EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS GIRISUBO KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015
EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS GIRISUBO
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015
( Studi Penelitian di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul )
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 pada jurusan Ilmu Pemerintahan
Disususn Oleh :
FAHRURROZI
(20120520199)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
(2)
HALAMAN JUDUL
EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS GIRISUBO
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015
( Studi Penelitian di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul )
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 pada jurusan Ilmu Pemerintahan
Disususn Oleh :
FAHRURROZI
(20120520199)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
i(3)
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa sekripsi yang saya buat ini benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dimanapun sepengetahuan
saya juga tidak dapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau yang pernah
diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan dalam naskah ini disebut
dalam daftar pustaka. Selanjuta apabila ada dikemudian hari sekripsi ini terbukti terdapat
duplikasi dan ada pihak lain yang merasa dirugikan, maka saya akan menyatakan
bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 19 Juli 2016
(4)
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah selalu bersama orang
–
orang yang sabar
Tersenyumlah apabila kamu menghadapi orang lain dan sahabat
–
sahabatmu karena senyum adalah shodaqoh
Hidup adalah milikmu, kamu sendiri yang menentukan baik
buruknya, dan kamulah yang memimpin dirimu sendiri bukan
(5)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :
Allaah swt sang maha bijaksana
Nabi muhammmad saw sang inspirasi dan panutan hidup
Kepada bapak saya terimkasih atas nasihat dan doa yang tiada henti
–
hentinya
bapak panjatkan buat saya.
Terimkasih buat bapak saya yang tak pernah lelah mengingatkan saya untuk tetap
dijalan yang benar.
Terimakasih buat bapak saya atas semua pengorbanan yang telah engkau berikan
demi anak mu ini.
Kepada bapak saya terimkasaih atas pengorbanan, keringat, dan nasihatnya,
terimakasih karena selalu bangga pada anakmu ini.
Bapak adalah orangtua hebat yang sudah merawatku dengan penuh cinta dan
kasih sayang.
Terimakasih kepada adek tersayang, dek Izna Rahenda, keluarga besar saya dan
sodara
–
sodara saya. Bimbingan dan nasehat kalian akan selalu ku pegang teguh
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...iii
HALAMAN MOTO ...iv
HALAMAN PERSEMBHAN ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xii
SINOPSIS ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A.Latar belakang masalah ...1
B.Rumusan masalah ...8
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian...9
1. Teoritis ...9
2. Praktis ...9
3. Kebijakan ...10
D.Kerangka Teori...10
E. Tujuan Pustaka...10
1. Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat...16
(7)
x
3. Fungsi Standar Pelayanan Minimal Puskesmas (SPM) ...27
4. Unsur – unsur Standar Pelayanan Minimal (SPM) ...28
5. Klasifikasi Pelayanan...30
6. Pelayanan Kebutuhan Dasar...30
F. Definisi Konseptual...31
G. Definisi Oprasional...32
H. Metode Penelitian...33
1. Jenis Penelitian...33
2. Lokasi Dalam Penelitian ...34
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN...37
A. Gambaran umum kabupaten gunungkidul...37
1. Peta Kecamatan Girisubo...37
2. Visi ...38
3. Misi...38
4. Tujuan...39
5. Jenis – jenis layanan ...39
6. Jumlah pengunjung ...40
7. Sarana dan prasarana...47
8. Sumber daya manusia...48
9. Penentuan prioritas masalah ...52
BAB III PEMBAHASAN...54
1. Evaluasi Pelaksanaan Standar Minimal Bidang Kesehatan Di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul ...54
2. Evaluasi input SPM Puskesmas Girisubo ...56
3. Evaluasi output SPM Puskesmas Girisubo ...59
4. Evaluasi Pencapaian SPM ...72
5. Evaluasi hambatan pencapaian SPM ...79
BAB IV PENUTUP ...84
A. Kesimpulan ...84
B. Saran ...85 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Jumlah pengunjung Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) ...40
Tabel 2.Jumlah pengunjung Jaminan Kesehatan Sosial (JAMKESOS)...41
Tabel 3.Jumlah pengunjung (JAMKESTA)...42
Tabel 4.Jumlah pengunjung (AKSES)...43
Tabel 5.Jumlah pengunjung (GERATIS) ...44
Tabel 6.Jumlah pengunjung (BAYAR)...45
Tabel 7.Jumlah totral...46
Tabel 8.Daftar Sarana dan Prasarana...47
Tabel 9.Pegawai Berdasarkan Kelompok Jabatan struktural/ Non Struktural Fungsional UPT Puskesmas kecamatan Girisubo Kabupaten...49
Tabel 10.Perencanaan tingkat Puskesmas (PTP)...53
Tabel 11.Jumlah Pegawai/ketenagaan UPT Puskesmas Girisubo per 30 juni 2014...57
Tabel 12.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...60
Tabel 13.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...61
Tabel 14.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...62
Tabel 15.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...62
Tabel 16.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...63
Tabel 17.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...64
Tabel 18.Meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak...64
Tabel 19.Meningkatnya pemantauan perbaikan gizi balita ...65
Tabel 20.Meningkatnya pemantauan perbaikan gizi balita...66
Tabel 21.Pencegahan pemberantasan penyakit menular...66
Tabel 22.Meningkatnya kesehatan ibu dan anak...67
Tabel 23. Meningkatnya kesehatan ibu dan anak...68
Tabel 24.Pencegahan pemberantasan penyakit menular ...69
(9)
Tabel 26.Pencegahan pemberantasan penyakit menular...70
Tabel 27.Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat...71
Tabel 28.Rencana program, tujuan, sasaran, indikator, dan target kinerja di Puskesmas Girisubo tahun 2015 – 2019...73
(10)
SINOPSIS
Mengacu pada Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan , pasal 4 setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Salah satu pelayanan publik yang dilaksanakan pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Untuk meninkatkan pelayanan kesehatan secara efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 menyebutkan bahwa, “Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud drajat kesehatan masyarakat yang optimal”. Peneliti ini mengambil judul “EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS GIRISUBO KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015
(
Studi Penelitian di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul )”. Skripsi berusahamenjawab permasalahan yaitu bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul dan kendala – kendala apa yang dihadapi Puskesmas Girisubo terkait dengan Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.
Peneliti ini mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah ; wawancara, dokumentasi dan observasi. Yang menjadi unit analisa adalah bagaimana palaksanaaan Standar Pelayanan Minimal dalam hal ini yaitu UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo beserta pihak – pihak yang terkait.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Di UPT Puskesmas Girisubo tahun 2015 Sudah berjalan dengan baik, namun masih ada kendala yang sering terjadi dikarenakan masih banyak desa yang terpencil yang belum terjangkau oleh pihak Puskesmas tersebut karena keterbatasan alat bantu medis seperti mobil puskesmas keliling dan tenaga medis seperti pengemudi mobil puskesmas keliling (puseling). Oleh karena itu UPT Puskesmas Girisubo melakukan evaluasi dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan, serta melakukan evaluasi tenaga medis ya itu sumber daya manusianya dan evaluasi program kesehatan yang sudah berjalan setiat tahun untuk meberikan jaminan kesehatan kepada seluruh masyarakat.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu pelayanan publik yang dilaksanakan Pemerintah adalah pemenuhan
kebutuhan ksehatan masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara efektif
serta dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 menyebutkan bahwa, “Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud drajat kesehatan masyarakat yang
optimal”. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam masyarakat
maka meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaan tersebut menyebapkan
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman dan berorientasi
pada kepuasan konsumen semakin mendesak. Dimana diperlukan kinerja pelayanan
kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan ketersediaan sarana kesehatan yang
terdiri dari pelayanan kesesehatan dasar (Puskesmas, Balai pengobatan), pelayanan
rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga kesehatan, peralata dan obat- obatan.
Mengacu pada Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Pasal 4 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Pasal 5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya. Pasal 6 Pemerintah bertugas mengatur, membina, dan mengawasi
penyelenggarakan upaya kesehatan. Pasal 7 Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya
(12)
menggerakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan dan pembiayaan
kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin. Pasal 9 Pemerintah bertanggung jawab
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pasal 1 Fasilitas Pelayanan kesehatan adalah suatu
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah.
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan salah satu bentuk fasilitas
kesehatan yang di selengarakan oleh Pemerintah untuk masyarakat. Fungsi Puskesmas
adalah memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat, dengan
kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan bertangung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang di berikan
Puskesmas meliputi pelayanan: kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan ), dan rehabilitatif, (pemulihan kesehatan ). Pelayanan
tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin dan
golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofisionalan dari para pegawainya,
serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya. Untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat penguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta
pelanggan yang semakin selektif mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia
(13)
meningkatakan kualitas pelayanan, terlebih dulu harus di ketahui proses pelayanan yang di
berikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan atau belum.
Dinas Kesehatan Kabupaten merupakan penangung jawab salah satu penyedia
pelayanan kesehatan, juga berkewajiban dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di
tingkat Kecamatan. Puskesmas di bawah naungan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota,
perlu adanya evaluasi atau pemeliharaan untuk meningkatakan mutu kualitas
pelayanannya kesehatan di (puskesmas) Pusat Kesehatan Masyarakat.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat menjadi salah satu persoalan
mendasar terutama di bidang kesehatan di Indonesia. Kesehatan yang merupakan masalah
yang selalu ada pada setiap Negara, meskipun zaman telah memasuki era Globalisasi,
namun tidak dapat di pungkiri masalah kesehatan selalu menjadi penghambat kemajuan
tiap – tiap Negara. Indonesia dalam amanat Undang – undangnya, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkingkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial, dan ekonomis dan juga kesehatan
merupakan hak fundamental setiap warga. Karena itu, setap individu, keluarga, maupun
Masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatanya dan Negara
bertangung jawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya,
termasuk masyarakat miskin atau masyarakat yang tidak mampu.1
Agar pelayanan kepada masyarakat lebih optimal, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
merelokasi Puskesmas Girisubo dari Desa Nglindur ke Jerukwudel. Relokasi Puskesmas
Girisubo diresmikan oleh Bupati Gunungkidul Suharto SH, Rabu (5/9).Dalam kesempatan
tersebut Bupati Gunungkidul menyatakan dibidang kesehatan, daerah ini tidak terjadi
kasus luar biasa terhadap salah satu jenis penyakit. Hal ini merupakan prestasi bagi jajaran
11
(14)
kesehatan. Disamping itu dalam hal pemenuhan gizi juga sudah banyak perkembangan
dengan naiknya status gizi. Yakni mencapai 83 persen penduduk mengalami gizi baik
sedangkan status gizi tingkat nasionaI baru 80 persen. Demikian juga usia harapan hidup
naik dibanding daerah lain. Sedangkan derajat kesehatan di daerah ini dibanding nasionaI
lebih tinggi, terbukti usia harapan hidup secara nasional hanya 69 tahun tetapi di
Gunungkidul mencapai 72 tahun untuk laki-Iaki dan 68 untuk perempuan. Angka
kematian ibu melahirkan untuk tingkat nasional mencapai 225 orang/l00 ribu dan di
Gunungkidul hanya l 72/100.000 orang. Dengan direlokasinya Puskesmas Girisubo akan
mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat sehingg menjadi promosi
kesehatan bagi masyarakat. Apalagi dengan diterapkannya pelayanan kesehatan gratis
sejak awa1 2007 ini, diharapkan pelayanan akan semakin meningkat.
Puskesmas Girisubo dari Desa Nglindur ke Jerukwudel. Kecamatan Girisubo,
Kabupaten Gunungkidul. Sebagai jasa penyedia pelayanan Kesehatan telah melakukan
usaha maksimal untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dibidang
kesehatan. Namun masyarakat memiliki kecenderung berfikir untuk berobat ke mantri atau
dukun untuk menyelesaikan permasalahan kesehatanya dan masyarakat cenderung
memiliki keyakinan bahwa mantri ataupun dukun lebih akurat dalam proses penanganan.
Data dari Kepala Dinas Kesehatan dan KB Gunungkidul drg Widodo MM bahwa
biaya untuk merelokasi Puskesmas Girisubo menelan dana Rp 665 juta dari APBD 2007.
Puskesmas Girisubo memiliki wilayah 8 desa dan kini berada di pusat Kecamatan
Girisubo yang lebih strategis. (Kedaulatan Rakyat 8/9 2007).
Kesehatan yang dialami masyarakat itu sendiri dalam bidang kesehatan, berdasarkan
penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian yang bertujuan untuk
(15)
MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS GIRISUBO KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2015”. terhadap penanganan kesehatan bagi masyarakat agar
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih optimal dan mampu mengurangi beban
yang membebani masyarakat itu sendiri. Melalui Evaluasi Pelaksanaan Standar
Pelayanaan Minimal Bidang Kesehatan di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo
Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini didasarkan pada adanya berbagai permasalahan
dalam Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan Masyarakat,
yang di selengarakan Pemerintah terutama dalam hal kepesertaan, dan akses serta ,
mekanisme pelayanan terhadap penduduk miskin yang menjadi target kebijakan tersebut
untuk menganalisis Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanaan Minimal Bidang Kesehatan
di UPT Puskesmas tipe Penelitian ini adalah diskriptif kualitatif. Fokus penelitian adalah
Evaluasi, mekanisme, dan kendala. Data yang di kumpulkan melalui observasi,
wawancara (indepth interview), dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah kualitatif,
hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanaan
Minimal Bidang Kesehatan di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten
Gunungkidul tahun 2015.2
Puskesmas sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan dasar mewujutkan
kesehatan masyarakat dengan biaya yang terjangkau. Institusi pelayanan kesehatan juga
dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan yang memuaskan,
diantaranya dengan meningkatkan mutu dari kegiatan pencatatan medis di rumah sakit.
Tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari lengkap atau tidaknya data
perawatan yang tercantum dalam rekam medis. Salah satu dari tujuh kompetensi perekam
medis adalah manajemen unit kerja manajemen informasi kesehatan/rekam medis yaitu
perekam medis mampu mengelola unit kerja yang berhubungan dengan perencanaan,
2
(16)
pengorganisasian, penataan dan pengontrolan unit kerja manajemen informasi kesehatan
(MIK)/rekam medis (RM) di instalasi pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui input
sistem rekam medis yang meliputi man, money, material, methode, mechine dan market di
tempat pendaftaran pasien rawat jalan Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul
Tahun 2011;
1) Man atau sumber daya manusia sangat mempengaruhi sistem rekam medis
dipendaftaran. Sumber daya manusia yang ada berjumlah 3 orang yaitu petugas rekam
medis, perawat, dan fisioterapis. Berdasarkan analisis beban kerja yang di Kabupaten
Bantul dengan rumus : Jumlah kebutuhan pegawai : Jumlah beban kerja jabatan Jam kerja
efektif setahun menyatakan bahwa kebutuhan tenaga kerja berjumlah 3 orang.
2) Money adalah pembiayaan yang mendukung sistem rekam medis termasuk kebutuhan
pendaftaran, pemeliharaan alat, dan lain - lain. Besar dan jumlah anggaran ditetapkan per
tahun dengan membuat POA (plan of action). Alokasi dana didapat dari anggaran dana
operasional, jamkesmas, jamkesos, atau HI (askes) sesuai dengan porsinya
masing-masing. Anggaran biaya untuk sistem informasi dan rekam medis sebesar 7% dari total
biaya tarif retribusi pasien.
3) Material Pengadaan barang dilakukan setiap kebutuhan barang tersebut akan habis.
Permasalahan yang terjadi adalah tidak semua barang yang diajukan kepada Tim
Pengadaan Barang dapat dengan cepat terpenuhi kebutuhannya, sehingga harus menunggu
lama untuk mendapatkan kebutuhan barang tersebut.
4) Methode atau prosedure diunit rekam medis Puskesmas Banguntapan II Kabupaten
Bantul masih dalam proses pembuatan standar. Hal ini dikarenakan masih dalam tahap uji
(17)
merencanakan untuk pembuatan Standar Operating Prosedure (SOP), Prosedur Kerja, dan
Instruksi Kerja. Berikut adalah perencanaan standar prosedurnya :
5) Mechine di unit rekam medis berupa seperangkat komputer yang dipersiapkan untuk
mendaftarkan pasien rawat jalan dengan cara komputerisasi. Komputer di bagian
pendaftaran sudah memuat sistem informasi kesehatan dengan aplikasi E-Health yaitu
aplikasi yang diberikan oleh Depkominfo dengan PT. Eksindo sebagai pihak ketiga untuk
pendampingan sistem informasi di puskesmas. Dibagian pendaftaran pasien sistem
komputerisasi belum berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya manusia yang
berkompeten untuk entry data-data tersebut. Selain itu, komputer di bagian pendaftaran
masih di gunakan untuk pembuatan laporan bulanan.
6) Market atau pengguna jasa layanan kesehatan di Puskesmas Banguntapan II adalah
pasien yang berobat di rawat jalan tidak semua pasien bisa menulis, sehingga petugas
pendaftaran membantu mengisikan form pendaftaran. Hal ini akan memakan waktu
sehingga pekerjaan lainnya menjadi tidak lancar. Bukan hanya itu, pasien juga sering tidak
membawa kartu sehingga harus mencari di buku rekam medis pasien baru memakan
waktu kurang lebih 10–15 menit dan secara tidak langsung sangat menghambat pelayan di pendaftran.
Mengetahui proses perencanaan sistem rekam medis malalui tahap analisis
permasalahan di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas Banguntapan II
Kabupaten Bantul Tahun 2011 Berdasarkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas,
tahap analisis masalah meliputi identifikasi permasalahan, menetapkan prioritas masalah,
merumuskan masalah, mencari akar penyebab masalah, dan menentukan penyelesaian
masalah berdasarkan kesepakatan bersama di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten
(18)
1) Identifikasi Masalah Identifikasi permasalahan di bagian pendaftaran pasien rawat
jalan Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul yang dilakukan oleh Peneliti
berdasarkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas pada Juli 2011.
2) Menetapkan Prioritas Masalah Mengingat adanya keterbatasan kemampuan
mengatasi masalah secara sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya keterkaitan
satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan
kesepakatan tim. Berdasarkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas dengan
menggunakan metode USG.
3) Merumuskan Masalah mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya,
berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi.
Mencari Akar Penyebab Masalah.
4) Menetapkan Cara Penyelesaian Masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan
diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks.
Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya. Berikut adalah cara penyelesaian
masalah yang dilakukan Peneliti berdasarkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.3
A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalahan tersebut maka masalah yang di rumuskan oleh peneliti
dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul?.
3
Khasanah, Yuli Uswatun. "Perencanaan sistem rekam medis berdasarkan input dan proses di tempat pendaftaran pasien rawat jalan Puskesmas banguntapan ii Kabupaten Bantul tahun 2011." Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health) 5.1 (2013).
(19)
2. Kendala – kendala apa yang dihadapi Puskesmas Girisubo terkait dengan Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan?.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan mengkaji mengenai
Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di UPT Puskesmas
Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul. Serta kendala – kendala apa saja yang di hadapi UPT Puskesmas Girisubo, dan bagaimana upaya yang di lakukan UPT Puskesmas
Girisubo dalam rangka mendorong kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek teoritis,praktis dan kebijakan.
1. Teoritis
Melalui penelitian ini dapat di lihat bagaimana evaluasi pelaksanaan kesehatan
kususnya di puskesmas sudah berjalan dengan baik serta memberikan masukan kepada
institusi bagaimana proses evaluasi pelaksanaan kesehatan di puskesmas.
2. Praktis
Manfaat praktisnya ya itu sebagai acuan untuk memberikan kebijakan dalam evaluasi
pelaksanaan kesehatan dan mengatasi persoalan kesehatan bagi masyarakat dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai fungsi dan tujuan di adakannya
puskesmas.
3. Kebijakan
Melalui penelitian ini di harapkan Dinas Kesehatan Kabupaten selaku Penangung
jawab salah satu penyedia pelayanan kesehatan lebih selektif dalam bidang kesehatan
(20)
C. Kerangka Teori D. Tinjauan Pustaka
Peneliti menyusun kerangka teori secara utuh untuk mencari landasan Evaluasi
Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di UPT Puskesmas
Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul, untuk itu peneliti terlebih dulu
melakukan pemetaan terhadap peneliti-peneliti terdahulu yang sudah pernah melakukan
penelitian yang serupa. Penelitian pertama, oleh Muhammad Khozin dengan judul
Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten Gunungkidul dengan kesimpulan bahwa Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut: Bahwa pada dasarnya SPM bidang kesehatan di
Kabupaten Gunungkidul dapat tercapai dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari
perbandingan data capaian indikator dari tahun ketahun yang telah dikompilasikan.
Namun, dari sekian banyak indikator capaian kinerja pelayanan yang telah ditetapkan,
tetap saja ada beberapa indikator yang tidak jelas angka capaiannya, yaitu; penerbitan
perijinan sarana kesehatan, penerbitan perijinan apotek dan toko obat, pelayanan
operasi pada penderita katarak keluarga miskin dan pengawasan kualitas lingkungan
rumah tangga, Pada pelayanan-pelayanan tersebut tidak didapatkan data yang akurat,
sehingga menjadikan tanda tanya terhadap capaian indikator kinerja pelayanannya.
Khusus untuk pelayanan kesehatan dasar yang ditangani oleh Puskesmas, kelemahan
utama dari tidak terukurnya capaian kinerja ini disebabkan karena egoisme Puskesmas
yang hanya menganggap pekerjaan mencatat bukanlah pekerjaannya, sebab tugasnya
adalah memberikan pelayanan medis.
Kebijakan SPM diyakini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
(21)
dari capaian indikator pelayanan yang semakin meningkat dan hampir sebagian besar
melampaui angka yang telah ditetapkan. 4
Penelitian kedua, Oleh Ana Nur Cahyanti, Bambang Eka Purnamadengan judul
Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Pakis Baru Nawangan dengan
kesimpulan bahwa Puskesmas merupakan salah satu instansi yang bergerak dibidang
pelayanan jasa kesehatan masyarakat. Pada zaman sekarang telah banyak di bangun
Rumah Sakit akan tetapi di daerah pelosok atau desa yang ada masih Puskesmas yang
berfungsi sebagai usaha preventif (pencegahan) dan operatif (penanggulangan)
terhadap upaya-upaya kesehatan masyarakat. Semakin banyak Rumah Sakit dan
Puskesmas yang dibangun maka sangatlah penting jika pihak Puskesmas berpikiran
untuk meningkatkan mutu dari Puskesmas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam proses registrasi pasien masih sering terjadi masalah bagaimana cara
mengidentifikasi antara pasien lama dengan pasien baru. Untuk mengatasi hal tersebut
maka diperlukan sistem informasi yang efektif dan efisien sehingga seluruh kegiatan
yang dilakukan di Puskesmas Pakis Baru dapat berjalan lancar.5
Penelitian ketiga, Oleh Cahyo, Eko Nur dengan judul Pembangunan
Aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan Evaluasi Program
Askeskin di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul dengan
kesimpulan bahwa Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu.
Kesehatan adalah hak dan juga investasi sehingga semua warga negara berhak atas
4
Khozin, Mohammad. "Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul." Journal of Government and Politics 1.1 (2010).
5
Cahyanti, Ana Nur, and Bambang Eka Purnama. "Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Pakis Baru Nawangan." Speed-Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi 4.4 (2012).
(22)
kesehatannya. Kesehatan menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
individu untuk menjalankan roda kehidupan secara normal. Namun kenyataannya tidak
semua orang bisa menikmati hak dasarnya tersebut. Kemiskinan menjadi permasalahan
klasik yang menghambat sebagian besar masyarakat untuk dapat mengakses pelayanan
kesehatan dalam rangka pemenuhan hak atas kesehatan. Adanya Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) atau yang lebih dikenal dengan
Program Askeskin merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membuka akses
masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara murah, mudah,
cepat dan berkualitas dalam rangka pemenuhan hak dasar kesehatan. Maka
permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah dampak
Program Askeskin terhadap aksesibilitas masyarakat miskin dalam memperoleh
pelayanan kesehatan? Dalam menjawab permasalahan di atas, mengacu pada kerangka
teori yang dikemukakan oleh Cheyne, O’Brien dan Belgrave yang menggambarkan jaminan sosial meliputi berbagai skema peningkatan akses terhadap pelayanan sosial
dasar, seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Jaminan sosial (social
security) merupakan salah satu jenis kebijakan sosial untuk mengatasi kemiskinan dan
ketimpangan dalam masyarakat. Sedangkan teori kemiskinan Robert Chambers yang
digunakan melihat fenomena kemiskinan dan teori evaluasi kebijakan William Duhn
yang digunakan untuk mengevaluasi Program Askeskin ini. Studi ini merupakan
penelitian evaluasi program pemerintah dalam penanganan masalah sosial kemiskinan
yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam memberikan jaminan sosial di
bidang kesehatan dengan menggunakan pendekatan diskriptif analitis. Penelitian ini
akan mengambil lokasi di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunungkidul. Objek penelitian ini adalah masyarakat miskin Desa Pacarejo.
(23)
data yang digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan adanya Program Askeskin sudah membuka akses masyarakat miskin
terhadap pelayanan kesehatan. Namun akses tersebut belum sepenuhnya terbuka lebar
karena adanya beberapa faktor, seperti pelaksanaan pendataan yang tidak valid
sehingga distribusi kartu Askeskin tidak merata, sosialiasi program Askeskin yang tidak
dilaksanakan secara efektif dan optimal, adanya batasan terhadap obat-obatan yang
dijamin oleh PT. Askes, serta masih adanya perbedaan perlakuan terhadap pasien gakin
oleh Petugas Pelayan Kesehatan di Rumah Sakit Pemerintah. Walaupun demikian
masyarakat masih berharap agar Program Askeskin ini dapat terus dilanjutkan namun
dengan melakukan perbaikan-perbaikan sehingga program Askeskin dapat lebih
diperluas cakupannya dalam pemenuhan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin
di waktu mendatang. Mekanisme pendataan warga miskin harus dibenahi dan
melibatkan tokoh masyarakat dan pemerintah desa yang mengetahui kondisi warga
yang sebenarnya. Sosialisasi juga benar-benar dilaksanakan sehingga masyarakat
benar-benar paham atas haknya dalam pemanfaatan kartu sehat Askeskin. Pemerintah
sebaiknya menaikkan anggaran untuk pelayanan kesehatan sehingga tidak ada lagi
pembatasan obat yang dijamin pemerintah seperti yang terjadi saat ini. Kata-kata kunci
: Jaminan sosial kesehatan, masyarakat miskin dan akses pelayanan kesehatan.6
Penelitian keempat, Oleh Riyanto Sugih Pambudi, Skm dengan judul Evaluasi
Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) Untuk Balita Gizi Buruk
Di Kabupaten Gunungkidul dengan Latar Belakang: Prevalensi balita gizi buruk di
Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 sebesar 0,7% dan masih dibawah target yang
6
CAHYO, Eko Nur. Aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan:: Evaluasi Program Askeskin di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2007.
(24)
telah ditetapkan dalam rencana strategis bidang kesehatan Kabupaten Gunungkidul
sebesar 0,6 %. Balita gizi buruk dan balita gizi kurang, ditindaklanjuti dengan program
PMT Pemulihan. Tujuan dari program PMT Pemulihan ini adalah untuk pencegahan
dan penanggulangan balita gizi buruk. Pencegahan ditujukan kepada balita gizi kurang,
agar status gizinya tidak jatuh menjadi status gizi buruk, sedangkan penanggulangan
ditujukan kepada balita gizi buruk agar kondisinya tidak semakin parah. Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan program PMT Pemulihan ini yaitu terbatasnya anggaran,
kurangnya tenaga pelaksana gizi di Puskesmas, pengawasan yang kurang dan pelaporan
hasil kegiatan PMT Pemulihan yang tidak tepat waktu. Tujuan penelitian: Untuk
mengevaluasi program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) untuk
balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul. Metode : Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif dan rancangan studi
kasus. Subyek penelitian ini adalah Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat, Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat, Kepala Puskesmas, Tenaga Gizi
Puskesmas, Kader Kesehatan dan orangtua balita sasaran pemberian PMT Pemulihan.
Instrumen penelitian : Pedoman wawancara, Kuesioner, Check List observasi, Alat
perekam suara, Kamera photo dan Laptop. Hasil: Kurangnya pemanfaatan sumber dana
lain, baik yang dari pemerintah, swasta maupun masyarakat dan PMT Pemulihan yang
diberikan belum memenuhi syarat nilai gizinya. Sumber Daya Manusia untuk petugas
gizi profesional di Puskesmas belum mencukupi dan masih adanya rangkap jabatan
yang mengakibatkan program PMT Pemulihan tidak berjalan dengan baik. Pencatatan
dan pelaporan belum berjalan dengan baik dan Pelaporan masih sering terjadi
keterlambatan. Pemantauan dan pendampingan program PMT Pemulihan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas dan kader kesehatan belum berjalan
(25)
mendapatkan PMT Pemulihan yang mengalami kenaikan status gizi menjadi lebih baik
sebesar 36, 2 %, status gizinya tetap sebesar 58 % dan status gizinya turun sebesar 5,8
%. Kesimpulan: Program PMT Pemulihan bertujuan untuk pencegahan dan
penanggulangan balita gizi buruk yang ada di kabupaten Gunungkidul. Dalam
penelitian ini program PMT Pemulihan belum berjalan dengan baik dan belum dapat
meningkatkan status gizi balita gizi buruk yang mendapatkan PMT Pemulihan secara
optimal.7
Penelitian kelima, Oleh Febrianto Widodo dengan judul Evaluasi Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Kabupaten Bantul. Dengan
kesimpulan bahwa Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk mendukung upaya pemerintah dalam
meningkatkan sistem surveilans, monitoring, informasi kesehatan yang evidence based
dan tertuang dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2010-2014.
SIMPUS adalah subsistem dari Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang dikembangkan di Puskesmas.
Implementasi SIMPUS di Kabupaten Bantul bertujuan untuk membantu meningkatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dalam penerapan SIMPUS di Kabupaten Bantul
terdapat hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan dan ditangani dengan baik agar
tidak semakin kompleks. Evaluasi SIMPUS di Kabupaten Bantul dengan menggunakan
metode HOT-Fit digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan dan kendala
dalam implementasi SIMPUS dengan menjelaskan hubungan antar komponen sistem
informasi yaitu manusia, organisasi, dan teknologi yang mendukung penerapan
7
RIYANTO SUGIH PAMBUDI, S. K. M., Toto Sudargo, and SKM M. Kes. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) Untuk Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Gunungkidul. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2015.
(26)
SIMPUS. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi penerapan
SIMPUS dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul. Metode:
Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan eksploratif. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara pada informan, observasi pada Puskesmas dan
dokumentasi tertulis tentang kegiatan penerapan SIMPUS. Hasil Penelitian: SIMPUS
telah digunakan di Puskesmas Kabupaten Bantul yang berperan memperkuat pelayanan
kesehatan dengan mengacu pada kesesuaian antara manusia, organisasi dan teknologi.
Hambatan penerapan SIMPUS di Kabupaten Bantul adalah keterbatasan faktor sumber
daya manusia, namun faktor organisasi mampu memberikan dukungan sepenuhnya
yang memungkinkan SIMPUS sebagai faktor teknologi tetap digunakan menjadi sistem
informasi pengelola data.8
a. Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
a. Pengertian Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui
bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta
hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata
ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut
Stufflebeam dalam Lababa, evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi
8
WIDODO, FEBRIANTO, and Ir Eko Nugroho. EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI KABUPATEN BANTUL. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2013.
(27)
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.9
Evaluasi juga didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau
jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut American Public Health Association evaluasi adalah suatu proses
menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Proses ini mencakup langkah-langkah memformulasikan tujuan,
mengidentifikasi kriteria secara tepat yang akan dipakai mengukur sukses, menentukan
besarnya sukses dan rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya.Evaluasi adalah
suatu proses yang menghasilkan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan standar tertentu untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara keduanya dan bagaimana manfaat yang telah
dikerjakan dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai
dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat penting untuk
membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada
tingkat pelaksanaan program.10
Evaluasi juga merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasi lan pencapaian tuj uan, kegiatan, hasil dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program. Dengan demikian evaluasi merupakan suatu usaha
9
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
10
(28)
untuk mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan membandingkan
dengan standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga merupakan suatu usaha
untuk mencari kesenjangan antara yang ditetapkan dengan kenyataan hasil pelaksanaan.
Menurut Wijono, evaluasi adalah prosedur secara menyeluruh yang dilakukan dengan
menilai masukan, proses dan indikator keluaran untuk menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.11
Pengertian dari program kesehatan masyarakat adalah kumpulan proyek-proyek
di bidang kesehatan baik yang berjangka panjang maupun berjangka pendek. Jadi dapat
disimpulkan bahwa evaluasi program kesehatan masyarakat adalah suatu proses untuk
menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu program kesehatan masyarakat telah
dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk
mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah
didapatkan dari program kesehatan masyarakat yang telah dilaksanakan bila
dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh yang berguna untuk
merumuskan alternatif keputusan di masa yang akan datang.
b. Prinsip Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Prinsip- prinsip evaluasi program kesehatan masyarakat:
1. Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik, evaluasi harus melihat
kedepan dan berorientasi pada tindakan.
11
(29)
2. Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian pada kebijakan
pengujian dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuan dalam proses
penerapan dan memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir.
3. Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasar tujuan dan dimulai dengan
pernyataan yang jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapai pada populasi
mana dan dalam jangka waktu kapan.
4. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus diperiksa
ketepatan dan kesesuaiannya.
5. Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan eevaluatif harus disesuaikan dengan
kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu.
6. Karena evaluasi bersifat membandingkan, evaluasi bergantung pada
indikator-indikator yang menggambarkan tingkat dan rasio yang tepat, daripada tingkat-tingkat
penyelesaian yang tepat
7. Penilaian-penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusat perhatian
pengendalian keputusan dan keluaran yang timmbul sebagai akibat ketidakpastian dan
kesempatan.
8. Efisiensi, efektivitas, dan keadilan harus didefinisikan dengan jelas. 12
c. Tujuan Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Tujuan Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat:
1. Memberikan masukan bagi perencanaan program kesehatan masyarakat.
2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut,
perluasan atau penghentian program kesehatan masyarakat.
12
Reinke, William A. 1998. Perencanaan Kesehatan untuk Masyarakat Efektifitas Manajemen, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
(30)
3. Memberikan masukan bagi yang mengambil keputusan tentang modifikasi atau
perbaikan program kesehatan masyarakat.
4. Memberikan masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan penghambat
program kesehatan masyarakat.
5. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervise
dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program kesehatan
masyarakat.13
d. Komponen dan Indikator Evaluasi Program Kesmas
Ada beberapa komponen tertentu yang selalu ditemukan dalam setiap
perencanaan evaluasi, yaitu tujuan dan metode evaluasi.14
1. Tujuan Evaluasi
Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang
harus dimiliki seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi,
penentuan tujuan evaluasi akan selalu berkenaan dengan apa yang diharapkan
dari pelaksanaan suatu evaluasi, yaitu output dan outcome
2. Metode Evaluasi
Penentuan modal evaluasi sangat berkaitan dengan berbagai pendekatan
evaluasi. Evaluator hendaknya memahami berbagai pendekatan dalam evaluasi,
kekuatan dan kelemahan setiap pendekatan. Berikut ini adalah
pendekatan-pendekatan utama dalam evaluasi:
1). Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan dan
sasaran dan pencapainnya.
13
Husna, Titik, 2012 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI PT. CITYRA BARU COMMERCIAL MEDAN. Medan; Universitas Sumatra Utara.
14
(31)
2). Pendekatan yang berorientasi pada manajemen, yang fokus utamanya adalah pada
identifikasi dan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pembuat keputusan
manajerial.
3). Pendekatan yang berorientasi pada klien, yaitu yang masalah utamanya adalah
mengembangkan informasi evaluasi dalam produk-produk pendidikan, untuk
digunakan oleh pengguna pendidikan dalam memilih kurikulum (misalnya kurikulum
berbasis kompetens
4). Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada
penerapan langsung dari para profesional dalam menilai kualitas pendidikan.
5). Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra atau
penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada umumnya (pro
dan kontra).
6). Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa keterlibatan
partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria, kebutuhan, dan sifat
data untuk evaluasi.15
Dalam WHO 1981, indikator didefinisikan sebagai variabel yang membantu untuk
mengukur perubahan. Indikator adalah variabel yang dapat membantu mengukur
perubahan-perubahan. Variabel adalah alat bantu evaluasi yang dapat mengukur
perubahan secara langsung atau tak langsung. Misalnya, kalau tujuan dari program
adalah untul melatih sejumlah tertentu tenaga kesehatan tiap tahun, maka suatu
indikator langsung untuk mengevaluasi boleh jadia berupa jumlah tenaga kesehatan
yang betul-betul dilatih setiap tahunnya. Contoh lain jika uang dievaluasi adalah hasil
suatu program untuk memperbaiki tingkat kesehatan golongan anak-anak, mungkin
perlu untuk mengukur setiap perbaikan dengan menggunakan beberapa indikator yang
15
(32)
secara tak langsung dapat mengukur adanya perubahan pada tingkat kesehatan
mereka, misalnya status gizi yang digambarkan dengan berat badan terhadap tinggi
badan, angka kecukupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka kematian menurrut
golongan umur, angka kesakitan, jenis penyakit tertentu, dan angka penderita cacat
golongan anak-anak. Menurut Notoadmodjo Indikator harus valid, objektif, sensitif
dan spesifik. Dalam memilih indikator harus diperhitungkan sejauh mana indikator
tersebut sah, bisa dipercaya, sensitif dan spesifik.
b. Menurut Supriyanto Macam Indikator kesehatan :
1. Indikator yang berkaitan dengan status kesehatan yang berhubungan dengan
kualitas hidup dan itu berarti mengukur pelayanan kesehatan. Sebagai indikator
survival yang utama untuk mengukur sistem kesehatan masyarakat seperti
ditetapkan WHO 1981 ; Untuk mencapau health for all by year 2000, adalah
angka kematian bayi maximum 50 per 1000 bayi lahir hidup dan angka harapan
hidup waktu lahir minimal adalah 60 tahun atau lebih. Indikator survival selain itu
adalah indikator kualitas hidup, disini tentu saja tidak hanya indikator kesehatan
namun juga indikator kesehatan lainnya berupa indikator pertumbuhan badan,
indikator status gizi, dan yang spesifik adalah angka kesakitan dan kematian bayi
dan anak.
2. Indikator non kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup seperti:
indikator sosial ekonomi, pendidikan, budaya, lingkungan hidup dan perumahan,
(33)
masalah serta diselesaikan secara multi sektoral. Dengan demikian evaluasi, juga
multisektoral.16
e. Jenis Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Perbedaan antara jenis-jenis evaluasi itu sebagian besar hanya terletak pada
frekuensi dan waktu pelaksanaannya. Contoh, evaluasi proses adalah evaluasi yang
paling sering dilakukan, sedangkan evaluasi dampak adalah evaluasi yang paling
jarang dilakukan. Evaluasi isi berfokus pada efek langsung pengajaran pada jangka
waktu yang lebih lama. Pelaksanaan evaluasi proses memerlukan lebih sedikit sarana
dibandingkan evaluasi dampak, yang memerlukan sangat banyak sarana dalam
pelaksanaannya. Menurut Azrul Azwar, jenis evaluasi antara lain:17
1. Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap
pengembangan program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang dilakukan di
sini adalah pada saat merencanakan suatu program. Tujuan utamanya adalah untuk
meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan
masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian
yang bermaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhan
masyarakat ini dering disebut dengan studi penjajakan kebutuhan (need assesment
study).
2. Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi yang memberikan
gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan
ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan structural dari pada program.
Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat program sedang dilaksanakan.
16
Supriyanto S dan Nyoman Anita D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga Universitiy Press.
17
(34)
Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan
tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, atau apakah terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Pada
umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini yaitu
monitoring dan penilaian berkala.
3. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitas suatu
program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai sesudah program
tersebut berjalan. Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program telah
selesai dilaksanakan. Tujuan utamanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengukur
keluaran (output) serta mengukur dampak (impact) yang dihasilkan.
4. Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program
dalam menghasilkan target sasaran.
5. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan atau perbaikan
dalam morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya untuk
sekelompok penduduk tertentu. 18
a. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan
Pengertian Standar Pelayanan Minimal Kesehatan adalah Standar Pelayanan Minimal
(SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
kabupaten/kota bahwa pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam
18
http://www.academia.edu/15561723/Evaluasi_Program_Kesehatan_Masyarakat diakses pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 00:17 WIB
(35)
memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup kesejahteraan rakyat dan SPM adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan dan
suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark). Dan ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Dan juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan
minimum yang diberikan oleh Badan layanan Umum terhadap masyaraka. Dalam penjelasan
pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur kinerja dalam
menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008). Di
bawah ini merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai standar, pelayanan,dan kinerja
(performances).
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
1. Standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.
2. Standar adalah sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai
sebagai ukuran.
b. Menurut Kepmenkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008
1. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang harus dicapai.
2. Standar adalah ukuran pencapaian mutu atau kinerja yang diharapkan bisa
dicapai.
c. Menurut Katz & Green (1997)
(36)
d. Berbagai pengertian dan pendapat
1. Standar diartikan sebagai kewenangan wajib.
2. Standar diartikan sebagai batasan nilai yang harus dicapai.
3. Standar diartikan sebagai tolok ukur (indicators).
4. Standar diartikan sebagai prosedur.
5. Standar diartikan sebagai persyaratan (requirement).
6. Standar diartikan sebagai standar teknis (practice guidelines).
Pelayanan
e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
1. Pelayanan adalah perihal atau cara dalam melayani kebutuhan orang lain.
2. Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan berupa uang atau jasa.
3. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang atau jasa.
Menurut Kotler (1985), Pelayanan adalah setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan
dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak
berakibat pemilikan sesuatu, sedangkan Menurut Sugiarto (2002), Pelayanan adalah upaya
maksimal yang diberikan oleh petugas pelayanan dari sebuah perusahaan industri untuk
memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga tercapai kepuasan yang berbanding
terbalik Menurut Cravens (1998), pelayanan adalah upaya dalam memenuhi permohonan
untuk menspesifikasikan produk-produk seperti data kinerja, permohonan untuk rincian,
pemrosesan pesanan pembelian, penyelidikan status pesanan, dan layanan garansi. Sedangkan
(37)
perusahaan, artinya bahwa adanya suatu perbuatan yang dilaksanakan suatu pihak terhadap
pihak lain. Kinerja (Performances)
f. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau
prestasi yang diperlihatkan.Menurut pendapat Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan
menurutprndapat Ambar Teguh Sulistiyani, kinerja adalah kombinasi dari kemampuan,
usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan Kinerja adalah
tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu Menurut Payaman Simanjuntak
(2005).
b. Fungsi Standar Pelayanan Minimal Puskesmas (SPM)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 Tahun 2003 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/kota bahwa pelayanan
dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus
keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan
rakyat seperti;
a. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai pemerintah
sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat.
b. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan.
c. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang kesehatan
dalam melakukan pengevaluasian dan monitoring pelaksanaan pelayanan
(38)
a. Unsur Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Menurut UU No. 25 Tahun 2009. Pasal 21, komponen atau unsur dasar
pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
a. Dasar hukum
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan.
b. Persyaratan
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik
persyaratan teknis maupun administratif.
c. Sistem, mekanisme, dan prosedur
Tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan,
termasuk pengaduan.
d. Jangka waktu penyelesaian
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan
dari setiap jenis pelayanan.
e. Biaya
Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan atau
memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
f. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
g. Sarana, prasarana, dan fasilitas
Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan,
termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.
(39)
Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan pengalaman.
i. Pengawasan internal
Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan
langsung pelaksana.
j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan
Tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
k. Jumlah pelaksana
Tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja.
l. Jaminan pelayanan
Memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan.
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
Memberikan kepastian memberikan rasa aman dan bebas dari bahaya, risiko,
dan keragu-raguan.
n. Evaluasi kinerja pelaksana
Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
standar pelayanan.
Unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain untuk membentuk standar pelayanan
yang berhak diterima oleh setiap masyarakat secara minimal. Penyelenggara
berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan yang merupakan
pernyataan kesanggupan penyelenggara dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan yang telah ditetapkan. Maklumat pelayanan yang dimaksud wajib
(40)
b. Klasifikasi Pelayanan
Pelayanan yang harus di berikan oleh pemeintah dapat diklasifikasikan ke dalam dua katagori utama yaitu : Pelayanan Kebutuhan dasar dan pelayanan umum.19
1. Pelayanan Kebutuhan Dasar
f. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat ,maka kesehatan adalah
hak bagi setiap warga masyarakat yang di lindungi Undang-Undang Dasar.Setiap
Negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk mencapai
kesejahteraan.Oleh karena itu,perbaikan pelayanan kesehatan pada dasar nya
merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera ( welfae society).
g. Pendidikan Dasar
Bentuk dari pelayanan dasa adalah pendidikan dasar, sama hal dengan kesehatan,
pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber manusia. masa depan suatu
bangsa akan sangat ditentukan oleh seberapa besar pehatian pemerintah terhadap
pendidikan masyaraka nya.
.
1.Pelayanan Umum
Selain pelayanan kebutuhan dasar,pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan
publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada masyarakat nya. Pelayanan
umum harus diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok ,yaitu ;
a. Pelayanan administratif pelayanan administratif adalah pelayanan berupa
penyediaan berbagai bentuk dokumen yang di butuhkan oleh publik.
19
(41)
b. Pelayanan Barang pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik.
Pelayanan jasa Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilakan berbagai bentuk
jasa yang di butuhkan.
F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang terpenting sebagai usaha untuk
menjelaskan mengenai pembatasan pengertian antara konsep satu dengan yang
laianya.
1. Evaluasi SPM
Evaluasi Standar Pelayanan Minimal adalah meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, meskipun baru meng- cover secara umum saja dan
dapat dilihat hasilnya dari capaian indikator pelayanan yang makin tahun makin
meningkat dan hampir sebagian besar melampaui angka yang telah ditetapkan.
Standar pelayanan minimal ini sebetulnya memang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, hal ini terbukti dapat dengan mudahnya angka - angka
target kinerja pelayanan yang ditentukan dapat dicapai dengan baik.
2. Capaian SPM Puskesmas
Pencapaian SPM puskesmas dapat diukur berdasarkan pencapaian target
indikator kinerja program atau hasil indikator program yang telah direncanakan,
ditetapkan dan akan dicapai dalam priode waktu tertentu. Indikator SPM merupakan
serangkaian kegiatan program sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan
program strategis, sasaran, tujuan, misi, dan visi puskesmas. Penentuan indikator
kinerja SPM dan target kinerja di dasarkan pada beberapa faktor seperti:
(42)
b. Kelanjutan dari setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi.
c. Ketersediaan sumber daya kesehatan, seperti; SDM, dana, teknologi,
sarana prasarana.
d. Tantangan atau kendala dalam pencapaian bidang kesehatan.
G. Definisi Operasional
Pengertian definisi operasional menurut koentjaraningrat adalah suatu usaha mengubah
konsep yang berupa konstrak dengan kata-kata yang menggambarkan prilaku atau gejala
yang dapat di uji dan ditentukan kebenaranya oleh orang lain 20. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaiman cara mengukur suatu variabel.
Atau dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana
bagaimana menguku suatu variabel. Defenisi oprasional mengenai evaluasi pelaksanaa
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di UPT puskesmas ada beberapa unsur
untuk mengukur variabel evaluasi setandar pelayanan minimal sebagai berikut:
a. Evaluasi input SPM puskesmas : SDM, layanan.
b. Evaluasi output SPM puskesmas : Hasil, jumlah pasien.
c. Evaluasi pencapaian SPM puskesmas.
d. Evaluasi hambatan pencapaian SPM puskesmas.
H. Metode Penelitian
Dalam penelitian metodelogi sangat berperan dalam menentukan hasil atau tidaknya
suatu penelitian dengan kata lain setiap penelitian harus menggunakan metodelogi
sebagai tuntutan befikir yang sistematis agar dapat mempertanggung jawabkan secara
20
(43)
ilmiah 21. Winarno Surachman berpendapat metodelogi adalah pemgetahuan tentang bagaimana cara kerja yaitu dengan kerja untuk memahami obyek-obyek yang menjadi
sasaran dari ilmu pengetahuan yng bersangkutan.
Menurut Bodgan dan Taylor seperti di kutip oleh Lexi J.Moleong yang di mangsut
dengan pendekatan kualuitatif ialah:
Sebagai sebuah prosedur dasar penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang di amati.22
3. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian denagn cara data yang
dikumpulkan berupa kata – kata, gambar, dan bukan angka – angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Laporan tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara ,
catatan lapangan, foto, video tape, Lokasi Penelitian. Menurut Sukmadinata, penelitian
deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupaka hal yang
cukup penting, mendeskripsikan fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran,
implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Peneliti
tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variabel,
tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen dan variabel berjalan apa
adanya. Aka tetap, seperti di katakan Jhon W Best (dalam Sukmadinata) bahwa: “ peneliti deskreptif tidak hanya berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian,
analisis dan penarikan implementasi serta penyimpulan, tetapi dinlanjutkan dengan
21
Winarno Surachman 1990,Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metodeteknik,Tarsito,Bandung,hal 34.
22
Koyan, I. Wayan. "Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif." Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (2012).
(44)
perbandingan, mencari kesamaan, perbedaan dan hubungan kasual dalam berbagai
hal”.23
4. Lokasi dalam peneltian
Lokasi dalam peneltian ini adalah UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten
Gunungkidul. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, puskesmas berwenang untuk melaksanakan
rekam medis. Pelayanan rekam medis di mulai saat di terimanya pasien di tempat
penerimaan pasien dan pencatatan data selama perawatan atau pelayanan medis di
puskesmas. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul merelokasi Puskesmas Girisubo dari
Desa Nglindur ke Jerukwudel. Relokasi Puskesmas Girisubo diresmikan oleh Bupati
Gunungkidul Suharto SH, Rabu (5/9). Sementara itu Bupati berharap dengan
direlokasinya Puskesmas Girisubo akan mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan
pada masyarakat sehingga menjadi promosi kesehatan bagi masyarakat. Apalagi
dengan diterapkannya pelayanan kesehatan gratis sejak awal 2007 ini, diharapkan
pelayanan akan semakin meningkat. Dilaporkan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan KB
Gunungkidul drg Widodo MM bahwa biaya untuk merelokasi Puskesmas Girisubo
menelan dana Rp 665 juta dari APBD 2007. Puskesmas Girisubo memiliki wilayah 8
desa dan kini berada di pusat Kecamatan Girisubo yang lebih strategis. (Kedaulatan
Rakyat 8/9 2007). Agar pelayanan masyarakat lebih optimal maka peneiti akan meneliti
bagai mana Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Kesehatan UPT Puskesmas
Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul sudah berjalan dengan baik atau
mengalami kendala.
23
(45)
e. Unit Analisa
Dokumen pribadi, catatan atau memo, naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, video dan dokumen resmi lainnya.
Dalam penelitian yang diteliti, bisa suatu individu atau bias juga suatu
kelompok. Unit analisa dalam penelitian ini adalah UPT Puskesmas Kecamatan
Girisubo Kabupaten Gunungkidul.
f. Sumber Data.
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Data primer.
a. Kebijakan kesehatan.
b. Status Kesehatan.
c. Sistem Manajemen Kesehatan.
2) Data sekunder.
d. Laporan tahunan puskesmas.
e. Laporan triwulan puskesmas.
f. Laporan SPM puskesmas.
g. Teknik Pengumpulan Data.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah
penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini akan dilakukan dua tkenik pengumpulan
data yaitu;
(46)
2. Wawancara.
3. Dokumentasi.
h. Tekhnik Analisis Data.
Analisis data menurut Patton adalah Proses mengatur urutan
data,mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan dasar24. Kemudian Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha
secara formal umtuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti
yang disaankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema
dan hipotesis kerja itu. Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat di ketemukan tema
dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di dasarkan oleh data. Proses
analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah di tulis dalam catatan lapangan,
dokumentasi pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya.
Dari definisi – definsi tersebut dapatlah kita pahami bahwa ada yang menggunakan proses, ada pula yang menjelaskan tentang komponen – komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data.
Dalam hal ini penulis akan menggunakan penelitian analisa kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain - lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
24
(47)
(48)
BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
a. Gambar 1.1 Peta Kecamatan Girisubo
Gambaran umum tempat penelitian dan batas wilayah kerja UPT Puskesmas
Girisubo dan situasi wilayah kerja UPT Puskesma Girisubo dengan alam berbukit,
tegalan, pekarangan. Adapun symber air bersih masih kurang, sehingga air
didatangkan dari luar daerah dan memanfaatkan air hujan dengan penampungan
air hujan (PAH). Serta batas wilayah kerja UPT Puskesma Girisubo sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara Kecamatan Rongkop.
2. Sebelah Barat Kecamatan Tepus.
3. Sebelah Selatan Samudera Indonesia.
4. Sebelah Timur Kecamatan Paranggupito.
(49)
UPT Puskesmas Girisubo memiliki 8 Desa, wilayah kerjanya yaitu : Nglindur,
Jerukwudel, Tileng, Jepitu, Balong, Pucung, Songbanyu, Karangawen.
Jumlah penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Girisubo berdasarkan data
Desember 2014, sebanyak 25347 jiwa, dengan jumlah KK 6747.
1. Jumlah Dusun : 82
2. Jumlah Posyandu : 83
3. Jumlah Kader : 415 orang
4. Pos UKK di Sadeng : 1
5. Posyandu Lansia :10
6. Posbindu : 1
7. Desa Siaga : 8
8. Desa stop BABs : 81
b. Visi, Misi Dan Tujuan 1. Visi
Puskesmas Girisubo Mempunyai Visi Terwujudnya Pelayanan Kesehatan
dasar yang bermutu, berkeadilan menuju masyarakat yang sehat dan
mandiri.
2. Misi
Misi Puskesmas Girisubo adalah.
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata,
terjangkau serta berkesimabungan.
2. Mendorong dan meningkatkan usaha kesehatan yang berbasis
masyarakat.
1
(50)
3. Menggerakkan kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat.
4. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelayanan
kesehatan.
5. Meningkatkan pelaksanaan manajemen Puskesmas yang berbasis
Sistim Informasi Kesehatan.2
3. Tujuan
Puskesmas Girisubo menetapkan tujuan yang hendak di capai adalah:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan
terjangkau.
2. Terpenuhinya sarana dan prasarana Puskesmas yang sesuai standar,
serta terpenuhi kualitas sumber daya manusia.
3. Tercapainya kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
bagi seluruh masyarakat.
4. Tercapainya sistem manajemen yang transparan dan akuntabel.
c. Jenis – jenis Layanan
Puskesmas Induk Girisubo memberikan pelayanan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) berupa poliklinik yang buka setiap hari pada jam kerja
yaitu:
1) Klinik Umum.
2) Klinik Gigi.
3) Klinik Kesehatan Ibu, Anak dan KB.
4) Klinik Sehat.
5) Klinik MTBS.
2
(51)
6) Unit Pelayanan Darurat 24 Jam.
7) Rawat Inap.
8) Persalinan.3
d. Jumlah Pengunjung
Jumlah pengunjung UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten
Gunungkidul tahun 2015:
Tabel 1
Jumlah pengunjung Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
No URAIAN JAMKESMAS
A PELAYANAN Bulan
Oktober
Bulan November
Jumlah s.d Bulan
Desember
1 Pelayanan.Medis.
(rawat jalan)
866 9206 10072
2 U G D 91 1150 1241
3 Tindakan. Medis 68 2041 2109
4 Konsultasi.
Kesehatan
- 58 58
5 Laboratorium 3 94 97
6 Caten - - -
7 Surat. Ket. Dr - 1 1
8 Visum - - -
9 Rujukan 2 100 102
10 Ambulan - - -
11 Rawat.inap umum 2 4 6
12 Rawat.inap klas - - -
13 Persalinan. Normal
- - -
14 Persalinan. Dengan. Penyulit
- - -
Dari tabel yang ada diatas, dijelaskan bahwa jumlah pengunjung Jaminan kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten
Gunungkidul tahun 2015. Pada bulan Oktober pelayanan yang diberikn terbanyak pada
pelayanan medis (rawat jalan), dan mengalami peningkatan pada bulan November jumlah
pengguna JAMKESMAS sampai dengan bulan Desember sejumlah 10072 orang yang
3
(52)
ditangani melalui pelayanan medis (rawat jalan). Dan pelayanan terbanyak kedua pada
pelayanan tindakan medis. Pada bulan Oktober pelayanan tindakan medis tercatat 68 pasien
yang perlu mendapatkan penanganan medis sampai dengan bulan November tercatat 2041
pasien sampai dengan bulan Desember tercatat jumlah pasien yang mendapatakn pelayanan
tindakan medis sejumlah 2109. Sedangkan pelayanan JAMKESMAS terkecil pada pelayanan
surat keterangan dokter dari bulan November samapi dengan bulan Desember tercatat 1
pasien yang membutuhkan surat keterangan dokter.
Tabel 2
Jumlah pengunjung Jaminan Kesehatan Sosial (JAMKESOS)
No URAIAN JAMKESOS
A PELAYANAN Bulan
Oktober
Bulan November
Jumlah s.d Bulan
Desember
1 Pelayanan.Medis.
(rawat jalan)
- 127 130
2 U G D - 10 10
3 Tindakan. Medis - 28 28
4 Konsultasi.
Kesehatan
- - -
5 Laboratorium - 5 5
6 Caten - - -
7 Surat.
Keterangan. Dr
- - 1
8 Visum - - -
9 Rujukan - 3 3
10 Ambulan - - -
11 Rawat.inap umum - - -
12 Rawat.inap klas - - -
13 Persalinan. Normal
- - -
14 Persalinan. Dengan. Penyulit
- - -
Dari tabel yang ada diatas, dijelaskan bahwa Jumlah pengunjung Jaminan kesehatan
Sosial (JAMKESOS) di UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul tahun
(53)
November tercatat 127 pasien yang mendapatkan pelayanan medis (rawat jalan) sampai
dengan bulan Desember tercatat pasien yang mendapatkan pelayanan medis rawat jalan
sejumlah 130 orang. Sedangkan pelayanan JAMKESOS tekecil pada pelayanan surat
keterangan dokter yang tercatat dari bulan Oktober, November, Desember tercatat 1 pasien
yang mendapatkan pelayanan surat keterangan dokter.
Tabel 3
Jumlah pengunjung (JAMKESTA)
No URAIAN JAMKESTA
A PELAYANAN Bulan
Oktober
Bulan November
Jumlah s.d Bulan
Desember 1 Pelayanan. Medis.
(rawat jalan)
119 1223 1342
2 U G D 39 133 172
3 Tindakan. Medis 29 225 254
4 Konsultasi.
Kesehatan
- 20 20
5 Laboratorium 3 15 18
6 Caten - - -
7 Surat.
Keterangan. Dr
- - -
8 Visum - - -
9 Rujukan - 41 41
10 Ambulan - - -
11 Rawat.inap umum 1 - 1
12 Rawat.inap klas - - -
13 Persalinan. Normal
- - -
14 Persalinan. Dengan. Penyulit
- - -
Dari tabel yang ada diatas, dijelaskan bahwa Jumlah pengunjung (JAMKESTA) di
UPT Puskesmas Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul tahun 2015. Pada bulan
oktober pelayanan yang diberikn terbanyak pada pelayanan medis (rawat jalan) dan
mengalami peningkatan pada bulan november dan jumlah pengguna JAMKESTA sampai
dengan bulan desember sejumlah 1342 orang yang di tangani melalui pelayanan medis (rawat
(1)
b. Kendala – kendala yang dihadapai Puskesmas Girisubo terkait dengan Evaluasi Pelaksanaan Standar Minimal
c. Sumber Daya Manusia
Evalusi Sumber Daya Manusia (SDM) di UPT Puskesmas Girisubo perlu dilakukan karena sumber daya manusia merupakan faktor kunci keberhasilan program kesehatan masyarakat dalam pelakasanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Ketersediaan dokter dan para medis yang profesional dapat mengatasi kendala yang sering terjadi seperti tingkat capaian program yang belum maksimal seperti, cakupan kunjungan ibu hamil K4, cakupan pelayanan nifas, calupan pemberian makanan pendamping ASI dan lain lain. Dan penambahan tenaga medis untuk melengkapi tenaga medis yang belum terpenuhi seperti asisten apotaker yang belum ada tenaga medis dan pengemudi mobil puskesmas keliling yang belum ada tenaga medisnya. Serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan bagi masyarakat melalui unit – unit puskesmas pembantu dari setiap daerah agar program pelayanan masyarakat dapat terlaksana secara menyeluruh dan maksimal. Sehingga kendala – kendala dalam proses pelayanan kesehatan dapat diatasi melalui kerjasama dari unit – unit puskesmas pembantu.
B. Rekomendasi
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelengarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima masyarakat dan terjangakau. Dengan peran serta aktif masyarakat dan mengunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
(2)
Sebagai Unit Pelaksana Tugas dari Dinas Kesehatan, UPT Puskesmas Girisubo perlu meningkatakan program kesehan dalam Standar Pelayanan Kesehata agar pelayanan kesehatan di Kecamatan Girisubo meningkat. Upaya tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila antar bagian dalam struktur organisasi puskesmas mampu bekerja sama dengan baik dan seluruh anggota yang terlibat dalam penyelengara kesehatan di UPT Puskesmas girisubo mampu bekerjasama dengan masyarakat dalam pencapaian program kesehatan, serta sarana dan prasarana penunjang dalam penyelengaraan kesehatan perlu dilakukan penambahan seperti puseling dan alat – alat bantu medis serta tenaga medis yang berkopeten sangan diperlukan dalam proses pelaksanaan jaminan kesehatan di UPT Puskesmas girisubo maupun dilapangan.
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara Jakarta.
Wijono, D.1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. UNAIR. Surabaya. Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan. Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1974. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT.Gramedia Jakarta.
Winarno Surachman. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metodeteknik,Tarsito. Bandung. Koyan dan I. Wayan. 2012. "Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif." Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sukmadinata dan Nana Syaodih. 2007. "Metode penelitian." Bandung: PT Remaja Rosda Karya. J.Moleong dan Lexy. 2006. Metodelogi Penelitian kualitatif. Bandung. hal 280.
Reinke dan William A. 1998. Perencanaan Kesehatan untuk Masyarakat Efektifitas Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Husna dan Titik. 2012. Evaluasi pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja. PT. Cityra Baru Commercial Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Tayibnafis dan Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyanto S dan Nyoman Anita D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga Universitiy Press.
B. Jurnal
Khasanah, Yuli Uswatun. 2011. Perencanaan Sistem Rekam Medis Berdasarkan Input dan Proses di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health) 5.1.
Khozin, Mohammad. 2010. Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul." Journal of Government and Politics” 1.1.
Cahyanti, Ana Nur, and Bambang Eka Purnama. 2012. "Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Pakis Baru Nawangan." Speed-Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi 4.4.
(5)
Cahyo, Eko Nur. 2007. Aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan:: Evaluasi Program Askeskin di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Diss. Universitas Gadjah Mada.
Riyanto Sugih Pambudi, M. Toto Sudargo, dan SKM M. Kes. 2015. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) Untuk Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Gunungkidul. Diss. Universitas Gadjah Mada.
Widodo Febrianto dan Ir Eko Nugroho. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Di Kabupaten Bantul. Diss: Universitas Gadjah Mada.
C. Internet / Publikasi Ilmiah
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-evaluasi-definisi-pengertian.html (Rabu,16 Maret, Pukul 22.35).
http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&submode=detail&id=350 (Kamis,31 Maret, Pukul 01.18).
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-evaluasi-definisi-pengertian.html (Kamis, 14 April, Pukul 23.45).
http://www.academia.edu/15561723/Evaluasi_Program_Kesehatan_Masyarakat diakses pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 00:17 WIB
D. Perundang –undangan
(6)