SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis),
NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi)
TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi

Oleh:
VINDHY MULYA GUSTINA
K 100 130 131

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA
(Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

Abstrak


Kanker di Indonesia hampir 70% ditemukan dalam kondisi stadium akhir. Salah satunya
kanker payudara yang menjadi masalah penting dalam dunia kesehatan. Tanaman
Artocarpus seperti sukun, nangka, dan kluwih pada daun memiliki aktivitas sitotoksik
dengan nilai IC50 yang poten pada sel kanker seperti MCF-7 (kanker payudara), SW-480
(kanker paru), dan SMMC-7721 (kanker hati). Penelitian sebelumnya mendorong
dilakukannya penelitian mengenai ada tidaknya aktivitas sitotoksik daun sukun, nangka,
dan kluwih terhadap sel kanker payudara T47D dan diperoleh nilai IC 50nya. Ekstraksi
dengan teknik maserasi menggunakan penyari metanol. Identifikasi kandungan senyawa
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis pada fase gerak optimal etilasetat : n-heksan
(2:8). Metode uji sitotoksik yaitu MTT assay dengan seri konsentrasi masing-masing
ekstrak 1000, 500, 250, 125 dan 62,5 µg/mL. Absorbansi dari hasil uji MTT dibaca
ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm dan dihitung % sel hidup dan didapatkan
nilai IC50. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ke tiga tanaman mengandung
senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan tanin. Berdasarkan uji aktivitas sitotoksik
ekstrak metanol daun sukun, nangka, dan kluwih menunjukkan bahwa ke tiga tanaman
tersebut memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D dengan potensi
lemah dengan IC50 masing-masing 234,4 ; 891,2 ; 239,8 µg/mL.
Kata Kunci: Sukun, Nangka, Kluwih, T47D, IC50
Abstract


Cancer in Indonesia almost 70% were found in the late stage. One of them breast cancer
is becoming an important issue in the world of health. Plant groups of Artocarpus such as
sukun, nangka, and kluwih on the leaves have cytotoxic activity with IC 50 values that
potent in certain cancer cells such as MCF-7 (breast cancer), SPC-A-1, SW-480 (lung
cancer), and SMMC -7721 (liver cancer). The study encourages research about whether
or not the cytotoxic activity of the leaves of breadfruit, jackfruit, and kluwih against
breast cancer cells T47D with IC50 values. Extraction using maceration method with
methanol. Identification of the content of each plant using Thin Layer Chromatography
with ethyl acetate: n-hexane (2: 8). The method cytotoxic activity is MTT assay with a
series of concentrations is 1000, 500, 250, 125 and 62.5 µg/mL. Absorbance is obtained
from the MTT assay results that read by ELISA reader at a wavelength of 595 nm and
calculated % live cells to obtain IC50 values. The test results of phytochemical screening
by TLC showed that all three plants contain flavonoid compounds, alkaloids, and
tannins. Based on the test cytotoxic activity of the methanol extract of leaves of
breadfruit, jackfruit, and kluwih showed that this extract had a cytotoxic activity against
breast cancer T47D cells with low potential with IC 50 values respectively 234.4 ; 891.2;
239.8 µg/mL.
Keywords: Breadfruit, Jackfruit, Kluwih, T47D, IC50.

1


1. PENDAHULUAN
Kanker adalah masalah kesehatan masyarakat yang terbesar di negara maju maupun berkembang dan
menjadi faktor kematian tertinggi. Menurut data GLOBOCAN pada tahun 2012, terbukti bahwa
kanker payudara termasuk penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi 43,3%, dan
persentase kematian sebesar 12,9%. Maka dari itu, kanker payudara menjadi masalah penting dalam
dunia kesehatan dengan meningkatnya kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2015). Pengobatan
kemoterapi kanker memerlukan biaya tinggi, menimbulkan banyak efek samping bersifat toksik dan
merusak jaringan lain yang normal, serta sering kali terjadi kegagalan dalam terapi kemoterapi (Ihbeheffinger, 2013). Dari uraian diatas, usaha pengembangan alternatif pengobatan kanker terutama
kanker payudara dengan eksplorasi tanaman obat perlu dilakukan.
Artocarpus altilis termasuk tanaman yang memiliki potensi sebagai obat antikanker pada
bagian daun yang mengandung senyawa turunan flavonoid terhadap sel adenokarsinoma SPC-A-1,
sel karsinoma kolon SW-480 dan sel karsinoma hati SMMC-7721 dengan IC50 poten mendekati nilai
IC50 kontrol positif (9-fluorourasil) dengan IC50 masing-masing sebesar 28,14; 34,62; dan 49,86
µg/mL (Wang et al., 2007). Artocarpus heterophyllus dan Artocarpus camansi memiliki famili yang
sama dengan sukun yaitu Moraceae yang juga memiliki potensi sebagai antikanker. Analisis
fitokimia daun nangka menunjukkan kandungan senyawa utama berupa flavonoid dan fenol sebesar
86,75 mg/g dan 524,86 mg/g (Raaman & Sivaraj, 2014). Beberapa aktivitas farmakologis daun
nangka yaitu efek hipoglikemik dan hipolipidemia (Omar et al., 2011). Selain itu, daun nangka
berpotensi sebagai antikanker pada sel kanker PC-3 (Human Prostate Cancer Cells) dan H460

(Human Lung Cancer Cells) dengan IC50 masing-masing 7,9 µg/mL dan 8,3 µg/mL (Di et al.,
2013). Pada tanaman kluwih, kandungan daun kluwih berupa alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid
(Marianne et al., 2011). Aktivitas yang dimiliki daun kluwih yaitu antikanker pada sel MCF-7, Lung
Adenocarcinoma cell line (sel A549), dan Chinese hamster ovary noncancer cell dengan IC50 9,58 ;
42,66; dan 43,42 µg/mL (Tantengco & Jacinto, 2015). Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka
mendorong dilakukan penelitian pada bagian daun sukun, nangka dan kluwih (famili Moraceae)
yang diekstrak dengan metanol dan diuji aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara T47D
menggunakan MTT assay.
2. METODE
Kategori penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Only with Control Grup.
Pengambilan ketiga sampel berasal dari kota Sukoharjo, Jawa Tengah.

2

2.1 Alat
Rotary evaporator (Heidolp), timbangan analitik (Sartorius), waterbath, LAF (Nuaire), inkubator
CO2 (Binder), tissue culture flask (Nunclon), tabung kolonical steril (Nunclon), sentrifuge (Sigma),
pipet pasteur, mikropipet (Soccorex), haemocytometer (Marienfield Germany), counter, steril
mikroskop fase kontras (Olympus Jepang), plate 96 (Iwaki), peralatan gelas (Pyrex), blue tip dan
yellow tip (Greiner), ependorf steril, cell counter, ELISA reader (ELX 800 Bio Tech), kamera digital

(Sony), vortex (Genie), bejana elusi, pipa kapiler dan cawan penguap.
2.2 Bahan
Daun sukun, daun nangka, daun kluwih, sel T47D, media kultur RPMI 1640 (Gibcobrl), DMSO
(Dimethyl Sulfoxide), MTT 5 mg/mL PBS (50 mg MTT dan 10 mL PBS), PBS (Phosphate
Buffered Saline), SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) 10% dalam 0,01 N HCl (larutan stopper),
Aluminium Foil, tripsin-EDTA (tripsin 0,25%), alkohol 70%, metanol, aseton, silica gel GF254, etil
asetat, n-heksana, FeCl3, reagen sitroborat dan reagen dragendorff.
2.3 Langkah penelitian
1. Pembuatan Ekstrak dengan metode maserasi
Sampel diserbuk dan ditimbang 200 gram. Kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol 1,4 L dan
disimpan 1x24 jam sambil diaduk sesekali lalu disaring dengan corong Buchner. Dilakukan replikasi
4x untuk mendapatkan rendemen lebih banyak.
2. Skrining fitokimia menggunakan alat KLT dengan pereaksi semprot
Optimasi fase gerak menggunakan etilasetat : n-heksan 5:5; 4:6; 3:7 ; 2:8 ; 1:9 sehingga didapatkan
fase gerak optimal yaitu EA : n-heksan (2:8). Setelah didapatkan hasil elusi sampel, kemudian plat
disemprot dengan reagen pereaksi semprot dan diamati secara visual maupun UV 366 nm seperti pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Reagen pereaksi semprot untuk mengidentifikasi kandungan senyawa
Reagen Pereaksi


Senyawa

Pengamatan

Semprot
FeCl3

Keterangan
bercak

Tanin

Sinar tampak (visual)

Abu-abu sampai
biru

Sitroborat

Flavonoid


Sinar UV366 nm

Kuning-jingga

Dragendorff

Alkaloid

Sinar tampak (visual)

Orange
kecoklatan
(Saifudin, 2014)

3

3. Sterilisasi LAF
Menyalakan lampu UV selama kurang lebih 30 menit sebelum digunakan.
4. Panen Sel

Sel T47D diambil dari inkubator CO2 kemudian sel diamati melalui mikroskop hingga terlihat
kondisi sel 80% konfluen. Media di dalam tissue culture flask dibuang dengan pipet pasteur, dicuci
sel di dalam flask dengan menuang Phosphate Buffered Saline (PBS) sebanyak 5 mL. 500 µL
tripsin-EDTA (tripsin 0,025%) ditambahkan secara merata agar sel lepas, flask diinkubasi selama 3
menit. Diambil 10 µL sel dalam flask diletakkan di kamar hitung dalam LAF untuk menghitung
jumlah sel yang akan di transfer ke plate dengan haemocytometer. Sejumlah sel ditransfer ke dalam
tabung conical tube steril ad 10 mL media kemudian dihomogenkan.
5. Preparasi Sampel
Ke tiga sampel ditimbang 10 mg, dimasukkan dalam tabung konikal kemudian dilarutkan dengan
DMSO 100 µL dan divortex sampai terlarut kemudian ditambahkan media RPMI ad 10 mL. Larutan
stok uji dibuat seri konsentrasi 1000 µg/mL, 500 µg/mL, 250 µg/mL, 125 µg/mL, dan 62,5 µg/mL.
Volume akhir setiap seri konsentrasi untuk perlakuan dibuat 100 µL/sumuran dan dimasukkan dalam
plate 96.
6. Uji sitotoksik terhadap sel T47D dengan metode MTT
100 µL suspensi sel tiap sumuran di dalam well plate 96, kecuali kontrol media tanpa sel, kemudian
plate diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO2 hingga konfluen 80%. Jika dalam 24 jam belum
konfluen, diinkubasi kembali maksimal 24 jam. Jika sudah konfluen, media dibuang, ditambahkan
sampel 100 µL dalam tiap sumuran dengan variasi kadar (1000, 500, 250, 125, 62,5) µg/mL. Plate
diinkubasi 24 jam–48 jam dalam inkubator CO2. Dibuang media, lalu dicuci dengan PBS 100 µL,
kemudian 100 µL MTT 5 mg/mL dalam PBS ditambahkan ke setiap sumuran. Inkubasi kembali

plate selama kurang lebih 4 jam pada suhu 37℃. Sel hidup akan bereaksi dengan MTT (3-(4,5dimetilthiazol-2-il)-2,5 difeniltetrazoliumbromid) membentuk formazan ungu. Setelah itu,
ditambahkan 100 µL larutan SDS 10% ke dalam plate untuk menghentikan reaksi pembentukan
formazan atau sebagai stopper reagen. Bungkus plate dengan alumunium foil dan diletakkan
ditempat gelap pada suhu kamar selama 24 jam. Plate dibaca dengan ELISA reader pada panjang
gelombang 595 nm dan diperoleh absorbansi untuk menghitung persentase sel hidup dan nilai IC 50nya (Haryoto et al., 2013).
7. Analisis Data
Absorbansi kontrol pelarut lebih rendah dari absorbansi kontrol sel maka hitung persentase sel hidup
dengan rumus berikut :

4

Dibuat grafik log konsentrasi vs persentase sel hidup didapatkan persamaan regresi linier,
dimasukkan y = 50% kemudian cari x nya dan dihitung antilog dari konsentrasi tersebut sehingga
didapatkan nilai IC50 (Fitriasari, 2013).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dengan jumlah rendemen masingmasing tanaman yaitu sukun 11,84 %, nangka 10,39 % dan kluwih 10,60 %.
3.1 Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia dengan KLT yang disemprot dengan pereaksi semprot berupa dragendorff,
FeCl3, dan sitroborat kemudian dilihat secara visual dan UV366 nm dapat dilihat pada Gambar 1 :

Dragendorff

S

N

FeCl3

K

S

N

Sitroborat

K

S


N

K

Gambar 1. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Metanol Daun Sukun (S), Nangka (N), Kluwih (K)
setelah divisualisasi dengan pereaksi semprot Dragendroff, FeCl3, dan Sitroborat
Tabel 2. Deteksi golongan senyawa dengan KLT dan pereaksi semprot
Warna penampakan bercak
Sampel

Dragendorff

FeCl3

Sitroborat

Visual

Visual

366

Sukun

Coklat, Orange,
Kuning, Abu tua

Coklat, Biru, Abu

Coklat, Biru,
Abu

Nangka

Coklat keabuan,
Kuning
kecoklatan, Abu
tua
Coklat, Orange
Kuning , Abu

Abu, Kuning
coklat, Abu tua

Abu, Kuning
coklat, Abu tua

Kecoklatan, Coklat
Kuning, Abu

Kecoklatan,
Coklat
Kuning, Abu

Kluwih

Hasil

Flavonoid,
Alkaloid,
Tanin
Flavonoid,
Alkaloid,
Tanin
Flavonoid,
Alkaloid,
Tanin

Senyawa aktif dalam daun sukun berupa geranil flavonoid dan geranil dihidrokalkon (Wang
et al., 2007), flavonoid yang terprenilasi (Fajriah et al., 2013), steroid, fenol, terpenoid, dan tanin
5

(Pradhan & Mohanty, 2015), alkaloid (Marianne et al., 2011). Sedangkan senyawa aktif dalam daun
nangka berupa golongan flavonoid seperti artokarpusin A dan artokarpusin B (Wang et al., 2013),
isoquersitrin dari golongan polifenol (Omar et al. (2011), sapogenin, tanin, dan sikloartenon (Hari &
Divya, 2014). Pada daun dan batang nangka menunjukkan adanya sapogenin, cycloartenone,
cycloartenol, β-sitosterol dan tanin yang memiiliki aktivitas estrogenik (Pradhan and Mohanty,
2015). Pada daun kluwih terkandung adanya senyawa metabolit berupa β-sitosterol dari golongan
steroid (Nasution et al., 2014), alkaloid, tanin (Marianne et al., 2011), dan senyawa kalkon dari
golongan flavonoid (Mariana, 2013).
Pada hasil penelitian ini sampel sukun, nangka, dan kluwih memiliki genus yang sama yaitu
Artocarpus, dengan dihasilkan metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, dan tanin. Penelitian
ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terbukti menunjukkan bahwa kandungan senyawa
dari isolat daun sukun, nangka, maupun kluwih mengandung senyawa utama golongan flavonoid.
Sedangkan adanya senyawa tanin telah diidentifikasi dan dilaporkan dari ekstrak daun sukun,
nangka, dan kluwih oleh Pradhan and Mohanty (2015), Hari and Divya (2014), dan Marianne et al.
(2011). Adanya senyawa alkaloid dari ekstrak daun kluwih telah dilaporkan oleh Marianne et al.
(2011), tetapi belum dipaparkan adanya senyawa hasil isolasi dari ekstrak tersebut.
Peran penting senyawa flavonoid pada aktivitas sitotoksik terhadap sel T47D yaitu dengan
mengaktivasi protein p53. Sel T47D yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis sel kanker
yang mengalami mutasi pada gen p53, yang mengakibatkan tidak mampu melakukan pengendalian
siklus sel dan terjadi hambatan dalam apoptosis sel (Tussanti dan Johan, 2014).

3.2 Uji Sitotoksik dengan metode MTT terhadap sel T47D
Uji sitotoksik menggunakan metode MTT dengan prinsip terjadinya reduksi garam kuning
tetrazolium MTT oleh sistem reduktase dalam mitokondria sel-sel yang hidup membentuk kristal
formazan berwarna ungu yang bersifat basa dan larut dalam SDS 10% dalam HCl.

Sistem
Reduktase
Enzim dehidrogenase
suksinat

Garam MTT

Kristal Formazan Ungu

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Kristal Formazan dari Reduksi Garam MTT

6

A

B

D

C

E

Gambar 3. Uji aktivitas sitotoksik dengan perlakuan ekstrak metanol daun sukun, nangka, kluwih
terhadap sel T47D : Kontrol sel (A); Perlakuan dengan ekstrak kluwih 250 ug/mL(B); Nangka 500
ug/mL(C); Sukun 1000 ug/mL(D); Sukun 62,5 ug/mL setelah pemberian MTT (E). Pengamatan
dilakukan dengan mikroskop perbesaran 100x : ( ) menunjukkan sel hidup, ( ) menunjukkan sel
mati dan ( ) menunjukkan sel hidup yang bereaksi dengan MTT
Tabel 3. Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanol Daun Sukun, Nangka, Kluwih terhadap Sel
T47D
Ekstrak

Sukun

Nangka

Kluwih

Konsentrasi
ekstrak
(g/mL)
250
125
62,5
1000
500
250
250
125
62,5

Log
Konsentrasi

Rata-rata %
Sel Hidup

2,39794
2,09691
1,79588
3
2,69897
2,39794
2,39794
2,09691
1,79588

14,35032
199,2162
218,2695
46,90986
100,0904
203,9192
16,27977
205,7281
218,9931

Persamaan
Regresi Linier

IC50
(µg/mL)

y = -338,7x + 854,17
R² = 0,8194

234,4

y = -260,7x + 820,83
R² = 0,9665

891,2

y = -336,7x + 853,03
R² = 0,7989

239,8

Menurut National Cancer Institute (NCI) mengelompokkan suatu senyawa tergolong memiliki
aktivitas sitotoksik jika IC50 ≤ 20 µg/mL (Tussanti et al., 2014). Dari kriteria diatas, dapat dilihat
bahwa IC50 dari daun sukun, nangka maupun kluwih > 20 µg/mL, sehingga aktivitas sitotoksik
terhadap sel T47D lemah.

7

250

250

200
% sel hidup

% sel hidup

300

200
150
100

150
100
50

50
0

0
0

1

2

3

0

Log Konsentrasi Ektrak Sukun

1
2
3
4
Log Konsentrasi Ekstrak Nangka

300

% sel hidup

250
200
150
100

50
0
0

1

2

3

Log Konsentrasi Ekstrak Kluwih

Gambar 4. Hubungan log konsentrasi ekstrak dengan persentase sel hidup pada ekstrak metanol
daun sukun, nangka, dan kluwih terhadap sel T47D
Menurut penelitian BPOM (2013), menunjukkan bahwa senyawa geranil kalkon yang diisolasi dari
daun sukun menunjukkan aktivitas inhibisi terhadap sel liposarkoma manusia SW872 dengan IC50
3,8 µg/mL. Efek apoptosis pada kayu sukun terhadap sel T47D dengan kandungan utama artokarpin
dapat meningkatkan apoptosis sub G1 sehingga sel hidup T47D turun dengan nilai IC50 6,19 µg/mL
(Arung et al., 2009). Penelitian Wang et al. (2007) membuktikan bahwa daun Artocarpus altilis
terbukti memiliki aktivitas sitotoksik yang poten terhadap sel kanker paru SPC-A-1 dan SW-480,
kanker hati SMMC-7721 dengan IC50 masing-masing sebesar 28,14; 34,62; 49,86 µg/mL.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun sukun memiliki aktivitas sitotoksik yang lemah
terhadap sel kanker payudara T47D dengan IC50 234,4 µg/mL. Sedangkan penelitian Arung et al.
(2009), kayu sukun terbukti memiliki aktivitas sitotoksik yang potensinya tinggi terhadap sel T47D
dibanding hasil penelitian ini yang telah dilaporkan bahwa kayu sukun mengandung senyawa utama
artokarpin. Penelitian Wang et al. (2007) menunjukkan bahwa daun sukun memiliki potensi terhadap
sel kanker paru dan kanker hati. Potensi pada bagian tanaman sukun seperti daun dan kayu memiliki
potensi sitotoksik terhadap sel kanker tertentu, hal itu dikarenakan setiap bagian tanaman memiliki
8

kandungan senyawa aktif metabolit sekunder yang berbeda dan memiliki mekanisme untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker tertentu.
Penelitian oleh Patel & Patel (2011) menunjukkan adanya aktivitas sitotoksik dengan IC 50
35,26 μg/mL. Sedangkan, sel MCF-7 & sel HeLa tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap MCF-7
dan sel HeLa (Patel & Patel, 2011).
Menurut hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun nangka memiliki
aktivitas sitotoksik terhadap T47D sangat lemah dengan IC50 891,2 µg/mL. Sel MCF-7 dan T47D
merupakan jenis sel kanker payudara, namun dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa potensi
daun nangka lebih unggul pada sel T47D dibandingkan dengan sel MCF-7. Pada sel kanker paru
A549, daun nangka memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih poten dibanding pada sel T47D karena
mekanisme yang berbeda antara keduanya, sel A549 meningkatkan ekspresi FAK (Focal adhesion
kinase) dalam migrasi dan invasi sel (Munawir, 2015).
Kluwih memiliki famili yang sama dengan sukun dan nangka yaitu Moraceae. Penelitian
Tantengco & Jacinto (2015) menunjukkan bahwa daun kluwih memiliki aktivitas sitotoksik terhadap
MCF-7 dengan nilai IC50 9,58 µg/mL (Tantengco & Jacinto, 2015). Penelitian skripsi oleh
Fatmawati (2012) tentang aktivitas sitotoksik kulit batang kluwih mempunyai efek sitotoksik
terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 sebesar 17,82 μg/mL.
Menurut hasil penelitian ini, didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kluwih memiliki
aktivitas sitotoksik yang lemah terhadap sel T47D dengan nilai IC 50 239,8 µg/mL. Sel T47D dan
MCF-7 merupakan sel kanker payudara, namun memiliki aktivitas sitotoksik yang berbeda dengan
mekanisme penghambatan sel kanker yang berbeda pula. Mekanisme sel MCF-7 yaitu overekspresi
Bcl-2 dan tidak mengekspresikan caspase-3 (Butt et al., 2000), selain itu MCF-7 mengekspresikan
protein p53 wild type. Sedangkan sel T47D mengekspresikan protein p53 yang termutasi (Neve et
al., 2006). Selain perbedaan jenis sel, bagian tanaman dari kluwih yang lain memiliki kandungan
spesifik tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
Dalam penelitian ini belum dilakukan pemisahan klorofil pada daun, sehingga dapat
mempengaruhi hasil uji kromatografi lapis tipis dalam mengidentifikasi kandungan. Klorofil
memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti efek sitotoksik (Bastide et al., 2011), antioksidan
dengan IC50 200 μg/mL (Hsu et al., 2013), dan antidiabetes (McCarty, 2001). Cara untuk
menghilangkan klorofil dari daun menggunakan metode pemisahan partisi, dengan cara serbuk daun
direndam menggunakan 250 mL eter dan digojog sampai semua klorofil berpindah dari fase air ke
fase eter sehingga klorofil hilang. Pelarut nonpolar lainnya yang dapat melarutkan klorofil yaitu

9

n-heksan, petroleum eter, benzene, dan toluen. Setelah itu, dilakukan maserasi dengan pelarut
metanol agar didapatkan ekstrak kental tanpa adanya klorofil (Fardhani, 2014)

4. PENUTUP
Dari uraian diatas mengenai penelitian uji aktivitas sitotoksik dengan daun sukun, nangka, dan
kluwih terhadap sel kanker payudara T47D menunjukkan bahwa potensi aktivitas sitotoksik daun
sukun lebih tinggi dibandingkan dengan kluwih maupun nangka dalam membunuh sel T47D. Hal
tersebut dilihat dari nilai IC50 yang menunjukkan sukun lebih kecil dibandingkan dengan kluwih
maupun nangka. Menurut kriteria potensi sitotoksik menunjukkan bahwa daun sukun, nangka,
kluwih memiliki aktivitas sitotoksik yang lemah dalam membunuh sel kanker payudara T47D
dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 234,4 ; 891,2 ; 239,8 µg/mL. Hasil skrining fitokimia
dengan KLT dihasilkan bahwa ke tiga tanaman mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
flavonoid, alkaloid, dan tanin.
PERSANTUNAN
Terimakasih saya ucapkan kepada staf laboratorium Kimia Farmasi dan Biologi Farmasi yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arung, E. T., Wicaksono, B. D., Handoko, A., Kusuma, I. W., Yulia, D., & Sandra, F. (2009). AntiCancer Properties of Diethylether Extract of Wood from Sukun ( Artocarpus altilis ) in Human
Breast Cancer ( T47D ) Cells. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 8(August), 317–
324.
Badan POM. (2013). Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia Volume III.
Indonesia.
Bastide, N. M., Pierre, F. H. F., & Corpet, D. E. (2011). Heme iron from meat and risk of colorectal
cancer: A meta-analysis and a review of the mechanisms involved. Cancer Prevention
Research, 4(2), 177–184. https://doi.org/10.1158/1940-6207.CAPR-10-0113
Butt, A. J., Firth, S. M., King, M. A., & Baxter, R. C. (2000). Insulin-like growth factor-binding
protein-3 modulates expression of Bax and Bcl-2 and potentiates p53-independent radiationinduced apoptosis in human breast cancer cells. Journal of Biological Chemistry, 275(50),
39174–39181. https://doi.org/10.1074/jbc.M908888199
Di, X., Wang, S., Wang, B., Liu, Y., Yuan, H., Lou, H., & Wang, X. (2013). New phenolic
compounds from the twigs of Artocarpus heterophyllus. Drug Discoveries & Therapeutics,
7(1), 24–28.
Fajriah, S., Mozef, T., Artanti, N., Lotulung, P. D. N., & Abbas, J. (2013). Isolation of Prenylated
Flavonoid from Ethyl Acetate Fraction of Artocarpus altilis Leaves using Counter-Current
Chromatography. Asian Transactions on Basic and Applied Sciences, 02(06), 6–9.

10

Fardhani, H. L. (2014). Pengaruh Metode Ekstraksi Secara Infundasi Dan Maserasi Daun Asam
Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap Kadar Flavonoid Total. Universitas Gadjah Mada,
296344.
Fitriasari, A., Dewi, D., Ikawati, M., & Meiyanto, E. (2013). Prosedur Tetap Uji Sitotoksik Metode
MTT. Cancer Chemoprevention Research Center UGM, 2–4.
Hari, A., & Divya, D. (2014). Artocarpus  : A Review of its Phytochemistry and Pharmacology.
Journal of Pharma Search, 9(1), 7–12.
Haryoto, Indrayudha, P., Azizah, T., Azizah, T., & Suhendi, A. (2013). Aktivitas Sitotoksik Ekstrak
Etanol Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn ) Terhadap Sel HeLa, T47D dan WiDR.
Jurnal Penelitian Saintek, 18(2), 21–28.
Hsu, C., Chao, P., Hu, S., & Yang, C. (2013). The Antioxidant and Free Radical Scavenging
Activities of Chlorophylls and Pheophytins. Food and Nutrition Sciences, 4(August), 1–8.
https://doi.org/10.4236/fns.2013.48A001
Ihbe-heffinger, A., Paessens, B., & Berger, K. (2013). The impact of chemotherapy-induced side
effects on medical care usage and cost in German hospital care — an observational analysis on
non-small-cell lung cancer patients. Support Care Cancer, 21, 1665–1675.
https://doi.org/10.1007/s00520-012-1711-5
Marianne, Yuandani, & Rosnani. (2011). Antidiabetic Activity From Ethanol Extract of Kluwih’s
Leaf (Artocarpus camansi). Jurnal Natural, 11(2), 64–68.
McCarty, M. F. (2001). The chlorophyll metabolite phytanic acid is a natural rexinoid - potential for
treatment and prevention of diabetes. Medical Hypotheses, 56(2), 217–219.
Munawir, A. (2015). Anti-Metastatic Effect of Boiled Garlic Extract on A549 Lung Cancer Cells
Line by FAK Mechanism. Kedokteran Brawijaya, 28(Agustus), 291–296.
Neve, R. M., Chin, K., Fridlyand, J., Yeh, J., Baehner, F. L., Fevr, T., … Gray, J. W. (2006). A
collection of breast cancer cell lines for the study of functionally distinct cancer subtypes.
Cancer Cell, 10(6), 515–527. https://doi.org/10.1016/j.ccr.2006.10.008
Omar, H. S., El-beshbishy, H. A., Moussa, Z., Taha, K. F., & Singab, A. N. B. (2011). Antioxidant
Activity of Artocarpus heterophyllus Lam . ( Jack Fruit ) Leaf Extracts  : Remarkable
Attenuations of Hyperglycemia and Hyperlipidemia in Streptozotocin-Diabetic Rats. The
Scientific World Journal, 11, 788–800. https://doi.org/10.1100/tsw.2011.71
Patel, R. M., & Patel, S. K. (2011). Cytotoxic activity of methanolic extract of Artocarpus
heterophyllus against A549 , Hela and MCF-7 cell lines. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 01(07), 2286082.
Pradhan, C., & Mohanty, M. (2015). A Review on Phytochemistry , Bio-Efficacy , Medicinal and
Ethno- Pharmaceutical Importance of Artocarpus altilis. International Journal of Pharmacy &
Pharmaceutical Research, 3(1), 219–231.
Raaman, N., & Sivaraj, C. (2014). Antioxidant Activities And Phytochemical Analysis Of Methanol
Extract Of Leaves Of Artocarpus Heterophyllus Lam. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 6(8), 6–10.
RI, D. K. (2015). Stop Kanker - Pusat Data dan Informasi. Infodatin-Kanker, hal 3.
Saifudin, Azis., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder (Teori, Konsep, dan Teknik Pemurnian),
Deepublish, Yogyakarta.

11

Tantengco, O. A. G., & Jacinto, S. D. (2015). Cytotoxic activity of crude extracts and fractions
from Premna odorata (Blanco), Artocarpus camansi (Blanco) and Gliricidia sepium (Jacq.)
against selected human cancer cell lines. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(12),
1037–1041. https://doi.org/10.1016/j.apjtb.2015.09.011
Wang, Y., Xu, K., Lin, L., Pan, Y., & Zheng, X. (2007). Geranyl flavonoids from the leaves of
Artocarpus altilis. Phytochemistry, 68, 1300–1306.

12