Aplikasi Crystal Soil Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)

(1)

APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.)

SKRIPSI

Oleh:

NANI APRI LUSY MANULLANG 061202037

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.)

SKRIPSI Oleh:

NANI APRI LUSY MANULLANG 061202037/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

udul Skripsi : Aplikasi Crystal Soil Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)

Nama : Nani Apri L M

NIM : 061202037

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi pembimbing

Dr. Budi Utomo SP, MP Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS Ketua Departemen Kehutanan


(4)

ABSTRACT

NANI APRI LUSY MANULLANG: Application of Crystal Soil on Growth of Seedlings Breadfruit (Artocarpus communis Forst.) Under Academic by supervised by BUDI UTOMO and YUNASFI.

In the physiology of water is essential for plant growth. Where the physiological and morphological plant activities are will be disrupted if the plants short of water. This study aimed to investigate the influence of crystal soil on the growth of breadfruit seedlings. Crystal soil used is the control, 3 grain, 7 grain, 10 grain, 12 grain, and 15 grains of crystal soil. This research was conducted from December 2009-June 2010, in the Green House, Agriculture Faculty, USU, Medan, using a completely randomized design non factorial. The Parameter analyzed were plant height, the percentage of soil moisture content, seed diameter, weight reduction crystal soil, and the percentage of dead plants.

The results showed that administration of a given crystal soil did not significantly affect the increase in height and diameter of breadfruit seedlings. Breadfruit seedlings highest are 0.61 cm while the lowest is 0.48 cm, the decrease in soil moisture content is 36.99% to 3.09%, decreasing the weight of crystal soil from 5.4 g to 0 g, and the percentage of dead plants The highest reaches 57.14%.


(5)

ABSTRAK

NANI APRI LUSY MANULLANG: Aplikasi Crystal Soil Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst.) Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI.

Secara fisiologi air adalah penting untuk pertumbuhan tanaman. Di mana aktifitas fisiologis dan morfologis tanaman akan terganggu apabila tanaman kekurangan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian crystal soil terhadap pertumbuhan bibit sukun. Crystal soil yang digunakan yaitu kontrol, 3 butir, 5 butir, 7 butir, 10 butir, 12 butir, dan 15 butir crystal soil. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2009-Juni 2010, di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang dianalisis adalah tinggi bibit, diameter bibit, persentase kadar air tanah, penurunan bobot crystal soil, dan persentase kematian tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian crystal soil yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter bibit sukun. Bibit sukun tertinggi yaitu 0,61 cm sedangkan yang terendah yaitu 0,48 cm, penurunan kadar air tanah yaitu 36,99% menjadi 3,09%, penurunan bobot crystal soil dari 5,4 g menjadi 0 g, dan persentase kematian tanaman yang paling tinggi mencapai 57,14%.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tigalingga pada tanggal 23 April 1988 dari ayah M. Manullang (Alm) dan ibu M. Ambarita. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Inpres 033917 Tigalingga dan lulus tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Timbul Jaya II Medan lulus tahun 2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Raksana Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB-USU). Penulis memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Silva. Penulis melaksanakan praktek pengenalan dan pengelolaan hutan (P3H) di hutan mangrove Pulau Sembilan, Pangkalan Susu dan hutan dataran rendah Tangkahan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada tanggal 10 sampai 19 Juni 2008. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum Perhutani KPH Banten Unit III Jawa Barat dan Banten pada tanggal 21 Juni sampai 21 Juli 2010. Penulis melaksanakan penelitian mulai bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tema Aplikasi Crystal Soil Sebagai Komponen Penahan Air.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua, saudara serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, dorongan materi dan doa yang tulus tiada pernah berhenti. 2. Dr. Budi Utomo SP, MP dan Dr. Yunasfi M.Si selaku dosen pembimbing

yang terus mengarahkan, membimbing, menasehati, dan memberi saran kepada penulis dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Erick, personil BDH 2006, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis juga menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 4

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Manfaat Sukun ... 6

Pertumbuhan Tanaman... 6

Fungsi Air Pada Tanaman ... 7

Mekanisme Air Pada Tanaman ... 8

Kebutuhan Air Suatu Tanaman ... 9

Stress Air dan Ketersediaan Hara ... 11

Pengaruh Stress Air Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Organ ... 12

Pengaruh Cekaman Air Terhadap Tanaman ... 13

Toleransi dan Avoidance Tanaman ... 15

Crystal Soil (Hydrogel) ... 16

Peran Penahan Air Untuk Meningkatkan Ketahanan Tanaman ... 18

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

Penyediaan bibit ... 20

Penyediaan media tanam ... 20

Penyediaan media campuran ... 20


(9)

Aklimatisasi ... 21

Pemberian crystal soil ... 21

Penyiraman ... 21

Parameter Penelitian ... 21

Tinggi bibit ... 21

Diameter bibit ... 22

Persentase kadar air tanah ... 22

Penurunan bobot crystal soil ... 22

Persentase kematian bibit ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Tingi bibit ... 23

Diameter bibit ... 24

Persentase kadar air tanah ... 25

Penurunan bobot crystal soil ... 26

Persentase kematian bibit ... 26

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik pertambahan tinggi bibit sukun selama 3 minggu ... 23

2. Grafik pertambahan diameter bibit sukun selama 3 minggu ... 24

3. Grafik rerata penurunan kadar air tanah selama 3 minggu. ... 25


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Analisis rancangan percoban pertambahan tinggi (cm) bibit sukun ... 35

2. Analisis rancangan percoban pertambahan tinggi (cm) bibit sukun ... 37

3. Persentase kadar air tanah ... 39

3. Penurunan bobot crystal soil ... 40

4. Persentase kematian bibit sukun ... 41


(12)

ABSTRACT

NANI APRI LUSY MANULLANG: Application of Crystal Soil on Growth of Seedlings Breadfruit (Artocarpus communis Forst.) Under Academic by supervised by BUDI UTOMO and YUNASFI.

In the physiology of water is essential for plant growth. Where the physiological and morphological plant activities are will be disrupted if the plants short of water. This study aimed to investigate the influence of crystal soil on the growth of breadfruit seedlings. Crystal soil used is the control, 3 grain, 7 grain, 10 grain, 12 grain, and 15 grains of crystal soil. This research was conducted from December 2009-June 2010, in the Green House, Agriculture Faculty, USU, Medan, using a completely randomized design non factorial. The Parameter analyzed were plant height, the percentage of soil moisture content, seed diameter, weight reduction crystal soil, and the percentage of dead plants.

The results showed that administration of a given crystal soil did not significantly affect the increase in height and diameter of breadfruit seedlings. Breadfruit seedlings highest are 0.61 cm while the lowest is 0.48 cm, the decrease in soil moisture content is 36.99% to 3.09%, decreasing the weight of crystal soil from 5.4 g to 0 g, and the percentage of dead plants The highest reaches 57.14%.


(13)

ABSTRAK

NANI APRI LUSY MANULLANG: Aplikasi Crystal Soil Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst.) Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI.

Secara fisiologi air adalah penting untuk pertumbuhan tanaman. Di mana aktifitas fisiologis dan morfologis tanaman akan terganggu apabila tanaman kekurangan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian crystal soil terhadap pertumbuhan bibit sukun. Crystal soil yang digunakan yaitu kontrol, 3 butir, 5 butir, 7 butir, 10 butir, 12 butir, dan 15 butir crystal soil. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2009-Juni 2010, di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang dianalisis adalah tinggi bibit, diameter bibit, persentase kadar air tanah, penurunan bobot crystal soil, dan persentase kematian tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian crystal soil yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter bibit sukun. Bibit sukun tertinggi yaitu 0,61 cm sedangkan yang terendah yaitu 0,48 cm, penurunan kadar air tanah yaitu 36,99% menjadi 3,09%, penurunan bobot crystal soil dari 5,4 g menjadi 0 g, dan persentase kematian tanaman yang paling tinggi mencapai 57,14%.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah saat ini sedang menggalakkan komoditi nonmigas untuk menggali sumber devisa dari sektor pertanian melalui upaya diversifikasi pengembangan komoditi mulai dari tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Komoditi tanaman pangan masih banyak potensi yang dapat dikembangkan baik untuk tujuan pemenuhan kebutuhan lokal maupun untuk memasok kebutuhan industri di dunia internasional. Salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan adalah sukun (Artocarpus communis Forst) yang mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi sehingga di Eropa dikenal dengan nama bread fruit tree atau buah roti (Hobir et al.,1992).

Sukun merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia sejak tahun 1920, karena dengan dibuat tepung sukun maka makanan ini menunjukkan amat bermanfaat bagi kehidupan manusia (Sudiro, 2008). Dari segi budidaya, sukun tergolong mudah untuk dibudidayakan baik secara tradisional pada lahan sempit seperti pekarangan, ladang, atau kebun maupun dibudidayakan secara komersial pada lahan yang relatif luas. Jarak tanam yang digunakan umumnya lebar karena tajuk tanaman sukun juga cukup lebar. Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi akan membantu pertumbuhan tanaman sukun lebih baik sehingga lebih cepat berbuah (Adinugraha dan Kartikawati, 2003).

Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim


(15)

kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional (Hendalastuti dan Rojidin, 2006). Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional (Koswara, 2006).

Air merupakan senyawa penting penyusun tubuh makhluk hidup termasuk tumbuhan. Kandungan air tumbuhan tergantung pada aktivitas sel-sel atau jaringan. Makin aktif sel atau jaringan makin tinggi konsentrasi air di dalamnya. Kepentingan air dalam sistem tanah-tumbuhan-atmosfir tidak dapat diabaikan karena ketersediaan air pada daerah yang kekeringan di musim panas, merupakan faktor terpenting di antara semua faktor yang mengontrol ketahanan hidup dan kemudian distribusi vegetasi. Rumah tangga air tumbuhan konsekuensinya merupakan pertimbangan utama pada perkembangan atau penerapan semua perlakuan silvikultur. Semua air hilang dalam proses pasif transpirasi. Secara fisiologis air adalah penting sebagai pembentuk utama protoplasma dan cairan vakuola sebagai pelarut gas dan bahan larutan, untuk mengangkut mineral dan menjaga turgiditas, adalah penting untuk penjarangan dan pertumbuhan sel, memelihara bentuk tumbuhan, pembukaan stomata dan gerakan tumbuhan seperti pada daun dan mahkota bunga (Daniel et al., 1994).

Hampir semua air yang digunakan tumbuhan diambil oleh sistem perakaran. Beberapa bagian dapat terserap langsung dari atmosfir oleh daun. Kekurangan air akan mengganggu fisiologis dan morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan


(16)

menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1994). Dalam pemeliharaan tanaman, air sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga pentingnya dilakukan penyiraman yang umumnya dilakukan dua kali dalam sehari. Untuk itu, perlu dilakukan efisiensi dalam hal penyiraman tetapi pertumbuhan bibit dalam keadaan normal. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan

penelitian aplikasi crystal soil terhadap pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi pengaruh pemberian crystal soil pada pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

Aplikasi crystal soil yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi seberapa jauh aplikasi

crystal soil ini berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Sukun (Artocarpus communis Forst)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Magnoliopsida Subclass : Hamamelidae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst (Harahap, 2009).

Karakteristik Artocarpus communis Forst

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mampu mencapai 20 m. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar , bercangap menjari, dan berbulu kasar. Batangnya besar, agak lunak, dan bergetah banyak. Cabangnya banyak, pertumbuhannya cenderung ke atas. Bunga sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek


(18)

(babal) seperti pada nangka. Bunga betina merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik. Pada buah keluwih, tonjolan pada kulit buah merupakan duri yang lunak. Penyerbukan bunga dibantu oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung kurang berperan dalam penyerbukan bunga (Sentra Informasi IPTEK, 2009).

Pada buah sukun, walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada keluwih (Artocarpus altilis) kedua proses dapat berlangsung normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit buah berduri lunak sekali. Duri buah keluwih merupakan bekas tangkai putik bunga majemuk sinkarpik. Buah sukun mirip dengan buah keluwih (timbul). Perbedaannya adalah duri buah sukun tumpul, bahkan hampir tidak tampak pada permukaan buahnya. Selain itu, buah sukun tidak berbiji (partenokarpi) (Sentra Informasi IPTEK, 2009).

Syarat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah

mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m dari

permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah

hujan yang tinggi antara 80 - 100 inchi per pertahun dengan kelembaban 60 - 80%,

namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran

matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab panas, dengan

temperatur antara 15 - 38 °C (Irwanto, 2006). Menurut Siregar (2009) Tanaman sukun dapat tumbuh baik dengan ketinggian kawasan 0-1100 m dari permukaan laut.


(19)

Manfaat Sukun

Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan. Jaman dahulu di Hawai sukun digunakan sebagai makanan pokok. Di Madura digunakan sebagai obat sakit kuning. Bunganya dapat diramu sebagai obat. Bunganya dapat menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada gusi yang giginya sakit. Daunnya selain untuk pakan ternak, juga dapat diramu menjadi obat. Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan meringankan asma.

Daun yang dihancurkan diletakkan di lidah untuk mengobati sariawan. Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk infeksi kulit. Bubuk dari daun yang dipanggang digunakan untuk mngobati limpa yang membengkak. Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Getah yang ditambah air jika diminum dapat mengobati diare. Di Caribia sebagai bahan membuat permen karet. Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya. Serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman muda dan ranting dapat digunakan sebagai material serat pakaian. Di Malaysia digunakan sebagai mode pakaian (Irwanto, 2006).

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, berat, dan/ atau jumlah sel. Ukuran atanaman sebagai indikator pertumbuhan dapat dilihat secara satu dimensi (misalnya dengan mengukur tinggin tanman), dua dimensi (misalnya dengan mengukur total luas permukaan daun), atau tiga dimensi (misalnya dengan mengukur volume akar). Tinngi tanaman merupakan


(20)

indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur. Tinggi tnaaman sebagai indicator pertumbuhan dapat dianjurkan pada tnaman berbatang tunggak dengan percabangan lateral cahaya yang optimal. Akan tetapi tinggi tanaman menjadi kurang berarti jika tanaman tumbuh pada kondisi intensits cahaya yang sub optimal sehingga terjadi etiolasi. Tinggi tanaman juga kurang dapat dianjurkan utnuk tnaman dengan cabang lateral yang berkembang sangat ekstensif. Prtumbuhan tanaman pada dsarnya disebabkan oleh pembesaran (cell enlargement) dan pembesaran sel (cell division). Berlandaskan pada kenyataan ini indikator pertumbuhan tanaman atau lebih sering digunkan sebagai indikator pertumbuhann organ tanaman, misalnya daun dan buah. Asumsi dari penggunaan jumlah sel sebagai indikator pertumbuhan adalah bahwa sel-sel yang menyusun organ tersebut berukuran relatif seragam dan sel-sel tersebut mempunyai batas ukuran maksimalnya (Lakitan, 1996).

Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun prosuk pembelahan sel itulah yang menyebabkantumbuh dan menyebabkan pertumbuhan. Ujung akar dan ujung tajuk (apeks) mempunyai meristem (Salisbury dan Ross, 1995).

Fungsi Air Pada Tanaman

Air merupakan fakor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel), bahan baku fotosintesis, dan menjaga suhu


(21)

tanaman supaya konstan, evaporasi air (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan (Gardner, et al., 1991). Berbagai fungsi air bagi tanaman menunjukkan pentingnya air bagi tanaman yakni:

1. Air merupakan bagian yang esensil bagi protoplasma dan membentuk 80-90% bobot segar jaringan yang tumbuh aktif

2. Air adalah pelarut, di dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam dan zat-zat terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, dari organ ke organ dalam proses transpirasi

3. Air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis 4. Air adalah esensil untuk menjaga turgiditas di antaranya dalam pembesaran

sel, pembukaan stomata, dan menyangga bentuk (morfokogi) daun-daun muda atau struktur lainnya yang berlignin.

Di samping itu, penyebab utama variasi hasil tanaman dari tahun ke tahun atau dari musim ke musim, terutama di daerah tropik seperti Indonesia adalah ketersediaan air, yang sangat ditentukan oleh curah hujan. Ketidakstabilan curah hujan ini menyebabkan ketidaktentuan pada keadaan air tanah dan suplai hara bagi tanaman (Sri, 2000).

Mekanisme Air Pada Tanamann

Air sangat penting bagi tumbuhan. 30% sampai 90% berat tumbuhan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada fotosintesis. Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air. Akar adalah organ tanaman yang aktif menyerap air. Selain itu akar mempunyai fungsi penyerapan dan penyimpanan. Akar menyerap air dari lingkungan sekitarnya scara osmosis. Akar juga menyerap mineral dari lingkungan sekitarnya bersama dengan penyerapan


(22)

air. Air masuk ke dalam akar melalui rambur-rambur akar. Rambut akar akan meningkatkan luas permukaan akar dan dapat meningkatkan jumlah air yang diserap atau diambil oleh tumbuhan.

Air yang diserap oleh akar diangkut melalui batang. Mineral dari tanah terlarut sehingga juga diangkut melalui batang. Batang menyimpan makanan dalam bentuk pati dan menyimpan air. Air berasal dari akar dan pati dibuat dari gula yang diangkut dari daun. Satu keuntungan menyimpan air pada batnag adalah terhindar dari kekeringan. Air membantu menjaga sel-sel batang tetap kaku. Ada dua mekanisme penyerapan yaitu penyerapan akitf (aktif osmotik dan non osmotik) dan penyerapan pasif (tarikan transpirasi daun) (Dewi, 2008).

Kebutuhan Air Suatu Tanaman

Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Sumarno, 2004).

Dalam kondisi lapangan, perakaran menembus tanah yang relatif lembab sedangkan akar dan batang tumbuh ke atmosfer yang relatif kering. Hal ini menyebabkan aliran air yang terus menerus dari tanah melalui tumbuhan ke atmosfer sepanjang suatu landasan energy potensial yang menurun. Setiap harinya, jumlah aliran air ini 1 sampai10 kali jumlah air yang tertahan dalam jaringan tanaman 10 sampai 100 kali jumlah air yang digunakan untuk perluasan


(23)

sel-sel baru, dan 100 sampai 1000 kali jumlah air yang digunakan utnuk fotosintesis.

Karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air menjadi terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah hasil panen ini dipengaruhi oleh genotipe yang kekurangan air, dan tingkat perkembangan (Gardner, et al.,1991).

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat menghitung kehilangan air melalui proses transpirasi (Haryati, 2003).

Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stress air sangat ditentukan oleh tingkat stress yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang dapat memperbaiki staus air yaitu (1) tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi; (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Sinaga, 2008).

Lingkungan juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan


(24)

yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang terkena sinar matahari langsung. Peletakan tanaman pada sumber air membutuhkan air yang berbeda dengan yang diletakkan di tengah lapangan terbuka. Peletakan di dekat sumber air merupakan jenis tanaman yang menyukai kondisi air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

Jenisnya pun berbeda dengan tanaman yang tahan akan sinar matahari (Sintia, 2008).

Stress Air dan Ketersediaan Hara

Stress dapat diartikan sebagai keadaan yang dapat merusak kesetimbangan suatu sistem. Dalam pertumbuhan tanaman gangguan kesetirnbangan dabat berasal dari faktor lingkungan tumbuh atau berasal dari sifat tanamannya. Berdasarkan faktor lingkungan tumbuh diperoleh klasifikasi derajat toler&si tumbuh tanaman. Tanaman dikatakan tolcran, bila tanaman tersebut dapat tumbuh dalam kondisi sub-optimal. Pada keadaan sub-optimal, tanaman sebenarnya sudah menderita stres, tetapi stres yang dapat balik yaitu stres yang dapat diatasi oleh tanaman tersebut. Bila tanaman tidak bisa mengatasi, gejala stres biasanya dicirikan oleh kerusakan sel permanen, maka stres yang dialami tanaman dikatakan sebagai stres yang tidak dapat balik (Darmawan, et al., 1991).

Laju pertumbuhan sel-sel tanaman dan efisiesnsi proses fisiologisnya mencapai tingkat tertinggi bila sel-sel berada pada turgor maksimum. Meskipun demikian, absorpsi karbondioksida melintasi dinding sel yang lembab yang terbuka ke atmosfer, yang penting untuk fotosintesis, berkaitan dengan hilangnya air dari jaringan daun. Pada suatu tanaman yang berfotosintesis, air akan


(25)

cenderung ditarik dari sel-sel daun, dengan menghasilkan reduksi tekanan dalam turgor sel dan dalam potensial air sel. Sel tanamaan yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air (Fitter dan Hay, 1991).

Meskipun penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu sama lain, kebutuhan air yang teredia dalam tnaman dan tanah bagi pertumbuhan dan transport hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Hibungan yang erat ini menyebabkan sukarnya menetukan dengan jelas pengaruh-pengaruh kekeringan terhadap keadaan hara. International soil science society and the soil science society of America mendefenisikan ketersediaan hara adalah hara yng betul-betul diserap oleh tanman (kandungan hara tanaman). Tetapi, ada berbagai indeks ketersediaan hara, seperti jumlah unsur yang bias diekstrak dari tanah atau malahan jumlah pupuk yang diberiakn sering tercampur-aduk dengan ketersediaan hara. Dalam tanah, air dalam selang sekitar -0,1 sampai -10 bar esensial bagi setiap proses yang meningkatkan ketersediaan hara, sejak dari reaksi-reaksi yang memepengaruhi konsentrasinya dalam larutan tnah (pertukaran ion), melalui transport hara melalui difusi dan aliran massa ke permukaan akar sampai penyerapannya oleh akar (Sri, 2000).

Pengaruh Stress Air Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Organ a. Pembelahan dan pembesaran sel

Pengaruh yang paling penting dari kekeringan yatiu pengurangan luada daun permukaan fotosintesis (source) karena (1) adanya penurunan proses perlk\luasan daun dan (2) terlalu awalnya terjadi proses penuaan (senence) pada daun. Stress air yang sedikit saja, beberapa bars (-1) sampai (-3) cukup


(26)

menyebabkan lambat atau berhenti pembelahan dan pembesaran sel (antara lain perluasan daun).

b. Perangkat fotosintesis

Pengaruh stress air terhadap sistem fotosintesis bias juga melalui pengaruh pada kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesis. Pada tanaman jagung (tanaman C4) mereka temukan bahwa pengaruh negatif stress air lebih besar pada sel-sel mesofil daun daripada sel-sel bundle sheatnya.

c. Sistem reproduktif

Sistem reproduktif tanaman menentukan kapsitas sink tanaman tersebut. Pengaruh lingkungan terhadap sistem reproduktif (pembungaan, pembuahan, pengisian biji/buah) berate pengaruhnya juga terhadap sink. Stress air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bugan yang akibatnya memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan pula kandungan air dalam biji sewaktu panen.

d. Layu dan menggulungnya daun

Respon terhadap adanya stress air ini dapat diamati secara visual. Adanya respon layu dan menggulungnya daun berarti terhambatnya fotosintesis baik karena menutupnya stomata maupun karena berkurangnya luas permukaan fotosintesis (Sri, 2000).

Pengaruh Cekaman Air Terhadap Tanaman

Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran yang lenih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air


(27)

mempengaruhi proses fisiolohgi dan biokimia tanaman serta menyebababkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman. Pengaruh cekaman air dalam beberapa kasus berhubungan dengan pengaruhnya terhadap tekanan turgor sel. Pada beberapa kasus lainnya pengaruh cekaman air berhubungan dengan penurunan potensial air tanaman, dan pada beberapa kasus disebabkan adanya penurunan potensial osmotic dalam tubuh tanaman (Islami dan Utomo 1995).

Tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsure hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air. Pada proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil. Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil (Mapegau,2006).

Salah satu faktor yang menjadi fokus perhatian dalam rangka pengembangan komoditi pertanian di lahan kering adalah keterbatasan sumber daya air. Kekeringan atau kemarau merupakan fenomena umum pada sistem pertanian lahan kering. Budidaya tanaman pada kondisi demikian akan menyebabkan tanaman mengalami kekurangan air atau cekaman kekeringan. Dengan demikian pengelolaan penggunaan air dalam pertanian menjadi bagian


(28)

fokus kajian yang penting karena memiliki dampak secara ekonomi maupun lingkungan. Ketersediaan air semakin terbatas khususnya pada sistem pertanian lahan kering sehingga dibutuhkan suatu metode baru agar lebih mudah memonitor kondisi air tanaman dalarn menentukan saat pengairan yang tepat. Metode ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam penjadwalan pengairan tanaman serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air. Berbagai indikator tanaman yang mengalami cekaman kekeringan telah diketahui baik secara morfologi, anatomi maupun fisiologi. Deteksi tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat dilakukan dengan metode destruktif dan tanpa merusak tanaman itu sendiri. Adapun indikator tanaman yang mengalami cekaman kekeringan antara lain terhambatnya pertumbuhan daun, pertumbuhan akar yang pesat, menutupnya stomata, daun menggulung khusus tanaman Gramineae (Run, 2002).

Toleransi dan Avoidance Tanman

Pada adaptasi tanaman terhadap naungan melalui dua mekanisme: mekanisme penghindaran (avoidance) dan mekanisme toleransi (tolerance). Mekanisme penghindaran berkaitan dengan perubahan anatomi dan morfologi daun untuk memaksimalkan penangkapan cahaya dan fotosintesis yang efisien, seperti peningkatan luas daun dan kandungan klorofil b, serta penurunan tebal daun, rasio klorofil a/b, Jumlah kutikula, lilin, bulu daun, dan pigmen antosianin. melaporkan, pengaturan jumlah klorofil b pada arabidopsis terjadi melalui peningkatan jumlah kloroplas per sel dan/atau per satuan luas daun. Aklimatisasi kloroplas ini kadangkadang digolongkan ’shade tolerance’. Mekanisme toleransi (tolerance) berkaitan dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien. Tanaman naungan ditandai dengan rendahnya titik kompensasi


(29)

cahaya sehingga dapat mengakumulasi produk fotosintat pada tingkat cahaya yang rendah dibanding tanaman cahaya penuh (Kisman, 2007).

Crystal Soil (Hydrogel)

Nama hydrogel dasarnya terdiri atas dua istilah, yaitu hidro artinya media tanam alternatif pengganti tanah dan gell yang maksudnya adalah jeli. Hydrogel sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman (Rahardjo, 2007).

Hydrogel merupakan super absorbent anionic polyacrylamide polymers. Hydrogel adalah penahan air-cairan yang dapat digunakan bersinergi dengan tanah atau media lain serta pupuk, menyerap dan menyimpan air dan nutrient dalam jumlah yang besar. Tidak seperti produk lain, hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrient tersebut secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman, dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrient setiap saat karena hydrogel berfungsi menyerap dan melepaskan (absorption–release cycles). Hydrogel mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dengan mengurangi kehilangan air dan nutrient melalui leaching dan evaporasi. Air dan nutrient tersimpan di sekeliling akar sehingga dapat mengoptimalkan penyerapan oleh tanaman. Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 400 kali berat hydrogel itu sendiri (Irawan, 2007).

Crystal soil merupakan agar-agar menyerupai kelereng bulat yang dapat


(30)

tanaman dalam ruangan. Crystal soil dapat menyimpan air terus sampai 2 bulan tanpa penyiraman dan pemupukan teratur. Crystal soil dapat diletakkan di dalam mangkuk, vas atau wadah lainnya sebagai media untuk penanaman bunga. Biasanya digunakan untuk hiasan, dekorasi rumah dan acara-acara khusus seperti

pernikahan dan ulang tahun. Crystal soil dapat mencegah bakteri, nyamuk dan

masalah-masalah yang biasanya terjadi pada tanah biasa. Semua tanaman membutuhkan air dan nutrisi untuk tumbuh. Crystal soil menyediakan air dan udara, nutrisi untuk tanaman sehingga tanaman akan berkembang.

Crystal soil dapat menghilangkan jamur karena air akan tetap berada di

dalam sampai tanaman membutuhkannya. Sehingga jamur tidak akan mengganggu dan akar tidak akan membusuk. Crystal soil adalah polimer gel (kationik Polyacrylamide) dan tidak beracun, ramah lingkungan. Meskipun tidak beracun itu crystal soil tidak boleh dikonsumsi atau diambil secara internal baik dalam bentuk kering atau bentuk diperluas (Agencies, 2007).

Hydrogel dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot, lahan pertanian, perkebunan, hutan, dan juga untuk mempercantik ruangan. Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak bagus untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan karena ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar di pembibitan lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh, ini bertujuan agar kelembaban tanaman tetap terjaga (Irawan, 2007).


(31)

Peran Crystal Soil Dalam Mengoptimalkan Pertumbuhan Tanaman

Selain untuk mempercantik ruangan, hydrogel ini dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot, lahan pertanian, perkebunan, hutan dll. Manfaat menggunakan hydrogel antara lain:

1. Memastiakn ketersediaan air sepanjang tahun

2. Mengurangi frekuensi penyiraman/irigasi hingga 50%

3. Mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi

4. Memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk aerasi udara yang baik

5. Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrient selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar

6. Mengurangi angka mortalitas

7. Mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah (Rahardjo, 2007).

Menurut Rahardjio (2007) dari hasil sementara penelitiannya menunjukkan bahwa hydrogel mempunyai potensi untuk digunakan sebagai salah satu teknologi mengatasi usaha budidaya tanaman di lahan kering dan efisiensi pemakaian air untuk tanaman-tanaman tertentu.


(32)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bibit sukun, media top soil, crystal soil, dan polibag. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain ayakan, jangka sorong, gembor, penggaris,, timbangan digital, oven dan camera digital.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

A0 = Tanpa pemberian crystal soil (kontrol)

A1 = Pemberian crystal soil sebanyak 3 butir A2 = Pemberian crystal soil sebanyak 5 butir

A3 = Pemberian crystal soil sebanyak 7 butir A4 = Pemberian crystal soil sebanyak 10 butir A5 = Pemberian crystal soil sebanyak 12 butir A6 = Pemberian crystal soil sebanyak 15 butir

Model linier rancangan acak lengkap non faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah

Yij =µ + τi + €ij

Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan crystal soil ke-i


(33)

µ = Nilai rataan

τ = pengaruh perlakuan crystal soil ke-i

€ij = Galat percobaan pada ulangan ke-j dalam perlakuan crystal soil ke-i

Apabila ANOVA berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan ujin lanjutan

berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan’s Multiple Range Test (Gomez dan Gomez, 1995).

Prosedur Penelitian 1. Penyediaan bibit

Bibit sukun yang digunakan bersal dari lokasi pembibitan di desa Nogarejo Kecamatan Tanjung Morawa dengan umur bibit sukun ± 3 bulan.

2. Penyiapan media tanam

Media yang digunakan adalah top soil yang diayak terlebih dahulu agar kotoran tidak terikut. Selanjutnya, dilakukan penghomogenan (pencampuran). Hal ini dilakukan dengan asumsi agar setiap polibag menampung top soil yang tidak berbeda dalam segi kandungan unsur haranya yang akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit sukun nantinya.

3. Penyiapan media campuran

Crystal soil yang akan digunakan dapat diperoleh dari toko tanaman. Crystal soil direndam di dalam air selama ± 8 jam hingga crystal soil tersebut mengembang kira-kira sebesar biji kelereng. Setelah mengembang, buang airnya dan tiriskan.

4. Penggantian polibag

Bibit sukun yang telah disiapkan diganti polibagnya dengan ukuran yang lebih besar yang telah siap dengan top soil. Polibag awal dibuka dengan merobek


(34)

bagian pinggir sampai kebawah perlahan agar akar tidak terganggu. Kenudian ditanam dalam polibag yang baru.

5. Aklimatisasi

Akilmatisasi yang dimaksud adalah penyesuaian bibit terhadap lokasi baru yang hampir sama dengan lokasi penelitian. Tanaman diletakkan pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari kemudian disiram dengan perlakuan normal. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih satu minggu dan setelah itu dipindahkan dalam rumah kaca untuk dilakukan kegiatan penelitian.

6. Pemberian crystal soil

Setelah satu minggu bibit ditanam di polibag di dalam rumah kaca, diberi perlakuan crystal soil sesuai dosis yang telah ditentukan, yang ditanam ke dalam tanah kira-kira 3 cm dari perakaran tanah.

7. Penyiraman

Dilakukan penyiraman pada bibit sukun selama satu minggu setelah penanaman dan penyiraman dilakukan hingga air jenuh. Kemudian, bibit sukun tidak akan disiram lagi.

Parameter Penelitian Tinggi bibit

Tinggi tanaman diukur dari pangkal munculnya batang sampai pucuk tanaman tertinggi dengan menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali.


(35)

Diameter bibit

Diameter tanaman diukur dengan mengggunakan jangka sorong yang diambil pada suatu titik yang telah ditentukan. Pengukuran diameter dilakukan setiap seminggu sekali.

Persentase kadar air tanah

Pengukuran kadar air tanah dilakukan setiap hari. Prosedur pengukuran kadar air tanah yaitu:

- Ditimbang sebanyak 10 g tanah dan dimasukkan ke dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya

- Dimasukkan cawan timbang ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 1050C

- Setelah 24 jam dikeluarkan cawan yang berisi tanah dari oven lalu dimasukkan kedalam desikator sebentar kemudian dihitung dengan rumus

Penurunan bobot crystal soil

Pengukuran bobot basah crystal soil dilakukan setiap harinya yaitu dengan mengambil crystal soil dari dalam polibag tersebut lalu ditimbang beratnya.

Persentase kematian bibit

Persentase kematian bibit dapat dihitung dengan membandingkan antar jumlah bibit yang mati dengan jumlah bibit yang ditanam. Pengamatan data dilakukan setiap hari.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian diperoleh dari pengamatan selama 4 minggu dengan parameter yang telah diamati yaitu tinggi bibit, diameter bibit, persentase kadar air tanah, penurunan bobot crystal soil, dan persentase kematian tanaman.

1. Tinggi bibit sukun

Hasil analisis ragam (Lampiran 1), menunjukkan bahwa perlakuan crystal soil tidak nyata mempengaruhi pertambahan tinggi bibit sukun. Pertambahan tinggi bibit sukun yang diamati mulai minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-3 disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi bibit sukun selama 3 minggu

Berdasarkan grafik di atas, pertambahan tinggi bibit sukun mulai dari minggu ke-1 sampai minggu ke-3 berkisar antara 27,35-32,38 cm. Tinggi bibit sukun tertinggi terdapat pada perlakuan A6 minggu ke-3 yaitu 32,38 cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A2 minggu ke-3 yaitu 28,5 cm.

28,9 28,03 27,35 28,83 29,58 30,35 30,35 30,35 28,98 27,65 30,6 30,33 31,3 31,1 31,48 29,9 28,5 31 30,85 31,6 32,38 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6

T inggi T ana m an (c m ) Perlakuan


(37)

2. Diameter bibit sukun

Hasil analisis ragam (Lampiran 2), menunjukkan bahwa perlakuan crystal soil tidak nyata mempengaruhi pertambahan diameter bibit sukun. Pertambahan diameter bibit sukun yang diamati mulai minggu 1 sampai dengan minggu ke-3 disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik pertambahan diameter bibit sukun selama 3 minggu Berdasarkan grafik di atas, pertambahan diameter bibit sukun mulai dari minggu ke-1 sampai minggu ke-3 berkisar antara 0,41-0,61 cm. Diameter bibit sukun tertinggi terdapat pada perlakuan A3 minggu ke-3 yaitu 0,61 cm sedangkan diameter bibit terendah terdapat pada perlakuan A2 minggu ke-3 yaitu 0,48 cm.

0,47 0,47 0,41 0,49 0,45 0,48 0,51 0,56 0,52 0,48 0,61 0,56 0,53 0,58 0,56 0,52 0,48 0,61 0,56 0,53 0,59 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6

D ia met er b ib it ( cm) Perlakuan


(38)

3. Persentase kadar air tanah

Persen kadar air tanah yang diamati setiap harinya selama 3 minggu (Lampiran 2), menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kadar air tanah. Berikut grafik penurunan kadar air tanah disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rerata penurunan kadar air tanah selama 3 minggu

Grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kadar air tanah. Kadar air tertinggi terdapat pada hari 1 yaitu 36,99% dan kadar air terendah terendah terdapat pada hari ke-21 yaitu 3,09%.

36,99 33,33 29,8729,87 28,2128,21 9,89 9,89 6,38 6,38 5,26 4,17

3,09 3,09 3,09 3,09 3,09 3,09 3,09 3,09 3,09

0 5 10 15 20 25 30 35 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

K A T an ah ( %) Hari


(39)

4. Penurunan bobot crystal soil

Berat bobot crystal soil yang telah diamati setiap harinya selama 3 minggu (Lampiran 4) menunjukkan bahwa terjadi penurunan bobot crystal soil. Berikut grafik penurunan bobot crystal soil disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik rerata penurunan bobot crystal soil selama 3 minggu

Grafik di atas menunjukkan bahwa setiap harinya bobot crystal soil semakin berkurang. Hal ini disebabkan crystal soil semakin hari semakin mengecil di mana kemampuan crystal soil dalam menyerap dan melepaskan air juga berkurang. Pada hari ke-1, bobot crystal soil yaitu 5.4 g dan pada hari ke-21 bobot crystal soil semakin berkurang yaitu 0 g.

5. Persentase kematian bibit sukun

Hasil analisis ragam (Lampiran 5), menunjukkan bahwa perlakuan crystal soil tidak nyata mempengaruhi persentase kematain bibit sukun. Persentase kematian bibit sukun yang diamati setiap harinya disajikan pada Tabel berikut, Persentase kematian bibit sukun yang diperoleh selama pengamatan 3 minggu (Lampiran 5) berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini disebabkan dosis crystal soil

5,4 5,4

3,4 3,2 3,2

3 2,9 2,7

1,5 1,5

1,3 1,2 1,2

1 1 1 0,8

0,6 0,5 0,5 0 0 1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

B ob ot B as ah ( g) Hari


(40)

yang diberikan berbeda untuk setiap tanaman. Persentase kematian bibit sukun disajikan pada Tabel 1.

Perlakuan Ulangan

Hari ke

19 20 21

A0 1 

2 

3 

4 

A1 1 

2 

3 

4 

A2 1 

2 

3 

4 

A3 1 

2 

3 

4 

A4 1 

2 

3 

4 

A5 1 

2 

3 

4 

A6 1 

2 

3 

4 

Total 28 16 9 3

Persentase Kematian bibit 57,14 32,14 10,71 100,00 Tabel. Persentase kematian bibit sukun

Pada table di atas menunjukkan bahwa pada hari ke-19 tingkat persentase kematian bibit sukun paling tinggi yaitu 57,14 sedangkan persentase kematian bibit sukun yang paling rendah adalah pada hari ke-21 yaitu 10,71%. Tanaman


(41)

yang mati bisa berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Tingkat persen kematian bibit yang lebih tinggi terjadi pada perlakuan crystal soil yang diberikan kepada tanaman yang lebih sedikit. Tabel di atas menunjukkan bahwa pada persentase 57,14% jumlah bibit sukun yang mati yaitu yang paling banyak yaitu 16 bibit sukun yang mati. Sedangkan pada persentase 10,71%, jumlah bibit yang mati yaitu yang paling sedikit yaitu 3 bibit sukun yang mati.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan crystal soil tidak nyata mempengaruhi tinggi dan diameter bibit sukun. Hasil tersebut menunjukkan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun.. Menurut Haryati (2003) kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.

Dalam pertumbuhannya, bibit sukun mengalami kekurangan air yang disebabkan tidak adanya dilakukan penyiraman. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadinya penurunan persentase kadar air tanah. Setiap harinya kadar air tanah yang diukur, persentasenya semakin menurun. Hal ini disebabkan bahwa air yang tersedia di dalam tanah semakin hari semakin berkurang. Adanya crystal soil sebagai komopenen penahan air juga mengalami penurunan berat bobot basah crystal soil tersebut. Panas matahari juga mempengaruhi crystal soil tersebut di mana suhu pada rumah kaca yaitu pada pagi hari (T=300, 2’C, dan kelembababn 70%), siang hari (T=330, 2’C, dan kelembababn 74%) dan sore hari (T=33,80, 2’C, dan kelembababn 68%)

Hasil penelitain juga menunjukkan bahwa perlakuan crystal soil tidak nyata mempengaruhi persentase kematian bibit sukun. Pada perlakuan (A1, A2,


(42)

A3, A4, A5, A6) crystal soil yang diberikan, A6 adalah jumlah crystal soil yang paling banyak diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman A6 tersebut merupakan tanaman yang paling lama mati atau tingkat persentase kematian bibit sukun yang paling rendah. Meskipun perlakuan yang lain juga memiliki tingkat persentase yang tinggi, akan tetapi tanaman A6 juga ikut turut di dalamnya (bibit sukun yang mati berdasarkan ulangan). Bibit sukun yang mati ditandai oleh daun yang kecoklatan, layu dan kering, berguguran, batang yang kurus dan kering. Bibit sukun hanya dapat bertahan dalam waktu tiga minggu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti dosis crystal soil yang sedikit dan panas matahari karena crystal soil tidak boleh kontak langsung dengan sinar ultra violet. Jumlah crystal soil yang diberikan juga mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun tersebut. Semakin lama air dalam tanah bisa disuplai dan ditahan

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dlihat bahwa crystal soil yang diberikan tidak signifikan terhadap pertumbuhan. Dari penelitian Rahardjo (2007) bahwa di lapangan memerlukan crystal soil sebanyak 5-20 kg/ha dan dari hasil sementara penelitiannya menunjukkan bahwa hydrogel mempunyai potensi untuk digunakan sebagai salah satu teknologi mengatasi usaha budidaya tanaman di lahan kering dan efisiensi pemakaian air untuk tanaman-tanaman tertentu. Berbeda dengan pengamatan di rumah kaca, hasil penelitian menunjukkan crystal soil tidak sehebat di lapangan karena bibit sukun hanya bertahan selama tiga minggu saja. dan dalam menyerap air, crystal soil hanya dapat bekerja menyerap 50 kali berat crystal soil itu sendiri sedangkan menurut pernyataan Irawan (2007) Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 400 kali berat hydrogel itu sendiri.


(43)

Menurut Irawan (2007) Produk hydrogel akhir-akhir ini terkenal di Indonesia sebagai media pengganti tanah untuk tanaman dalam ruangan ataupun sebagai hiasan/dekorasi ruangan. Sebenarnya ada banyak sekali aplikasi untuk produk ini di lapangan seperti: pembibitan, perkebunan/HTI, reklamasi lahan bekas tambang, pertamanan, lapangan golf/sepak bola, tanaman palawija, transportasi bibit jarak jauh, campuran media tanam, pengganti media tanaman indoor dan dekorasi. Sehingga tak heran apabila banyak yang mempergunakan crystal soil (hydrogel) yang memiliki sifat mampu menyerap air dapat dikembangkan lebih luas lagi tidak hanya untuk media tanam namum juga untuk hiasan dekorasi tertentu. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikrobia sehingga produk ini sangat aman digunakan. Polimer ini sensitif terhadap sinar matahari langsung yang mana itu akan memutus rantai polimernya dan terurai menjadi beberapa oligomer. Hydrogel akan terurai secara alami di dalam tanah menjadi CO2, H2O dan komponen nitrogen.

Dengan pernyataan tersebut, sungguh berbeda dengan hasil penelitian ini. Kemungkinan tingkat keberhasilan penelitian di rumah kaca ini sangatlah rendah. Diduga teknis di lapangan dengan di rumah kaca berbeda cara pengaplikasiannya atau aunjuran dosis yang diberikan masih terlalu sedikit.

Tanaman yang kekurangan air mengakibatkan tingkat persentase kematian yang tinggi. Menurut Sinaga (2008) secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap sters air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Sesuai dengan pernyataan Sri (2000), stres air pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1) kekurangan suplai air di


(44)

daerah perakaran dan (2) permukaan air yang berlebihan oleh daun. Sudah laama diketahui stress air (kekerignan) menghambat pertumbuhan tanaman. Juga sudah diketahui bahwa potensial air dalam pembuluh xilem berbagai jenis tanaman bernilai negatif selama sebagain besar masa hidup tanaman.

Mapegau (2006) Tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil. Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil.

Stress air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di lingkungan tanaman., sehingga air sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di mana menurut Sri (2000) air merupakan bagian yang esensil bagi protoplasma dan membentuk 80-90% bobot segar jaringan yang tumbuh aktif, air adalah pelarut, di dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam dan zat-zat terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, dari organ ke organ dalam proses transpirasi, air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis, air adalah esensil untuk menjaga turgiditas di antaranya dalam pembesaran sel, pembukaan stomata, dan menyangga bentuk (morfokogi) daun-daun muda atau struktur lainnya yang berlignin.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan crystal soil yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter bibit sukun.

2. Persentase kematian bibit sukun tertinggi pada hari ke-19 yaitu 57,14% sedangkan terendah pada hari ke-21 yaitu10,71%.

Saran

Setelah dilakukan pengamatan di rumah kaca ternyata crystal soil yang dianjurkan tidak sesuai. Sehingga dapat dilakukan penelitian di lapangan dengan anjuran crystal soil yang lebih besar.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A., dan Kartikawati, N. K. 2004. Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Arthocarpus altilis) Hasil Perbanyakan Secara Klonal Di Persemaian. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jogjakarta

Agencies, 2007. Crystal Soil 2009]

Daniel, T.W, J.A. Helms, dan F.S. Baker. 1994. Prinsip-prinsip Silvikultur. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Semarang

Gardner, F.P, Pearce,R.B dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta

Gomez, K.A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian USU. Medan

Harahap, M. 2009. Taksonomi Tanaman Buah Indonesia. http://haruting.blogspot.com [27 November 2009]

Hendalastuti, H. dan Rojidin, R. 2006. Karakteristik Budidaya Dan Pengolahan Buah Sukun : Studi kasus Di Solok Dan Kampar Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 220-232

Hobir, D. Sukmadjaja, dan Mariska, I. 1992. Aplikasi Kultur Jaringan Dalam Produksi Bibit Pada Beberapa Tanaman Industri. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Penelitian Aplikasi Bioteknologi Kultur Jaringan pada Tanaman Industri Puslitbangtri. Hlm. 51-62. Irawan, B. 2007. Pengenalan Teknis Hydrogel

September 2010]

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari http://irwantoshut .com [27 November 2009

Islami, T dan Utomo, W.H, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press


(47)

Koswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif http:// ebookpangan.com

Lakitan, B. 1996. Fisologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

[27 November 2009]

Rahardjo, 2007. Hydrogel Merupakan Salah satu Teknologi untuk Mengatasi Lahan kering di Nusa Tenggara Barat. Universitas Mataram. Nusa tenggara Barat

Salisbury, F.B. dan Ross, C.F, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid III. Penerbit ITB. Bandung

Sintia, M. 2008. Dasar Kebutuhan Air Pada Tanaman.

Sentra Informasi IPTEK, 2009. Sukun. Diakses dari November 2009]

Sinaga, S. 2008. Asam Abisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan. 2010]

Siregar, A.S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun (Artocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Skripsi

Sri, 2000. Fisiologi Cekaman. Jurusan Agronomis. Fakultas pertanian. IPB. Bogor Sumarno, 2004. Pengelolaan Air Bagi Tanaman. Program Pasca Sarjana.

Universitas Brawijaya. Malang

Sudiro, D. 2008. Pemanfaatan Buah Sukun Sebagai Makanan Alternatif Pengganti Beras. Puslitbang Indhan Balitbang Dephan. Litbang Pertahanan Indonesia


(48)

Lampiran 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi (cm) bibit sukun Data pertumbuhan bibit sukun minggu 1

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 31,6 22,8 30,8 30,4

A1 28,7 35,4 24,3 23,7

A2 34 23,8 26,8 24,8

A3 31,6 23,4 29,9 30,4

A4 32,8 34,2 20,3 31

A5 33,7 26,3 30,2 31,2

A6 33,3 30,2 30,2 27,7

Data pertumbuhan bibit sukun minggu 2

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 32,2 23,8 34,2 31,2

A1 30,5 35,5 25,8 24,1

A2 34,6 24,2 26,9 24,9

A3 32,4 24,3 31,2 34,5

A4 32,2 35 22 31,1

A5 33,8 27,4 31,5 32,5

A6 33,7 30,4 30,9 29,4

Data pertumbuhan bibit sukun minggu 3

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 32,60 24,70 34,90 33,70

A1 31,20 36,70 26,10 25,60

A2 35,30 24,70 27,70 26,30

A3 33,00 24,50 31,70 34,80

A4 34,30 35,20 22,40 31,50

A5 34,10 27,60 32,00 32,70


(49)

Rataan pertambahan tinggi bibit sukun minggu 3

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

Ao 1,00 1,90 4,10 3,30 10,30 2,58

A1 2,50 1,30 1,80 1,90 7,50 1,88

A2 1,30 0,90 0,90 1,50 4,60 1,15

A3 1,40 1,10 1,80 4,40 8,70 2,18

A4 1,50 1,00 2,10 0,50 5,10 1,28

A5 0,40 1,30 1,80 1,50 5,00 1,25

A6 0,90 2,00 2,30 2,90 8,10 2,03

Total 9,00 9,50 14,80 16,00 49,30 12,33

Rataan 1,29 1,36 2,11 2,29 7,04 1,76

Analisis ragam tinggi bibit sukun Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat tengah

F Hitung F Tabel

5%

Perlakuan 6 7,15 1,19 1,37 2,57tn

Galat 21 18,24 0,87

Total 27 25,39

Keterangan: tn: tidak nyata *: nyata

A0: tanpa perlakuan

A1: pemberian crystal soil sebanyak 3 butir A2: pemberian crystal soil sebanyak 5 butir A3: pemberian crystal soil sebanyak 7 butir A4: pemberian crystal soil sebanyak 9 butir A5: pemberian crystal soil sebanyak 12 butir A6: pemberian crystal soil sebanyak 15 butir


(50)

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter (cm) bibit sukun

Data diameter bibit sukun minggu 1

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 0,51 0,4 0,51 0,5

A1 0,5 0,5 0,4 0,45

A2 0,45 0,34 0,45 0,54

A3 0,51 0,45 0,51 0,51

A4 0,4 0,6 0,34 0,4

A5 0,5 0,5 0,45 0,5

A6 0,51 0,51 0,51 0,51

Data diameter bibit sukun minggu 2

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 0,53 0,48 0,66 0,52

A1 0,54 0,51 0,52 0,49

A2 0,5 0,41 0,52 0,57

A3 0,66 0,56 0,62 0,61

A4 0,61 0,63 0,44 0,49

A5 0,56 0,55 0,48 0,54

A6 0,58 0,56 0,61 0,59

Data diameter bibit sukun minggu 3

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4

Ao 0,53 0,48 0,66 0,52

A1 0,54 0,51 0,52 0,5

A2 0,51 0,41 0,53 0,57

A3 0,66 0,56 0,62 0,61

A4 0,61 0,63 0,44 0,5

A5 0,57 0,55 0,48 0,54

A6 0,6 0,56 0,61 0,6

Rataan pertambahan diameter bibit sukun minggu 3


(51)

1 2 3 4

Ao 0,02 0,08 0,15 0,02 0,27 0,07

A1 0,04 0,01 0,12 0,05 0,22 0,06

A2 0,06 0,07 0,08 0,03 0,24 0,06

A3 0,15 0,11 0,11 0,10 0,47 0,12

A4 0,21 0,03 0,10 0,10 0,44 0,11

A5 0,07 0,05 0,03 0,04 0,19 0,05

A6 0,09 0,05 0,10 0,09 0,33 0,08

Total 0,64 0,40 0,69 0,43 2,16 0,54

Rataan 0,09 0,06 0,10 0,06 0,31 0,08

Analisis ragam diameter bibit sukun Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat tengah

F Hitung F Tabel

5%

Perlakuan 6 0,02 0,003 1,58 2,57tn

Galat 21 0,04 0,002

Total 27 0,06

Keterangan: tn: tidak nyata *: nyata

A0: tanpa perlakuan

A1: pemberian crystal soil sebanyak 3 butir A2: pemberian crystal soil sebanyak 5 butir A3: pemberian crystal soil sebanyak 7 butir A4: pemberian crystal soil sebanyak 9 butir A5: pemberian crystal soil sebanyak 12 butir A6: pemberian crystal soil sebanyak 15 butir

Lampiran 3. Persentase kadar air tanah

Hari ke Ulangan Rataan Kadar Air

Tanah (%)


(52)

1 37,04 36,86 36,8 37,26 36,99

2 36,86 37,06 37,24 36,8 36,99

3 33,28 33,4 33,38 33,26 33,33

4 29,79 29,95 29,78 29,96 29,87

5 29,94 29,76 29,92 29,86 29,87

6 28,22 27,87 28,85 27,9 28,21

7 28,24 27,89 28,83 27,88 28,21

8 9,84 9,86 9,92 9,94 9,89

9 9,85 9,86 9,89 9,96 9,89

10 6,33 6,44 6,31 6,44 6,38

11 6,31 6,36 6,39 6,46 6,38

12 5,22 5,3 5,28 5,24 5,26

13 4,13 4,16 4,15 4,24 4,17

14 3,12 3,07 3,06 3,11 3,09

15 3,09 3,08 3,07 3,12 3,09

16 3,11 3,07 3,05 3,13 3,09

17 3,07 3,12 3,06 3,11 3,09

18 3,15 3,08 3,06 3,07 3,09

19 3,06 3,08 3,12 3,1 3,09

20 3,11 3,05 3,08 3,12 3,09

21 3,12 3,03 3,13 3,08 3,09

Lampiran 4. Penurunan bobot crystal soil

Hari ke

Ulangan

Rataan bobot (g)


(53)

1 5,3 5,5 5,3 5,5 5,4

2 5,4 5,3 5,5 5,4 5,4

3 3,5 3,3 3,5 3,3 3,4

4 3,1 3,2 3,2 3,3 3,2

5 3 3,3 3,2 3,3 3,2

6 2,9 2,8 3,2 3,1 3

7 2,7 3 2,8 3,1 2,9

8 2,9 2,8 2,6 2,5 2,7

9 1,5 1,7 1,4 1,4 1,5

10 1,5 1,6 1,4 1,5 1,5

11 1,4 1,3 1,2 1,3 1,3

12 1,3 1,2 1,1 1,2 1,2

13 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2

14 1,2 1,1 1,3 1,2 1,2

15 1 1,1 1,2 1,1 1,1

16 0,8 1 1,2 1 1,1

17 0,7 0,9 0,8 0,8 0,8

18 0,6 0,5 0,7 0,6 0,6

19 0,5 0,4 0,6 0,5 0,5

20 0,5 0,4 0,6 0,5 0,5

21 0 0 0 0 0

Lampiran 5. Persentase kematian bibit sukun


(54)

19 A01, A02, A03, A12, A13, A14, A21, A22, A24,

A31, A32, A41, A43, A44, A54, A61 57,14

20 A04, A11, A23, A33, A34, A42, A52, A53, A62 32,14

21 A51, A63, A64 10,71

Analisis rancangan percobaan persentase kematian tanaman bibit sukun

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

Ao 57.14 57.14 57.14 32.14 203.56 50.89

A1 32.14 57.14 57.14 57.14 203.56 50.89

A2 57.14 57.14 32.14 57.14 203.56 50.89

A3 57.14 57.14 32.14 32.14 178.56 44.64

A4 57.14 32.14 57.14 57.14 203.56 50.89

A5 10.71 32.14 32.14 57.14 132.13 33.03

A6 57.14 32.14 10.71 10.71 110.70 27.68

Total 328.55 324.98 278.55 303.55 1235.63 308.91

Rataan 46.94 46.43 39.79 43.36 176.52 44.13

Analisis ragam persentase kematian bibit sukun

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel

Keragaman bebas Kuadrat tengah 5%

Perlakuan 6 2620 437 1.94 2,57tn

Galat 21 4732 225

Total 27 7353

Keterangan: tn: tidak nyata *: nyata

A0: tanpa perlakuan

A1: pemberian crystal soil sebanyak 3 butir A2: pemberian crystal soil sebanyak 5 butir A3: pemberian crystal soil sebanyak 7 butir A4: pemberian crystal soil sebanyak 9 butir A5: pemberian crystal soil sebanyak 12 butir A6: pemberian crystal soil sebanyak 15 butir


(55)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Pemberian perlakuan crystal soil pada bibit sukun


(56)

Bibit sukun pada minggu ke 1


(57)

Bibit sukun pada minggu ke 3


(58)

(1)

1 5,3 5,5 5,3 5,5 5,4

2 5,4 5,3 5,5 5,4 5,4

3 3,5 3,3 3,5 3,3 3,4

4 3,1 3,2 3,2 3,3 3,2

5 3 3,3 3,2 3,3 3,2

6 2,9 2,8 3,2 3,1 3

7 2,7 3 2,8 3,1 2,9

8 2,9 2,8 2,6 2,5 2,7

9 1,5 1,7 1,4 1,4 1,5

10 1,5 1,6 1,4 1,5 1,5

11 1,4 1,3 1,2 1,3 1,3

12 1,3 1,2 1,1 1,2 1,2

13 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2

14 1,2 1,1 1,3 1,2 1,2

15 1 1,1 1,2 1,1 1,1

16 0,8 1 1,2 1 1,1

17 0,7 0,9 0,8 0,8 0,8

18 0,6 0,5 0,7 0,6 0,6

19 0,5 0,4 0,6 0,5 0,5

20 0,5 0,4 0,6 0,5 0,5

21 0 0 0 0 0

Lampiran 5. Persentase kematian bibit sukun


(2)

19 A01, A02, A03, A12, A13, A14, A21, A22, A24,

A31, A32, A41, A43, A44, A54, A61 57,14

20 A04, A11, A23, A33, A34, A42, A52, A53, A62 32,14

21 A51, A63, A64 10,71

Analisis rancangan percobaan persentase kematian tanaman bibit sukun

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

Ao 57.14 57.14 57.14 32.14 203.56 50.89

A1 32.14 57.14 57.14 57.14 203.56 50.89

A2 57.14 57.14 32.14 57.14 203.56 50.89

A3 57.14 57.14 32.14 32.14 178.56 44.64

A4 57.14 32.14 57.14 57.14 203.56 50.89

A5 10.71 32.14 32.14 57.14 132.13 33.03

A6 57.14 32.14 10.71 10.71 110.70 27.68

Total 328.55 324.98 278.55 303.55 1235.63 308.91

Rataan 46.94 46.43 39.79 43.36 176.52 44.13

Analisis ragam persentase kematian bibit sukun

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel

Keragaman bebas Kuadrat tengah 5%

Perlakuan 6 2620 437 1.94 2,57tn

Galat 21 4732 225

Total 27 7353

Keterangan: tn: tidak nyata *: nyata

A0: tanpa perlakuan

A1: pemberian crystal soil sebanyak 3 butir

A2: pemberian crystal soil sebanyak 5 butir

A3: pemberian crystal soil sebanyak 7 butir

A4: pemberian crystal soil sebanyak 9 butir

A5: pemberian crystal soil sebanyak 12 butir


(3)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Pemberian perlakuan crystal soil pada bibit sukun


(4)

(5)

Bibit sukun pada minggu ke 3


(6)