Pra Desain Hutan Kota

4.3 Pra Desain Hutan Kota

4.3.1 Pemilihan Tapak Hutan Kota Kecamatan Banyuwangi

Hasil dari proses overlay peta menunjukkan bahwa Kecamatan Banyuwangi memiliki beberapa lokasi yang sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi areal hutan kota. Selain membuat peta prioritas lokasi untuk hutan kota, penelitian juga akan membuat satu contoh pra desain hutan kota di Kecamatan Banyuwangi.

Pembuatan contoh pra desain hutan kota diawali dengan tahapan penentuan tapak. Tapak untuk pengembangan hutan kota dapat dilihat dari peta prioritas lokasi hutan kota yang merupakan hasil dari proses overlay peta, namun penelitian hanya akan memilih satu tapak untuk dijadikan contoh pra desain hutan kota di Kecamatan Banyuwangi. Pantai Boom merupakan tapak yang dipilih oleh peneliti sebagai lokasi untuk contoh pra desain hutan kota. Pemilihan Pantai Boom didasarkan atas beberapa alasan yang ditemukan oleh peneliti setelah melakukan kegiatan verifikasi lapangan dari hasil peta kesesuain lahan hutan kota. Alasan yang menguatkan pemilihan Pantai Boom sebagai satu contoh pra desain hutan kota di Kecamatan Banyuwangi, antara lain:

a. Pantai Boom dikenal dengan nama lain THR (taman hiburan rakyat), artinya masyarakat Banyuwangi menganggap Pantai Boom sebagai sarana untuk rekreasi,

b. Pantai Boom memiliki dua monumen peringatan (monumen peringatan INKAI dan Wisma Raga Satria Laut Pasukan ALRI 0032), artinya Pantai Boom memiliki nilai sejarah.

4.3.2 Konsep Desain

Desain hutan kota yang akan dikembangkan di Pantai Boom bersifat minimalis, mempertahankan nilai sejarah dan dapat mengakomodasi berbagai aktifitas manusia dengan elemen lanskap utama berupa tegakan pohon. Pengembangan konsep dibagi ke dalam tiga konsep utama diantaranya konsep pengembangan dan pembagian ruang, konsep pemilihan tanaman, dan konsep sirkulasi.

Taman minimalis biasanya bercirikan bersih, murni, sederhana, rapi, halus, kontras, berunsur geometris primitif, dan mudah dalam hal pemeliharaan. Desain

taman minimalis biasanya memakai sedikit jenis tanaman. Desain taman minimalis juga melibatkan elemen-elemen simbolik seperti batu dan air. Unsur air sering dipakai untuk dikontraskan terhadap elemen taman lain yang keras dan berbentuk kaku. Selain itu, taman minimalis dapat menonjolkan aksen natural dengan menyelaraskan desainnya terhadap kondisi alam dan permukaan / kontur tanah yang sudah ada, misalkan gunung, lembah, sungai, jalan setapak, kontur tanah yang tidak rata, dan ragam tanaman yang tumbuh di habitatnya (Endi 2008, diacu dalam Handayani 2008).

4.3.2.1 Konsep Pengembangan dan Pembagian Ruang

Konsep pengembangan dan pembagian ruang Pantai Boom adalah memisahkan dan mengelompokkan area berdasarkan aktivitas yang akan dilakukan di area tersebut. Konsep pengembangan dan pembagian ruang di desain agar tetap mempertahankan aktivitas utama yang telah ada di Pantai Boom, yaitu : aktivitas rekreasi, olah raga dan sejarah. Peneliti juga menambahkan ruang khusus untuk tegakan pohon karena peneliti ingin menyesuaikan desain tapak dengan tema yang dibuat yaitu hutan kota. Konsep pengembangan dan pembagian ruang dilakukan dengan melakukan pengelompokan ulang area yang telah ada sehingga pengguna dapat mengetahui dengan jelas jenis aktivitas yang dapat dilakukan di area dimana pengguna tersebut berada.

Konsep pengembangan dan pembagian ruang dibuat dengan membagi tapak Pantai Boom menjadi tujuh area, yaitu : area sejarah dan budaya, area olah raga dan seni, area display dan rekreasi, area memancing, area hutan mangrove, area hutan campuran dan area parkir. Konsep pengembangan dan pembagian ruang tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Area Sejarah dan Budaya, area ini dibuat dengan mengelompokkan dua monumen peringatan yang terdapat di Pantai Boom. Konsep area ini dikembangkan dengan desain geometris. Desain geometris dipilih agar dapat memberikan kesan formal di area tersebut. Kesan formal juga ditunjang dengan pemilihan elemen lanskap utama berupa tegakan pohon yang lebih rapat dan kompak sehingga suasana di area tersebut terasa lebih hikmat, lebih tenang dan lebih sunyi.

b. Area Olah Raga dan Seni, Pantai Boom memiliki beberapa fasilitas olah raga (lapangan sepak bola, lapangan tenis dan bilyard) namun kondisi fasilitas olah raga teresbut kurang diperhatikan dan letaknya terpisah antara satu fasilitas dengan fasilitas lainnya. Konsep pengembangan area olah raga dan seni bertujuan untuk mengelompokkan berbagai kegiatan olah raga dan seni dalam satu kesatuan area sehingga pengguna mengetahui dengan pasti aktivitas yang dapat dilakukan jika pengguna tersebut berada di area tersebut. Area olah raga dan seni dibagi menjadi area indoor dan outdoor. Desain untuk fasilitas olah raga, yaitu : membangun beberapa fasilitas olah raga (tenis, futsal, basket, volley dan bulutangkis) dalam satu gedung (area indoor) dan membangun fasilitas lapangan sepak bola (area outdoor). Sedangkan desain untuk fasilitas seni adalah dengan membangun suatu panggung di atas air dengan dilengkapi tribun penonton yang menghadap ke panggung tersebut.

c. Area Display dan Rekreasi, merupakan area yang dikembangkan untuk tujuan menampung berbagai aktivitas manusia yang lebih bersifat santai dengan interaksi manusia yang tinggi. Konsep pengembangan area ini adalah dengan menyediakan ruang terbuka yang lebih luas untuk interaksi manusia dibandingkan dengan area lain. Ruang terbuka yang dikembangkan dalam bentuk taman. Desain taman pada area ini dikembangkan dengan gaya geometris dan formal.

d. Area Memancing, area ini merupakan area tambahan yang di desain oleh peneliti. Peniliti beranggapan bahwa pantai atau laut identik dengan aktivitas nelayan, sehingga pengembangan area memancing di Pantai Boom dapat mewakili kegiatan nelayan dan diharapkan dapat menjadi salah satu identitas tapak di Pantai Boom. Konsep pengembangan area pemancingan adalah dengan membuat suatu “kerambah raksasa” sebagai tempat budidaya ikan. Hasil budidaya ikan tersebut nantinya dijadikan komoditi wisata pemancingan.

e. Area Hutan Mangrove, hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Area ini merupakan area yang sudah ada di Pantai Boom walaupun kondisi di areal tersebut belum

bisa dikatakan sebagai hutan mangrove karena hanya terdapat beberapa tegakan pohon saja. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang dapat mencirikan dan memperkuat identitas dari tapak berupa pantai, karena hutan mangrove hanya bisa hidup di pantai sehingga keberadaan hutan mangrove di Pantai Boom harus dipertahankan dan dikembangkan. Konsep pengembangan di area ini hanya mempertahankan, menanam dan memelihara hutan mangrove yang ada sehingga kondisi hutan mangrove tetap terjaga dengan baik.

f. Area Hutan Campuran, merupakan area yang dikembangkan untuk memperkuat kesan hutan pada tapak Pantai Boom. Desain lanskap pada area ini yaitu dengan memperbanyak jenis pohon yang ditanam di tapak Pantai Boom.

g. Area parkir, area ini merupakan area tambahan yang dikembangkan dengan tujuan menciptakan kondisi tapak yang lebih tertata. Desain lanskap pada area ini mengoptimalkan penggunaan pohon peneduh.

4.3.2.2 Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua, yaitu: sirkulasi utama dan sirkulasi untuk pejalan kaki. Sirkulasi utama merupakan jalur jalan untuk kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya. Sirkulasi utama dikembangkan dengan konsep desain kuldesak, yaitu dengan menyatukan akses keluar dan masuk tapak melalui satu gerbang utama. Selain itu, sistem sirkulasi satu arah merupakan sistem yang didesain untuk sirkulasi utama tapak Pantai Boom. Konstruksi jalan untuk sirkulasi utama berupa aspal dilengkapi jalur pedestrian disamping badan jalan dengan mengunakan kontruksi paving blok.

Sirkulasi untuk pejalan kaki merupakan detail jalur untuk memasuki setiap objek yang terdapat pada tapak Pantai Boom (hutan kota). Sistem sirkulasi dua arah merupakan sistem yang didesain untuk jalur pelajan kaki. Konstruksi jalan untuk sirkulasi pejalan kaki berupa paving blok.

4.3.2.3 Konsep Pemilihan Tanaman

Konsep pemilihan tanaman disesuaikan dengan kondisi tapak yang berupa pantai dan konsep desain yang dikembangkan. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan memilih tanaman yang dapat memperkuat karakter dari pantai sehingga tanaman yang dipilih adalah tanaman yang adaptif dan mencirikan pantai.

51

Tanaman yang digunakan dalam pengembangan lanskap terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain:

a. Tanaman untuk mencirikan pantai, pengunaan tanaman ini bertujuan untuk memperkuat karakter tapak yang berupa pantai. Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah Kelapa (Cocos nucifera), keben (Barringtonia asiatica), mempari (Pongamia pinnata) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia). Sedangkan untuk hutan mangrove mengunakan tanaman bakau (Rhizophora apiculata ).

b. Tanaman penunjang desain hutan kota, pengunaan tanaman ini bertujuan untuk menambah nilai estetika, keserasian dan keharmonisan tanaman dalam tapak. Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah tanjung (Mimusops elengi ), palem kipas (Livistona chinensis) dan flamboyan (Delonix regia).

c. Tanaman semak, perdu, dan penutup tanah, merupakan tanaman untuk menambah nilai estetika, keserasian dan keharmonisan dalam tapak. Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah africa violet (Sainpaulia ionantha ), daun samarinda (Strobilanthes dyerianus), krokot hijau (Althenanthera ficoides), teh-tehan (Acalypa siamensis), nanas kerang (Rhoeo discolor ), rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) dan rumput manila (Zoysia matrella).