EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA WAJIB PAJAK BADAN TAHUN 2010 DI WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI (STUDI KASUS DI KP2KP WONOGIRI)
commit to user
iEVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA WAJIB PAJAK BADAN TAHUN 2010 DI WILAYAH
KABUPATEN WONOGIRI (STUDI KASUS DI KP2KP WONOGIRI)
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi
Diploma III Perpajakan
Oleh :
HANIEF CIPTA NUGRAHA NIM F3408004
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011
(2)
commit to user
iiABSTRAK
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA WAJIB PAJAK BADAN TAHUN 2010 DI WILAYAH
KABUPATEN WONOGIRI (STUDI KASUS DI KP2KP WONOGIRI)
Hanief Cipta Nugraha F3408004
The author conducted a study entitled "Evaluation of Compliance Reporting level of SPT Period Year Tax Payer on 2010 in Wonogiri". The purpose of this research is to determine the level of effectiveness of the reporting SPT period year Taxpayer in Wonogiri and taxpayer awareness in fulfilling their taxation.
To be able to determine the level of effectiveness of reporting SPT period year Taxpayer, the author comparing the number of registered taxpayers that have been declared active with the Taxpayers who reported their SPT every month.
Based on the research that has been done, there are increases in the number of taxpayers as much as 154 Registered taxpayer ( New Taxpayer) on 2010 in Wonogiri. The conclution is effectiveness of the reporting SPT Period Year Tax Payer on 2010 reached 66.19% and as a comparison to the previous year 2009 reached 62.65%. There is an increase of 3:54%, it still must be increased until it reaches 100% effectiveness rate.
(3)
commit to user
iii(4)
commit to user
iv(5)
commit to user
vMOTTO DAN PERSEMBAHAN
- Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat (QS. Al-Baqarah: 153).
- Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya (QS. An-Naml: 62).
- Jadikanlah yang baik itu perbuatan, yang bersih itu hati, yang mulia itu
akhlak, yang kuat itu aqidah, yang tebal itu iman, yang luas itu ilmu, yang tinggi itu akal, yang banyak itu ibadah, yang sering itu shodaqoh, dan yang murah itu senyum (Penulis).
- Orang cerdik akan merubah kerugian menjadi keuntungan (DR.’Aidh
al-Qarni).
Penulis persembahkan kepada:
- Kedua orang tuaku tercinta.
- Ketiga sodara perempuanku yang selelu memberikan dukungan dan motivasi.
- Bunder yang selalu kusayangi.
- “BLEWAH” is the best.
- Teman-temanku semua.
(6)
commit to user
viKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Tugas akhir dengan judul “Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan Tahun 2010 di Wilayah Kabupaten Wonogiri” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Ahli Madya Diploma III Perpajakan di Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan tugas akhir ini :
8 Allah SWT yang telah memberiklan rahmat dan karuniaNya.
8 Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UNS.
8 Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak selaku ketua Program Diploma
III Fakultas Ekonomi UNS dan sebagai pembimbing akademik bagi penulis.
8 Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, BKP selaku ketua jurusan Perpajakn
Fakultas Ekonomi UNS.
8 Bapak Drs. Sri Hartoko, MBA.,Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tempat dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahannya.
8 Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf Fakultas Ekonomi UNS atas bantuan
dan bimbingannya selama menempuh masa perkuliahan.
8 Kepala KP2KP Wonogiri, karyawan dan staf yang telah memberikan ijin
magang dan bantuan yang sangat berguna bagi penulis.
8 Ayah, Ibu dan semua kakak perempuan yang selalu mendoakan,
memberikan kasih sayang, mendukung dan memotivasi.
8 Bunder tersayang atas semua bantuan dan dukungannya.
8 “BLEWAH” sahabat sejati yang selalu mendukung dan memotivasi.
(7)
commit to user
vii8 Dan semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Semoga semua bimbingan dan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Demikian tugas akhir ini disusun semoga dapat bermanfaat dan memperluas wawasan bagi pembaca.
Surakarta, Juni 2011
(8)
commit to user
viiiDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum KPP ... 1
B. Latar Belakang Masalah ... 13
C. Rumusan Masalah ... 15
D. Tujuan Penelitian ... 16
E. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ... 17
1. Pajak secara Umum ... 17
2. Fungsi Pajak ... 18
(9)
commit to user
ix4. Pengelompokan Pajak... 20
5. Sistem Pemungutan Pajak ... 21
6. Pengertian SPT ... 22
7. Jenis SPT ... 22
8. Fungsi Surat Pemberitahuan ... 24
9. Badan sebagai Subjek dan Wajib Pajak ... 25
10. Objek Pajak Badan Menurut Undang-Undang ... 27
11. Tarif Pajak Badan Menurut Undang-Undang ... 29
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 29
1. Ketaatan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan Tahun 2010 di KP2KP Wonogiri ... 30
2. Langkah yang Diambil KP2KP untuk Meningkatkan Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di Wilayah Kerjanya ... 35
BAB III TEMUAN A. Kelebihan ... 38
B. Kelemahan ... 39
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 40
B. Rekomendasi ... 41 DAFTAR PUSTAKA
(10)
commit to user
xDAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah WP Badan Terdaftar di wilayah Kabupaten Wonogiri ... 31
Tabel 1.2 Jumlah WP Badan Aktif di wilayah Kabupaten Wonogiri ... 31
Tabel 1.3 Jumlah WP Badan yang melaporkan SPT Masa di KP2KP ... 31
Tabel 1.4 Tabel Standar Penilaian Efektifitas ... 33
(11)
commit to user
xiDAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 5
Gambar 1.2 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan ... 6 Gambar 1.3 Flowchart Laporan SPT Masa Badan... 30
(12)
commit to user
xiiDAFTAR LAMPIRAN
- Penghitungan Tingkat efektivitas
- Surat Pernyataan Tugas Akhir
- Surat Permohonan Magang Kerja
- Surat Persetujuan Magang Kerja
- Surat Keterangan Magang Kerja
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum KPP
Upaya Pemerintah melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan kinerja pelayanan perpajakan kepada masyarakat salah satunya pada tahun 2005 mulai membentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (KARIKPA). Namun walau telah digabungkan menjadi satu, tugas pokok yang melekat pada masing-masing kantor tetap terakomodasi. Karakteristik utama yang diunggulkan dari KPP Pratama adalah pelayanan pada satu unit, yang pada awalnya terpisah yakni berupa pelayanan untuk Pajak, PBB, dan Pemeriksaan/ penyidikan pajak. Sistem administrasi tidak lagi berdasar jenis pajak, melainkan berdasarkan fungsi. Segmen Wajib Pajak yang dikelola oleh KPP Pratama ini adalah segmen Wajib Pajak kecil yang terbagi atas wilayah-wilayah tertentu yang pengawasannya dilakukan oleh Account Representative.
Menindaklanjuti upaya dari Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan berdirinya KPP Pratama dan juga sebagai upaya
pelaksanaan “GOOD GOVERNANCE”, Menteri Keuangan No.
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.55/PMK.01/2007.
(14)
Salah satu hal yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan NO.55/PMK.01/2007 tersebut adalah mengenai terbentuknya Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang telah dioperasikan sejak tanggal 31 Oktober 2007. Kedudukan dari KP2KP adalah langsung berada dibawah pengawasan KPP Pratama. Tugas dan Fungsi dari KP2KP sendiri adalah membantu KPP Pratama dalam pelaksanaan kegiatannya agar pelayanan kepada masyarakat yang berkedudukan jauh dari pusat bisa dilayani. Adapun Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan sendiri sebelum terbit Peraturan Menteri Kuangan No.55/PMK.01/2007 masih berupa Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4).
Di Kantor Wilayah Jawa Bagian Tengah II berdasar Peraturan Menteri Keuangan No.55/PMK.01/2007 tersebut, telah dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) sebagai berikut:
1. KPP Pratama Boyolali, 2. KPP Pratama Cilacap, 3. KPP Pratama Karanganyar, 4. KPP Pratama Kebumen, 5. KPP Pratama Klaten, 6. KPP Pratama Magelang, 7. KPP Pratama Purbalingga, 8. KPP Pratama Purwokerto, 9. KPP Pratama Purworejo,
(15)
10.KPP Pratama Sukoharjo, 11.KPP Pratama Surakarta, 12.KP2KP Banjarnegara, 13.KP2KP Wonogiri, 14.KP2KP Wonosobo, dan 15.KP2KP Sragen.
KPP Pratama Sukoharjo sendiri merupakan pecahan dari KPP Klaten setelah adanya reorganisasi kantor sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.55/PMK.01/2007. Selain itu, KPP Pratama Sukoharjo juga membawahi Kantor Pelayanan Penyuluhan Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri.
a. Tempat Kedudukan
KPP Pratama Sukoharjo sementara ini masih menempati gedung lama KPP Klaten dengan alamat di Jalan Kopral Sayom (Ring Road) Klaten dikarenakan beberapa alasan, antara lain belum mendapatkan gedung yang sesuai untuk tempat kedudukan KPP Pratama Sukoharjo di wilayah Kabupaten Sukoharjo yang luas dan strategis sesegera mungkin, serta agar sementara mencari gedung yang cocok dapat terus melayani Wajib Pajak.
Sementara itu, KP2KP Wonogiri selama beberapa bulan bertempat kedudukan di gedung KP4 lama jalan jaksa Agung R.Suprapto No.7 Sukoharjo, baru kemudian mulai awal Maret 2008 pindah ke Jalan Mayor Jenderal Sutoyo No. 6 Wonokarto Wonogiri.
(16)
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo meliputi 2 Kabupaten yaitu:
1) Kabupaten Sukoharjo meliputi 12 kecamatan, dan 2) Kabupaten Wonogiri meliputi 24 kecamatan c. Struktur Organisasi
Agar dalam menjalankan tugasnya melayani kegiatan Wajib Pajak berkaitan dengan Perpajakan dapat berjalan lancar sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka dibutuhkan kerjasama dari seluruh karyawan KPP Pratama. Oleh karena itu, adanya struktur organisasi yang jelas dan transparan dalam tubuh KPP Pratama Sukoharjo, diharapkan dapat membantu terwujudnya tujuan tersebut.
Struktur organisasi KPP Pratama Sukoharjo secara umum sama dengan struktur organisasi KPP Pratama lainnya, yaitu berdasarkan fungsinya terdiri dari:
1) Kepala Kantor, 2) Sub Bagian Umum,
3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), 4) Seksi Pelayanan,
5) Seksi Penagihan,
6) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, 7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, 8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, 9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV,
(17)
10) Seksi Pemeriksaan,
11) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, 12) Kelompok Pejabat Fungsional, dan 13) Kepala KP2KP.
Berikut ini adalah gambar struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan uraian di atas.
Gambar 1.1 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kepala KPP Pratama
Kepala Sub Bagian Umum
Kepala Seksi
Pengolahan
Data da Informasi
Kepala Seksi
Pelayanan
Kepala Seksi
Penagihan
Kepala Seksi
Pengawasan
dan Konsultasi
Kepala Seksi Pemeriksaan
Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Kelompok
Pejabat Fungsional
(18)
Adapun bagan organisasi dalam KP2KP itu sendiri adalah sebagai berikut.
Gambar 1.2 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.
d. Tugas dan Kegiatan
Masing-masing bagian atau seksi dalam struktur organisasi KPP Pratama memiliki tugas dan kegiatan sendiri-sendiri. Adapun tugas dan kegiatan masing-masing seksi berdasarkan gambar 1 yaitu Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut.
1. Sub Bagian Umum a). Bagian Kepegawaian
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum antara lain:
1) Menerbitkan Surat Kenaikan Gaji Berkala, 2) Membuat Usulan Kenaikan Pangkat, 3) Menerbitkan Surat Izin Cuti,
Kepala KP2KP
Bendahara Pengeluaran
Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana
(19)
4) Mengirim pegawai yang menerima panggilan untuk mengikuti diklat-diklat, meliputi Diklat Sistem Administrasi Modern, Diklat Dasar Pemeriksa Pajak, Diklat Internalisasi Kode Etik Pegawai, dan
5) Menyusun dan melaporkan laporan-laporan kepegawaian,
meliputi Laporan Daftar Penyebaran Pegawai, laporan Penegakan Disiplin Pegawai, Laporan Absensi Pegawai, Laporan Kegiatan Kepangkatan, dan Daftar Pejabat yang meninggalkan wilayah kerja.
b). Bagian Keuangan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Keuangan Sub bagian Umum antara lain:
1) Membagikan gaji kepada pegawai KPP Pratama,
2) Membagikan uang makan kepada pegawai KPP Pratama, 3) Menyusun dan melaporkan laporan-laporan yang menjadi
tanggung jawab Bagian Keuangan, dan
4) Menyusun daftar permintaan lembur bagi pegawai yang lembur.
c). Bagian Rumah Tangga
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga Sub Bagian Umum antara lain sebagai berikut: 1) Melakukan inventarisasi (pemisahan) barang-barang
(20)
perekaman inventaris dan penghapusan Barang Milik Negara pada KPP Pratama.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Merupakan gabungan dari seksi DAI dan Seksi Penerimaan, Peralihan dari Seksi Penerimaan dan Keberatan pada KPP, Subsie penerimaannya beralih ke Seksi PDI, sedangkan Subsie Keberatannya ditangani oleh Kantor Wilayah (Kanwil) modern. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) antara lain sebagai berikut:
a) Membatu instalasi aplikasi e-NPWP di Seksi Ekstensifikasi,
b) Melakukan pendaftaran Wajib Pajak secara massal dan
pencetakan Kartu NPWP dengan aplikasi PWPM dan e-NPWP,
c) Melakukan perekaman mutakir dan NIR (Nilai Indikasi Rata-rata) untuk penetapan NJOP PBB tahun berikutnya,
d) Melakukan simulasi perhitungan pokok ketetapan PBB tahun berikutnya,
e) Melakukan perekaman SPT Masa dan SPT Tahunan,
f) Menyimpan data-data informasi perpajakan untuk keperluan penyajian data,
g) Membantu seksi lain jika mengalami kesulitan/kerusakan
(21)
h) Mengawasi pemasangan jaringan dan perangkat komputer yang dilakukan oleh pihak ketiga,
i) Memberikan aplikasi e-SPT PPN versi terbaru kepada Wajib Pajak dan membantu proses pelaporan jika mengalami kesulitan,
j) Membuat Laporan Penerimaan PBB dan BPHTB,
k) Melakukan persiapan hardware dan software sehubungan dengan kegiatan cetak,
1) Membantu Seksi Pelayanan dalam mencetak label SPT
Tahunan,
2) Melakukan penataan IP address untuk jaringan komputer, dan melakukan perekaman data objek PBB berdasarkan permohonan Wajib Pajak.
3. Seksi Pelayanan
Merupakan perubahan nama dari Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) pada KPP dan Seksi Penetapan KPPBB
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pelayanan antara lain sebagai berikut:
a) Menerbitkan Kartu NPWP dan PKP bagi Wajib Pajak baru, b) Menata usahakan formulir SPT Tahunan PPh dalam rangka
persiapan pengiriman SPT Tahunan kepada Wajib Pajak, c) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan
(22)
d) Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi data dari KPP lain.
4. Seksi Penagihan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seksi Penagihan antara lain sebagai berikut:
a) Melaksanakan pencabutan STTS PBB Tahun Pajak
sebelumnya,
b) Melaksanakan Konfirmasi STTS PBB Tahun Pajak
sebelumnya dalam sektor perkotaan,
c) Melakukan pemanggilan dan himbauan pembayaran
tunggakan pajak,
d) Bedah tunggakan Wajib Pajak,
e) Melakukan penagihan aktif terhadap tunggakan pajak yang telah jatuh tempo, dan
f) Menyusun data 100 besar tunggakan PBB untuk dilaporkan. 5. Seksi Pengawasan dan konsultasi
Merupakan gabungan dari Seksi PPh Orang Pribadi, PPh Badan, PPh Putpot, dan PPN.
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain sebagai berikut:
a) Pembuatan profil Wajib Pajak, b) Pembuatan ikhtisar Wajib Pajak,
(23)
c) Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan Wajib Pajak, dan
d) Pengawasan terhadap mekanisme dan tatacara pembayaran
penyetoran maupun pelaporannya termasuk dalam penerapan aturan-aturan perpajakannya.
6. Seksi Pemeriksaan
Merupakan peralihan dari Tata Usaha/Administrasi Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pemeriksaan antara lain sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kerja,
b) Menyusun dan mengkoordinasikan Daftar Nominatif WP
yang akan diperiksa,
c) Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP) dan mendistribusikannya ke Seksi Fungsional,
d) Melaksanakan pengawasan, pelaksanaan jadwal pemeriksaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan,
e) Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, f) Memproses permohonan SPT LB Wajib Pajak Patuh, g) Melakukan administrasi pemeriksaan pajak lainnya,
h) Menyusun laporan/surat tanggapan atas permasalahan yang berkaitan dengan Seksi Pemeriksaan,
(24)
j) Mengadministrasikan berkas laporan hasil pemeriksaan. 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB).
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain sebagai berikut:
a) Menyampaikan Usulan Surat Keputusan Klasifikasi dan
Besarnya NJOP sebagai dasar penetapan PBB,
b) Menyampaikan usulan besarnya Standar Investasi Tanaman (SIT) Perkebunan ke Kanwil DJP Jawa Tengah II,
c) Membuat Laporan Data Potensi Wilayah KPP Pratama d) Menyelasaikan Laporan NJOP PBB,
e) Menyelesaikan pemberian NPWP OP melalui Pemberi
Kerja/Bendaharawan Pemerintah, dan
f) Membuat Laporan Kegiatan penerbitan NPWP Ekstensifikasi WP OP karyawan KPP Pratama.
8. Kelompok Pejabat Fungsional
Merupakan peralihan dari Fungsional Pemeriksa di Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Fungsional antara lain sebagai berikut:
a) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak
(25)
b) Menyelesaikan pemeriksaan SPPP dengan diterbitkan Laporan Pemeriksaan Pajak.
e. Visi dan Misi 1. Visi
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
2. Misi
Menghimpun pembiayaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi.
B. Latar Belakang Masalah
Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
(26)
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi. Selain mendatangi Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak dapat pula mendaftarkan diri secara online melalui E-regristration di website Direktorat Jendral Pajak www.pajak.go.id. Selain mendapatkan NPWP, Wajib Pajak dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan kepadanya akan diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
(27)
Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan NPWP, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang selanjutnya melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT).
Pada kesempatan ini penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan penyampaian laporan SPT Masa bagi Wajib Pajak Badan di wilayah kerja KP2KP Wonogiri supaya melalui karya ilmiah ini tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan pada tahun depan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Dari Latar belakang tersebut penulis mengangkat
judul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT
MASA WAJIB PAJAK BADAN TAHUN 2010 ( STUDI KASUS DI KANTOR PELAYANAN PENYULUHAN DAN KONSULTASI PERPAJAKAN WONOGIRI TAHUN 2010)”.
C. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis ingin merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketaatan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) wonogiri?
2. Langkah apa yang diambil Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di wilayah kerjanya?
(28)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengevaluasi tingkat ketaatan Wajib Pajak Badan dalam
melaksanakan kewajibannya dalam bidang perpajakan.
2. Untuk mengetahui langkah yang diambil Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di wilayah kerjanya.
E. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat seluas- luasnya kepada semua pihak, diantaranya :
1. Bagi penulis, untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari
perkuliahan ke dalam dunia nyata atau dunia kerja.
2. Bagi objek penelitian, dapat memberikan inovasi atau terobosan yang berguna dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak khususnya Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai sumber informasi, referensi serta manfaat yang lainnya.
(29)
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pajak Secara Umum
Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Resmi (2005: 1) pengertian pajak yaitu sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam Resmi (2005: 1) pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pengertian pajak secara umum adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam Suandy, 2005: 11).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
(30)
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas (Mardiasmo, 2009: 1).
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi dalam kegiatan bernegara yang sangat penting peranannya antara lain:
a. Fungsi Bugdetair
Pajak sebagai sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
(31)
b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Sri. S & Suryo, 2003: 4). 3. Syarat Pemungutan Pajak
Agar dalam pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka dalam pungutan pajak terdapat syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam Undang-Undang diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
(32)
Sesuai fungsi bugdetair, biaya pemungutan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh Undang-Undang perpajakan yang baru (Mardiasmo, 2009: 2).
4. Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2009: 5), sebagai berikut. a. Menurut Golongannya
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Menurut Sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. 2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. c. Menurut Lembaga Pemungutnya
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
(33)
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
5. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Official Assesment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh sesesorang.
b. Self Assesment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (Waluyo, 2010: 17).
Pada mulanya, Indonesia memakai Official System dalam pemungutan pajaknya kemudian setelah muncul Undang-Undang Nomor Tahun 1967 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925, sistem ini tidak lagi digunakan.
(34)
Pada tahun 1968 sampai dengan 1983 masih menggunakan sistem Self
Assesment dan Witholding, barulah tahun 1984 ditetapkan sistem Self
Assesment secara penuh dalam sistem pemungutan pajak Indonesia yaitu
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan) yang mulai berjalan pada 1 Januari 1984.
6. Pengertian SPT
SPT atau Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2010: 31).
7. Jenis SPT
Menurut Mardiasmo (2009: 32), Surat Pemberitahuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan.
a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, terdiri dari:
1) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26; 2) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;
3) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26; 4) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;
(35)
6) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15; 7) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai;
8) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut 9) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah; 10) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha
Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan Pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak yang terdiri dari:
1) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan;
2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat;
3) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi;
4) Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.
Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan adalah sebagai berikut :
a. SPT Masa PPh Pasal 23/26 batas waktu pembayaran tanggal 10 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya;
(36)
b. SPT Masa PPh pasal 25 batas waktu pembayaran tanggal 15 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya;
c. SPT Masa PPh dan PPnBM-PKP batas waktu pembayaran tanggal 15 bulan berikutnya, dan batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya;
d. SPT Tahunan PPh Badan batas waktu pembayaran tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak, batas pelaporan akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak;
e. SPT Tahunan PBB batas waktu pembayaran 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT;
f. SPT Tahunan BPHTB batas waktu pembayaran dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
8. Fungsi Surat Pemberitahuan
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
(37)
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
c. Harta dan kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau kena pajak badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya (Mardiasmo, 2009: 29).
9. Badan Sebagai Subjek dan Wajib Pajak
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan yamg melakukan usaha(komersial) maupun yang tidak melakukan
(38)
usaha, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Yayasan, Lembaga, Organisasi Politik atau Organisasi yang sejenis, Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan Bentuk Usaha lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.
Subjek pajak badan merupakan subjek pajak dalam negeri, yaitu merupakan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. Pembiayaaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
Subjek pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi atau badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di indonesia. Wajib pajak itu sendiri adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan
(39)
objektif. Berakhirnya Subjek pajak badan dalam negeri yaitu pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia (Mardiasmo, 2009: 130).
10. Objek Pajak Badan Menurut Undang-Undang
Objek pajak dalam hal ini adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
(40)
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan; dan
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang,
g. deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
(41)
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing, m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, n. premi asuransi,
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak,
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah,
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dan s. surplus Bank Indonesia (Rusjdi, 2007: 04-1).
11. Tarif Pajak Badan
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan
(42)
saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif yang berlaku (Mardiasmo, 2009: 144).
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Ketaatan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan Tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri
a. Alur dan Flowchart penyampaian SPT Masa Wajib Pajak Badan di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
Untuk Wajib Pajak Badan di Kabupaten Wonogiri pelayanan pelaporan SPT Masa dilakukan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri. Alur pelaporannya dapat dilihat sebagai berikut.
(43)
Wajib Pajak Petugas
Ganbar 1.3 Flowchart Laporan SPT Masa Badan Mulai
WP mengambil SPT Masa Badan ke KPP
Mengisi, tanda tangan dan menyerahkan SPT
Lampiran
1 SPT Masa Badan
SPT Masa Badan 2 SSP
SSP
Paraf petugas
Lampiran
2 KPP
1
T SPT Masa Badan 1 SSP
SPT Masa Badan 2 SSP
2
A SPT Masa Badan SSP
(44)
b. Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan Di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
Tabel 1.1 Jumlah WP Badan Terdaftar di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
No Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010
1 Jumlah Wajib Pajak Badan 1435 1589
Sumber : Database KP2KP Wonogiri
Tabel 1.1 menunjukkan banyaknya jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar di wilayah kabupaten Wonogiri. Pada tahun 2010 terdapat kenaikan jumlah sebanyak 154 Wajib Pajak Badan yang terdaftar.
Tabel 1.2 Jumlah WP Badan Aktif di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
No Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010
1 Jumlah Wajib Pajak Badan 1135 1269
Sumber : Database KP2KP Wonogiri
Tabel 1.2 tersebut menunjukkan banyaknya jumlah Wajib Pajak Badan yang dinyatakan aktif sebagai Wajib Pajak Terdaftar di wilayah kabupaten Wonogiri selama tahun 2009 dan 2010 oleh KP2KP Wonogiri .
Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT Masa di KP2KP.
Bulan
Jumlah WP yang Lapor Tahun 2009 Tahun 2010
Januari 704 845
(45)
Maret 710 842
April 755 859
Mei 725 835
Juni 720 840
Juli 710 832
Agustus 703 844
September 688 832
Oktober 691 836
Nopember 702 837
Desember 717 848
Sumber : Database KP2KP Wonogiri
Tabel 1.3 tersebut menunjukkan jumlah Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT Masa Badan selama tahun 2009 dan 2010. Data tersebut menjadi acuan penulis untuk menghitung tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan dengan membandingkan penerimaan pelaporan SPT Masa Badan pada tahun 2010 dengan tahun 2009. Penghitungan sederhana untuk mengetahui tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan yaitu dengan membandingkan antara jumlah WP Badan Aktif dengan jumlah WP Badan yang melaporkan SPT Masa tiap bulan dikalikan 100%. Dari penghitungan tersebut maka penulis akan mengetahui prosentase tingkat efektifitas kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di wilayah kabupaten Wonogiri.
(46)
Tabel 1.4 Tabel Standar Penilaian Efektifitas
Besarnya Prosentase Keterangan
Antara 0 ≥ 20 Antara 21 ≥ 40 Antara 41 ≥ 60 Antara 61 ≥ 80 Antara 81 ≥ 100
Sangar tidak efektif Tidak efektif Cukup efektif Efektif Sangat efektif
Tabel 1.4 Menunjukkan penilaian efefktifitas pelaporan SPT Masa yang dapat dijadikan dasar sebagai penilaian tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak Badan Di wilayah Kabupaten Wonogiri.
Tabel 1.5 Penerimaan pajak (realisasi) dan potensi pajak di KP2KP
Sumber : Database KP2KP Wonogiri
Dari tabel tersebut penulis juga dapat mengetahui penilaian tingkat efektifitas yaitu melalui penghitungan nominal penerimaan pajak (realisasi) dari pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan yang dinyatakan aktif dalam 1 tahun pajak dibandingkan dengan Wajib Pajak yang masih terdaftar sebagai pelapor SPT Masa Wajib Pajak Badan di KP2KP Wonogiri sebagai
KETERANGAN TAHUN 2009 TAHUN 2010
Penerimaan Pajak (realisasi) Rp 151.965.489.000,00 Rp 191.819.641.000,00
(47)
potensi pajak yanag ada, kemudian dikalikan seratus persen untuk mengetahui tingkat efektifitasnya.
Dari penghitungan yang penulis kerjakan maka dapat diketahui pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan pada tahun 2010 rata-rata tiap bulan mencapai 66,19%, dan pada tahun 2009 rata-rata tiap bulan mencapai 62,65%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan SPT Masa sebesar 3,54%. Dari prosentase tersebut dapat diketahui tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan sudah efektif, tetapi masih harus ditingkatkan lebih baik lagi, hingga mencapai 100%.
2. Langkah yang Diambil Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk Meningkatkan Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di Wilayah Kerjanya
a. Meningkatkan efktifitas penyuluhan
Sesuai dengan Tugas pokok dan fungsi KP2KP untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, telah disusun beberapa progam yang telah disiapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti peningkatan frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat di media cetak dan elektronik. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi peningkatan kepatuhan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan tepat sasaran karena media ini merupakan konsumsi masyarakat umum
(48)
sehingga Wajib Pajak dapat mengetahui kapan harus memenuhi kewajiban perpajakannya.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat perlu adanya peningkatan pembinaan dan pengawasan, khususnya kepada Wajib Pajak dalam membayarkan dan kemudian melaporkan agar hak dan kewajiban perpajakannya terpenuhi. Salah satu caranya dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan lebih menyeluruh kepada Wajib Pajak yang baru maupun yang lama agar dapat dipantau aktif tidaknya Wajib pajak tersebut.
c. Melaksanakan pemeriksaan pajak sebagai alat kendali pengamanan penerimaan negara.
Pemeriksaan pajak sangat berpengaruh terhadap konsekuensi Wajib Pajak terhadap kewajibannya di bidang perpajakan. Dengan adanya pemeriksaan pajak tersebut ada upaya untuk mengamankan penerimaan negara khususnya di bidang perpajakan. Karena penerimaan negara di sektor pajak sangatlah besar hasilnya untuk menunjang kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan 4K.
Pelayanan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang menjadi indikasi untuk memberikan kesan positif bagi Wajib Pajak. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan
(49)
pelayanan yang memuaskan, ramah, sopan, dan sikap dapat dipercaya dalam memberikan tanggapan maka dapan menimbulkan rasa kepercayaan yang lebih bagi Wajib Pajak untuk membayar dan melaporkan pajak terhutangnya.
(50)
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dalam pengamatan yang sudah dilakukan penulis di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri selama masa magang kerja, penulis menemukan beberapa kelebihan dalam pelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak Badan, yaitu:
a. Kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan pada tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Wonogiri sudah efektif.
b. Kegiatan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010 mengindikasikan tinngkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan kewajibannya, sehingga dapat menjadi evaluasi target pelaporan tahun berikutnya.
c. Dari pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tersebut, maka dapat diketahui potensi perpajakan yang ada di wilayah Kabupaten Wonogiri.
d. Mengetahui berapa besar keberhasilan kinerja KP2KP Wonogiri selama tahun 2010 dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan perpajakan di wilayahnya.
(51)
B. KELEMAHAN
Kelemahan yang penulis temui dalam pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri selama masa magang kerja, yaitu:
a. Masih banyak SPT nihil yang belum tentu kejelasannya.
b. Masih banyak formulir SPT Wajib Pajak Badan yang belum lengkap pengisiannya.
c. Keterbatasan petugas KP2KP dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan di daerah yang jauh dari jangkauan petugas.
d. Kurang optimalnya pengawasan dan penegakkan hukum kepada Wajib Pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya.
(52)
BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN
Menurut pengamatan penulis selama masa magang kerja di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri mengenai tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di wilayah kerja Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri sudah efektif, karena Wajib Pajak yang sudah melaporkan SPT Masa Badan rata-rata tiap bulannya mencapai 66,19%.
2. Terjadi adanya peningkatan tingkat pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di tahun 2010 sebesar 3,54% dari tahun sebelumnya.
3. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan sangat dipengaruhi oleh sosialisasi dan penyuluhan yang diberikan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri kepada Wajib Pajak di Wilayahnya.
(53)
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kelemahan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan memberikan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri. Rekomendasi tersebut diantaranya adalah:
1. Memanfaatkan penggunaan Mobile Tax Unit untuk melakukan
penyuluhan ke setiap daerah yang menjadi cakupan dari wilayah kerja KP2KP Wonogiri sehingga dapat merangsang Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya dengan tepat waktu dan benar. Dengan adanya pelayanan pelaporan dan konsultasi SPT yang dilakukan di daerah yang jauh dari pusat kota, maka Wajib Pajak yang bertempat tinggal di daerah tidak harus pergi ke pusat kota sehingga akan menggiatkan Wajib Pajak untuk melaporkan SPT.
2. Bagi Account Reprensitative yang bekerja di wilayah Kabupaten Wonogiri diharapkan lebih optimal dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum kepada Wajib Pajak, hal ini akan membuat Wajib Pajak tidak berani melakukan pelanggaran sehingga akan tercipta kepatuhan yang maksimal dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan di wilayah Kabupaten Wonogiri.
(54)
3. Bagi petugas Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) Wonogiri sendiri untuk lebih mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan lebih baik lagi, agar institusi tersebut jauh dari tindakan yang merugikan negara, sehingga tercipta keselarasan dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak di wilayah Kabupaten Wonogiri.
(1)
pelayanan yang memuaskan, ramah, sopan, dan sikap dapat dipercaya dalam memberikan tanggapan maka dapan menimbulkan rasa kepercayaan yang lebih bagi Wajib Pajak untuk membayar dan melaporkan pajak terhutangnya.
(2)
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dalam pengamatan yang sudah dilakukan penulis di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri selama masa magang kerja, penulis menemukan beberapa kelebihan dalam pelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak Badan, yaitu:
a. Kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan pada tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Wonogiri sudah efektif.
b. Kegiatan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010 mengindikasikan tinngkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan kewajibannya, sehingga dapat menjadi evaluasi target pelaporan tahun berikutnya.
c. Dari pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tersebut, maka dapat diketahui potensi perpajakan yang ada di wilayah Kabupaten Wonogiri.
d. Mengetahui berapa besar keberhasilan kinerja KP2KP Wonogiri selama tahun 2010 dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan perpajakan di wilayahnya.
(3)
B. KELEMAHAN
Kelemahan yang penulis temui dalam pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010 di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri selama masa magang kerja, yaitu:
a. Masih banyak SPT nihil yang belum tentu kejelasannya.
b. Masih banyak formulir SPT Wajib Pajak Badan yang belum lengkap pengisiannya.
c. Keterbatasan petugas KP2KP dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan di daerah yang jauh dari jangkauan petugas.
d. Kurang optimalnya pengawasan dan penegakkan hukum kepada Wajib Pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya.
(4)
PENUTUP
A. SIMPULAN
Menurut pengamatan penulis selama masa magang kerja di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri mengenai tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan tahun 2010, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di wilayah kerja Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri sudah efektif, karena Wajib Pajak yang sudah melaporkan SPT Masa Badan rata-rata tiap bulannya mencapai 66,19%.
2. Terjadi adanya peningkatan tingkat pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di tahun 2010 sebesar 3,54% dari tahun sebelumnya.
3. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan sangat dipengaruhi oleh sosialisasi dan penyuluhan yang diberikan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri kepada Wajib Pajak di Wilayahnya.
(5)
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kelemahan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan memberikan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kepatuhan pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Wonogiri. Rekomendasi tersebut diantaranya adalah:
1. Memanfaatkan penggunaan Mobile Tax Unit untuk melakukan
penyuluhan ke setiap daerah yang menjadi cakupan dari wilayah kerja KP2KP Wonogiri sehingga dapat merangsang Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya dengan tepat waktu dan benar. Dengan adanya pelayanan pelaporan dan konsultasi SPT yang dilakukan di daerah yang jauh dari pusat kota, maka Wajib Pajak yang bertempat tinggal di daerah tidak harus pergi ke pusat kota sehingga akan menggiatkan Wajib Pajak untuk melaporkan SPT.
2. Bagi Account Reprensitative yang bekerja di wilayah Kabupaten Wonogiri diharapkan lebih optimal dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum kepada Wajib Pajak, hal ini akan membuat Wajib Pajak tidak berani melakukan pelanggaran sehingga akan tercipta kepatuhan yang maksimal dalam hal pemenuhan kewajiban
(6)
(KP2KP) Wonogiri sendiri untuk lebih mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan lebih baik lagi, agar institusi tersebut jauh dari tindakan yang merugikan negara, sehingga tercipta keselarasan dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak di wilayah Kabupaten Wonogiri.