commit to user 61
program-program kerja yang telah dicanangkan pada awal kepengurusan, seperti menerbitkan produk berupa majalah dan buletin. Terkadang kerja yang seperti itu
masih dianggap sebagai kerja sukarela yang belum bersifat profesional. Kerja sukarela ini dapat mengganggu kelangsungan hidup LPM Kentingan, seperti dapat
tersendat-sendat dalam penerbitan, baik karena kekurangan biaya maupun anggota yang disibukkan oleh kegiatan studi dan kegiatan lainnya.
12
Perlu dirumuskan strategi baru gerakan dan profil pengelola pers mahasiswa sebagai pra kondisi menuju arah yang profesional. Penting diupayakan suatu
ketegasan sikap memposisikan diri, apakah pegiat pers mahasiswa memang sedang berada dalam kancah suatu gerakan pers, bagian gerakan mahasiswa atau sekadar
kegiatan akademik keilmuan yang karena problem sistemik kian jauh dari dinamika perubahan masyarakat.
C. LPM Kentingan Periode 1993-1996.
1. Membangun Persma Dalam Bentuk LPM.
Periode awal ini dapat dikatakan LPM Kentingan mengalami fase embrio sebagai sebuah organisasi di tingkat universitas. LPM Kentingan pada periode ini
merupakan masa konsolidasi organisasi. Masa empat tahun bagi LPM kentingan tentu membuatnya secara keorganisasian belum utuh. Akan tetapi, bukan berarti sepi dari
kegiatan dan produk jurnalistik. LPM Kentingan benar-benar menjadi wadah
12
Wawancara dengan Nurul Hidayati, mantan pengurus LPM Kentingan UNS periode 1994- 1995, tanggal 24 November 2010
commit to user 62
pengembangan ilmu kewartawanan bagi anggotanya. Masa ini LPM kentingan sedang mengalami masa membangun bentuk persma kedalam sebuah Lembaga Pers
Mahasiswa. Dimulai sejak pendiriannya tanggal 21 Desember 1993 Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Antar Fakultas FKPMAF berkeinginan untuk
melembagakan perkumpulan mahasiswa tersebut kedalam sebuah lembaga.
13
Dipandang ideal, persma lahir dengan berbagai alasan untuk sebuah arah perjuangan menuju perubahan besar dimasyarakat. Persma, layaknya pers umum,
sebenarnya mampu menjadi pembentuk opini pada suatu komunitas, Dipandang sebagai sebuah organisasi, persma juga terdiri oleh infrastruktur yang
membentuknya. Infrastruktur yang dimiliki oleh pers mahasiswa adalah infrastruktur redaksional dan organisasi. Untuk dapat membangun persma secara keseluruhan,
maka dituntut untuk membangun sebuah infrastruktur yang kuat. Infrastruktur redaksional terkait dengan pemahaman mengenai Nilai Dasar
Perjuangan Persma yang kemudian diturunkan dalam program kerja redaksional dan yang lebih penting terkait dengan pola politik redaksional yang dijalankan.
Sedangkan infrastruktur organisasi berkaitan langsung dengan pengelolaan Sumber Daya Manusia Persma dibawah Universitas langsung sebagai institusinya. Atas dasar
inilah mengapa LPM Kentingan ingin dijadikan sebuah lembaga yang bersifat formal.
14
LPM Kentingan sebagai lembaga formal dikampus berada diantara beberapa lembaga formal kemahasiswaan yang lain. Karena berhubungan dengan lembaga
13
Muhammad Ridho, op. cit.
14
Muhammad Ridho, Ibid.
commit to user 63
formal lainnya, maka LPM dituntut untuk sedapat mungkin berhubungan sesuai dengan aturan main yang ada. LPM juga dituntut jeli saat dihadapkan pada suatu
permasalahan yang memaksa diberlakukannnya politik organisasi secara spesifik. Secara umum LPM terdiri dari dua infrastruktur utama yaitu infrastruktur redaksional
dan organisasi. Infrastruktur redaksional terkait dengan kerja-kerja yang menghasilkan suatu hasil terbitan. Untuk dapat menghasilkan sebuah hasil sesuai
dengan politik redaksional dibutuhkan mekanisme yang jelas dan SDM yang memiliki kapabilitas.
Jika LPM Kentingan hanya memperhatikan infrastruktur redaksionalnya saja, maka dapat berakibat pada lemahnya mekanisme organisasi yang menaungi kerja-
kerja redaksional. Implikasi yang muncul kemudian akan sedikit banyak mengganggu kerja-kerja redaksional karena masalah keorganisasian yang muncul akan menyita
banyak waktu para pegiatnya untuk menyelesaiakan masalah tersebut. Jadi untuk dapat membangun persma yang sudah kadung dimanifestasikan oleh
NKKBKK telah menjadi LPM, jawaban yang paling mungkin adalah membangun kedua infrastruktur tersebut secara stabil dan simultan. Stabil dalam artian tidak
berat sebelah dan simultan berarti tetap menjaga konsistensi konsentrasi membangun kedua infrastruktur tersebut.
2. Redaksi LPM Kentingan dan Mekanisme Kerjanya.