12
Tata Laksana Medis pada Congenital Anomalies of the Kidney and Urinary Tract
dan luaran jangka panjang masih belum jelas, dan anak harus menjalani tindakan definitif setelah lahir. Keadaan ini merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit ginjal stadium akhir seiring dengan bertambahnya usia.
8,9
Anomali ginjal unilateral agenesis ginjal, ginjal multikistik displastik, dan ginjal
hipoplastik pada anak sering asimtomatik dan merupakan risiko hipertensi, proteinuria, dan penurunan fungsi ginjal pada masa dewasa, yang disebabkan
oleh hiperfiltrasi pada glomerulus yang tersisa.
2
Beberapa faktor yang berperan terhadap progresivitas penyakit ginjal kronik, antara lain hipertensi, proteinuria, dislipidemia, obat nefrotoksik,
obstruksi saluran kemih, dan hiperfiltrasi. Pada CAKUT yang asimtomatik dengan fungsi kedua ginjal normal pada skintigrafi ginjal DTPA dapat ditata
laksana secara konservatif.
6,7
Pemantuan terhadap progresivitas CAKUT menjadi penyakit ginjal stadium akhir sangat penting, dan memerlukan
pemantauan berkala terhadap perkembangan penyakit, terutama hipertensi, proteinuria, infeksi saluran kemih, dan penurunan fungsi ginjal. Berbagai
upaya dilakukan untuk mencegah atau mengurangi progresivitas penurunan fungsi ginjal, antara lain:
1. Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik hingga target yang
ditentukan yaitu di bawah persentil 90 berdasarkan umur, tinggi badan, dan jenis kelamin.
2. Mengurangi proteinuria dengan pemberian angiotensin-converting-enzyme ACE inhibitors dan angiotensin receptor blockers yang mempunyai efek
reno-protective melalui efek mengurangi proteinuria, menurunkan tekanan intra-glomerular, dan efek antifibrotik.
3. Diet restriksi protein, namun anak dalam fase pertumbuhan dinamik tidak memerlukan restriksi protein dan kalori.
4. Pemberian antibiotik profilaksis pada anak dengan infeksi saluran kemih berulang, dan pertimbangkan intervensi urologi jika terindikasi, seperti
clean intermittent catheterization atau tindakan bedah. 5. Mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, terutama pada
anak dengan poliuria.
10
A. Tata laksana nutrisi insufi siensi ginjal kronik
Asupan kalori dimulai dengan kebutuhan sesuai recommended daily allowance RDA, dan kemudian disesuaikan dengan pertambahan berat badan.
Jika kebutuhan diet harian yang direkomendasikan tidak terpenuhi dan pertumbuhan anak suboptimal, perlu dipertimbangkan penambahan asupan
nutrisi. Pemberian makanan melalui pipa makanan feeding tube diperlukan jika kebutuhan energi tidak terpenuhi dengan asupan oral.
6
13
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXVI
Pada tahun 2008, Kidney Disease Outcomes Quality Initiative KDOQI membuat rekomendasi pada anak dengan penyakit ginjal kronik derajat 2-5
dan 5D sebagai berikut: a. Kebutuhan energi untuk anak dengan penyakit ginjal kronik adalah
100 dari perkiraan energi yang dibutuhkan sesuai umur kronologis. Penyesuaian asupan energi berdasarkan respon terhadap kenaikan berat
badan atau kehilangan berat badan.
b. Perlu tambahan nutrisi pada keadaan asupan makanan yang kurang dan pada anak yang tidak mampu mencapai berat badan dan pertumbuhan
sesuai umur. c. Perlu makanan tambahan melalui sonde apabila kebutuhan energi anak
tidak terpenuhi. d. Mengatur keseimbangan kalori dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Ketidakseimbangan kalori dari setiap makronutrien menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, obesitas, dan diabetes. Dislipidemia
aterogenik terjadi pada penyakit ginjal kronik derajat 3 akibat gangguan fungsi ginjal, sehingga pada anak dengan penyakit ginjal kronik dengan risiko
kelebihan berat badan dan obesitas, perlu dilakukan perubahan diet dan cara hidup untuk mengontrol berat badan.
11
Terapi nutrisi dengan diet 100–160 kkalkgbbhari dan protein 2.0–2.5 gkgbbhari menunjukkan pertumbuhan normal pada sebagian besar
anak dengan insufisiensi ginjal LFG 65 mLmn t1.73 m
2
dan pada 42 pasien dengan LFG 10 mLmnt1.73 m
2
. Pada klirens kreatinin yang menurun di bawah 20 mLmnt1.73 m
2
, pemberian formula dengan 0,5 kkalmL, 1,7 mEq Na per 100 kkal memberikan hasil yang memadai.
12
Asupan protein biasanya sekitar 150–200 dari diet yang dianjurkan. Asupan protein disesuaikan dengan beratnya penyakit ginjal kronik. Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative KDOQI merekomendasikan pemberian protein pada anak dengan penyakit ginjal kronik derajat 3-5 sebagai berikut:
pada penyakit ginjal kronik derajat 3, asupan protein 100-140 dari kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal. Pada penyakit ginjal kronik
derajat 4-5, asupan protein 100-120 dari kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal, dan pada penyakit ginjal kronik derajat 5D, 100 dari
kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal ditambah kehilangan protein dan asam amino.
11
B. Pencegahan infeksi saluran kemih