Rendaman Gelombang dan Potensi Kerusakan

Rendaman Gelombang dan Potensi Kerusakan

Tsunami yang berinteraksi dengan pantai menghasilkan bahaya serta kerusakan tergantung dari kondisi morfologi pantai yang didatanginya. Bahaya tsunami dievaluasi berdasarkan tinggi rayapan dan rendaman tsunami yang dihitung dari suatu titik acuan, biasanya tinggi muka laut ketika tsunami datang. Tsunami yang melintasi paparan benua yang cukup lebar, terurai kedalam deretan gelombang soliter. Pada saat mencapai pantai, gelombang soliter ini dapat berupa gelombang pecah atau gelombang tidak pecah. Gelombang tidak pecah mencapai ketinggian rayapan (run-up) maksimum di pantai alami mendekati ketinggian yang sama dengan amplitudo gelombang maksimum, ketika gelombang pertama kali mendekati daratan. Pada kemiringan pantai yang lebih terjal, rayapan tsunami menjadi lebih tinggi. Elevasi maksimum rayapan bergantung pada level muka laut (pasut), saat tsunami mencapai

Pemodelan rendaman tsunami Aceh 2004 di Banda Aceh (Latief, dkk, 2008) pantai. Artinya tsunami kecil yang terjadi pada laut, menyeret rumah dan membalikkan kendaraan.

saat pasang tinggi dapat menjangkau elevasi yang Tekanan gelombang tsunami juga dapat merubuhkan lebih tinggi dibandingkan dengan tsunami yang kerangka bangunan dan struktur lainnya. Sementara, lebih besar, yang tiba pada saat surut terendah, kerusakan yang parah juga disebabkan oleh gaya sehingga kondisi pasut sangat penting untuk dikaji tekan puing-puing yang mengapung termasuk kapal, dan dipertimbangkan dalam menganalisis tinggi mobil dan pepohonan yang dapat menjadi benda- jangkauan rayapan tsunami di suatu daerah.

benda berbahaya ketika menghantam gedung, Dalam beberapa kasus, tsunami hanya dermaga dan kendaraan, bahkan oleh tsunami kecil

menghasilkan banjir yang tidak berbahaya pada sekalipun. wilayah pantai yang rendah dan landai, kemudian

Selanjutnya bahaya ikutan yang mungkin menuju ke daratan seperti air pasang yang cepat. timbul adalah kebakaran, biasanya api berasal Sementara dalam kasus lainnya, tsunami dapat dari tumpahan minyak dari kapal yang hancur masuk ke daratan menyerupai sebuah dinding di pelabuhan, pecahnya tempat penyimpanan air vertikal yang bergolak dan membawa puing- minyak, atau fasilitas kilang minyak di pantai dapat puing yang dapat membunuh dan menghancurkan menyebabkan kerusakan, yang terkadang lebih bangunan atau lahan yang dilaluinya. Kerusakan dan parah dari dampak langsung tsunami. Kerusakan kehancuran akibat tsunami merupakan hasil langsung

lain yang biasanya menyusul, bisa disebabkan oleh dari tiga faktor, yaitu: banjir, impak gelombang pencemaran kotoran dan bahan kimia. Kekhawatiran terhadap struktur, dan erosi. Sementara korban jiwa lain yang juga mulai menjadi perhatian dari dampak muncul karena tenggelamnya banyak orang. Bagi potensial dari surutnya tsunami adalah ketika air yang selamat, di samping luka-luka, dampak mental surut akan mempengaruhi suplai air pendingin pada berupa trauma disebabkan terjebaknya korban dalam

pembangkit listrik.

golakan tsunami.

Metoda Kajian Risiko Bencana Tsunami

Arus kuat tsunami menyebabkan terjadinya Tujuan dari kajian risiko ini adalah untuk menda- erosi pada fondasi dan rubuhnya jembatan, tembok patkan perkiraan mengenai kemungkinan kerugian

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami di kota Banda Aceh

suatu wilayah. Kajian risiko menghasilkan gambaran mengumpulkan data-data elemen kerentanan dari risiko bencana tsunami yang didapatkan dari peng- lingkungan hidup, dan memformulasikan serta gabungan kajian bahaya (hazards) dan kajian keren- mengklasifikasikan tingkat kerentanannya dengan tanan (vulnerability), yang dirumuskan sebagai Risiko

suatu metoda dan aturan tertentu, sehingga informasi Bencana = Bahaya X Kerentanan.

tingkat kerentanan tersebut dapat dimengerti Dalam membuat analisis risiko tsunami diperlu- dengan mudah untuk diaplikasikan dalam analisis

kan beberapa tahapan kerja. Pada prinsipnya nilai risiko bencana. Dalam hal ini kerentanan didefiniskan risiko bencana ditentukan dari data besarnya bahaya

sebagai tingkat ketahanan dari berbagai faktor tsunami dan tingkat kerentanan yang diturunkan dari

lingkungan hidup (fisik, demografi, penggunaan

Kerangka kerja model risiko (Latief et al., 2009) kerentanan fisis (topografi dan penggunaan lahan), lahan, perumahan, infrastruktur, sosial, dan ekonomi)

kerentanan demografi serta kerentanan infrastruk- terhadap efek dari suatu bahaya tsunami dengan tur yang digabungkan dengan bobot tertentu untuk

intensitas tertentu untuk lokasi tertentu. mendapatkan agregat kerentanan atau kerentanan

Usaha pengumpulan data yang diperlukan total. dan penuangannya dalam format yang siap pakai

Kegiatan analisis bahaya tsunami ini dapat untuk analisis selanjutnya. Setelah semua data yang dikatagorikan menjadi tiga aspek, yaitu: Pertama diperlukan terkumpul, maka kegiatan selanjutnya identifikasi dan evaluasi sumber bencana tsunami: adalah memilah-milah dan membuat klasifikasi lokasi geografis dan geologis. Kedua, penentuan dari kondisi tingkat kerentanan secara sistematis parameter-parameter dari karakteristik sumber: dan terukur dan dapat dipertanggung-jawabkan termasuk dimensi dan lokasi geografis/magnitudo secara ilmiah, logis, dan konsisten. Karena biasanya dan intensitas bahaya tsunami, perioda waktu perulangan atau frekuensi kejadian, waktu klasifikasi dan satuan tingkat kerentanan ini sifatnya terakhir terjadi bencana atau tingkat kemungkinan bukan besaran yang mutlak, tetapi besaran yang terjadinya kejadian bencana di masa datang. Ketiga,

didefinisikan dengan acuan dan asumsi tertentu.

penghitungan tingkat efek merusak terhadap Karena itu, penentuan klasifikasi dan satuan tingkat lingkungan hidup di sekitarnya dari suatu skenario kerentanan ini harus ditentukan dan diseragamkan. tertentu dan dilakukan dengan metoda dan asumsi-

Pemilihan faktor-faktor kerentanan bisa berbeda asumsi tertentu.

untuk setiap bahaya. Selanjutnya, kerentanan bersifat