Sistem Alahan Pengumpulan dan analisis data

akibatnya terjadi penurunan produksi ikan bilih di Danau Singkarak. Larkin dan Ricker 1964 dalam Badrudin, 1994 mengemukakan kelompok umur ikan yang paling kritis dalam usaha penangkapan ikan di perairan umum adalah disekitar umur ikan pertama kali matang gonad. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan percobaan penangkapan ikan bilih dengan alat tangkap jaring langli berukuran mata jaring 0,75 inci dan 1,00 inci, untuk mengetahui banyak ikan bilih yang terjaring per jaring, distribusi ukuran dan kondisi gonad ikan yang terjaring tersebut. Menurut Purnomo et al. 2003 semakin kecil ukuran ikan yang tertangkap dari tahun ke tahun, ini membuktikan tingkat eksploitasi ikan tersebut sangat tinggi. Hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui belum ada peraturan-peraturan tentang pengoperasian jaring langli di Danau Singkarak, kecuali di Nagari Sumpur. Perairan Nagari Sumpur merupakan kawasan reservat ikan bilih, ini telah diatur oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, Propinsi Sumatera Barat dan juga oleh pihak Kenagarian Sumpur. Hal ini tentu saja dapat memicu masyarakat untuk mengeksploitasi ikan bilih secara besar-besaran di daerah yang belum ada peraturan tersebut.

B. Sistem Alahan

Penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan di muara Sungai Paning- gahan, dilakukan nelayan setiap hari yaitu pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dengan menggunakan seterum. Sistem penangkapan ini, tidak terlalu berbahaya untuk kelimpahan stok ikan bilih dalam jangka panjang, karena kegiatan penang- kapan dilakukan pada pagi hari, dimana pagi hari ikan bilih telah selesai memijah. Patrik 1994 menjelaskan ikan bilih memijah pada malam hari, pada pagi hari ikan tersebut telah selesai memijah. Syandri 1996 melaporkan setelah ikan bilih memijah, sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa akan hanyut bersama arus sungai dan menetas di perairan danau. Syandri 2001 mengemukakan yang 8 sangat bagi kelimpahan stok ikan di perairan untuk jangka panjang adalah banyak individu ikan betina yang tertangkap dalam kondisi matang gonad atau bertelur. Menurut nelayan, sekitar sepuluh tahun yang lalu, penangkapan ikan bilih di alahan muara Sungai Paninggahan, dilakukan nelayan tiga sampai empat kali dalam satu hari, yaitu pada malam hari dengan menggunakan tuba. Sistem pe- nangkapan ini dapat mengancam kelimpahan stok ikan bilih untuk jangka pan- jang, karena tuba tersebut berpengaruh terhadap kelangsungan hidup telur dan larva ikan. Rata-rata hasil tangkapan nelayan dengan sistem alahan di muara Sungai Paninggahan berkisar antara 20 hingga 30 liter per alahan. Menurut nelayan, se- kitar sepuluh tahun yang lalu dalam satu kali penangkapan, hasil tangkapannya dapat mencapai 50 hingga 100 liter per alahan. Penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan di muara Saning Bakar, dila- kukan nelayan dengan cara membiarkan ikan bilih memasuki daerah alahan pada sore hari, selanjutnya pada pagi hari muara alahan ditutup dengan menggunakan bubu atau lukah. Sistem penangkapan ini tidak terlalu mengancam kelimpahan stok ikan bilih untuk jangka panjang, karena penangkapan dilakukan pada pagi hari. Patrik 1994 melaporkan ikan bilih melakukan pemijahan pada malam hari, pada pagi hari ikan tersebut telah selesai memijah. Dewasa ini penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan di muara Sungai Saning Bakar telah jarang dilakukan, disebabkan muara sungai tersebut sering mengalami kekeringan. Penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan di muara Sungai Sumpur dilakukan nelayan setiap hari, yaitu pada pukul 19.00 WIB dan pukul 05.00 WIB, frekuensi penangkapan ini sangat tinggi. Pada saat melakukan penangkapan ikan bilih di alahan muara Sungai Sumpur, ada sebagian kecil nelayan yang menggu- nakan tuba, akibatnya kelangsungan hidup telur dan larva ikan menjadi terancam. Rata-rata hasil tangkapan nelayan dengan sistem alahan di muara Sungai Sumpur, dalam satu kali penangkapan berkisar antara 50 hingga 100 liter per ala- han. Akan tetapi, hasil tangkapan ini tidak dapat dipastikan, disebabkan di muara alahan dilakukan penangkapan ikan bilih dengan alat tangkap jala tebar. Peraturan-peraturan tentang penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan di muara-muara sungai sekitar Danau Singkarak hanya terdapat di Nagari Sumpur. Peraturan-peraturan tersebut dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Sumatera Barat dan juga oleh pihak Nagari Sumpur. Ikan bilih betina yang tertangkap di alahan muara Sungai Sumpur pada pukul 19.00 WIB, diduga kebanyakan dalam kondisi bertelur dan berada pada ukuran ikan pertama kali matang gonad. Menurut Larkin dan Ricker 1964 dalam Badrudin, 1994 umur ikan yang paling kritis dalam kegiatan penangkapan ikan di perairan umum adalah disekitar umur ikan pertama kali matang gonad. Berda- sarkan hal tersebut, dilakukan percobaan penangkapan pada pukul 19.00 WIB, untuk mengetahui banyak ikan bilih yang tertangkap per alahan, distribusi ukuran dan kondisi gonad ikan bilih yang tertangkap.

C. Jala