13
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXVI
Pada tahun 2008, Kidney Disease Outcomes Quality Initiative KDOQI membuat rekomendasi pada anak dengan penyakit ginjal kronik derajat 2-5
dan 5D sebagai berikut: a. Kebutuhan energi untuk anak dengan penyakit ginjal kronik adalah
100 dari perkiraan energi yang dibutuhkan sesuai umur kronologis. Penyesuaian asupan energi berdasarkan respon terhadap kenaikan berat
badan atau kehilangan berat badan.
b. Perlu tambahan nutrisi pada keadaan asupan makanan yang kurang dan pada anak yang tidak mampu mencapai berat badan dan pertumbuhan
sesuai umur. c. Perlu makanan tambahan melalui sonde apabila kebutuhan energi anak
tidak terpenuhi. d. Mengatur keseimbangan kalori dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Ketidakseimbangan kalori dari setiap makronutrien menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, obesitas, dan diabetes. Dislipidemia
aterogenik terjadi pada penyakit ginjal kronik derajat 3 akibat gangguan fungsi ginjal, sehingga pada anak dengan penyakit ginjal kronik dengan risiko
kelebihan berat badan dan obesitas, perlu dilakukan perubahan diet dan cara hidup untuk mengontrol berat badan.
11
Terapi nutrisi dengan diet 100–160 kkalkgbbhari dan protein 2.0–2.5 gkgbbhari menunjukkan pertumbuhan normal pada sebagian besar
anak dengan insufisiensi ginjal LFG 65 mLmn t1.73 m
2
dan pada 42 pasien dengan LFG 10 mLmnt1.73 m
2
. Pada klirens kreatinin yang menurun di bawah 20 mLmnt1.73 m
2
, pemberian formula dengan 0,5 kkalmL, 1,7 mEq Na per 100 kkal memberikan hasil yang memadai.
12
Asupan protein biasanya sekitar 150–200 dari diet yang dianjurkan. Asupan protein disesuaikan dengan beratnya penyakit ginjal kronik. Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative KDOQI merekomendasikan pemberian protein pada anak dengan penyakit ginjal kronik derajat 3-5 sebagai berikut:
pada penyakit ginjal kronik derajat 3, asupan protein 100-140 dari kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal. Pada penyakit ginjal kronik
derajat 4-5, asupan protein 100-120 dari kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal, dan pada penyakit ginjal kronik derajat 5D, 100 dari
kebutuhan harian berdasarkan berat badan ideal ditambah kehilangan protein dan asam amino.
11
B. Pencegahan infeksi saluran kemih
Anak dengan CAKUT memerlukan evaluasi terhadap refluks vesiko-ureter dan infeksi saluran kemih. Refluks vesikoureter merupakan kelainan yang paling
14
Tata Laksana Medis pada Congenital Anomalies of the Kidney and Urinary Tract
sering ditemukan pada CAKUT, dengan kejadian 1 di antara 100 bayi baru lahir. Refluks vesikoureter derajat 3 atau lebih merupakan faktor risiko infeksi
saluran kemih yang bermakna. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan jaringan parut dan infeksi saluran kemih pada CAKUT dengan jumlah nefron
yang berkurang akan mempercepat terjadinya gagal ginjal.
6
Refuks vesikoureter derajat tinggi berkaitan dengan tekanan berkemih yang tinggi dalam kandung
kemih akibat disfungsi berkemih dan imaturitas persarafan kandung kemih. Disfungsi berkemih merupakan faktor risiko penting terjadinya infeksi saluran
kemih dan kerusakan ginjal. Refluks vesikoureter dapat sembuh spontan sejalan dengan maturasi dan normalisasi fungsi berkemih, namun refluks vesikoureter
derajat tinggi biasanya memerlukan tindakan operatif untuk mencegah infeksi saluran kemih, meskipun penelitian acak terkontrol menyebutkan bahwa
tindakan operatif tidak lebih unggul dibandingkan tata laksana medis untuk mencegah infeksi dan pembentukan parut ginjal.
Dengan terapi yang adekuat, sebagian besar pielonefritis akan sembuh tanpa jaringan parut. Jaringan parut ginjal biasanya terjadi pada infeksi pertama
karena keterlambatan diagnosis dan terapi. Tidak ada tata laksana medis yang disepakati secara umum terhadap refluks vesikoureter di kalangan dokter
urologi dan nefrologi anak. Tata laksana medis untuk refluks vesikoureter biasanya dilakukan dengan pemeriksaan urin periodik dan pemberian antibiotik
profilaksis. Untuk memastikan diagnosis infeksi salran kemih, dilakukan kultur urin rutin dengan aspirasi supra pubik atau kateteriasi kandung kemih atau
urin pancar tengah.
6,13
Anak dengan CAKUT perlu mendapat informasi tentang risiko infeksi saluran kemih dan parut ginjal serta pentingnya pencegahan dan pengobatan
infeksi saluran kemih. Orangtua harus memahami kemungkinan terjadinya infeksi saluran kemih berulang. Pemeriksaan urinalisis berkala penting untuk
diagnosis infeksi saluran kemih sehingga dapat diberikan terapi yang efektif. Anak dianjurkan berkemih setiap 3 jam dan membiasakan diri buang air besar
pada waktu yang sama setiap hari. Pengosongan kandung kemih dan rektum secara teratur akan membantu pemulihan disfungsi berkemih. Penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi saluran kemih berulang terjadi dalam 6 bulan setelah infeksi pertama, dan biasanya antibiotik profilaksis
diberikan sampai 6 bulan
.
6
Komplikasi infeksi saluran kemih pada uropati obstruktif dapat menyebabkan kehilangan natrium yang mengakibatkan hiponatremia
berat, hiperkalemia, asidosis metabolik, dan gagal ginjal akut. Pemberian antibiotik dapat mengatasi infeksi saluran kemih dan sekaligus memperbaiki
kelainan elektrolit. Menghilangkan obstruksi dengan tindakan bedah pada uropati obstruktif biasanya diikuti diuresis pascaobstruktif yang akan hilang
15
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXVI
sendiri. Poliuria ini dapat menimbulkan kehilangan air, natrium, kalium, dan magnesium, yang mengakibatkan hipokalemia, hiponatremia, hiperkalemia,
hipomagnesemia, dan berkurangnya volume cairan ekstraselular .
6
C. Tata laksana hipertensi, proteinuria, dan progresivitas nefropati