999. Dengan meningkatnya
ketersediaan produk impor disebagian besar pasar nasional, country of origin telah menjadi lebih penting, karenakonsumen sering mengevaluasi barang impor secara
berbeda dari yang merekalakukan pada pesaing produk domestik Bilkey dan Nes, 1982. Country of origin memiliki pengaruh yang lebih besar pada negara
berkembang dibandingkan dengan negara barat Verlegh dan Steenkamp, 1997, sehingga efek country of origin di negara maju cenderung lebih kecil Elliot dan
Comoron, 1994 dalam Edward 2010. Wang dan Lamb 1985 dalam Okechuku 1994 berpendapat bahwa konsumen yang berasal dari negara maju
lebih mengutamakan dan memprioritaskan memilih produk dari negaranya sendiri, kemudian negara maju lainnya dan yang terakhir memilih produk dari
negara berkembang.
Meskipun anggapan yang
umum diyakini
bahwa konsumen membuat pilihan yang rasional terhadap produk berdasarkan
membandingkan dan membedakan berbagai alternatif berdasarkan atribut produk
dan pengukuran kinerja Maheswaran, 2006. Menurut Schweiger, Otter dan Strebinger 1995, Country of origin
meliputi 4 faktor yang menjadi variable penelitian, antara lain: 1Evaluasi afektif terhadap negara asal produk. 2Evaluasi kognitif terhadap
negara asal produk. 3Image made in Negara asal produk. 4Evaluasi individual produk country of origin. Secara praktis, penting karena banyak
pemilik merek menggunakan merek asing untuk sengaja mengasosiasikan merek
mereka dengan sebuah negara yang memiliki citra yang kuat Dubé 1994 atau menyamarkan merek asal jika citra negara lemah Onyemah 1999. Cukup
beralasan untuk mengasumsikan bahwa kesalahan klasifikasi Country of origin
merupakan indikator pengetahuan yang terbatas Sharma 2005.
Namun, ini merupakan masalah penting karena jika konsumen mengasosiasikan merek dengan Country of Origin yang salah, evaluasi merek
mereka dan selanjutnya keputusan pembelian dapat berbeda dari apa yang seandainya mereka ketahui benar Country of Origin telah diidentifikasi
Diamantopoulos 2008. Peterson dan Jolibert 1995 dan Verlegh dan Sttenkamp 1999
menunjukkan bahwa pengaruh country of origin lebih kuat dalam persepsi kualitas merek dari sikap terhadap produk atau niat beli. Lokasi atau negara
tempat suatu produk dihasilkan akan mempengaruhi persepsi orang mengenai
kualitas produk tersebut Infantyasning, 2001. Pada tahun 1982, Bilkey dan Nes
kualitatif mengevaluasi hasil dari 25 studi country of origin dan menyimpulkan bahwa semua studi terakhir menunjukkan bahwa country of origin memang
mempengaruhi persepsi pembeli dari produk yang terlibat.
Persepsi kualitas Simamora, 2001 adalah persepsi pelanggan terhadap
suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya secara relative dengan produk – produk lain. Terdapat beberapa dimensi yang mendasari penilaian persepsi
kualitas terhadap produk barang antara lain Gavin,1988: 1 Performance. 2
Feature. 3 Reliability. 4 Conformance quality. 5 Durability. 6 Serviceability. 7 Estetica. 8 Persepsi kualitas yang terkandung dalam bentuk
nama, reputasi, country of origin. Persepsi kualitas yang tercipta dari sebuah merek dapat memberikan penilaian yang positif terhadap suatu merek
Rahmawati, 2002. Ketika merek sudah dikenal, akan terbentuk persepsi
kualitas konsumen terhadap produk tersebut. Kualitas yang di persepsikan baik oleh konsumen akan memudahkan suatu produk untuk diterima oleh pasar.
Seperti yang kita ketahui beberapa tahun belakangan ini sudah banyak sekali beredar smartphone di pasar Indonesia. Dengan berbagai negara
manufaktur dan merek yang berbeda-beda. Para perusahaan-perusahaan smartphone bersaing untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin, mereka
bersaing untuk menjadi produsen terbaik di Indonesia. Fenomena menarik yang terjadi saat ini
PT Samsung Electronics sebagai perusahaan elektronik
terkemuka asal Korea Selatan sukses menjadi vendor smartphone nomor satu di dunia pada pada kuartal keempat yang berakhir February 2014 Gartner,
2014. Tabel I