Implikasi Teoritis PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM TAHAP PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA MUSEUM GUNUNG MERAPI DI DUSUN BANTENG, KELURAHAN HARGOBINANGUN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIM

commit to user 130 dalam bab ini berisi pokok-pokok temuan yang merupakan rumusan dari berbagai hal yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Dilihat dari jenis obyek wisata yang ada, Pemrintah Kabupaten Sleman baru menawarkan pariwisata yang berbasis pendidikan. Dalam rumusan masalah peneliti menemukan permasalahan pokok dalam pengembangan obyek wisata Museum Gunung Merapi.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma definisi sosial. Melalui definisi paradigma sosial peneliti berusaha menganalisis tentang partisipasi masyarakat dusun Banteng dalam pengembangan obyek wisata Museum Gunung Merapi. Teori yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teori aksi Action Theory. Menurut Max Weber individu melakukan tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Ritzer, 2004 : 45 Parsons dalam hal ini ia memilih istilah action dan bukan behavior, karena menurutnya memiliki konotasi yang berbeda. Behavior secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara commit to user 131 mekanik antara perilaku respon dengan rangsangan stimulus. Sedangkan istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, aktivitas dan proses penghayatan diri individu. Menurutnya, suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat humanisme kemanusiaan dan mengabaikan sifat-sifat subyektif tindakan manusia tidak termasuk dalam teori aksi. Ritzer, 2004 : 48 Beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut : a. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai obyek dan dari situsi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. b. Sebagai obyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. d. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. e. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukannya. f. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan. commit to user 132 g. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan bersifat verstehen, imajinasi, sympathetic recontruction atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious experience. Ritzer, 2004 :53-54 Parsons menyusun skema unit-unit dalam tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : a. Adanya individu sebagai aktor. b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tersebut. c. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mempunyai tujuan. d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakan dalam mencapai tujuan. e. Aktor di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Ritzer, 2004 : 48-49 Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma tersebut tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan ini oleh Parsons disebut Voluntarism yaitu kemampuan individu melakukan commit to user 133 tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. Aktor menurut konsep Voluntarism adalah perilaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan Ritzer, 2004 : 49. Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang semuanya itu dibatasi kemungkinan oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Di dalam menghadapi situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan bebas. Ritzer, 2004 : 50 Dalam penelitian ini bahwa aktor dari tindakan ini adalah masyarakat melakukan suatu tindakan di dalam partisipasi pengembangan obyek wisata Museum Gunung Merapi. Tindakan yang dilakukan masyarakat tersebut mempunyai suatu tujuan tertentu yang pada intinya adalah untuk memajukan daerahnya dan meningkatkan pendapatan. Tindakan yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan suatu alat atau alternatif cara. commit to user 134 Tindakan yang dilakukan masyarakat tersebut diwujudkan dengan partisipasi, yaitu keterlibatan masyarakat baik secara fisik, materiil maupun non fisik yaitu berupa menyumbangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatanya. Tindakan yang dilakukan tersebut antara lain adalah mengikuti rapat, memberikan ide, gagasan kepada pemerintah kabupaten Sleman selaku pengelola MGM, dan menyebar luaskan informasinya kepada masyarakat luas, menjadi pekerja atau karyawan museum, jasa parkir, maupun jasa penginapan.

2. Implikasi Metodologis