Perbandingan Penjelasan Kategori Dokumen Rahasia

Tabel 2. Perbandingan Penjelasan Kategori Dokumen Rahasia

PP No. 61 UU No 43

Tahun 2010 Tahun 2009

UU No. 17

Tahun 2011

UU No. 14 tentang

Tahun 2008 Penerapan Kearsipan

tentang KIP UU. No.

Negara

14/2008 tentang KIP

Penjelasan dokumen

Kategori Penjelasan

Penjelasan

terlalu luas/ Tidak ada rahasia

terlalu luas/

terlalu luas/

tidak detil

tidak detil

tidak detil

• Prinsip adanya proses untuk memfasilitasi akses terhadap informasi

Dalam menjamin keterbukaan informasi pemerintah wajib menyediakan tiga tingkatan jalur yang berbeda yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam mengakses informasi. Tiga jalur tersebut adalah melalui badan publik yang bersangkutan, melalui banding di sebuah badan independen, dan melalui banding di pengadilan.

Di dalam UU KIP jalur yang pertama dijamin melalui pasal 7 yang mewajibkan badan publikuntuk menyediakan informasi yang berada di bawah kewenangannya kepada masyarakat yang membutuhkannya. Pemohon Informasi Publik, sejauh informasi yang diminta tersebut bukan informasi yang dikecualikan. Selanjutnya, di pasal 35 dinyatakan bahwa, masyarakat dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi jika,

a. penolakan atas permintaan informasi berdasarkan alasan pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I I I Inkonsistensi dalam Pengaturan Hak atas Informasi di Indonesia

31 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

b. tidak disediakannya informasi berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;

c. tidak ditanggapinya permintaan informasi;

d. permintaan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta;

e. tidak dipenuhinya permintaan informasi;

f. pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau

g. penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur dalam UndangUndang ini.

Untuk jalur yang kedua dijamin melalui UU KIP pasal 23 yang menyatakan bahwa, “Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang Undang ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi.” Sementara, jalur banding melalui pengadilan diatur melalui UU KIP pasal 47 dan

48. Selanjutnya, kewajiban yang terkait dengan penggunaan bahasa

yang mudah dan dimengerti di dalam setiap informasi publik, di dalam UU KIP, diatur melalui pasal 9 ayat 4 dan pasal 10 ayat 2. Sementara, kewajiban bagi badan publik untuk memiliki petugas khusus yang bertanggungjawab memproses permintaan informasi dan memastikan kepatuhan pada undang-undang yang berlaku diatur melalui pasal 13 UU KIP.

Selanjutnya, ketentuan yang mengharuskan badan publik memberikan informasi yang jelas mengenai tenggat waktu dalam merespon dan memproses permintaan informasi, termasuk memberikan alasan yang jelas jika terjadi penolakan dicantumkan di UU KIP pasal 12 .

32 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

• Prinsip biaya yang terjangkau

Prinsip ini diadopsi oleh UU KIP melalui pasal 21 yang menyatakan bahwa, “[m]ekanisme untuk memperoleh Informasi Publik didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan biaya ringan.”

• Prinsip keterbukaan bagi kegiatan pengambilan keputusan

Di dalam UU KIP prinsip ini diakomodasi melalui pasal 4 ayat

2 poin ‘b’ yang menyatakan bahwa, “[s]etiap orang berhak: b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik.”

• Prinsip perlindungan bagi pembocor penyimpangan

(whistleblower)

Prinsip ini tidak diakomodasi baik oleh UU KIP maupun UU No.

13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Bahkan ada potensi para pembocor penyimpangan ( whistleblower) akan dikriminalisasi melalui pasal-pasal multitafsir yang ada di berbagai

undang-undang. Contohnya adalah pasal 25 26 dan pasal 26 27 UU No 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara.

[26] Pasal 25 UU Intelijen Negara memiliki deinisi rahasia intelijen yang terlalu luas dan lentur sehingga berpotensi untuk dipahami secara multitafsir. [27] Pasal 16 UU Intelijen Negara berbunyi, “[s]etiap Orang atau badan hukum dilarang membuka dan/atau membocorkan Rahasia Intelijen.”

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I I I Inkonsistensi dalam Pengaturan Hak atas Informasi di Indonesia

33 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

• Prinsip supremasi rezim keterbukaan informasi Prinsip terakhir ini menyatakan bahwa setiap undang-undang

yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi harus diubah atau dicabut. Dengan merujuk pada penjelasan-penjelasan di atas terlihat bahwa sekalipun Indonesia telah memiliki UU KIP yang menjamin keterbukaan informasi, UU KIP yang ada tersebut belum sepenuhnya mengadopsi prinsip- prinsip dasar rezim keterbukaan informasi. Bahkan Indonesia memiliki undang-undang lain yang terkait dengan pengaturan informasi yang bertentangan, baik dengan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi maupun dengan UU KIP.

34 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

BAB IV Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada tahun 2008 DPR menetapkan UU KIP yang memberikan jaminan bagi hak setiap warganegara untuk memperoleh dan meminta informasi dari badan-badan publik. Namun sayang, dalam penerapannya masih banyak penyimpangan yang terjadi. Beberapa kasus dari penyimpangan-penyimpangan ini akan dipaparkan pada sub- bab berikut ini.

Penyimpangan dalam Pelaksanaan UU KIP

Kasus I: Komite Solidaritas untuk Munir (KASUM) Salah satu pelanggaran hak atas informasi yang terkait dengan

penegakan HAM di indonesia adalah penolakan BIN (Badan Intelijen Negara) atas permintaan KASUM (Komite Solidaritas untuk Munir) yang meminta BIN untuk membuka informasi yang terkait dengan pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib. Munir Said Thalib merupakan Direktur Eksekutif Imparsial yang dibunuh menggunakan racun arsenik saat dalam perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrech pada 7 September 2004.

Pengadilan atas pembunuhan ini telah dilaksanakan dengan keputusan menghukum Pollycarpus Budihari Priyanto selama 20

36 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

tahun penjara atas keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. 28 Namun pengadilan membebaskan Muchdi Purwoprandjono, pada saat itu merupakan Kepala Deputi V BIN, yang didakwa menjadi otak di balik pembunuhan Munir.

Sekalipun pengadilan telah menetapkan keputusan untuk hukum Pollycarpus namun pengadilan ini belum mampu membuka siapa otak di balik pembunuhan Munir. Dibebaskannya Muchdi Pr. dari tuntutan hukum juga menunjukan jika ada ketidakberesan dalam pengadilan yang berlangsung.

Atas kekurangan dan kejanggalan di pengadilan tersebut KASUM kemudian memintan BIN untuk membuka informasi yang terkait

2 hal. 29 Pertama, informasi terkait kepergian Muchdi Pr. ke Malaysia pada 6 September 2004. Informasi ini diperlukan karena Muchdi Pr. mengaku pada saat itu ia ke Malaysia dalam rangka menjalankan tugas dari BIN. Namun paspor yang digunakan oleh Muchdi Pr. saat itu adalah paspor umum (paspor hijau) bukan paspor dinas (paspor biru).

Kedua, KASUM meminta BIN memberikan informasi soal penugasan Pollycarpus pada saat itu karena terdapat kejanggalan di dalam penugasannya. Pollycarpus adalah seorang pilot pesawat namun, anehnya, pada saat itu ia ditugaskan sebagai petugas keamanan penerbangan.

Permintaan ini ditolak oleh BIN. Kasus ini kemudian dibawa ke Komisi Informasi untuk diselesaikan. 30 Di dalam sengketa

[28] “Pollycarpus: Munir Diracun di Atas Vietnam,” DetikNews, 15 Juni 2011, h ttp://www. detiknews.com/read/2011/06/15/122046/1660686/10/pollycarpus-munir-diracun-di-atas- vietnam . Akses 23 Oktober 2011.

[29] “Lewat KIP, KASUM Desak BIN Buka Data Kasus Munir”, Komisi Informasi-RI, 26 Juli 2011, h ttp://www.komisiinformasi.go.id/index.php/subMenu/informasi/info_and_opini/ detailberita/96/4 . Akses 23 Oktober 2011.

[30] Sesuai dengan pasal 23 UU KIP, jika terjadi sengketa informasi maka Komisi Informasi menjadi institusi yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonligitasi. Lihat “Soal Penugasan Muchdi Pr, Kasum-BIN

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I V Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

37 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

informasi antara KASUM dan BIN ini, Komisi Informasi berfungsi sebagai mediator. Namun hingga 3 kali mediasi dilakukan, BIN

masih tetap menolak memberikan dokumen yang diminta. 31 Sekalipun penyelesaian sengketa ini masih terus berlangsung

namun bagaimana hasil akhir akhir dari sengketa ini dapat dipelajari melalui kasus sengketa sebelumnya yang melibatkan ICW (Indonesian Corruption Watch) dan Kepolisian RI (lihat kasus II). Merujuk apa yang terjadi pada sengketa ICW dan Polri, seandainya nanti KASUM memenangkan sengketa tersebut tampaknya akan ada kemungkinan BIN akan tetap menolak untuk memberikan informasi yang diminta. Jika ini terjadi maka ini merupakan preseden buruk bagi penegakaan hukum dan HAM di Indonesia.

Kasus II: Indonesia Corruption Watch (ICW)

Di dalam sengketa ini ICW meminta Polri membuka data 17 rekening perwira polisi yang dicurigai melakukan tindak pidana korupsi. Permintaan ICW ini ditolak oleh Polri sehingga harus diselesaikan melalui Komisi Informasi. Pada akhir sengketa Komisi Informasi mengabulkan permintaan ICW dan meminta Polri membuka data 17 rekening tersebut. Polri tetap menolak

keputusan tersebut dan mengajukan banding ke PTUN. 32 Namun niat banding ini dibatalkan Polri karena hanya orang dan badan hukum perdata yang dapat mengajukan gugatan ke PTUN.

ke KIP,” Viva News, 26 Juli 2011, h ttp://nasional.vivanews.com/news/read/235834-soal- penugasan-muchdi-pr--kasum-bin-ke-kip . Akses 23 Oktober 2011.

[31] “Sidang Sengketa Informasi Kasus Munir Digelar Senin Mendatang,” KBR68H, 7 Oktober 2011, h ttp://www.kbr68h.com/berita/nasional/13481-sidang-sengketa-informasi- kasus-munir-digelar-senin-mendatang . Akses 23 Oktober 2011.

[32] “Banding, Polisi Pertahankan Data Rekening Gendut,” Tempo Interaktif, 9 Februari 2011, h ttp://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/02/09/brk,20110209-312124,id.html . Akses 23 Oktober 2011.

38 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Sementara Polri merupakan badan publik. 33

Alasan yang dikemukakan Polri adalah Polri tidak bisa membuka rekening tersebut berdasarkan pasal 10A 34 UU No 25 Tahun 2003 tentang Pencucian Uang dan pasal 17 poin h 35 UU No 14 Tahun 2008 tantang Keterbukaan Informasi Publik. 36 Ini menunjukan bahwa sejumlah undang-undang yang saat ini berlaku masih berpotensi digunakan untuk menutup akses masyarakat atas informasi publik.

Terkait dengan Komisi Informasi, apa yang terjadi pada sengketa ICW dan Polri menunjukan bahwa Komisi ini masih memiliki

[33] “ICW: Polri Membangkang Putusan KIP,” Kompas.com, 9 Juli 2011, h ttp://nasional. kompas.com/read/2011/07/09/19102265/ICW.Polri.Membangkang.Putusan.KIP . Akses 23 Oktober 2011. [34] Pasal 10A UU No 25 Tahun 2003 ini berbunyi: “(1) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dan siapapun juga yang memperoleh dokumen dan/atau keterangan dalam rangka pelaksanaan tugasnya menurut Undang-Undang ini, wajib merahasiakan dokumen dan/atau keterangan tersebut kecuali untuk memenuhi kewajiban menurut Undang-Undang ini.

(2) Sumber keterangan dan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan wajib dirahasiakan dalam persidangan pengadilan. (3) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dan siapapun juga yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan pada ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun.

(4) Jika pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan sengaja, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.”

[35] Pasal 17 poin h UU No 14 Tahun 2008 berbunyi: “(h) Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu: 1. riwayat dan kondisi anggota keluarga; 2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan isik, dan psikis seseorang; 3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang; 4. hasilhasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi

kemampuan seseorang; dan/atau 5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan nonformal.” [36] “ICW Ajukan Sengketa Informasi Rekening Gendut Polisi ke KIP,” Tempo.co, 21

Oktober 2010, h ttp://www.tempo.co/read/news/2010/10/21/063286320/ICW-Ajukan- Sengketa-Informasi-Rekening-Gendut-Polisi-ke-KIP . Akses 15 Februari 2012.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I V Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

39 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

beberapa kelemahan. Abdul Rahman Ma’mun, Ketua Komisi Informasi pusat, menulis beberapa kelemahan yang dimiliki oleh

Komisi Informasi pusat dan Komisi Informasi provinsi. 37 Pertama, Abdul Rahman Ma’mun menjelaskan bahwa putusan-putusan KI (Komisi Informasi) belum memiliki kekuatan penuh dalam membuka akses informasi. Hingga September 2011, Ma’mun menjelaskan, KI pusat telah menyelesaikan 369 sengketa informasi: 114 sengketa diselesaikan melalui mediasi dan sisanya,

34 sengketa, diselesaikan melalui ajudikasi. Namun sekalipun UU KIP menyatakan semua putusan ajudikasi KI berkekuatan setara dengan putusan pengadilan, putusan-putusan ini tidak selamanya

diindahkan oleh badan publik selaku termohon informasi. 38 Kedua, mekanisme banding paska putusan ajudikasi KI belum

diatur secara jelas ketentuannya. Ketentuan yang ada hanya mengatur jika KI pusat memiliki wewenang untuk menyusun tata cara penyelesaian sengketa informasi publik sampai pada

putusan sidang ajudikasi KI. 39

Ketiga, KI tidak bisa melakukan eksekusi atau sita dokumen meski putusan KI dianggap berkekuatan hukum tetap karena KI bukan lembaga eksekutorial. Keempat, banyak badan publik yang belum siap menjalankan “mandat” dari UU KIP. Selama 1,5 tahun pemberlakuan UU KIP hanya 42 dari 126 badan publik di tingkat pusat yang memiliki PPID. Sementara di tingkat provinsi dan kabupaten/kota kondisi lebih buruk lagi. Selain itu, dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, hanya 9 provinsi yang memiliki

KI provinsi. 40 Sebagai tambahan, hasil penelitian Seknas Fitra (Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi

[37] Abdul Rahman Ma’mun, “KI dan Kasus Rekening Gendut,” Radar Jogja, 30 September 2011, h ttp://www.radarjogja.co.id/ruang-publik/10-opini/22369-ki-dan-kasus-rekening- gendut.html . Akses 23 Oktober 2011.

[38] Ibid. [39] Ibid. [40] Ibid.

40 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Anggaran) juga memperlihatkan bahwa dari 118 badan publik hanya 54 yang terbuka memberikan informasi. Selanjutnya, dari 54 badan publik tersebut, 26 institusi memberikan jangka waktu 1 sampai 17 hari kerja untuk mendapatkan informasi yang diinginkan, 15 instansi memberikan informasi setelah diajukan keberatan, dan 13 lainnya memberikan setelah melalui mediasi

yang dilakukan oleh KI pusat. 41

Keempat, yang menggunakan hak atas informasi ini baru terbatas dari kalangan organisasi masyarakat sipil, pengacara, akademisi, peneliti, dan mahasiswa. Sementara kalangan masyarakat lainnya masih belum menggunakannya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran dan pengetahuan masyarakat atas hak atas informasi publik dan Komisi Informasi masih rendah. 42

Akses Media terhadap Informasi di Sektor Keamanan

Kasus III: Dandhy Dwi Laksono Kasus ketiga adalah pemecatan yang dilakukan SCTV terhadap

Dandhy Dwi Laksono yang merupakan mantan produser acara SCTV. Pemecatan Dandhy disebabkan oleh pemberitaannya mengenai darurat militer di Aceh. Kasus ini berakhir dengan damai ketika Dandhy memboyong kasus tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Kasus ini bermula ketika Dandhy ditugaskan ke aceh untuk meliput dan mewawancarai secara khusus Pangdam Iskandar Muda, Endang Suwarya dan korban DOM (Daerah Operasi Militer).

[41] Birokrasi Kurang Pahami UU Keterbukaan Publik,” Okezone, 1 Agustus 2011, h ttp://

news.okezone.com/read/2011/08/01/339/486920/birokrasi-kurang-pahami-uu- keterbukaan-publik . Akses 22 Oktober 2011.

[42] Op.Cit.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I V Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

41 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Namun setelah hasil liputan Dandhy ditayangkan pada tanggal

22 Mei 2003 di acara “Debat Minggu Ini” berdasarkan persetujuan dari produser eksekutif program khusus, Billi Soemawisastra dan Wakil Pemimpin redaksi, Don Bosco Selamun, SCTV mendapatkan teguran dari Pejabat TNI yang tidak menyukai liputan tersebut.

Pasca teguran tersebut, Dandhy mengalami perlakuan yang tidak mengenakan dari SCTV. Beberapa diantaranya adalah:

1. Putusan penempatan Dandhy dari Produser Liputan 6 Pagi ke Produser Liputan Khusus dibatalkan.

2. Pihak SCTV melarang Dandhy membuat liputan feature tentang kehidupan penyair jalanan Aceh.

3. Aktivitas jurnalistik Dandhy diawasi oleh produser lainnya.

4. Dandhy dikenai tuduhan melakukan pemelintiran berita, pemutarbalikan fakta, membuat berita bohong serta mempunyai agenda politik tertentu.

5. SCTV memberhentikan atau mem-PHK tanpa surat Dandhy Dwi Laksono pada 13 Juni 2003.

Atas perlakuan tersebut dandhy selanjutnya melaporkan kasusnya ke Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan tingkat Daerah dan Pusat (P4D/P4P) namun P4D/P4P memenangkan pihak SCTV daripada Dandhy. Sehingga Dandhy bersama-sama dengan LBH Pers melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dimana setelah bersengketa selama dua tahun (2003-2005) pihak SCTV dan Dandhy memutuskan berdamai. 43

[43] Tim LBH Pers, Advokasi Kebebasan Pers, Penerbit LBH Pers & Open Society Institute, 2009. Lihat juga h ttp://m.hukumonline.com/berita/baca/hol10042/gugatan-dandhy-ke- sctv-ditolak-pengadilan-. Akses 15 Februari 2012 .

42 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Kasus IV: Pemukulan Syarifah Nur Aida Pemukulan terjadi saat Syarifah dan bersama tiga kawan

lainnya meliput sengketa lahan antara warga dan TNI AU. Saat kejadian, Syarifah bersama tim Tempo TV sedang memverifikasi dugaan penambangan pasir ilegal. Saat terpisah dengan tim, ia ditemukan pingsan dan ada lebam di bawah tengkuk kiri. Menurut Nur Hidayat dalam siaran persnya, Ketika tim Tempo TV bekerja, beberapa orang bertubuh kekar, berambut cepak, dan membawa HT terus mengikuti secara sembunyi-sembunyi dan sebagian menampakkan diri. Ini meyakinkan bahwa pemukulan sebenarnya sudah direncanakan sebelumnya.

Juru Bicara TNI AU, Azman Yunus, membantah anggotanya terlibat dalam kasus ini. Menurutnya Syarifah pingsan akibat kelelahan. Sementara pihak kepolisian ingin buru-buru menyelesaikan kasus ini tanpa melakukan penyelidikan. Polisi berkukuh Syarifah terjatuh karena pingsan. Tapi hasil visum di puskesmas setempat dan CT Scan di RSUD Pasar Rebo menunjukkan adanya bekas luka akibat benda tumpul di bagian tengkuk Syarifah. Polisi malah menyebut luka itu akibat tertimpa penyangga kamera (tripod). Tim Tempo TV melaporkan kejadian ini ke kantor Dewan Pers Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2011. 44

Selain kasus Syarifah di atas ada beberapa contoh lain dari kasus kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan, yaitu, pertama, kekerasan yang dilakukan oleh aparat TNI-AU terhadap wartawan yang meliput jatuhnya Hercules 130 di Magetan Jawa Timur

pada 20 Mei 2009. 45 Kedua, perampasan kamera milik wartawan

[44] “Kapolres Bogor Berjanji Tidak Menutupi,” Kompas.com, 31 Juli 2011, ht tp://

internasional.kompas.com/read/2011/07/31/02205293/Kapolres.Bogor.Berjanji.Tidak. Menutupi . Akses 15 Februari 2012. Lihat juga “Dewan Pers Desak Polisi Usut Kasus Pemukulan Wartawan Tempo TV,” Tempo.co, 02 AGUSTUS 2011, h ttp://www.tempo. co/hg/hukum/2011/08/02/brk,20110802-349666,id.html . Akses 15 Februari 2012.

[45] “LBH Pers Kecam Kekerasan Aparat TNI AU,” Viva News, 9 Mei 2009, h ttp://korupsi. vivanews.com/news/read/59470-lbh_pers_kecam_kekerasan_aparat_tni_au . Akses 28

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I V Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

43 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

yang meliput unjuk rasa internal yang terjadi di Jayapura Papua. Kekerasan terhadap wartawan ini dilakukan oleh anggota TNI

dari Batalion 751 Sentani Jayapura. 46

Peringkat Kebebasan Pers Indonesia

Selain dari kasus-kasus di atas, buruknya kebebasan pers di Indonesia, serta tingginya tindak kekerasan terhadap para wartawan juga tampak dari indeks kebebasan pers yang

dikeluarkan oleh Reporters Without Borders (RWB) 47 . Berdasarkan laporan RWB, sejak tahun 2002 hingga 2011-2012 peringkat kebebasan pers Indonesia turun drastis dari 57 (2002) ke 146 (2011-2012) (lihat tabel 3).

Laporan RWB ini sudah cukup representif untuk dijadikan rujukan dalam melihat kondisi kebebasan pers dan kekerasan yang dihadapi para wartawan di Indonesia karena dalam pengumpulan datanya, RWB menyebarkan kuesioner berisi 44 pertanyaan yang terbagi ke dalam 7 rumpun dimana di dalamnya tercakup pertanyaan-pertanyaan mengenai kekerasan yang diterima wartawan pada saat menjalankan tugas jurnalistik. 7 rumpun

Oktober 2011. [46] “TNI Didesak Usut Kasus Kekerasan Wartawan,” Viva News, 30 April 2009, h ttp:// korupsi.vivanews.com/news/read/53876-tni_didesak_usut_kasus_kekerasan_wartawan . Akses 28 Oktober 2011.

[47] Reporters Without Borders atau Reporters Sans Frontiers merupakan sebuah organisasi non-pemerintah yang mendorong kebebasan pers dan kebebasan informasi dan berbasis di Perancis (h ttp://en.rsf.org/ ). Organisasi ini memiliki 4 misi utama:

Defends journalists and media assistants imprisoned or persecuted for doing their job and exposes the mistreatment and torture of them in many countries. Fights against censorship and laws that undermine press freedom. Gives inancial aid each year to journalists or media outlets in dificulty (to pay for

lawyers, medical care and equipment) as well to the families of imprisoned journalists. Works to improve the safety of journalists, especially those reporting in war zones . (h ttp://en.rsf.org/rsf-usa-23-11-2009,35024.html )

44 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

tersebut adalah: 48

1. Violence and other abusive treatment of journalist.

2. The state’s role in combating impunity for those responsible for violence and abuses

3. Censorship and self-censorship.

4. Media overview.

5. Media legislation.

6. Judicial, business and administrative pressure.

7. Internet and new media.

Tabel 3. Peringkat Kebebasan Pers Indonesia menurut Reporters Without Borders

20 20 20 20 20 20 20 20 20 2011- 02 03 04 05 06 07 08 09 10 2012

Peringkat

111 100 117 146 Sumber: Reporters Without Borders, Laporan tahunan Kebebasan

Pers, h ttp://en.rsf.org/spip.php?page=classement&id_rubrique=1043 . Akses 15 Februari 2012.

Selanjutnya, jika indeks RWB tersebut dicek silang dengan laporan- laporan yang dikeluarkan oleh Aliansi Jurnalis Indenpenden (AJI) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers indeks tersebut akan tampak semakin valid.

Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) mencatat dalam kurun waktu 2005 hingga 2010 terjadi 321 kasus kekerasan terhadap wartawan. Selain itu sejak tahun 1996 terjadi 10 kasus pembunuhan

[48] Lihat: h ttp://en.rsf.org/IMG/pdf/criteria_for_compiling_the_2011-2012_press_freedom_ index.pdf. Akses 15 Februari 2012 .

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab I V Kasus-kasus Pelanggaran Hak atas Informasi

45 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

terhadap wartawan dimana sebagian dari kasus tersebut tidak

ada penyelesaiannya hingga kini. 49

Sementara Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers) mencatat dalam rentang waktu 2008-2009 terjadi 12 kasus kekerasan

terhadap wartawan yang dilakukan oleh anggota TNI. 50 Selanjutnya, pada tahun 2010, LBH pers mencatat terjadi 66 kasus kekerasan terhadap wartawan dimana 37 kasus berupa kekerasan fisik (pemukulan, pengeroyokan, serta pembunuhan) dan 29 kasus berupa kekerasan non-fisik (perampasan kamera,

pelarangan peliputan, intimidasi juga ancaman teror). 51 Rincian para pelaku tindak kekerasan tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Eksekutif LBH Pers, Hendrayana, adalah sebagai berikut:

“Jumlah kekerasan yang dilakukan oleh preman terhadap wartawan paling tinggi, yakni 12 kasus. Oleh polisi 10 kasus, aparat pemerintah 10 kasus, ormas tujuh kasus, massa enam kasus, aparat keamanan

enam kasus, sementara TNI hanya dua kasus.” 52 LBH Pers juga mencatat bawa kasus kekerasan terhadap

wartawan di tahun 2010 lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2009). Pada tahun 2009 terjadi 56 kasus kekerasan dengan jumlah korban meninggal 1 orang. Sementara pada tahun 2010

jumlah korban meninggal sebanyak 4 orang. 53 Selanjutnya untuk

[49] “96 Kekerasan Terhadap Jurnalis Sepanjang Tahun Ini”, KBR68H, 28 Desember 2011. http://www.kbr68h.com/berita/nasional/17228-96-kekerasan-terhadap-jurnalis-sepanjang- tahun-ini.

[50] “Kekerasan Wartawan Paling Banyak Dilakukan TNI”, Primaironline, 4 Mei 2009. Dikutip dari situs LBH Pers, h ttp://www.lbhpers.org/?dir=beritatampil&id=2311 . Akses

28 Oktober 2011. [51] “LBH Pers: 66 Kasus Kekerasan Dialami Pers”, Antara News, 29 Desember 2010, h ttp:// www.antaranews.com/news/239823/lbh-pers-66-kasus-kekerasan-dialami-pers . Akses 16 Februari 2012.

[52] Ibid. [53] Ibid.

46 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

tahun 2011 LBH Pers menyatakan telah menerima 96 kasus kekerasan terhadap wartawan. Aparat TNI dan Polri merupakan

pelaku terbesar tindak kekerasan ini dengan 21 kasus. 54 Kembali ke indeks kebebasan pers yang dikeluarkan oleh RWB,

tampak sejak 2008 hingga 2011 peringkat kebebasan pers di Indonesia merosot dari peringkat 111 (2008) ke peringkat 146 (2011-2012). Padahal pada tahun 2008 pemerintah dan DPR mengundangkan UU KIP. Ini kontradiksi yang menunjukan bahwa UU KIP tidak berjalan efektif dalam melindungi akses wartawan atas informasi publik, serta melindungi para wartawan dari tindak kekerasan yang disebabkan oleh aktivitas jurnalistik yang mereka lakukan.

[54] “LBH Pers: Kekerasan Terhadap Jurnalis Didominasi TNI-Polri”, Tribun News,

28 Desember 2011 h ttp://www.tribunnews.com/2011/12/28/lbh-pers- kekerasan-terhadap-jurnalis-didominasi-tni-polri . Akses 16 Februari 2012.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

BAB V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

Bab ini akan memuat soal kecenderungan dari isu keamanan nasional terkait dengan kebebasan informasi terutama paska reformasi di Indonesia. Baik sebelum dan sesudah pengesahan UU KIP. Penjelasan bab ini penting untuk melihat apakah ada perubahan sikap maupun kebijakan dari negara terutama dalam transparansi informasi di bidang keamanan tentunya mengacu pada UU KIP. Secara umum memang perubahan budaya politik yang tertutup semasa pemerintahan otoriter Orde Baru menjadi suatu budaya birokrasi yang terbuka masih mengalami kendala. Proses perubahan ini tidak berhenti hanya pada pembuatan peraturan teknis dan prosedur operasi standar (SoP) terkait informasi pubik.

Trend informasi sebelum pengesahan UU KIP 2008.

Terkait dengan trend pembatasan informasi dalam sektor keamanan Indonesia, masih besar. Sebagian besar aparat keamanan masih menganggap informasi yang dimilikinya merupakan rahasia negara. Hal ini terlihat nyata karena Indonesia baru memiliki UU KIP pada tahun 2008 dan pelaksanaannya baru pada tahun 2010. Tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir posisi media dan publik pada umumnya cenderung menjadi penonton.

48 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Salah satu sisi baik dari reformasi adalah meningkatnya jumlah

media massa yang mana dipuncaki pada tahun 2002 yaitu lebih dari 1800 terbitan media cetak dan pada tahun 2008 menurun nya menjadi sekitar 800. Sementara media elektronik yang meningkat juga adalah radio yaitu dari 700 pada zaman Soeharto (sebelum 1998) menjadi 2600 saat ini. Peningkatan jumlah media cetak dan radio ini cukup menggembirakan karena ada antusiasme dari pelaku media untuk membuat terbitan. Tapi seiring dengan berjalan waktu, media cetak yang benar-benar eksis menjadi turun. Menjadi pelajaran penting juga bahwa pengelolaan media tidak mudah dan membutuhkan keahlian tersendiri.

Masih soal kinerja media dalam menampilkan berita. Bisa dilihat bahwa media cetak dan media elektronik masih berkutat dalam berita yang heboh dan penuh sensasi yaitu seperti korupsi, konflik, intrik politik dan lainnya sebagainya. Liputan terkait persoalan yang lebih dalam dalam sektor keamanan juga dipenuhi soal sensasi soal korupsi dan konflik

Beberapa Soal Kebebasan Informasi Sebelum Pemberlakuan UU KIP

Secara umum hampir semua aktor menganggap informasi yang mereka miliki bukan untuk konsumsi publik. Kasus paling terlihat saat diberlakukan darurat militer di Aceh, tahun 2003- 2004. Hampir semua pemberitaan lebih didominasi suara dari TNI, dibandingkan dari GAM. Persoalannya adalah dalam situasi konflik bersenjata sulit bagi jurnalis untuk mendapat berita yang imbang, karena resiko yang dihadapi adalah nyawa. Sehingga sebagian besar wartawan hanya menunggu berita atau rilis pers dari pusat penerangan yang ada di komando operasi di Banda Aceh. Pada saat itu ada insiden yang cukup heboh, yaitu dua wartawan RCTI ditahan oleh GAM. Akhirnya dalam upaya

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

49 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

penyelamatan yang dilakukan TNI, si wartawan tewas akibat tembakan. Saat itu tidak dilakukan investigasi yang mendalam, apa yang menyebabkan wartawan RCTI itu tewas. Ada semacam keseganan tersendiri untuk mengungkapkan hal ini kepada publik. Padahal ini bisa menjadi momen untuk mengetahui bahwa betapa tidak professionalnya aparat keamanan khususnya TNI dalam menangani pembebasan sandera. Pemberitaan darurat militer di Aceh khususnya yang kritis dibungkam secara pelan- pelan, ini menunjukkan bahwa TNI masih sangat mendominasi dalam aktivitas pers. Kelemahan kita memang pada saat itu, sangat sulit mendapatkan data atau informasi terkait pergerakan pasukan TNI. Karena Indonesia belum memiliki UU kebebasan informasi publik, tapi yang lebih penting wacana yang dominan saat itu adalah bagaimana menumpas separatisme. Sehingga agak sulit bagi wartawan untuk bekerja secara optimal, karena disisi yang lain redaktur juga melakukan apa yang disebut self- censorship.

Yang menarik adalah berita atas kontroversi wafatnya aktivis HAM Munir tahun 2004 – akibat diracun - adalah momen tersendiri bagi media massa dan publik. Saat itu bisa dinyatakan ada situasi yang lumayan kondusif bagi wartawan untuk meliput dan menulis kasus ini. Beberapa liputan dan berita secara gamblang menunjukkan bahwa ada dugaan kuat bahwa beberapa pejabat BIN terlibat dan juga keterlibatan Pilot Garuda Polycarpus sebagai kaki tangan dalam pembunuhan ini. Polycarpus dinyatakan bersalah dalam vonis pengadilan, tapi dilain pihak Muchdi PR – sebagai mantan Deputi V BIN - dibebaskan dari jeratan hukum melalaui vonis bebas oleh pengadilan Jakarta selatan. Dalam prosesi pengadilan Polycarpus yang bisa diliput media yang melakukan liputan atas sebagian pernyataan saksi dipengadilan yang banyak menyudutkan Polycarpus. Kelemahannya dalam liputan ini adalah kesaksian tersebut walaupun benar seharusnya mendapatkan konfimasi lagi dari sumber lain. Tetapi karena

50 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia keterbatasan waktu bagi media cetak sehingga dia kadang

memberitakan apa adanyadari pernyataan saksi dipengadlan. Di lain pihak, ada satu kesaksian penting dari anggota BIN aktif, tapi media massa tidak pernah melihatnya karena ketidakhadirannya. Jadi terpaksa wartawan meliput berdasarkan kesaksian tertulis yang dibacakan jaksa, tanpa ada konfirmasi lagi. Di satu sisi ini bisa dilakukan, tapi dari sisi keseimbangan informasi mestinya perlu ada pedalaman materi kesaksian yang seharusnya dilakukan wartawan.

Berita media massa terkait kasus Munir ini masih cukup proporsional, walaupun pemberitaan masih mengandalkan pernyataan anggota TPF Munir, Polri dan pejabat pemerintah lainnya. Tapi ada situasi yang cukup menguntungkan dari aspek informasi publik yaitu media massa sangat berpihak kepada pengungkapan kasus ini yang menjadi sorotan secara nasional dan internasional ini.

Liputan soal bisnis militer, sebelum UU KIP ada, agak sulit bagi publik mendapatkan data yang siginfikan dalam bisnis militer. Secara umum media massa hanya memberitakan permukaannya atau membahas sebatas yang diketahuinya, belum menyentuh pada subtansi yaitu soal penerapan pasal 76 UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI bahwa semua aktivitas bisnis yang dilakukan langsung dan tidak langsung oleh TNI adalah terlarang. Terus terang hingga saat ini publik belum tahu berapa banyak perusahaan milik TNI yang sudah diambil alih pemerintah serta jumlah assetnya berapa. Di lain pihak masyarakat sipil belum memanfaatkan UU KIP pasca pemberlakuannya 2010. Secara formal lewat surat permohonan, mestinya bisa dilakukan dalam memperoleh informasi mutakhir soal bisnis militer. Pernah secara lisan diminta data terakhir bisnis militer, namun narasumber yang diminta mengatakan laporannya belum final atau dengan alasan bukan wewenang nya untuk. Dengan kata lain masih ada

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

51 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

keseganan dari beberapa lembaga keamanan untuk membuka diri dari transparansi publik.

Fenomena Paska UU KIP Disahkan

Dalam sosialisasi UU KIP ini memang membutuhkan dua tahun terutama dalam membentuk komisioner Informasi Pusat (KIP) dan perangkat peraturan yang harus disiapkan KIP. Sejak pertengahan 2009, Komisi Informasi Pusat sudah terbentuk terdiri dari 7 anggota komisi dan selain itu harus dibentuk pula komisi di tingkat daerah yaitu propinsi dan kabupaten. Saat ini KID tingkat propinsi baru ada di sembilan wilayah propinsi .

Dilihat dari kebijakan aparat keamanan dalam pengelolaan informasi publik ternyata baru polisi saja yang memiliki peraturan soal keterbukaan informasi publik. Mabes Polri sudah mengeluarkan Peraturan Kepala Polri Perkap No 16 Tahun 2010 beserta sejumlah prosedur standar pelayanan informasi publik antara lain prosedur standar tentang perumusan informasi

yang dikecualikan dan tata cara pelayanan informasi. 55 Tetapi, pelaksanaan dari Perkap ini masih belum bisa dinyatakan konsisten.

Ada beberapa, permintaan publik yang terkait dengan memo internal. Dan pada kasus terakhir adalah permintaan informasi oleh Badan Pekerja Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) terkait dengan penugasan polisi di PT Freeport Indonesia, Papua yaitu berapa personel Polri dan apakah Polri menerima bantuan dari perusahaan itu. Dalam surat balasan, Polda Papua menjawab apa yang ditanyakan dengan cukup baik, yaitu Polda Papua mengerahkan sedikitnya 635 personel

[55] Panduan mengenal Hak Atas Informasi Publik dan Pemolisian, Jakarta; Kontras dan

TIFA, 2011. Hal. 122-147.

52 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia baik dari Polri dan termasuk pula 160 dari TNI. Sedangkan jumlah

kontribusi perusahaan Freeport pada Polri terkait pengamanan itu adalah Rp. 1.250.000 per personel yang langsung diberikan

perusahaan pada yang bersangkutan. 56 Surat balasan dari Polri,

ini cukup mengejutkan dari soal subtansi. Karena disatu sisi ini menunjukan kejujuran dari pejabat Biro Operasi Polda Papua, tapi juga cukup mengkhawatirkan karena ternyata personel Polri menerima uang dari pihak luar Polri.

Keputusan pejabat Polda Papua memberikan informasi sensitif ini, seperti dikatakan cukup mengejutkan sehingga menunjukkan masih ada sekelompok personel yang mengerti atas permintaan publik atas suatu informasi yang dimiliki institusi sektor keamanan. Kemudian ketika publik mengetahui lewat pers bahwa Polri menerima uang dari Freeport, maka Polri mendapat sorotan akibat tindakan tersebut. Tentunya sebagai institusi keamanan nasional sesuai UU Polri bahwa Polri hanya menerima anggaran dari negara (APBN) tidak dari manapun. Dapat dikatakan penerimaan dari luar negara sebagai bentuk gratifikasi dan ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran UU.

Sedangkan dua lembaga keamanan lain yaitu Kementerian Pertahanan Kemhan/TNI dan badan intelijen negara (BIN) belum diketahui apa sudah memiliki peraturan internal terkait informasi publik. Walaupun Kemhan sudah melakukan validasi organisasi divisi hubungan masyarakat menjadi Pusat Komunikasi Publik (Puskom Publik), memang belum terlihat secara nyata seberapa jauh layanan yang diberikan oleh Puskom Publik ini kepada masyarakat luas. Yang mungkin terlihat baru yaitu seperti konferensi pers antara lain soal RUU Kamnas dan juga pengelolaan halaman situs bernama Defense media center (DMC). DMC sebagai media informasi publik cukup baik, karena memuat kegiatan kemhan sehari-hari baik pertemuan, diskusi,

[56] Op.cit. hal. 106.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

53 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

seminar dan kegiatan internal Kemhan lainnya. Dalam situs ini juga terdapat halaman kebebasan Informasi publik (KIP) yang memuat berbagai UU, kebijakan, peraturan menteri, keputusan menteri pertahanan ,dll. Memang tidak semuanya dimuat dalam laman ini terutama Keputusan Menteri (Kepmen), artinya hanya judulnya saja tapi isi dari kepmennya tidak dimuat. Ada ketidakkonsitenan Kemhan untuk membuka diri pada publik, sehingga menunjukkan keterbukaan ini baru setengah hati. Selain itu, informasi terkait anggaran Kemhan nampaknya belum bisa diakses publik saat ini. Padahal soal anggaran ini menjadi suatu ukuran yang dapat mendorong transparansi dari kemhan itu sendiri.

Dalam perkembangan lain, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (KapuskomPublik Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan, sebaiknya media tidak lagi terlalu vulgar mengungkap kondisi alutsista TNI. Dia melakukan respon ini terkait dengan sorotan media dan anggota DPR soal rencana

pembelian tank tempur utama (MBT) untuk TNI AD. 57 Dalam pemberitaan anggota DPR RI dari fraksi PDIP , TB Hasanudin menolak pembelian karena tidak sesuai dengan rencana strategis yang ada dan juga secara fisik tank ini tidak cocok ditempatkan di Jawa.

Dalam satu berita media online, Kemhan dan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI), 58 meminta media massa di Indonesia, cetak maupun elektronik untuk tidak berlebihan mempublikasikan setiap pemberitaan yang menyangkut alutsista Indonesia.

Selanjutnya Kapuskompublik Kemhan Hartind mengatakan, [57] Lihat berita okezone soal pembelian tank leopard. http://suar.okezone.com/

read/2012/01/17/283/558769/jalan-terjal-wujudkan-pengadaan-tank-leopard-2 [58] Berita Okezone, 17 Januari 2012. diakses dari http://suar.okezone.com/ read/2012/01/17/283/558769/jalan-terjal-wujudkan-pengadaan-tank-leopard-2

54 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia mengapa TNI perlu merahasiakan segala yang terjadi terhadap

alutsista TNI terhadap dunia asing, “itu sangat berpengaruh sekali, dan akan mengancam kedaulatan NKRI. Karena itulah, bila kondisinya dipublikasikan secara terbuka dengan alasan tranparansi dan akuntabilitas, tentu yang paling diuntungkan justru calon musuh bangsa Indonesia.” Tetapi kalau pernyataannya dikririsi lebih lanjut, maka sebenarnya pernyataan ini akan berhadapan dengan konvensi internasional PBB yaitu Register of Conventional arms (RCA). Dalam konvensi ini setiap negara harus melaporkan alat utama sistem persenjataan yang dimilikinya kepada PBB baik yang dibeli dari luar negeri maupun pasokan

dalam negeri. 59 Sehingga dunia internasional akan mengetahui

persenjataan utama yang dimiliki setiap negara. RCA ini sudah diberlakukan oleh PBB sejak tahun 1991 sebagai bagian dari transparansi senjata di ditingkat internasional untuk mencegah konflik. Namun konvensi ini menjadi suatu keharusan dalam tata hubungan internasional agar dapat menciptakan suatu kondusif dalam perdamaian dunia.

Sehingga Pernyataan kepala komunikasi publik Kemhan ini justru bertolak belakang dengan semangat keterbukaan informasi publik. Kondisi alutsista sebenarnya tidak pernah menjadi rahasia negara. Sejumlah fakta berikut dapat menyangkal soal pernyataan Kapus komunikasi publik Kemhan itu. Pertama, dalam Buku Putih pertahanan 2008, beberapa alutsista kita disebutkan sudah sangat tua dan bahkan ada beberapa yang tidak operasional. Disebutkan sejumlah pesawat TNI AU sudah (atau akan) grounded. Contoh : pesawat Hawk Mk-53 tahun 2011, C-130b hercules seharusnya sudah grounded tahun 2008, F-27 tahun 2008, heli Bell -47G telah di grounded tahun 2008, heli Sykorsky

S-58T sudah harus diistirahatkan pada 2009. 60 Kemudian kalau

[59] Hal. 38. Akuntabilitas Anggaran Pertahanan oleh Beni Sukadis dalam Panduan Media dan RSK, 2010. Lesperssi, IDSPS, DCAF. [60] Halaman 129, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Departemen Pertahanan Republik Indonesia.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

55 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

lihat buku Military balance dari IS (Inggris) ataupun laporan tahunan SIPRI (Swedia), maka soal jumlah alutsista kita dapat dilihat oleh siapapun dengan berlangganan beberapa laporan yang dikeluarkan lembaga itu.

Dengan demikian keadaan alutsista kita sebenarnya bukanlah rahasia negara. Karena sebagian besar alutsista kita berasal dari negara barat yang merupakan pemasok utama dari sejumlah alutsista. Jelas negara negara itu lebih tahu soal kondisi senjata milik Indonesia.

Sedangkan kasus lain yang cukup mencuat adalah pemintaan dari Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) terkait dokumen perjalanan Muchdi Pr (mantan Deputi BIN) dan dokumen lainnya dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir tahun 2004. Kasum sesuai dengan undang undang meminta Komisi Informasi pusat (KIP) untuk memediasi permintaan dokumen itu pada BIN. KIP sebagai pemegang otoritas terkait sengketa informasi publik. Proses yang memakan waktu beberapa bulan ini akhirnya bisa diselesaikan pada awal Januari 2012. (lihat kotak 1.)

KIP dalam putusannya menyatakan bahwa tidak ada surat tugas dengan nomor R-451/VII/2004 dari Badan Intelejen Negara kepada PT Garuda Indonesia. Surat itu diduga berisi perintah untuk menugaskan Pollycarpus menjadi aviation security dalam penerbangan bersama Munir. Atas putusan KIP ini Kasum minta banding ke PTUN untuk memperjuangkan soal surat dari BIN tersebut. Upaya melakukan permintaan informasi dan data kasus Munir terlihat cukup pelik, karena hal ini melibatkan institusi negara yang memang tugasnya melakukan operasi rahasia.

56 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

Kotak 1. Komisi Informasi Buka Data Baru Soal Kasus Munir

TEMPO.CO , Jakarta - Komisi Informasi Pusat (KIP) menyatakan Badan Intelijen Negara (BIN) tidak pernah menugaskan Mayjen (Purn) Muchdi Purwopranjono ke Malaysia pada 6-12 September 2004. Informasi ini diperoleh dari hasil mediasi antara BIN dan Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) pada Agustus 2011 lalu. “BIN secara resmi tidak pernah menugaskan Muchdi ke Malaysia,” kata Komisioner KIP Ahmad Alamsyah Saragih di kantor KIP, Jalan Abdul Muis, Rabu, 4 Januari 2012.

Meski sudah menjadi putusan mediasi, kesimpulan baru dibacakan dalam pembacaan putusan hari ini. Selain itu, Komisi juga memutuskan tidak ada surat tugas R-451/VII/2004 dari BIN ke PT Garuda Indonesia. Surat ini memerintahkan Pollycarpus menjadi aviation security dalam penerbangan GA-974 tujuan Belanda bersama Munir.

Koordinator Kasum, Choirul Anam, menyatakan, meskipun salah satu permohonan tidak dikabulkan oleh Komisi, dia mengaku putusan terkait Muchdi memiliki nilai penting. Putusan ini akan menjadi novum (bukti baru) dalam proses peninjauan kembali kasus pembunuhan Munir. Pihaknya mengaku sudah bertemu dengan Jaksa Agung untuk membicarakan soal upaya peninjauan kembali (PK).

Anggota Kasum, Muji Kartika Rahayu, mengungkapkan pihaknya akan melakukan gebrakan hukum untuk menuntaskan kasus Munir. Gebrakan akan dilakukan jika Kejaksaan Agung tidak melakukan upaya PK lagi. Dengan novum ini, dia berharap tabir pembunuhan aktivis HAM Munir bisa terungkap. “Tunggu saja apa langkah itu,” kata Muji.

Muchdi pernah didakwa melakukan pembunuhan kepada Munir. Pada 2008, Muchdi dibebaskan dari segala dakwaan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Putusan ini berkat alibi Muchdi yang menyatakan, pada 6-12 September 2004, dia berada di Malaysia. Kejaksaan Agung sempat mengajukan upaya peninjauan kembali pada Juli 2009. Namun Mahkamah Agung menolak upaya hukum ini.

I WAYAN AGUS PURNOMO Sumber : www.tempo.co , hari Rabu 4 Januari 2012.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V Trend Keterbukaan Informasi di Sektor Keamanan Indonesia

BAB VI Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun UU KIP sudah diberlakukan ternyata masih ada persoalan residual terkait dengan soal kemauan politik, maupun kebijakan yang diambil serta implementasi dari UU KIP itu sendiri, terutama di sektor keamanan. Artinya institusi keamanan belum sepenuhnya paham soal transparansi informasi publik. Hal ini mungkin karena UU KIP belum tersosialisasikan secara baik di masing- masing institusi keamanan, atau memang ada keengganan untuk membuka diri atas kontrol publik.

Walaupun ada upaya secara serius untuk mengeluarkan perkap, SOP soal infomasi publik seperti yang dimiliki Polri. Ternyata insitusi keamanan seperti BIN dan TNI masih terlalu lamban untuk merespon upaya transparansi atas informasi publik yang dimilikinya. Bahkan bisa dikatakan insitusi intelijen yaitu BIN sangat resisten atas upaya dalam mengakses informasi yang sangat sensitif.

Tampak, inkonsistensi dalam menjalankan menjamin keterbukaan informasi akan terus terjadi di Indonesia. Inkonsistensi ini tentu saja mengancam keberadaan rezim keterbukaan informasi yang masih muda. Inkonsistensi ini disebabkan oleh pola pikir ( mindset) para politisi, pejabat dan birokrasi yang masih laksana pola pikir rezim otoriter yang memandang negara sebagai institusi rahasia dan warganegara hanya boleh tahu sesedikit mungkin tentang

58 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V I Kesimpulan Bab V I Kesimpulan aktivitas negara. Selain itu, ketiga pihak tersebut juga melihat

warganegara sebagai pihak yang berpotensi mengancam negara jika diberikan hak yang luas atas informasi. Warganegara masih dianggap sebagai pihak yang berpotensi menjadi pembocor rahasia negara. Pola pikir model ini menyebabkan kemauan politik ( political will) negara untuk menerapkan rejim keterbukaan informasi rendah.

Pola pikir penyelenggara negara yang masih bersifat otoriter tersebut menjadi tantangan masyarakat sipil untuk mengubahnya. Diseminasi ide-ide keterbukaan informasi masih perlu terus dilakukan berbarengan dengan melakukan lobi-lobi politik terhadap para politisi, pejabat negara dan birokrasi untuk mendorong penerapan rezim keterbukaan informasi. Selain itu, masyarakat sipil juga harus terus melakukan tinjauan yudisial ( judicial review) atas undang-undang yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi.

Di sisi lain, contoh-contoh kasus pelanggaaran hak atas informasi di atas di atas mewakili situasi umum (paling tidak dalam rentang

10 terakhir ini) bagaimana pada era reformasi ini akses publik dan media terhadap informasi sektor keamanan di Indonesia mengalami hambatan yang serius. Masyarakat, pekerja HAM, awak media atau para jurnalis di lapangan seringkali harus menerima resiko buruk ketika melaksanakan tugas jurnalisme untuk melakukan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap apa yang “dipersepsi” pemerintah sebagai sektor keamanan, serta memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat mengenai sesuatu yang menjadi hak mereka untuk tahu perihal kebijakan di sektor tersebut.

Peristiwa ancaman, larangan peliputan atau kekerasan yang dilakukan aparat (TNI atau kepolisian) terkait dengan apa yang “dipersepsi” sebagai sektor keamanan yang harus dirahasiakan masih marak di era reformasi ini. Ada beberapa kasus dimana

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V I Kesimpulan Bab V I Kesimpulan

59 wartawan dilarang memotret, meliput atau bahkan dipukul

karena hendak meliput jatuhnya pesawat TNI (di Pekanbaru), melaporkan pelecehan seksual yang terjadi penjara (Papua), atau melaporkan hasil putusan pengadilan (Medan).

Persepsi mengenai aspek keterbukaan informasi di sektor keamanan yang menjadi hak akses masyarakat terhadap informasi tersebut belum dipahami oleh para aktor keamanan sehingga berbuntut pada berbagai pelanggaran terhadap tugas-tugas jurnalistik. Faktor Kepentingan pribadi aktor-aktor keamanan (misalnya yang diberi dalih akan mengganggu stabilitas pemerintahan) dan bukan kepentingan ancaman keamanan negara seringkali menjadi faktor penghambat kerja- kerja jurnalisme.

Untuk UU KIP, dapat disimpulkan bahwa::

1. UU KIP belum dapat menjamin hak masyarakat atas informasi publik. Ketidakefektifan ini mengindikasikan bahwa masih ada persoalan yang belum tuntas di dalam regulasi mengenai hak atas informasi.

2. Sekalipun telah ada UU KIP yang menjamin hak atas informasi publik, pihak-pihak tertentu masih dapat menyembunyikan informasi-informasi publik yang membahayakan diri mereka dengan mengacu pada regulasi-regulasi pemerintah, temasuk mengacu pada UU KIP tersebut.

3. Hak atas informasi yang diatur oleh UU KIP juga belum mampu mencegah tindak kekerasan terhadap para wartawan yang mengumpulkan dan menyiarkan informasi publik.

4. Harus ada evaluasi secara komprehensif yang dilakukan pemerintah untuk mencari penyebab ketidakefektifan UU KIP dalam menjamin hak masyarakat atas informasi publik.

60 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Bab V I Kesimpulan

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Bab V I Kesimpulan

BAB VII Penutup

Secara umum, di beberapa negara, pencapaian dan hambatan atau demokratisasi dan reformasi itu terkadang hadir secara bersamaan, dan proporsinya tergantung pada konsensus politik dan tekanan dari para pemangku kepentingan dan masyarakat. Kemauan politik serta juga kemampuan negara untuk menghentikan seluruh ikatan dengan kepentingan pemerintah sebelumnya tanpa ada toleransi merupakan transisi yang sangat penting, terutama bagi negara berada lama di bawah rezim otoriter. Bagi Indonesia, perjuangan organisasi masyarakat sipil saat ini adalah untuk menjaga konsistensi proses demokrasi yang mencakup penerapan tata pemerintahan yang baik ( good governance), reformasi sektor keamanan, keadilan transisional dan penerapan hak asasi manusia dimana termasuk di dalamnya adalah hak atas informasi publik.

Kita menyadari dibutuhkan upaya yang konsisten dalam mereformasi peraturan perundangan-undangan, namun kami juga mengakui bahwa juga dibutuhkan perjuangan yang lebih kuat lagi akan upaya ini terpenuhi. Ketika pemerintah dan parlemen berhasil menstabilkan situasi politik dan ekonomi, perhatian serta upaya untuk memastikan berjalan reformasi di atas sangat dibutuhkan. Pemerintah juga perlu untuk memahami jurang perbedaan antara asumsi dan klaim mereka atas

62 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Tim Penulis Tim Penulis keberhasilan reformasi dalam 13 tahun terakhir dengan realita

dan keinginan publik. Indikator normatif, seperti hukum dan kebijakan, membutuhkan tindaklanjut lain yaitu:

1. Efektifitas transformasi institusi untuk menjadi lebih reformis

2. Dampak terhadap kehidupan sosial, termasuk keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Akuntabilitas pada institusi dan sektor yang menerapkan hukum dan kebijakan termasuk di dalamnya adalah akses atas informasi.

4. Evaluasi pencapaian dan permasalahan berdasarkan opini publik; dan

5. Partisipasi publik dalam perencanaan, penerapan, dan evaluasi hukum dan kebijakan.

Terakhir, kita masih menunggu hasil Judicial Review UU Intelijen Negara yang masih dalam proses di Mahkamah Konstitusi, beserta RUU Keamanan Nasional dan RUU Rahasia Negara yang juga dalam proses di tingkat Legislatif. Kita meminta pemerintah untuk menghormati kewajiban mereka untuk memastikan adanya hak atas informasi sebagai bagian dari hak konstitusi dan HAM. Dalam hal peninjauan ulang UU Intelijen Negara, pembatalan beberapa pasal yang mengkriminalkan masyarakat karena aktifitas mereka untuk memperoleh dan menggunakan informasi bersifat tanpa kompromi. Sementara, terkait dengan RUU Keamanan Nasional dan RUU Rahasia Negara, hak atas informasi tidak boleh diabaikan, meskipun atas dasar kepentingan keamanan nasional.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Tim Penulis Tim Penulis

63 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Beni Sukadis | Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia

Beni Sukadis merupakan Koordinator Program di LESPERSSI (Indonesian Institute for Defense and Strategic Studies). Beni merupakan pemegang gelar S-1 jurusan Hubungan Internasional. Konsentrasi yang ia kuasai meliputi bidang keamanan nasional dan internasional, reformasi pertahanan, kontra-terorisme serta resolusi konflik. Ia juga menerbitkan beberapa buku: Reformasi Manajemen Perbatasan pada Demokrasi Baru (2007), Menuju TNI Profesional: Restrukturisasi Bisnis Militer, Lesperssi (2005) dan Akuntabilitas Anggaran Militer, dalam buku terbarunya oleh Lesperssi (2010).

Edwin Tri Prasetyo

Edwin Tri Prasetyo adalah mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta. Di Kampus, Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (2009-2010). Kemudian menjadi Asisten Mahasiswa pada mata kuliah Pengkajian Strategi selama satu semester (2010-2011).

Mufti Makaarim | Institute for Defense Security and Peace Studies

Mufti Makaarim A. Adalah Direktur Eksekutif Institute for Defense, Scurity and Peace Studies/IDSPS sejak Agustus 2007. Sebelumnya ia bekerja di Lembaga Rekonsiliasi dan Perdamaian Indonesia / LERAI (1999) dan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan/ KONTRAS (1999-2007) dengan jabatan terakhir sebagai Sekretaris General Federasi KONTRAS (2004-2007). Pengetahuan tentang keamanan dan hukum dan HAM internasional diperoleh melalui pengalaman bekerja dan pendidikan singkat seperti di ICRC, Jenewa, Swiss (Armed Conflict & internal Violence), Clingendael Institute, The Hague, Belanda (Security Sector Reform), East-West Center, Hawaii, AS (Conflict in Asia Pacific), Danish Institute for

64 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Proil Lembaga Proil Lembaga Human Rights/DIHR, Copenhagen, Denmark (Ensuring Human

Rights in Police Practices), Asian Human Rights Commission/ AHRC, Hongkong (International Human Rights Mechanism). Aktif menulis pada tema-tema Hak Asasi Manusia, Reformasi Sektor Keamanan, kebijakan publik dan wacana keislaman.

Mujtaba Hamdi | MediaLink

Mujtaba Hamba bekerja di Perkumpulan Media Lintas Komunitas (MediaLink) di Jakarta untuk mengembangkan inisiatif penguatan hak publik untuk mengakses informasi, terutama untuk kaum miskin dan marjinal. Sejak tahun 2000an, ia terlibat dalam beberapa program serta kampanye tentang kebebasan berekspresi dan beragama. Tahun 2001-2007, Ia pernah menjadi editor Syir’ah yaitu sebuah majalah Muslim bulanan mengenai perdamaian dan pluralisme. Ia juga memenangkan Southeast Asia Press Alliance (SEAPA) Journalism Fellowship tahun 2006. Kemudian, ia juga ikut terjun membantu masyarakat korban lumpur Lapindo sejak tahun 2008, sebagai penghubung akses untuk media dan informasi publik.

Wendy Prajuli | Institute for Defense Security and Peace Studies

Wendy Andhika Prajuli merupakan Program Officer Institute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS) di Jakarta. Ia merupakan penerima beasiswa dari Taiwan dan meraih gelar master keduanya dari Graduate Institute of International Affairs and Strategic Studies (GIIASS), Universitas Tamkang, Taiwan, Republik China pada Juli 2011. Tahun 2003, Ia menamatkan pendidikan Sarjana Strata Satu jurusan Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian, meraih gelar master pertamanya bidang Hubungan Internasional di Universitas Indonesia tahun 2006. Ia pernah mengajar sebagai asisten dosen mata kuliah Pengkajian Strategi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta. Isu keamanan di Asia Pasifik merupakan fokus kajiannya.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Proil Lembaga Proil Lembaga

65 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Kejatuhan rejim Soeharto di tahun 1998 adalah tonggak perubahan dan mendorong berkembangan gerakan demokratisasi di Indonesia. Mendorong masyarakat yang lebih terbuka, adalah salah satu agenda yang menjadi perhatian, dan mendasari didirikannya Tifa pada tanggal 18 Desember 2000, oleh 10 (sepuluh) aktivis NGO dan akademisi. (link ke dewan pendiri)

Tifa percaya, dengan memperkuat masyarakat sipil di Indonesia, Tifa bisa mencapai misinya: memperjuangkan masyarakat terbuka di Indonesia, yang menghargai keragaman dan menjunjung tinggi hukum, keadilan dan kesetaraan.

Upaya memperkuat masyarakat sipil ini dilakukan melalui melalui pemberian dana hibah, penyelenggaraan berbagai kegiatan untuk merespon kondisi darurat yang mengancam keberadaan masyarakat terbuka dan mempercepat pencapaian program, termasuk memberikan bantuan teknis, serta membangun center of excellence bagi masyarakat sipil melalui produksi dan sharing pengetahuan.

TIFA Foundation

Jl. Jaya Mandala II No. 14E, Menteng Dalam, South Jakarta, 12870 Indonesia Phone: (62) 021 829 2776 Fax : (62) 021 837 83648 Email: [email protected] www.tifafoundation.org

66 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Proil Lembaga Proil Lembaga

Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS) didirikan pada pertengahan tahun 2006 oleh beberapa aktivis dan akademisi yang memiliki perhatian terhadap advokasi Reformasi Sektor Keamanan (Security Sectors Reform) dalam bingkai penguatan transisi demokrasi di Indonesia paska 1998.

Pendirian IDSPS didasari pertimbangan-pertimbangan 1). Bahwa keberlangsungan Transisi Demokrasi di Indonesia penting untuk mendapat pengawalan dari kelompok-kelompok masyarakat sipil dan organisasi non pemerintah agar berjalan sesuai dengan harapan publik serta nilai-nilai dan prinsip-prinsip negara demokratis; 2). Bahwa Reformasi di Sektor Keamanan yang meliputi pembaruan legislasi dan kebijakan, profesionalitas dan kontrol politik atas aktor dan otoritas politik sipil yang menaungi, serta pelibatan dan keterbukaan ruang partisipasi publik masih belum sepenuhnya berjalan; 3). Bahwa prinsip-prinsip penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia terkait dengan penyalahgunaan kewenangan, kebijakan dan pendekatan penyelesaian persoalan- persoalan di sektor keamanan masih belum terbangun dengan baik.

Sebagai organisasi yang lahir dengan di dasari oleh pandangan bahwa kondisi Reformasi Sektor Keamanan di Indonesia yang masih menyisakan setumpuk persoalan dan memerlukan perhatian yang lebih serius sehingga membutuhkan satu kelompok kerja yang mengombinasikan kerja-kerja akademik dan advokasi isu-isus di sektor keamanan, IDSPS lahir dengan membawa mandat: 1). Melakukan Penelitian, Penguatan Wacana Reformasi Sektor Keamanan serta Pengembangan support system bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil yang memiliki

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Proil Lembaga Proil Lembaga

67 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

concern dan fokus pada isu-isu tersebut; dan 2). Meperkenalkan pendekatan Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang dalam berbagai Instrumen Internasional dan Nasional sebagai bagian dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai penting dalam mengembangkan konsep-konsep dan kebijakan di sektor keamanan.

The Open Society Foundations bekerja untuk membangun demokrasi dimana pemerintahannya bertanggung jawab terhadap warganegaranya. Untuk meraih misi ini OSC berusaha membangun kebijakan-kebijakan publik yang menjamin keadilan yang lebih besar di dalam sistem politik, hukum, dan ekonomi. Serta juga menjaga hak-hak dasar.

Di tingkat local, OSF menjalankan serangkaian inisiatif untuk memajukan keadilan, pendidikan, kesehatan, dan kemandirian media. Selain itu, OSF juga membangun aliansi lintas batas dan benua terkait dengan isu-isu korupsi, dan kebebeasan informasi. OSF juga memberikan priotitas yang tinggi bagi perlindungan dan meningkatkan kehidupan masyarakat-masyarakat terpinggirkan. George Soros, seorang investor sekaligus dermawan, mendirikan OSF pada tahun 1984 dengan tujuan untuk membantu negara- negara beralih dari sistem komunisme. Kegiatan-kegiatan OSF telah tumbuh dan melingkupi Amerika Serikat dan lebih dari 70 negara-negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Latin. setiap yayasan dari OSF bergantung pada para dewan ahli yang berasal dari para warganegara terkemuka yang menyusun agenda- agenda individual berdasarkan prioritas lokal.

68 Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Dibungkam Atas Dalih Keamanan!

Proil Lembaga Proil Lembaga

keanggotaan yang memiliki komitmen mempromosikan dan melindungi hak asas manusia. FORUM-ASIA didirikan pada tahun 1991 di Manila, Filipina. Sementara kantor sekretariat FORUM-ASIA berada Bangkok. Saat ini, keanggotaan FORUM-ASIA berjumlah

46 organisasi yang berasal dari seluruh Asia. Sebagai sebuah organisasi hak asasi manusia tingkat regional

misi FORUM-ASIA adalah bekerja untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia melalui kolaborasi dan kerjasama diantara organisasi dan para pembela hak asasi manusia di seluruh Asia.

Sementara visi dari FORUM-ASIA adalah membangun masyarakat Asia yang damai, adil, setara, dan peduli pada lingkungan hidup berlandaskan pada norma dan standar hak asasi internasional.

Tujuan dari FORUM-ASIA

kepemimpinan dan koordinasi dalam membangun gerakan hak asasi manusia regional melalui aksi solidaritas internasional dan menjalin kerjasama dengan negara-negara dan para pemangku kepentingan di Asia.

Dibungkam Atas Dalih Keamanan! Proil Lembaga Proil Lembaga

69 Dibungkam Atas Dalih Keamanan!