Tinjauan Pustaka ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

commit to user 17

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pajak Secara Umum

Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Resmi 2005: 1 pengertian pajak yaitu sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam Resmi 2005: 1 pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. Pengertian pajak secara umum adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum Soemitro dalam Suandy, 2005: 11. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsur: commit to user 18 a. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang. b. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas Mardiasmo, 2009: 1. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi dalam kegiatan bernegara yang sangat penting peranannya antara lain: a. Fungsi Bugdetair Pajak sebagai sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. commit to user 19 b. Fungsi Mengatur Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi Sri. S Suryo, 2003: 4.

3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar dalam pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka dalam pungutan pajak terdapat syarat sebagai berikut: a. Pemungutan pajak harus adil Syarat Keadilan Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang- Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam Undang- Undang diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang Syarat Yuridis Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. c. Tidak menganggu perekonomian Syarat Ekonomis Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. d. Pemungutan pajak harus efisien Syarat Finansiil commit to user 20 Sesuai fungsi bugdetair, biaya pemungutan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh Undang-Undang perpajakan yang baru Mardiasmo, 2009: 2.

4. Pengelompokan Pajak

Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo 2009: 5, sebagai berikut. a. Menurut Golongannya 1 Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2 Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b. Menurut Sifatnya 1 Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. 2 Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. c. Menurut Lembaga Pemungutnya 1 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. commit to user 21 2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 macam, yaitu: a. Official Assesment System Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar pajak yang terutang oleh sesesorang. b. Self Assesment System Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With Holding System Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak Waluyo, 2010: 17. Pada mulanya, Indonesia memakai Official System dalam pemungutan pajaknya kemudian setelah muncul Undang-Undang Nomor Tahun 1967 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925, sistem ini tidak lagi digunakan. commit to user 22 Pada tahun 1968 sampai dengan 1983 masih menggunakan sistem Self Assesment dan Witholding, barulah tahun 1984 ditetapkan sistem Self Assesment secara penuh dalam sistem pemungutan pajak Indonesia yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan yang mulai berjalan pada 1 Januari 1984.

6. Pengertian SPT

SPT atau Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Waluyo, 2010: 31.

7. Jenis SPT

Menurut Mardiasmo 2009: 32, Surat Pemberitahuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan. a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, terdiri dari: 1 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26; 2 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22; 3 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26; 4 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25; 5 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2; commit to user 23 6 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15; 7 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai; 8 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut 9 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah; 10 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan Pajak. b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak yang terdiri dari: 1 Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan; 2 Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat; 3 Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; 4 Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21. Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan adalah sebagai berikut : a. SPT Masa PPh Pasal 2326 batas waktu pembayaran tanggal 10 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya; commit to user 24 b. SPT Masa PPh pasal 25 batas waktu pembayaran tanggal 15 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya; c. SPT Masa PPh dan PPnBM-PKP batas waktu pembayaran tanggal 15 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya; d. SPT Tahunan PPh Badan batas waktu pembayaran tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak, batas pelaporan akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak; e. SPT Tahunan PBB batas waktu pembayaran 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT; f. SPT Tahunan BPHTB batas waktu pembayaran dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.

8. Fungsi Surat Pemberitahuan

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. commit to user 25 b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak. c. Harta dan kewajiban. d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau kena pajak badan lain dalam 1 satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran. b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak danatau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya Mardiasmo, 2009: 29.

9. Badan Sebagai Subjek dan Wajib Pajak

Badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan yamg melakukan usahakomersial maupun yang tidak melakukan commit to user 26 usaha, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Yayasan, Lembaga, Organisasi Politik atau Organisasi yang sejenis, Bentuk Usaha Tetap BUT dan Bentuk Usaha lainnya termasuk kontrak investasi kolektif. Subjek pajak badan merupakan subjek pajak dalam negeri, yaitu merupakan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan; 2. Pembiayaaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan 4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. Subjek pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi atau badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima danatau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di indonesia. Wajib pajak itu sendiri adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan commit to user 27 objektif. Berakhirnya Subjek pajak badan dalam negeri yaitu pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia Mardiasmo, 2009: 130.

10. Objek Pajak Badan Menurut Undang-Undang

Objek pajak dalam hal ini adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk: a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; 2 keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya; commit to user 28 3 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun; 4 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan; dan 5 keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan. e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak, f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang, g. deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi, h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak, commit to user 29 i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, l. keuntungan selisih kurs mata uang asing, m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, n. premi asuransi, o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak, q. penghasilan dari usaha berbasis syariah, r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dan s. surplus Bank Indonesia Rusjdi, 2007: 04-1.

11. Tarif Pajak

Badan Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap menjadi 25 dua puluh lima persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 empat puluh persen dari jumlah keseluruhan commit to user 30 saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 lima persen lebih rendah daripada tarif yang berlaku Mardiasmo, 2009: 144.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Analisis Penerapan Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 83 63

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah Penerapan Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN : Studi kasus KPP Pratama Pasar Minggu

8 29 73

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 2008 DI KANTO

0 6 57

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK ( STUDI KASUS DI KP2KP WONOGIRI TAHUN 2010 )

0 3 63

EVALUASI TINGKAT PENYAMPAIAN LAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN DARI TAHUN 2008 2010 DI WILAYAH KERJA KANTOR PELAYANAN PENYULUHAN DAN KONSULTASI PERPAJAKAN (KP2KP) WONOGIRI

0 2 61

EVALUASI PENERAPAN e-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PELAPORAN KEUANGAN Evaluasi Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan Keuangan (Studi Kasus Pada KPP Pratama Karanganyar).

0 2 15

Evaluasi tingkat kepatuhan pelaporan SPT tahunan wajib pajak orang pribadi dan badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

0 3 114

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN

0 0 112