PEMIKIRAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI DALAM AKTIVITAS EKONOMI

(1)

SKRIPSI

Oleh:

LINDA PAPUANGAN

NPM : 20130730019

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada

Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

Oleh:

LINDA PAPUANGAN

NPM :20130730019

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii











































Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah 2: 286)





Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(QS Alam Nasyrah 94: 6)











“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesunggunya Allah beserta orang-orang yang sabar”.


(4)

iii

Persembahan teruntuk :

Kedua orang tuaku

Ayahanda Drs. Hi. Irianto

Papuangan. M. Pd.J. dan

ibundah Hj. Hadija Saleh

Kaka Wisda Papuangan. S.E

dan adik-adiku, Rahmat

Papuangan. S.Pi, Nurlela

Papuangan, Widia Ningsih.

Amd. Keb, Hidayat

Papuangan, Barkah

Papuangan, Basid

Papuangan.

Spesial Ikmal Umsohy S.H,

telah banyak membantu

penulis.

Almamater Tercinta

Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.


(5)

iv

hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis masih memiliki kesempatan untuk

menyelesaikan skripsidengan Judul “PEMIKIRAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI DALAM AKTIVITAS EKONOMI”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyakmembantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mereka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto. M.A Selaku Rektor Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Dr. Mahli Zaenudin Tago. M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Bapak Syarif Asa’ad. S.EI, MSI Selaku Ketua Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam. 4. Bapak Mukhlis Rahmanto, Lc. M.A, Selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi dan

Perbankan Islam.

5. Bapak Drs. Hi. Muhsin Hariyanto, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Moh. Mas’udi, M.Ag selaku penguji yang telah menguji dan membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8. Kepada kedua orang Tuaku Drs. Hi. Irianto Papuangan dan Hj. Hadijah Saleh, terimakasih atas doa, dukungan, kasih sayang, motivasi dan pengorbanannya Selama ini.


(6)

v

10. Buat Ikmal Umsohy S.H., terima kasih atas bantuan selama ini yang telah banyak meluangkan waktu selama membantu Penulis.

11. Keluargaku di Yogyakarta Nirmala Yajid, Rahmat Mustari, Adik Masita, Adik Amel, Adik Mirna yang banyak membantu penulis.

12. Keluarga besar dan para Sahabat-sahabatku HMI AVICENNA UMY Mukrim, Ramadan, Sugi, Iswan Rendi, Syahid, Vita, Indera, Icut dan yang tak bisa ku sebut semuanya telah banyak memberikan dukungan, tenaga, bantuan selama ini.

13. Buat teman-teman EPI A 2013 Endang, Nia, Mimi, Desi dan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

Atas segala keredahan hati, dengan tulus dan ikhlas penulis hanya bisa mendoakan semoga Allah SWT, membalas semua amal dan kebaikan semua yang telah diberikan kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Skripsi ini.

Yang Menyatakan


(7)

vi

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Kerangka Teori ... 18

G. Metode Penelitian ... 24

H. Sistematika Pembahasan ... 26


(8)

vii

...

A. Pengertian Etika Distribusi dan Etika Produksi ... 34

1. Pengertian Etika Distribusi ... 36

2. Pengertian Etika Produksi ... 39

B. Tujuan Distribusi dan Produksi ... 41

1. Tujuan Distribusi ... 41

2. Tujuan Produksi ... 42

C. Faktor-faktor Distribusi dan Produksi ... 44

1. Faktor Distribusi ... 44

2. Faktor Produksi ... 46

BAB IV. KONSEP MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI ... 52

A. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Distribusi ... 52

B. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Produksi ... 61

C. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Aktivitas Ekonomi ... 65

BAB V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE


(9)

(10)

ix

MuhammadNejatullah Siddiqi dengan tujuan untuk mendeskrpsikan tentang Etika Distribusi dan Produksi dalam Aktivitas Ekonomi.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah penelitian pustaka (Library Research), dan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode deskriptif Kualitatif. Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kualitatif

Setelah melakukan penelitian secara mendalam atas pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi, terkait dengan konsep distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi, dalam kerangka tersebut dibangun berdasar pada Al-Qur’an dan as-sunnah.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jika maksimasi laba tak lagi merupakan motif utama, maupun konsep rasionalitas memiliki arti yang berbeda. Kerja samadengan produsen lain untukmencapai tujuan-tujuan sosial, agar menjadi norma sehingga mengharuskan adanya akses yang lebih besar kepada informasi dalam sistem ekonomi Islam. Barang haram tidak akan diproduksi, barang mewah akan di minimalisasi dan kebutuhan pokok akan ditingkatkan produksinya, sementara praktik perdagangan yang jujur akan menghasilkan pahala, sekalipun setiap produsen individual diasumsikan telah memiliki sifat yang diinginkan mengikuti panduan keadilan dan kebajikan. Negara diharap hadir dalam setiap setiap kegiatan-kegiatan agar menjamin penyediaan keperluan dasar dengan pengawasan sesuai aturan-aturan yang berlaku, sehinggamenanamkan sifat-sifat kejujuran dalam setiap aktivitas pasar agar kesemuanya didasari dengan pelaku baik dan jujur dalam aktivitas distribusi dan produksi untuk mepunyai kewajiban dan tanggungjawab sesuai dengan etika yang berlaku.


(11)

x Economic Activity.

The type of research used in writing this undergraduate thesis is the Library Research, and in collecting data, researcher used a qualitative descriptive method. While the analysis used in this study is qualitative analysis.

After conducting in-depth research, the framework of the thoughts of Muhammad Nejatullah Siddiqi, associated with the distribution and production concept in economic activity, were built based on the Quran and as-Sunnah. The research result shows that profit maximization is no longer the prime motive, nor the concept of rationality which has different meaning. The cooperation with other manufacturers to achieve social goals, in order to become the norm, requires greater access to information in the economic system of Islam. Illegal goods will not be produced, luxury goods will be minimized and the production of staples will be increased, while fair trade practices will produce reward, although each individual producer is assumed to have had the desired properties following the guidelines of justice and virtue. Countries are expected to be present in each of all the activities in order to ensure the provision of basic necessities to the supervision according to the applicable rules, thus instilling traits of honesty in any market activity that are all based on the good and honest behaviors in the distribution and production activity to have obligations and responsibility in accordance with the ethics.


(12)

(13)

(14)

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu keunikan ajaran Islam adalah mengajarkan kepada penganutnya untuk melakukan praktik ekonomi berdasarkan norma dan etika Islam. Bahkan, diakui oleh para ekonomi muslim atau non muslim dalam Islam diajarkan nilai-nilai dasar ekonomi yang bersumber pada ajaran tauhid. Nilai-nilai dasar ekonomi yang paling fundamental adalah keseimbangan, kesatuan, tanggung jawab, dan keadilan merupakan nilai-nilai dalam bidang ekonomi Islam. (Khaerul, 2013: 12)

Abdul Mannan (1992: 19) mengemukakan, bahwa ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat, yang diilhami oleh nilai Islam. Kedudukan nilai-nilai Islam inilah yang menjadi dasar pembeda utama antara ekonomi konvensional dan ekonomi syariah. Ada dua karakteristik yang membedakan ekonomi syariah dari ekonomi konvensional. Pertama, ekonomi syariah mengambil petujuk dari Al-Qur’an dan as-Sunnah, Kedua, bertujuan untuk mengemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai ekonomi komonitas muslim periode awal.


(16)

Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa ekonomi syariah bersifat normatif, tetapi merupakan penggabungan antara yang normatif dan yang positif. Metode pengkajiannya pun merupakan penggabungan antara deduktif dan induksi.

Pedoman normatif ini membawa dampak yang serius terhadap teori dan praktik ekonomi syariah. Dalam ekonomi syariah terdapat dua konsep dasar yang paling berkaitan, yaitu keadilan dan efesiensi.

Prinsip keadilan yang menunjukan perbedaan yang mendasar antara ilmu ekonomi syariah dan ilmu ekonomi konvensional terletak pada pandangan tentang pertumbuhan dan distribusi. Di kalangan sebagian besar ahli ekonomi konvensional, pertumbuhan merupakan prioritas ekonomi. Saving dari sebagian besar masyarakat, termaksud golongan menegah ke

bawah dan perusahaan-perusahaan adalah suatu keharusan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Diharapkan terhadap seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat. pandangan ini mendapat kritik dari sebagian ekonomi, karena berdasarkan studi empirik, orang-orang kaya yang diuntungkan dengan prioritas pertumbuhan itu tidak selalu melakukan saving atau investasi, sehingga pertumbuhan tidak selalu signifikan merangsang produksi barang dan jasa untuk kebutuhan lokal. (Khaerul, 2013: 12-16)

Kalaupun terjadi distribusi itu sesungguhnya tidak adil, dalam pengertian bahwa selisih tingkat penghasilan masyarakat lapisan bawah dan para pengusaha itu tetap semakin jauh. Terkesan bahwa pertumbuhan menjadi


(17)

prioritas karena dipandang sebagai economical necessity, sementara distribusi yang adil dipandang sebagai ethical necessity saja. Sebagai keharusan yang bersifat etis distribusi diserahkan pada kesadaran etis para pengusaha saja.

Dalam Islam, pertumbuhan dan distribusi harus dilaksanakan secara simultan, tanpa memprioritaskan salah satu dari yang lain. pertumbuhan merupakan suatu keharusan yang dapat dilihat dari pemerintah untuk menigkatkan produktivitas dan investasi. Melalui zakat, sebagian (2,5 % - 20 %) pendapatan perseorangan dan perusahaan harus didistribusikan kepada mereka yang membutuhkannya sebagai modal usaha, pelunasan kredit, dan kebutuhan lain dalam rangka menghindari penumpukan harta dikalangan segelintir orang, yang dilarang di dalam firman Allah Swt QS Al-Hasyr, 59: 7.

























Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota. Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Pada tingkat yang lebih mikro, ajaran Islam mengharuskan setiap kegiatan bisnis bersifat fair, bersih dari praktik kolusi, monopoli, eksploitasi,


(18)

dan semacamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada kegiatan bisnis an-sich, tetapi juga pada aktivitas yang berkaitan pada bisnis itu juga, seperti: auditing dan sebagainya. (Khaerul, 2013: 12-16)

Adapun etika bisnis Islami mengatur segala bentuk kepemilikan, pengelolaan, dan pendistribusian harta antar individu dan kelompok secara proporsional. Etika bisnis Islami menolak tegas segala bentuk praktik monopoli, eksploitasi, dan diskriminasi serta pengabaian hak dan kewajiban antar individu dan kelompok.

M. Dawam Raharjo menjelaskan bahwa ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional. Ekonomi Islam mengajarkan prinsip-prinsip ekonomi yang memiliki muatan ajaran agama, etika, dan moralitas, sedangkan ekonomi konvensional dibangun oleh peradaban barat berlandaskan nilai-nilai kebebasan dan sekularisme. Kritik utama terhadap visi ekonomi Islam adalah sistem ekonomi Islam bisa tidak diakui sebagai ilmu, melainkan sebuah ideologi.

Kritik tersebut kemudian dibantah dengan argument yang rasional dan normatif oleh Myrdal dan M. Umer Chapra yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi Islam dibangun berdasarkan nilai-nilai etika dan moral serta mengacu pada tujuan syariat (maqashid al-syari’ah), yaitu memelihara iman (faith), hidup (life), nalar (intellect), keturunan (posterty), dan kekayaan (wealth). Konsep itu menjelaskan bahwa sistem ekonomi hendaknya berawal dari suatu keyakinan (iman) dan berakhir dengan


(19)

kekayaan (property). Pada gilirannya, tidak akan muncul kesenjagan ekonomi ataupun prilaku ekonomi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. (Khaerul, 2013: 12-16)

Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa misi, pertama, melaksanakan aqidah dan syariat dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Kedua, mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan ekonomi, yaitu kemakmuran secara efisien. Ketiga, memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi umat sebagai basis kekutan ekonomi, baik dalam skala nasional dan regional maupun global. Atas dasar itu, pemberdayaan sistem ekonomi global dapat dilakukan dengan dua cara: pertama, melakukan pengkajian teoritis dan penelitian empiris bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam dan penerapannya dilapangan. Kedua, mempraktikan semua jenis teori dan konsep ekonomi Islam dalam berbagai pranata atau lembaga keuangan syari’ah baik bank maupun non bank.

Pola hubungan antara agama dan ekonomi dalam Islam telah melahirkan prinsip umum, bahwa untuk tercapainya tingkat kesejahteraan di bidang ekonomi, setiap orang tidak hanya diberi kebebasan untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi (muamalah madiyah) tetapi juga harus mempertimbangkan etika bisnis (muamalah al-adabiyah) yang berpijak pada prinsip dan asas-asas ekonomi Islam. (Khaerul, 2013: 12-16)

Salah satu ketentuan yang tidak terlepas dari hukum syariat itu adalah rezeki yang dianugerahkan Allah Swt pada manusia dari berbagai jalan dan


(20)

cara dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik diperoleh melalui jerih payah dan usaha yang sungguh-sungguh, atau dengan jalan yang tidak di duga dan di sangka, hal inilah yang di maksud ekonomi dalam kehidupan manusia. firman Allah dalam (QS Al-Baqarah, 2: 168).















Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terjadi dibumi, dan jaganlah kamu menggikuti langkah-langkah syeitan karena sesungguhnya syeitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Produksi dan distribusi merupakan bagian yang paling penting dan berarti dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa dan taraf penghidupan penduduknya Al-Qur’an atau pun Sunnah meletakkan penekanan yang sangat besar terhadap produksi dan distribusi kekayaan.

Pendekatan Muhammad Nejatullah Siddiqi kepada produksi dan distribusi tenggelam di dalam pradigma neoklasik, perubahannya adalah bahwa di dalam sistem ekonomi Islam, kita berhubungan dengan apa yang di sebut Islamic Man, perubahan mendasar ini di katakan akan mentransformasikan tujuan produksi dan norma prilaku para produsen. Baginya maksimasi laba bukanlah satu-satunya motif dan bukan pula motif utama produksi yang ada, menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi adalah keberagaman yang mencakup maksimasi laba dengan memperhatikan


(21)

kepentingan masyarakat (masalah amanah), produksi kebutuhan dasar masyarakat pencipta serta pemberlakuan harga rendah untuk barang-barang esensial.

Jika maksimasi laba tak lagi merupakan motif utama maupun konsep rasionalitas memiliki arti yang berbeda, kerja sama (sebagai lawan dari persaingan sampai mati) dengan produsen lain dengan tujuan mencapai tujuan-tujuan sosial akan menjadi norma sehingga mengharuskan adanya akses yang lebih besar kepada imformasi dalam sistem ekonomi Islam. Barang haram tidak akan di produksi, barang mewah akan minimalisir dan kebutuhan pokok akan di tingkatkan produksinya sementara praktek perdagangan yang jujur akan di dorong oleh pahala, sekalipun setiap produsen individual diasumsikan telah memiliki sifat yang diinginkan mengikuti panduan keadilan dan kebajikan. Negara masih di harap untuk menjamin penyediaan keperluan dasar dan mengawasi berlakunya kejujuran di pasar. (Siddiqi, 1996: 54)

Berproduksi merupakan ibadah sebagai seorang muslim berproduksi sama artinya dengan mengaktualisasikan keberadaan hidayah Allah SWT, yang telah diberikan kepada manusia, hidayah Allah bagi seorang muslim berfungsi untuk mengatur bagaimana ia berproduksi, seorang muslim yakin apapun yang di ciptakan Allah di bumi untuk kebaikan dan apapun yang Allah berikan kepada manusia sebagai sarana untuk menyadarkan atas fungsinya sebagai seorang khalifah, Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah, 2: 29.


(22)









Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu.

Manusia harus berusaha mengoptimalkan segala kemampuannya yang Allah Swt berikan, seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa Allah tidak akan memberi rezeki padanya dan Allah Swt berfirman dalam QS Fushshilat, 41: 31.









Artinya: Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

Dari ayat di atas maka, pertanyaan yang mungkin muncul dari kenyataan ini adalah pertanyaan mengenai akumulasi dan investasi untuk pertumbuhan ekonomi, pola produksi, pola distribusi seperti itu juga akan sejajar dengan permintaan karena Muhammad Nejatullah Siddiqi telah menyebutkan perlunya redistribusi sumber daya bagi kepentingan kaum miskin. Hal ini akan berakibat meningkatnya permintaan akan barang-barang perlu namun akibat itu hanyalah jangka pendek yang sama, yaitu mencari keuntungan


(23)

maksimum dengan jalan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dan distribusi seefesien mungkin.

Usaha memaksimumkan keuntungan dapat di capai dengan cara yang paling efesien, dalam praktiknya bagi setiap perusahaan pemaksimuman keuntungan belum tentu merupakan satu-satunya tujuan, seorang pengusaha muslim terikat oleh beberapa aspek dalam melakukan produksi dan distribusi. dari paparan di atas maka penulis mengambil inisiatif bahwa permasalan ini sangat menarik untuk di teliti, oleh sebab itu penulis mengangkat judul tentang: Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi Tentang Etika Distribusi Dan Produksi Dalam Aktivitas Ekonomi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diambil adalah: Apa pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengemukakan pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi.

D. Manfaat Penilitian

1. Manfaat Teoritik

Dengan adannya penelitian menjadi referensi bagi peneliti lainnya terkait keilmuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang


(24)

kesejahteraan sosial, faktor-faktor pendukungnya dan menemukan satu konsep terhadap pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi.

2. Manfaat Praktik

Bagi akademisi: semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para akademisi untuk memperkaya wawasan keilmuan dan dapat berdampak posistif bagi pemikiran-pemikiran mereka.

Bagi masyarakat: semoga skripsi ini dapat meberikan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang keadilan dalam etika distribusi dan produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan sistem ekonomi Islam telah banyak dilakukan oleh para cendekiawan dan ekonom, khususnya pemerhati ekonomi Islam namun, penelitian ini berfokus pada objek pemikiran Muhammad Nejatullah Sidiqqi tentang etika distribusi dan produksi, peneliti berupaya melakukan penelitian yang lebih dari peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti menemukan kajian etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi yang menggulas dua masalah tersebut, sebagai berikut:

Tabel 1.

Peneliti Terdahulu tentang Distribusi dan Produksi


(25)

1. Muhammad Syaifullah

Konsep Produksi dalam Ekonomi Islam Perspektif Ibnu Khaldun (2009)

Dengan penelitian untuk mencapai taraf produksi yang lancar dan maju maka konsepnya yaitu tabiat manusianya itu sendiri karena selaku faktor utama dalam mencapai setiap akumulasi dan modal, kemudian organisasi sosial yaitu kerja sama sosial yang diupayakan oleh manusia agar menjadi lebih dan berlipat ganda, yang terakhir organisasi internasional hal ini didasarkan atas keterampilan penduduknya karena hambatan satu-satunya bagi pembangunan adalah tenaga kerja yang kurang terampil dan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsep


(26)

produksi menurut ibnu khaldun adalah bekerja secara riil, kesetia kawanan (antar kelompok dengan kelompok lainya), berdasarkan sunnatullah (kerja secara nyata, mengeluarkan keringat, bertransaksi dengan jelas dan ada wujudnya).

2. Rahmawati Muin Sistem Distribusi dalam Perspektif Ekonomi Islam (2005)

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang konsep distribusi, prinsip distribusi dalam Islam dan metode yang di pakai deskriptif eksploratif.

3. Rian Maulana Konsep Distribusi Menurut

Muhammad Baqir Ash-Shadr (2003)

Dalam penelitian penulis menjelaskan konsep distribusi menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr, membedakan


(27)

distribusi ke dalam dua bagian, distribusi pra produksi dan pasca produksi. distribusi pra produksi adalah sumber alam yang merupakan faktor produksi alami yang terdiri kedalam empat kategori, seperti 1). tanah, mineral yang terkandung dalam perut bumi, (batu bara, belerang, emas, minyak dan lain sebagainya), 2). aliran air (sungai), dan sisanya 3). berbagai kekayaan alam lainnya yang terdiri atas kandungan laut (mutiara dan hewan-hewan laut), kekayaan yang ada dipermukaan bumi (hewan dan tumbuh-tumbuhan), kekayaan yang


(28)

tersebar diudara (burung dan oksigen), kekayaan alam yang tersembunyi (air terjun yang bisa menghasilkan tenaga listrik yang dapat dialirkan melalui kabel ke titik manapun), juga kekayaan alam lainnya serta 4). faktor turunan berupa modal dan kerja, kesemuanya itu merupakan kekayaan yang diperlukan dalam proses produksi.

4. Fahrudin Sukarno Etika Produksi Perspektif

Ekonomi Islam (2010).

Pembahasan dalam penelitian ini konsep produksi Islam berangkat dari status manusia sebagai ‘adb dan khalifah fi

al-ardh. Seperti halnya

pandangan umum Al-Qur’an tentang kegiatan produksi dapat diidentifikasi melalui


(29)

beberapa konteks antara lain: 1). Status manusia sebagai hamba Allah dengan kewajiban beribadah kepada-Nya serta memakmurkan bumi. 2). Status manusia sebagai wakil Allah SWT yang memiliki derajat, kemampuan, dan keahlian serta kewajibannya untuk saling tolong-menolong dan bekerja sama serta berlaku adil. 3). Kewajiban manusia untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mengaktualisasi kemampuannya. 4). Kewajiban manusia mengelola dan mengambil manfaat dari sumberdaya alam yang telah disediakan


(30)

Allah Swt. 5). Landasan moral yang terpatri dalam diri manusia. 6). Kewajiban mendistribusikan harta kekayaan bagi kemaslahatan masyarakat.

Demikian yang membedakan dengan penilitian-penilitian terdahulu yaitu: pada prinsipnya Muhammad Syafullah, dengan judul Konsep Produksi dalam Ekonomi Islam Perpektif Ibnu Khaldun bagaimana untuk mencapai suatu taraf produksi yang berjalan lancar karna manusia selaku pelaku dan faktor utama dalam kehidupan itu sendiri sehingga dapat mencapai suatu baik itu faktor akumulasinya, modal dan organisasinya yang bekerja secara riil.

Rahmawati Muin, dengan judul Sistem Distribusi dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui suatu konsep distribusi, prinsip distribusi dalam Islam secara universal sesuai dengan metode yang dipakai deskriptif eksploratif yang lebih memfokuskan kepada sistem ekonomi Islam dalam prespektifnya.

Rian Maulana, dengan judul Konsep Distribusi Munurut Muhammad Baqir Ash-Shadr, lebih memfokuskan kepada suatu konsep yang mana distribusi dijelaskan dalam dua bagian yaitu distribusi pra produksi dan pasca


(31)

produksi. Baik dalam pembahasannya faktor produksi yang dalam pembahasannya lebih memfokuskan empat kategori baik itu tanah, sungai, laut maupun faktor modal kerjanya dalan suatu proses produksi.

Fakrudin Sukarno, dengan judul produksi prefektif ekonomi Islam, lebih menyinggung sifat dan status manusia sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana dalam pandangan Al-Qur’an yang secara filsofis manusia memiliki derajat dan kemanpuan juga mempunyai kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai suatu kemaslahatan berkehidupan.

Sesuai dengan konsep yang diangkat dengan judul tema: “Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Distribusi dan Produksi dalam Aktivitas Ekonomi” maka penelitian yang diangkat adalah penelitian kepustakaan (normatif), pembahasan difokuskan tentang apa etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diterapkan tidak terlepas pada suatu landasan hukum baik itu Al-Qur’an dan as-Sunnah yang menjadi sumber utama dalam penerapannya.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat kesemuannya meyebutkan secara langsung maupun tidak langsung landasan filosofis tauhid, khilafah, ibadah dan takaful. Di mana semuanya setuju bahwa Al-Qur’an dan as-Sunnah menjadi sumber nilai Islam dan norma kegiatan ekonomi Islam semua merujuk pada adanya saling


(32)

bekerja sama antara sekelompok individu-individu, menolong dan bekerja sama agar berlaku adil dengan mengembangkan produksi (tanah, modal dan keahlian).

Mereka juga setuju, bahwa masalah-masalah ekonomi kontenporer membutuhkan pemecahan baru maka, di sini peneliti hanya melanjutkan pada pemikiran yang dikonsepkan Muhammad Nejatullah Siddiqi dengan etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi lebih menekankan bahwa kebutuhan akan adanya persatuan antara fiqh dan ilmu ekonomi dengan menggunakan analisis modifikasi neoklasik dalam orientasi nilai dan mengungkapkan peran atau campur tangan negara agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan serta bisa berlaku jujur untuk mensejahterakan masyarakat.

Sehingga dalam aktivitas kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari suatu nilai etika dan moral yang merupakan keharusan dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal inilah yang tidak terlepas dari pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi dalam aktivitas ekonomi lebih menekankan bahwa kebutuhan akan adannya persatuan antar figh dan ilmu ekonomi yang mana menggunakan analisis neoklasik yang berorentasi kepada suatu nilai sebagaimana peran juga campur tangan negara harus hadir agar tidak terjadi penyimpangan serta berlaku jujur, adil untuk mencapai kesejatraan umat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Al-A’raf, 7: 10.


(33)













Artinya“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan bagimu di muka (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.

F. Kerangka Teori

1. Etika Distribusi

Distribusi berasal dari kata “distribution”, yang mempunyai arti menyalurkan, dengan demikian definisi dari distribusi adalah proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

Etika dalam distribusi antara lain:

a. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas. b. Transparan, dan barangnya halal serta tidak membahayakan. c. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam. d. Tolong-menolong, toleransi dan sedekah.

e. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi. f.

Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi.

g. Ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan kenaikan harga.

h. Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan yang semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri tanpa memikirkan orang lain.


(34)

i. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok besar dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan masyarakat.

j. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi. (Mustafa dkk, 2006: 119)

2. Etika Produksi

Produksi berasal dari bahasa Inggris "production", yang artinya menciptakan atau membuat. Jadi definisi dari kegiatan produksi adalah suatu kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Etika dalam berproduksi yaitu sebagai berikut: a.

Peringatan Allah Swt akan kekayaan alam.

b. Etika berproduksi dalam lingkaran yang halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib, termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.

c. Etika mengelola sumber daya alam. dalam berproduksi dimaknai sebagai proses menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan visi penciptaan alam dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam.


(35)

d. Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam. juga sangat tergantung dari nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syariah Islam.

Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya guna suatu barang saja melainkan bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk mencari keridhaan Allah Swt. Namun secara umum etika dalam Islam tentang muamalah, maka tampak jelas dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlaq, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.

Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, dan distribusi. (Mustafa Dkk, 2006: 101) 3. Aktivitas Ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa latin econ dan nomos. Jika dilihat berdasarkan kata-kata diatas, memang tidak ditemui dalam Al-Qur’an tetapi jika dilihat dalam kamus modern bahasa arab yang ditulis oleh Hans


(36)

arab qashada, tentunya perkataan yang searti dengan kata-kata tersebut dapat di cari dengan mudah dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Dengan melihat kepada istilah qashada dalam ayat dan di bandingkan dengan inti pengertian ekonomi, maka persepsi yang memandang bahwa Al-Qur’an tidak mebicarakan masalah ekonomi adalah tidak benar atau dengan kata lain masih juga meragukan Islam baik memiliki sistem ekonomi maupun tidak. (Syukri Iska 2012: 127)

Secara potensial Allah telah menyediakan sumber daya alam secara cukup guna dieksploitasi bagi kepentingan kehidupan manusia. Aktivitas bekerja secara bertanggungjawab dan penuh perhitungan adalah sesuatu yang mutlak dalam mengelola dan memanfaatkan semua kekayaan alam di dunia ini. (Imamuddin 2001: 19)

Aktivitas ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan barang atau jasa tetentu sesuai dengan kebutuhannya. Aktivitas ekonomi juga dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk mencapai kesejahteaan untuk mendapatkan barang atau jasa tetentu sesuai dengan kebutuhannya. Aktivitas ekonomi juga dapat dikatakan sebagai aktivitas untuk mencapai kegiatan dalam hidup dan dapat juga dikatakan sebagai cara untuk mendapatkan maupun mencapai tujuan dalam hal ini barang dan jasa. Jadi, kegiatan ekonomi betujuan untuk kemakmuran individu.


(37)

Adapun beberapa aktivitas ekonomi dalam Islam antara lain sebagai berikut :

1. Mengakui hak memiliki (baik secara individu atau umum)

Sistem ekonomi Islam mengakui hak seseorang untuk memiliki apa saja yang dia inginkan dari barang-barang produksi, misalnya ataupun barang-barang konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga kepemilikan umum. Dalam hal ini ekonomi Islam memadukan antara

maslahat individu dan maslahat umum. Tampaknya inilah

satu-satunya jalan untuk mencapai keseimbangan dan keadilan di masyarakat.

2. Kebebasan ekonomi bersyarat

Islam memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk memiliki, memproduksi dan mengkonsumsi. Setiap individu bebas untuk berjual-beli dalam menentukan upah/harga dengan berbagai macam nilai nominal, tetapi dengan syarat tidak betentangan dengan kepentingan umum. Sebagaimana juga halnya setiap pribadi bebas untuk memindahkan harta yang ada dibawah kepemilikannya kepada orang yang dikehendakinya baik semasa hidup dengan cara hibah atau hadiah atau seletah dia meninggal dengan cara wasiat sesuai dengan syariat Islam.


(38)

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan-kebebasan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Memperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum-hukum Islam.

b. Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan syariat Islam.

c. Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang bodoh, gila dan lemah.

d. Hak untuk bersyarikat (saling memiliki) dengan tetangga atau mitra kerja.

e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merugikan kepentingan orang banyak.

3. At-takaful al-ijtima’i (kebersamaan dalam menanggung suatu

kebaikan).

Dalam kerangka ekonomi Islam adalah kebersamaan yang timbal balik antar sesama anggota masyarakat dalam pemerintahan dengan masyarakat baik dalam kondisi lapang maupun sempit untuk mewujudkan kesejahteraan atau dalam mengantisipasi suatu bahaya.

Jadi, aktivitas ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutukan hidupnya dan untuk mencari kebutuhan hidup manusia mencari hidup sesuai dengan kemampuan mereka.


(39)

1. Jenis Penelitian

Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sementara itu berdasarkan jenisnya merupakan suatu kajian yang digolongkan kepada jenis kepustakaan atau dikenal dengan metode kualitatif (Library Research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Maleong, 2011: 4)

2. Sumber Penelitian

Sumber penelitian ini adalah buku-buku karangan Muhammad Nejatullah itu sendiri dan dari buku-buku pendukung lainnya. Ditinjau dari segi metodologinya yang bersifat kepustakaan, yang berhubungan dengan objek permasalahan yang akan diteliti, sumber-sumber yang dimaksud adalah:

a. Sumber primer, yaitu buku-buku a). Muahammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thunking: A Survey of Conteporary Literature atau

Pemikiran Ekonomi Islam Suatu Tinjauan Penulisan Semasa

Terjemahan Mohd, Amin bin Abdullah.

b. Sumber sekunder, yaitu data yang diperoleh dari riset perpustakaan (Library Research), dokumen-dokumen, serta bahan-bahan tersier


(40)

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder yang secara langsung menyinggung tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi baik dalam bentuk buku atau artikel-artikel dan lainnya, dan yang menjadi data sekunder adalah sebagai berikut : a). Mohamed Aslam Haneef. 2010. Pemikiran

Ekonomi Islam Kontenporer Analisis Komparatif Terpilih, Jakarta:

Rajawali Pers. b). Nur Chamid. 2010. Jejak Langkah Sejarah

Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. c). Ismail.

Keuangan dan Investasi Syari’ah Sebuah Analisa Ekonomi, Cet I, SKETSA. d). Adnan Mahmud, Dkk. 2005. Pemikiran Islam

Kontenporer di Indonesia, Pustaka Pelajar. e). Imamudin Yuliadi.

2007. Ekonomi Islam Filosofi, Teori dan Implementasi, Cet II (edisi revisi) Yogyakarta: LPPI. f). Mustafa Edwin Nasution. 2010.

Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Cet I, Jakarta: Kencana. g).

Muhammad Sharif Chaundhry. 2012. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip

dasar, edisi Pertama, Jakarta: Kencana. h). Syuksi Iska. 2012. Sistem

Perbankan di Indonesia, cet I, Yogyakarta: Fajar Media Press. i). Hi.

M. Arifin Hamid. 2006. Membumikan Ekonomi Syari’ah di Indonesia, Jakarta: eLSAS. j). Khaerul Umam. 2013.Pasar Modal syari’ah dan

Praktik Modal Syari’ah, Cet I, bandung: Cv. Pustaka Setia. k). M. Yusuf, Sejarah Pemikiran Ekonomi Kontenporer, STEI SEBI. l). Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam (terj), Jilid 1, Dana


(41)

Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Cet. ke -1. m). Rozalinda, 2014. Ekonomi

Islam: Teori dan Aplikasinya pada aktivitas Ekonomi, Ed I. Cet I.

Jakarta: rajawali Pers.

3. Metode Analisis

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Kualiatif, yaitu mengumpulkan data-data, keterangan, pendapat-pendapat yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpulan khusus dari data-data tersebut, untuk menggambarkan secara tepat masalah yang diteliti dengan menganalisa data tersebut sebelumnya.

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi 5 Bab. Pada masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan mengetengahkan pembahasan yang saling berkesinambungan antara satu dan yang lainnya.

Bab pertama, merupakan bab pengantar yang menyajikan beberapa sub bab, yakni latar belakang masalah, yang mengetengahkan latar belakang timbulnya masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dan pentingnya penelitian ini dilakukan, selain itu merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal ini menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif.

Subbab berikutnya rumusan masalah, tindak lanjut dari penemuan suatu masalah yang akan mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini, sedangkan dalam subbab tujuan


(42)

penelitian adalah peryataan jawaban atas pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Sedangkan manfaat penelitian adalah pada intinya, menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan kontribusi hasil penelitian.

Selanjutnya pada subbab kajian pustaka adalah memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah membahas masalah etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi. Selanjutnya kerangka teori di sini adalah yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Pada subbab metodologi. Dipaparkan metodologi penelitian dalam memecahkan permasalahan yang diangkat, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan tuntas. Begitu pula dengan subbab sistematika pembahasan mengetahkan sistematika penulisan penyelesaian masalah dalam penelitian ini.

Bab kedua, membahas biografi Muhammad Nejatullah Siddiqi, pendidikan serta karya-karya yang telah beliau keluarkan untuk memperkenalkan beliau kepada masyarakat.

Bab ketiga, membahas tinjauan umum tentang etika distribusi dan produksi secara umum, memaparkan pengertian etika distribusi dan produksi, tujuan distribusi dan produksi serta faktor-faktor distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi Islam itu sendiri.


(43)

Bab keempat, merupakan bagian analisis pemikiran Muhammad Nejatulallah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi. Dalam bab empat ini akan dibahas konsep distribusi, konsep produksi yang di ambil dari pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi itu sendiri, serta aktivitas ekonomi.

Bab kelima, merupakan penutup yang memuat kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Serta beberapa rekomendasi dari hasil analisis pada skripsi ini agar tampak jelas sumbangsih aktivitas ekonomi itu sendiri melalui pemikiran Muhammad Nejatulah Siddiqi.


(44)

30

BAB II

BIOGRAFI MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI

A. Kelahiran dan Pendidikan Muhammad Najatullah Siddiqi

Muhammad Nejatullah Siddiqi di lahirkan di Gorakhpur, India pada tahun 1931, beliau memperoleh pendidikan awalnya di Darsahg Jama’at -i-Islam. Ranpur dan kemudian, pendidikan universitas di muslim University Aligragh, dia mulai menulis tentang Islam dan ekonomi Islam pada waktu

belum ada literatur tentang itu. kontribusinya ke jurnal-jurnal di pertengahan tahun lima puluhan kemudian di terbitkan dalam karya-karya awalnya dalam ekonomi Islam, Yakni. Some Aspects of the Islamic Economic (1970) dan The Economic Enterprise in Islam (1972).

Kombinasi antara pendidikan Barat dan Islam terlihat dalam karya-karya baik dalam bahasa Inggris ataupun yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berikutnya, sekalipun mengakui berbagai pendekatan kepada ekonomi Islam ia telah memilih untuk memakai suatu pendekatan yang menggunakan alat-alat analisis yang telah ada khususnya mazhab sintesis neoklasik-Keynesian namun tetap konsisten dengan nilai-nilai Islam, prinsip- prinsip hukum dan fiqh.

Semua upaya kepopulerannya dalam ekonomi Islam selama tahun lima puluhan dan enam puluhan telah menempatkannya sebagai salah seorang


(45)

otoritas di dalam ekonomi Islam, mewakili pemikiran ekonomi Islam

‘mainstream’ saat ini.

Karir akademiknya bermula di Universitas Aligarh, di situlah akhirnya ia ditunjuk sebagai profesor dan kepala Departemen of Islamic Studies, dan kemudian sebagai Reader In Economics di universitas yang sama, diakhir tahun tujuh puluhan, ia bergabung dengan King Abdul Azis University di Jeddah di mana ia salah satu pelopor yang mendirikan International Center For In Islamic Ekonomic.

Sebelum bergabung pada Universitas King Abdul Azis, Jeddah, sebagai guru besar dalam bidang ekonomi di pusat kajian internasional tentang ekonomi Islam, beliau pernah menjadi guru besar dan pimpinan, jurusan studi Islam dan beberapa tahun sebagai rader dalam bidang ekonomi pada Universitas Aliragh. Pada awal karir akademisnya beliau telah meluncurkan atau mengedit sebuah jurnal penelitian triwulan tentang pemikiran Islam, sekarang sebagai editor jurnal pemikiran ekonomi Islam (Jeddah). (Haneef 2010: 37)

B. Karya – karya Muhammad Nejatullah Siddiqi

Salah satu karya-karyanya Muhammad Nejatullah Siddiqi yang pada umumnya mengenai ekonomi Islam. Dengan demikian beliau telah menulis beberapa karya baik dalam bahasa Inggris maupun yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kemudian diterbitkan beberapa karya tentang Islam dan ekonomi Islam di antaranya: a). Muslim Economi Tingking: A Survey of


(46)

Contemporary Literature atau Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Tinjauan

Penulisan Semasa b). Survey on Muslim Economic Though (1981). c).

Economic Enterprise in Islam. d). Some Aspects of the Islamic Economi. e).

Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil 1996. f). Issues In Islamic Banking. g).

Insurance in an Islamic Economy. h). Islam’s Theory of Property (urdu). i).

Jurnal “Islamic Banking and Finace in Theory and Practice”, Islamic

Economy Studies, Vol. 13 No. 2. 2006. j). An Overview Of Public Borrowing

in Early Islamic History. k). Studies in Islamic Economic. International

Center 1980/1400. l). Role of the State in the Economiy. Islamic Economic

Series-20 1996/1416 H.

Muhammad Nejatullah Siddiqi berkonsentrasi terutama sekali pada uang, perbankan dan isu-isu finansial terkait selama lebih dari sepuluh tahun terakhir, dia telah menjadi pendukung utama profit-sharing, dan equity participation dengan menyarankan bahwa kedua metode operasional itu

haruslah dapat menggantikan transaksi-transaksi berdasar bunga yang ada, dia telah menulis sejumlah buku tentang ekonomi pada tahun 1982. Muhammad Nejatullah Siddiqi dianugrahi King Faisal International frize for Islamic Studies karena sumbangannya di bidang ekonomi Islam.

Asosiasinya dengan research center dan lingkungan tempat ia bekerja selama satu dasa warsa terakhir telah menjadikannya seorang figur utama dalam pemikiran ekonomi Islam kontemporer. Di sini membicarakan pemikiran dan pendekatannya kepada ilmu ekonomi secara umum, dengan


(47)

membuang minat terbarunya tentang uang dan perbankan, karena memang berada di luar ruang lingkup studi kita.

Muhammad Nejatullah Siddiqi bermaksud secara umum bahwa pandangan dunia seseorang itulah yang menentukan pencarian ekonomi orang itu bukan sebaliknya. Jadi sebagaimana Mannan, ia juga menolak determinisme (paham yang menganggap setiap kejadian atau tindakan baik menyangkut jasmani maupun rohani, merupakan konsekuensi kejadian sebelumnya dan ada di luar dugaan) ekonomi marx. Bagi Muhammad Nejatullah Siddiqi (1978:p.2) ekonomi Islam itu modern, memanfaatkan teknik produksi terbaik bagi metode organisasi yang ada, sifat Islamnya terletak pada basis hubungan antara manusia, di samping pada sikap dan kebijakan - kebijakan sosial yang membentuk sistem tersebut.

Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-sistem ekonomi modern, menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi (1988a:p108) adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam kemakmuran dan kesejateraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan spiritual dan moral, oleh karenanya Muhammad Nejatullah Siddiqi mengusulkan modifikasi teori neoklasik konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan dalam orientasi nilai penataan kelembagaan dan tujuan yang hendak dicapai.

Muhammad Nejatullah Siddiqi memandang pemenuhan kebutuhan ekonomi sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar dan itu merupakan sarana untuk mencapai perdamaian, kebebasan dari rasa


(48)

lapar, dari rasa takut serta penguasaan oleh siapapun selain Allah Swt, ia merupakan sarana bagi terwujudnya hubungan persaudaraan yang saling mencintai dengan orang lain dengan secara umum.

Bagi terwujudnya suatu kehidupan yang di ridhoi Allah Swt, ia juga merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan manusia dalam kehidupan sesudah mati, tujuan yang lebih besar ini yakni mencari ridho Allah Swt dengan mencapai sukses ilahi di dunia dan di akhirat hanya dapat terwujud jika kegiatan ekonomi di tentukan oleh moralitas dan spritualisasi bahwa keuntungan ekonomi bukanlah merupakan biaya yang mewujudkan nilai-nilai dan moral spiritual, Horison waktu yang di perluas ini memiliki hidup dan menolong orang lain dalam hidup berkecukupan yang kondusif bagian hidup berkecukupan yang kondusif bagi terbentuknya moral yang tinggi. (Haneef, 2010: 38).


(49)

35

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG ETIKA DITRIBUSI DAN PRODUKSI

A. Pengertian Etika Distribusi dan Etika dan Produksi

Pengertian etika Secara etimologi dalam bahasa Yunani adalah

“ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika biasannya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya

“Mores” yang berarti juga adat kebiasaan atau cara pandang hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (Kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk etika dan moral lebih kurang sama pentingnya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaiaan perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk mengkaji sistem nilai yang berlaku.

Istilah lain yang indentik dengan etika, yaitu: susilah (Sansekerta), lebih menunjukan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (Sila) yang lebih baik, begitu juga ahklaq, berarti moral, dan etika berarti ilmu ahklaq. Etika dipandang sebagai suatu cabang filsafat yang khusus

membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia. (Zubair, 1995: 15)


(50)

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga, yaitu:

a. Pengertian dari nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

b. Pengertian dari kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. c. Etika merupakan sebagai ilmu tentang baik dan buruk.

sMenurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlaq adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan etika, sebagaimana ia tidak pernah memisahkan ilmu dengan ahklaq, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan Islam. Islam adalah Risalah yang diturunkan Allah Swt melalui rasul untuk membenahi ahklak manusia.


(51)

“Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan ahklak mulia, Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spritual sebagaimana yang di lakukan eropa dengan konsep sekalarismenya, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang

memisahkan akhlak dengan ekonomi.”

Manusia muslim individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, namun di sisi lain ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas dan mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.

Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala sumber daya alam, mendistribusikannya dan mengkonsumsinya, ia terikat dengan buhul aqidah dan etika mulia. (Yusuf Qardawi, 1997: 51)

Dalam sistem ekonomi Islam, kata “Produksi” merupakan salah satu, yang sangat dibutuhkan oleh manusia, dari konsep dan gagasan produksi dikatakan bahwa tujuan utama yang ingin di capai kegiatan ekonomi yang diteorisasikan sistem ekonomi Islam adalah untuk kemaslahatan, individu (selfinterest) dan kemaslahatan secara berimbang.


(52)

Untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi Islam menyediakan beberapa landasan teoritis, sebagai berikut:

a. Keadilan ekonomi. b. Jaminan sosial.

c. Pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif secara efisiensi. (Mawardi, 2007: 23)

1. Pengertian Etika Distribusi

Pengertian distribusi adalah suatu proses (sebagian hasil penjualan produk) kepada faktor-faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan distribusi adalah penyaluran barang ketempat-tempat.

Menurut Collins distribusi adalah proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan, diantaranya melalui perantara. Definisi yang diungkapkan oleh Collins memiliki pemahaman yang sempit apabila dikaitkan dengan tujuan ekonomi Islam. Hal ini disebabkan karena definisi tersebut cenderung mengarah pada perilaku ekonomi yang bersifat individual. Namun dari definisi diatas dapat ditarik suatu pemahaman, dimana dalam distribusi terdapat proses pendapatan dan pengeluaran dari sumber daya yang dimilki oleh negara.


(53)

Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat. Jadi, konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja serta dapat memberikan kontribusi kearah kehidupan manusia yang baik.

Pengerian etika distribusi yang dijelaskan dalam beberapa poin antara lain sebagai berikut :

a. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas. b. Transparan, dan barangnya halal serta tidak membahayakan. c. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.

d. Tolong menolong, toleransi dan sedekah.

e. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi. f. Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi. (Sofyan S.

Harahap, 2011: 140)


(54)

h. Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan yang semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri tanpa memikirkan orang lain.

i. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan masyarakat.

j. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi. (Akhmad dan Mujahidin, 2010: 21) Pada prinsip dan tujuannya etika distribusi mempunyai arti sebagimana didefinisikan distribusi adalah proses menyalurkan baik itu

amalan ibadah dll. Hal ini bersumber pada ajaran syar’i yang di

kembangkan dan diajarkan oleh para ulama dan cendikiawan muslim. Sebagaimana prinsip yang ditanamkan dalam sistem ekonomi Islam. tauhid, merupakan sumber utama dalam ajaran Islam yang percaya penuh terhadap Allah Swt dan merupakan dimensi vertikal. Menciptakan hubungan manusia dengan Allah Swt dan penyerahan tanpa syarat manusia atas segala perbuatan untuk patuh pada


(55)

perintahNya, sehingga segala yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang digariskan. (Ghofr Noor, 2013: 63)

2. Pengertian Etika Produksi

Etika produksi adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam perusahaan. Agregasi dari perilaku karyawan yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu etika kerja karyawan secara normatif di turunkan dari etika bisnis.

Konsekuensinya etika tidak di terapkan atau ditujukan untuk para karyawan saja. Artinya kebijakan manajemen yang menyangkut karyawan seharusnya pula beretika, misalnya keadilan dan keterbukaan dalam hal kompensasi, karir, dan evaluasi kinerja karyawan. Jadi setiap keputusan etika dalam perusahaan tidak saja dikaitkan dengan kepentingan manajemen tetapi juga karyawan.

Dalam melakukan produksi sangat di perlukan etika, karena etika adalah suatu keinginan produksi yang murni dalam membantu orang lain, kejujuran dan tidak melakukan kecurangan, contohnya banyak sekali kecurangan yang terjadi pada saat ini, hal inilah yang di maksud etika bisnis yang memproduksi yang di tujukan oleh masyarakat luas


(56)

agar bersikap jujur dan tulus dalam memproduksi produknya, sehingga masing-masing pihak tidak ada yang merasa dirugikan karena setiap perancangan produk tidak lepas dari penilaian etika.

Muhammad Nejatullah Siddiqi menyatakan bahwa sistem produksi dalam Islam harus di kendalikan oleh kriteria objektif maupun subjektif, kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan, yang dapat di ukur dari segi uang dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat di ukur dari segi etika, ekonomi yang di dasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah, jadi dalam Islam keberhasilan dalam sebuah sistem ekonomi tidak hanya di sandarkan dari segala sesuatu yang bersifat materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktivitas ekonomi termasuk produksi bisa menerapkan nilai–nilai norma, etika atau dengan kata lain adalah ahlak yang baik dalam berproduksi, sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktivitas produksi yang sempurna.

Mungkin dalam etika berproduksi yang kita harus lakukan adalah tidak melakukan kecurangan–kecurangan, yang dimaksud adalah kita membuat/ memproduksi suatu barang sesuai dengan komposisi yang kita tulis dikemasan dalam hal ini misalnya makanan kita menulis dikemasan berat makanan tersebut adalah 1kg tapi ternyata isinya hanya


(57)

800 gram justru itu adalah suatu penipuan. Atau misalnya kita menulis isi dalam kemasan ada 100 buah, tapi ternyata hanya ada 99 buah, hal itu juga sama-sama penipuan. ( http://sakir-88.blogspot.com/2011/11/makalah-investasi-islam-di-bidang-riil.html)

Namun secara umum etika dalam Islam tentang muamalah Islam, maka tampak jelas dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan

kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.

Makna nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi. (http://sakir 88.blogspot.com/2011/11/makalah-investasi-islam-di-bidang-riil.html)

B. Tujuan Distribusi dan Produksi 1. Tujuan Distribusi

Islam sangat mendukung pertukaran barang dan menganggapnya produktif dan mendukung para pedangang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian dari karunia Allah Swt, dan membolehkan


(58)

orang memiliki modal untuk berdagang, tapi ia tetap berusaha agar pertukaran barang itu berjalan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan

kepentingan masyarakat. Antara dua penyelenggara muamalat tetap ada keadilan dan harus tetap ada kebebasan ijab kabul dalam akad-akad.

b. Tetap berpengaruhnya rasa cinta dan lemah lembut. c. Jelas dan jauh dari perselisihan. (H. Muh. Said, 2008: 91) Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam.

a. Tujuan Dakwah, yakni dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya.

b. Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti dalam QS At-Taubah, 9: 103 yang bermaksud menjadikan insan yang berakhlak karimah.















Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda.


(59)

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

c. Tujuan sosial, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat serta keadilan dalam distribusi sehingga tidak terjadi kerusuhan dan perkelahian.

d. Tujuan Ekonomi, yakni pengembangan harta dan pembersihannya, memberdayakan SDM, kesejahteraan ekonomi dan penggunaan terbaik dalam menempatkan sesuatu. (H. Muh. Said.2008: 93-94)

2. Tujuan Produksi

Pada dasarnya, pekerjaan duniawi tidak hanya bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting juga untung mencapai kemaslahatan masyarakat secara umum. Tidak logis jika di dalam kehidupan di dunia ini manusia selalu mengambil tanpa pernah memberi apapun kepada orang lain atau masyarakat, baik berbentuk ilmu maupun tenaga.

Seseorang muslim diminta bekerja untuk hidupnya, sebagaimana ia diminta bekerja untuk hari akhiranya. Ia meminta kepada tuhannya agar diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Bagi seorang muslim bekerja dunia adalah wajib duniawi.


(60)

a. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar.

Dampak diwajibkannya bekerja bagi individu oleh Islam adalah dilarang meminta-minta, megemis dan mengharapkan belas kasihan orang. Mengemis tidak dibenarkan kecuali dalam tiga kasus: menderita kemiskinan yang melilit, memiliki utang yang menjerat, dan diyahmurhiqah (menanggung beban melebihi kemampuan untuk menebus pembunuhan).

b. Pemenuhan kebutuhan keluarga.

Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga sejahtera. Islam mensyariatkan seluruh manusia untuk bekerja, baik laki-laki ataupun wanita, sesuai dengan profesi masing-masing. “laki-laki penjaga bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya, wanita pengasuh bagi rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya. Cukuplah dosa seseorang karena menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya dalam memberi makan. (QS. Al-Jumuah, 62: 10).






(61)

Artinya: Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

c. Bekal untuk generasi mendatang.

Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan karena seluruh kebutuhannya hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya maupun untuk keluargannya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitar. Karena masyarakat telah meberikan sumbangsih yang tidak sedikit kepadannya. Maka masyarakat mengambil darinya sebanyak apa yang di berikan kepadanya. d. Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.

e. Menurut Ibnu Khaldun dan beberapa ulama lainnya berpendapat, kebutuhan manusia dapat digolongkan kepada tiga kategori, yaitu dharuriyah, hajjiyat, tahsiniyat. (Mawardi, 2007: 67-68)

C. Faktor – Faktor Distribusi dan Produksi 1. Faktor Distribusi

Redistribusi pendapatan tidak lepas dari pembahasan tentang konsep distribusi, dimana distribusi di hadapkan dapat mengatasi masalah, distribusi pendapatan antara berbagai kelas dalam masyarakat. M.A. Mannan, menyebutkan bahwa teori ekonomi


(1)

adil serta ada faktor-faktor penghambat dalam mekanisme yang dijalankan secara efesien.

2. Peran setiap pengusahan, pekerja dan seluruh individu baik itu masyarakat maupun instansi pemerintahan maupun swasta harus menjalankan setiap aktivitas sehari-hari sesuai dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

3. Menjadi kewajiban bagi seluruh cendikiawan muslim maupun masyarakat pada umumnya untuk memahami maupun meneliti teori-teori Muhammad Nejatullah Siddiqi, maupun pemikiran-pemikiran muslim lainnya dijadikan landasan dan sumber pengaetahuan tambahan selain dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

4. Peran masyarakat sangat penting untuk menyongsong sendi-sendi kehidupan untuk mengerti tanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan norma dan etika sehingga dapat meningkatkan keseimbangan juga meningkatkan perkembangan perdagangan yang jujur, adil agar mencapai tujuan kemekmuran hidup yang hanya Allah Swt semata.

Penulis menjadari bahwa masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan juga kritik menjadi sumber penting untuk menuju kesempurnaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amalia, Eus. 2009. Keadilan Distribusi dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UMKM di Indonesia. Ed 1, Jakarta: Rajawali Pers.

Arifin Hamid, Muhammad. 2006. Membumikan Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: eLSAS.

Chamid, (Siddiqi). 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Cet I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Edwin, Nasution. 2010. Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam. Cet I. Jakarta: Kencana.

Faisal, Badroen. 2006. Etika Bisnis dalam Islam. Cet Ke-1,Jakarta: Kencana. Ghofur Noor, Ruslan Abdul. 2013. Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan

Format Keadilan di Indonesia. Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Empat.

Haneef, Mohamed Aslam. (Siddiqi). 2010. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Iska, H. Syukri. 2012. Sistem Perbankan Syari’ah di Indonesia dalam Persfektif Fikih Ekonomi. Yogyakarta: Fajar Media Press.

Ismail.19… Keuangan dan Investasi Syariáh Sebuah Analisa Ekonomi. Cet 1……: Sketsa.

Izzan, Ahmad. dan Tanjung. Syahri. Referensi Ekonomi Syariah Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berdimensi. Cet I, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Karim, Adiwarman. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar.

Mahmud, Adnan. Dkk. 2005. Pmikiran Islam Kontenporer di Indonesia. …..: Pustaka Pelajar.

Mannan, Muhammad Abdul. (1993) Teori Dan Praktek Ekonomi Islam (terj), Cet 1, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.


(3)

Mawardi. 2007. Ekonomi Islam, Pekanbaru: Alaf Riau.

Metwally. 1995. Teori Dan Model Ekonomi Islam (Terj), Cet 1, Jakarta: Bangkit Daya Insani.

Mujahidin, Akhmad. 2010. Ekonomi Islam 2, Pekanbaru: Mujtahadah Press. Qardhawi, Yusuf. (Terj) Arif Budimanta. 1997. Norma Dan Etika Ekonomi Islam,

Cet ke 1, Jakarta: Gema Insani.

Rahman, Afzalur. 1995, Doktrin Ekonomi Islam (terj), Jilid 1, Cet 1, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Rifai, Veithzal dan Buchari Andi. 2009, Islamich Economics Ekonomi Syariah bukan Opsi, tetapi Solusi, Cet 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, Edisi I. Cet I. Jakarta: Rajawali Pers.

Said, H. Muh. 2008. Pengantar Ekonomi Islam. Pekanbaru: Suska Press.

Sharif Chaundry, Muhammad. 2012. Sisitem Ekonomi Islam : Prinsip Dasar. Edisi Pertama, Jakarta: Kencana.

Siddiqi, M. Nejatullah (Terj) Mohd Amin bin Abdullah. 1996. Muslim Economic Thunking: A Survey of Conteporary Literature atau Pemikiran Ekonomi Islam Suatu Tinjauan Penulisan Semasa.

---.1980/1400 M. Studies in Islamic Economic. International Center. ---.1996/1416 H. Role of the State in the Economiy.Islamic Economics

Series-20.

---.1996. Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.

Syahatah, Husein. 2005. Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori Dan Praktek, Cet III, Kairo: Pusat Kajian Ekonomi Islam. (Pakeis).

Umam, Khaerul. 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah. Cet I. Bandung: Pustaka Setia.

Yuliadi, Imamudin. 2007. Ekonomi Islam Filosofi Teori dan Implementasi, Cet II, Edisi Revisi, Yogyakarta : LPPI.


(4)

Zubair, Achmad Charris. 1995. Kuliah Etika, Rajawali Press, Ed. Januari. Jurnal

Siddiqi, M. Nejatullah 2006. Jurnal “Islamic Banking and Finace in Theory and Practice”, Islamic Economy Studies, Vol. 13 No. 2.

--- . An Overview Of Public Borrowing in Early Islamic History. Internet

http://sakir-88.blogspot.com/2011/11/makalah-investasi-islam-di-bidang-riil.html.Diakses tanggal 12 April 2016, jam 15.00.

https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmateri= 49&lvl1=8&lvl2=6&lvl.Diakses tanggal 18 April 2016, jam 15.00 https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi, tanggal 19 April 2016, jam 16.00


(5)

CURRICULUM VITAE

Nama : Linda Papuangan

Tempat & Tanggal lahir : Bajo, 15 Juli 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Asal : Jalan ; Ismail Digul Rt/ Rw ; 002/ 004 Desa ; Bajo

Kabupaten ; Kepulauan Sula Kota ; Maluku Utara/ Ternate. Alamat Yogyakarta : Jalan ; Rajawali, Gatak

Rt/Rw ; 01/ Dk 2

Kelurahan ; Taman Tirto Kecamatan ; Kasihan Kabupaten ; Bantul.

No. Kontak : 085226208739

E-Mail : Lindapapuangan@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan

1995-2001 : SD Negeri 1 Sanana, Maluku Utara. 2001-2004 : SMP Negeri 1 Sanana, Maluku Utara.

2007 : Madrasah Aliyah Negeri Sanana, Kepulauan Sula. 2010 : Perguruan Tinggi di STAIN Ternate Maluku

Program Studi D3 Perbankan..

2013-Sekarang : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengalaman Organisasi


(6)

2006 : Anggota OSIS Madrasah Aliyah Negeri Sanana

2007 : Anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus)

STAIN TERNATE

2008 : Anggota IMM (Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah) TERNATE

2009 : Bendahara UMUM BEM STAIN TERNATE

2013 : Anggota HMI AVICENNA UMY

2014 : Wakil PWK HMI AVICENNA UMY

2016 : Wakil Bendahara UMUM HMI AVICENNA

UMY

Demikian riwayat ini, saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016