Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Produksi

utamannya adalah transformasi agen ekonomi terkait yakni produsen yang bekerja di dalam suatu sistem ekonomi Islam. jika bekerja di dalam aturan Islam, tidak ada produsen yang menggunakan kekuatannya untuk memperoleh posisi monopilistik ataupun memanipulasi kekuatan-kekuatan pasar untuk memenuhi keinginannya sendiri. Siddiqi Terjemahan Aslam Hanneef. 2010: 58 Jika produsen bersedia memproduksi di bawah tingkat laba maksimum, maka profit margin mereka mungkin tidak akan terlalu tinggi. Pertanyaan mungkin akan muncul dari kenyataan ini adalah pertanyaan mengenai akumulasi dan investasi untuk pertumbuhan ekonomi. Pola produksi seperti itu juga akan sejajar dengan permintaan, karena Muhammad Nejatullah Siddiqi telah menyebutkan perlunya redistribusi sumber daya bagi kaum miskin. Hal ini akan berakibat meningkatnya permintaan akan barang-barang perlu. Namun, akibat itu hanyalah berjangka pendek saja karena dalam jangka panjang mungkin jangka amat panjang, jika kebutuhan dasar telah terpenuhi, permintaan akan barang- barang kesenangan dan mungkin juga barang-barang mewah akan meningkat. Ini dapat menjadi basis teori produksi di dalam Islam, yakni teori produksi yang mengikuti tahap-tahap perkembangan yang di dasarkan pada pemenuhan kebutuhan. Siddiqi Terjemahan Aslam Hanneef. 2010: 58 Produksi merupakan peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan kemakmuran suatu bangsa. Al- Qur’an telah meletakan suatau landasan yang sangat terhadap produksi. Dalam Al- Qur’an dan Sunnah Rasul banyak dicontohkan bagaimana umat Islam diperintahkan untuk bekerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka dapat melangsungkan kehidupan dengan baik, seperti QS Al-Qashash, 28: 73.               Artinya: dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya pada siang hari dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

C. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Aktivitas Ekonomi

Aktivitas dan prilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik manusianya, pola prilaku, bentuk aktivitas dan pola kecenderungan terkait dengan pemahaman manusia terhadap makna kehidupan manusia itu sendiri. Dalam pandangan Islam bahwa kehidupan manusia di dunia merupakan rangkaian kehidupan yang telah ditetapkan Allah Swt. Rivai, 2009: 12. Sistem ekonomi Islam menggunakan pendekatan yang tepat dengan budaya Islam. Kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang unik dan berbeda dengan kebudayaan yang lainnya hal ini dikarenakan Islam mengandung falsafah yang spesifik dan berbeda dengan budaya lainnya. Pendekatan masyarakat Islam terhadap masalah kehidupan ditentukan oleh “pandangan dunia” yang terdapat dalam Al- Qur’an. Secara umum tujuan ekonomi masyarakat Islam jauh lebih rendah nilainya dibandingkan dengan tujuan masyarakat Islam secara keseluruhan. Ciri budaya yang terpadu seperti ini merupakan ciri budaya yang terdapat dalam kebudayaan Islam yaitu bentuk budaya yang paling mantap dan terpadu dibandingkan dengan budaya-budaya lainnya. Menurut falsafah Al- Qur’an, semua aktivitas yang dapat dilakukan oleh manusia patut dikerjakan oleh manusia untuk mendapatkan falah yaitu istilah yang dimaksud untuk mencapai kesempurnaan dunia akhirat. Jika falah ini dapat dicapai, maka manusia akan mencapai kebahagiaan dunia akhirat, suatu keadaan dimana kedua aspek tersebut tidak menimbulkan konflik kepentingan. Beberapa aktivitas dasar ekonomi yaitu : a. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana Beberapa sunnah yang dapat dipetik di atas memberikan dua prinsip yang berhubungan dengan tujuan ini di antaranya : 1 Merupakan tanggung jawab agama untuk memenuhi kebutuhan utama yang demikian, yaitu sama pentingnnya untuk menjamin kehidupan. 2 Bahwa semua usaha yang dilakuakan untuk mencari rejeki merupakan usaha menuju jalan allah Swt. b. Memenuhi kebutuhan keluarga Sesunggunya tanggung jawab seseorang untuk membantu dan menanggung istri dan anak-anaknnya merupakan tindakan yang lumrah dalam kehidupan. Tanggung jawab ini juga dilakukan kepada orang tua yang memerlukan bantuan. c. Memenuhi kebutuhan jangka panjang Islam juga mengakui tentang perlunya manusia menyimpan barang kebutuhan untuk digunakan pada saat-saat tertentu. d. Menyediakan kebutuhan bagi keluarga yang ditingalkan Di mana sifat kemanusian yang tulen ialah meniggalkan sejumlah harta untuk kebutuhan hidup orang-orang yang berada di bawah tanggungan setahun seseorang meniggal dunia. e. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan allah SWT . Mengkaji masalah pendapatan dan pengeluaran, dan masalah ini merupakan aspek yang terakhir serta paling penting dalam aktivitas ekonomi manusia. Setelah seseorang dapat memuaskan kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan orang-orang yang berada dibawah pengawasannya, juga setelah dia menyimpan beberapa hartanya untuk kebutuhan di masa yang akan datang dan untuk keturunannya, seseorang tidak pantas untuk berdiam diri saja tanpa melakukan aktivitas ekonomi. Chamid 2010: 345-350 Manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terhitung dalam memenuhi kebutuhan baik dari distribusi maupun produksi, berusaha memenuhinya adalah hal yang wajar. Semakin baik kebutuhan-kebutuhan ini dipenuhi semakin baik pulalah dia. Kehidupan yang dipersiapkan secara baik menjamin kedamaian jiwa, kepuasan dan rasa aman, dan kondisi jiwa semacam itulah yang menopang terbinannya suasana yang sehat, bermoral dan bercorak spiritual. Tidak satu kemajuan material dan pembangunan ekonomi yang dalam dirinya sendiri bertentangan dengan kemajuan moral dan spiritual. Karena itu, Islam tidak membatasi usaha-usaha untuk meraih kemajuan material. Ia mengangap standar tertentu pemilikan materi sebagai kondisi yang tidak dapat di tawar-tawar bagi perkembangan pola sosial yang diinginkan, ia mendorong setiap individu untuk melakukan semua upaya untuk memperolehnya, ia menyuruh masyarakat untuk menjamin kepemilikan tersebut bagi setiap individu dalam segala suasana. Namun terdapat beberapa pembatasan terhadap segala sesuatunya. Dan kehidupan memiliki aspek-aspek lain diluar aspek ekonomi yang menuntut pengabdian dan memerlukan energi serta waktu untuk mengembangkan secara baik. Kehidupan yang seimbang memerlukan alokasi usaha-usaha dan sumber- sumber manusia secara baik diantara semua aspek kehidupan yang penting itu. Pengabdian secara ekslusif kepada pembangunan ekonomi bisa diartikan sebagai pengabaian terhadap aspek-aspek penting lainya dalam kehidupan manusia itu, sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah QS Al-Hajj, 22: 78.                             