Ruas Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Ditargetkan Beroperasi 2017

Ruas Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Ditargetkan Beroperasi 2017

akan terus tumbuh pada tahun mendatang. Terlebih dengan target capaian pembangunan jalan tol baru sepanjang 1.000 km dalam lima tahun ke depan,” ujar Herry Trisaputra Zuna kepada Majalah Partnership, 4 Oktober 2015.

Proyek tol MKTT dikerjakan dengan konsorsium yang telah ditetapkan pemerintah yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. sebagai pemenang tender investasi ruas tol Medan- Kualanamu-Tebing Tinggi.

Selain anggaran dari konsorsium sebesar 30 persen, proyek tol sepanjang 61,7 kilometer ini digarap dengan sumber pendanaan dari pinjaman bank sebanyak 70 persen. Jalan tol ini mendapat pinjaman dari sindikasi bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Sumut (Persero), sebesar Rp2,8 triliun dari total investasi Rp4,3 triliun.

Konsorsium empat perseroan BUMN itu membentuk BUJT dengan nama PT Jasa Marga Kualanamu Toll sebagai pengelola dan pemegang konsesi selama 40 tahun. Komposisi kepemilikan saham untuk pengelolaan tol MKTT ialah PT Jasa Marga 55 persen, PT Waskita Karya 15

kemajuan sistem transportasi memang merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. sistem ini harus didukung oleh keberadaan jalan, termasuk jalan tol, yang memadai sehingga lalu lintas distribusi orang serta barang dan jasa akan lebih mudah dicapai.

Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 21

persen, PT Hutama Karya 15 persen, dan PT Pembangunan Perumahan 15 persen.

“Jasa Marga melakukan penyertaan modal sebesar Rp44 miliar atau 44 ribu saham atau sebesar 55% pada perusahaan tersebut,” demikian pernyataan resmi Jasa Marga.

Dari total panjang tol MKTT 61,70 km, pengadaan tanah terbagi dalam lima seksi yaitu seksi 1 dan 2 rute Medan-Kualanamu sepanjang 17,80 km; seksi 3 Parabarakan-Lubukpakam sepanjang 4,83 km; seksi 4 di Lubuk Pakam-Perbaungan sepanjang 12,86 km; dan seksi 5 di Perbaungan-Teluk Mengkudu sepanjang 9,57 km.

“Progres pembebasan lahan masih terus berlanjut sementara konstruksi juga dilakukan. Karena

kalau menunggu tanah bebas seluruhnya 100%, konstruksi tidak akan jalan,” kata Herry.

BPJT menargetkan, pembebasan tanah seluruhnya selesai pada pertengahan tahun depan. Saat ini pembebasan lahan pada setiap seksi bervariasi mulai antara 70%-100%. “Saya lupa persisnya. Tetapi memang pembebasan lahan selalu menjadi tantangan di setiap pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol,” ujar Herry.

Sejauh ini, pemerintah telah membangun seksi Tanjung Morawa (Medan)-Perbarakan- Kualanamu sepanjang 17,80 km sebagai bentuk dukungan atau viagibility gap funding (VGF) agar proyek tersebut layak secara inansial. Jalur yang dibangun pemerintah merupakan seksi 1 dalam proses pembangunan yang akan dilakukan dalam dua seksi.

Seksi 2 adalah yang akan

dibangun oleh investor sepanjang

44 km yang terbentang dari Perbarakan hingga Tebing Tinggi. Investor juga akan membagi menjadi dua seksi untuk proses pembangunan jalan tol Medan- Tebing Tinggi-Kualanamu sepanjang 44 km tersebut. Seksi

1 yaitu Perbarakan-Lubuk Pakam dan seksi 2 rute Lubuk Pakam- Tebing Tinggi.

Herry Trisaputra Zuna mengatakan, ruas tol Medan – Kualanamu –Tebingtinggi merupakan bagian dari rencana penambahan jalan tol sepanjang total 1.584 km yang telah memasuki tahap konstruksi hingga 2019.

Hingga Agustus 2015, tahap konstruksi jalan tol MKTT sudah mencapai 30%. Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur pada tahap awal dan 2x3 lajur pada tahap akhir dengan kecepatan rencana 100 km/ jam. Proyek ini ditargetkan selesai tahun 2017. (*)

22 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015

ntuk mengeisienkan biaya pembangunan Kereta Api Ekspress Bandara Soekarno

Hatta-Halim Perdana Kusuma, Kementrian Perhubungan berencana melakukan perubahan jalur rute kereta bandara tersebut. Perubahan tersebut dilakukan karena Kemenhub menilai besaran dana dukungan tunai infrastruktur (Viability Gap Fund,VGF) pada hasil Feasibilty Study (FS) yang dilakukan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dinilai terlalu besar. Untuk itu, Kemenhub akan mereview ulang hasil studi tersebut.

Dirjen Kereta Api, Hermanto Dwiatmoko mengatakan pada

bulan Oktober 2015 lalu, Menteri Perhubungan telah melayangkan surat kepada Menteri Keuangan terkait review hasil studi tersebut. Surat Nomor : PR 007/7/3 Phb 2015 tertanggal 28 Oktober 2015, menyebutkan perihal bahwa Kementerian Perhubungan akan melakukan kajian terkait integrasi jalur Kereta Api (KA) eksisting dan jalur Light Rail Trasport (LRT) Jabodetabek dengan adanya perubahan lebar sepur. Sehingga trase yang semula berawal dari Bandara Halim Perdanakusuma- Manggarai-Dukuh Atas-Tanah Abang-Pluit-Bandara Soetta, diubah menjadi Gambir – Kota/ Kampung Bandan – Pluit – Bandara Soetta.

Hermanto menambahkan bahwa Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan meminta agar rel KA Ekspres bukan didesain dedicated atau khusus untuk gerbong kereta ekspres saja tetapi bisa juga dilalui kereta lain termasuk KRL bandara. Oleh karena itu, ukuran rel kereta ekspres harus seragam dengan rel yang ada saat ini.

Selain merubah trase, Kemenhub juga akan mengkaji ulang struktur pembiayaan proyek Kereta Api Ekpress Bandara Soetta-Halim. Dimana sebelumnya keseluruhan pengadaan proyek dari tahapan pembangunan proyek sampai pengoperasian kereta api ekpres bandara akan dibiayai dengan skema KPBU, nantinya hanya pengoperasian serta pembelian “rolling stock” (rangkaian gerbong kereta api) saja yang tetap dikerjasamakan dengan skema KPBU. Sedangkan kegiatan pembangunan prasarana akan dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan dengan pagu Kemenhub dari APBN.

Dengan begitu, nilai proyek yang semula mencapai Rp.24 triliun akan berkurang drastis. Dan nilai VGF yang berdasar hitungan awal terlalu besar bisa dikurangi

Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) meninjau proyek pembangunan jalur kereta api di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pertengahan Desember 2015.

Pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta