Tata laksana hipertensi, proteinuria, dan progresivitas nefropati Gangguan cairan, elektrolit, dan asam basa

15 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXVI sendiri. Poliuria ini dapat menimbulkan kehilangan air, natrium, kalium, dan magnesium, yang mengakibatkan hipokalemia, hiponatremia, hiperkalemia, hipomagnesemia, dan berkurangnya volume cairan ekstraselular . 6

C. Tata laksana hipertensi, proteinuria, dan progresivitas nefropati

Anak dengan satu ginjal normal dapat hidup dengan normal. Anak dengan congenital solitary functioning kidney, seperti ginjal displasia aplastik, ginjal displasia multikistik, dan agenesis, dapat hidup tanpa berkembang menjadi gagal ginjal. Namun pada banyak anak dengan congenital solitary functioning kidney terdapat juga kelainan lain, seperti hidronefrosis, hipoplasia, dan refluks vesikoureter. Pada anak dengan kelainan seperti ini jumlah nefron menurun sampai kurang dari setengah jumlah normal dan cenderung berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir, dan sering mengalami hipertensi dan proteinuria, sebelum terjadi gagal ginjal. Hipertensi dan proteinuria dapat merusak ginjal sehingga perlu mendapat terapi khusus. 6 Tekanan darah diturunkan hingga lebih rendah dari persentil 95 berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan, atau kurang dari 12080 mmHg. Pengendalian tekanan darah yang intensif dapat mempertahankan fungsi ginjal. 10 Jika LFG 50 mLmenit1.73 m 2 terindikasi pemberian thiazida, sedangkan jika LFG 50 mLmenit1.73 m 2 , dapat diberikan loop diuretic. Antihipertensi dimulai jika tekanan darah persentil 95, biasanya diberikan ACE inhibitors atau angiotensin receptor blockers. Dapat juga ditambahkan calcium channel blockers atau beta adrenergic blockers. 10,14,15 Obat yang sering diberikan adalah ACE inhibitors karena obat ini bersifat renoprotektif melalui efek antihipertensi dan antiproteinuria. 6 ACE inhibitor antara lain kaptopril 0,3 mgkgbbkali, enalapril 0,5 mgkgbbhari, lisinopril 0,1 mgkgbbhari maksimum 5 mghari. Obat angiotensin receptor blockers antara lain losartan 0,75 mgkgbbhari maks. 50 mghari, irbesartan, kandesartan, eprosartan, olmesartan, telmisartan, valsartan.

D. Gangguan cairan, elektrolit, dan asam basa

Penurunan fungsi ginjal dipengaruhi oleh jenis kelainan. Ginjal displastik menyebabkan perkembangan tubulus ginjal yang abnormal, sehingga terjadi penurunan fungsi konsentrasi ginjal, reabsorbsi natrium, dan ekskresi hidrogen. Displasia ginjal bilateral biasanya resisten terhadap pemberian aldosteron, dan dapat menimbulkan hiperkalemia akibat berkurangnya volume cairan. 6 16 Tata Laksana Medis pada Congenital Anomalies of the Kidney and Urinary Tract Tata laksana cairan tergantung pada residu fungsi ginjal sehingga tidak selalu memerlukan pembatasan cairan. Anak dengan penyakit ginjal kronik dengan kelainan tubular dapat mengalami hipokalemia selain hiperkalemia seperti yang sering terjadi pada kelainan glomerulus. Asidosis metabolik dapat timbul sebagai tanda kelainan tubulus. Hal ini menunjukkan bahwa pada CAKUT perlu dievaluasi gangguan elekrolit dan asam basa. 10 Anak dengan fungsi ginjal normal dapat mengekskresi solut hingga mencapai 1400 mOsm ke dalam 1 liter urin, sedangkan anak dengan fungsi ginjal abnormal terutama displasia ginjal dan uropati obstruktif hanya mampu mengekskresi hingga 300 mOsm dalam 1 liter urin, yang berarti memerlukan asupan 1 liter air untuk setiap 300 mOsm ekskresi solut ginjal. Susu formula konvensional menghasilkan kira-kira 200–400 mOsm solut ginjal per 1000 kkal, sedangkan formula ginjal spesifik hanya menghasilkan 120 mOsm1000 kkal. 6 Sebuah penelitian merekomendasikan bahwa bayi dengan penurunan fungsi ginjal memerlukan asupan air 180–240 mLkghari dan natrium 2–4 mEq untuk setiap 100 mL air, yang dapat diberikan dalam bentuk natrium klorida atau natrium bikarbonat. Pada penurunan fungsi ginjal ringan hingga sedang diberikan diet rendah fosfor. Sudah terbukti bahwa restriksi fosfor dapat mengurangi progresivitas penyakit ginjal kronik. 12 Restriksi natrium dan air dilakukan pada anak dengan anuria atau oliguria, yaitu pada penyakit ginjal kronik stadium 5. Pada stadium yang lebih rendah, restriksi biasanya tidak diperlukan. Pada gagal ginjal dengan poliuria bahkan diperlukan penambahan cairan dan natrium. Penambahan natrium biasanya diberikan 2–4 mEqkgbb100 mL, dan jumlah ini cukup untuk meningkatkan pertumbuhan anak dengan penyakit ginjal kronik poliuria. Suplementasi natrium hendaknya disertai asupan cairan yang banyak. Jumlah cairan yang diperlukan dapat mencapai 180–240 mLkgbbhari. Jumlah natrium dan air hendaknya disesuaikan dengan respon pertumbuhan dan biokimiawi serum. Dengan asupan air yang banyak, biasanya hiperkalemia dan asidosis akan teratasi. Restriksi kalium biasanya dilakukan jika terdapat penyakit ginjal kronik stadium 5, namun demikian pada beberapa keadaan diperlukan restriksi kalium meskipun stadium penyakit ginjal kronik lebih rendah. Pemantauan kadar kalium penting untuk menentukan restriksi kalium atau tidak. 10

E. Tata laksana psikologis