E-Book Majalah Geografi Warta Geologi Volume 1 Nomor 4

TERBIT DUA BULANAN

Bencana: Konsep Penanganan dan Mitigasinya

Pembaca yang budiman, mang hidup di wilayah yang rawan bencana. Setelah letusan Gunung Api Merapi mereda, tanah air

Dalam literatur-literatur tentang mitigasi bencana (lihat Indonesia kembali diguncang bencana alam besar: gempa

misalnya: Wikipidea) dinyatakan bahwa mitigasi (bencana) bumi di Yogyakarta dan tsunami di kawasan selatan Jawa

adalah bagian dari manajemen bencana (disaster mana- Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sementara itu, ben-

gement) atau manajemen darurat (emergency manage- cana yang berkaitan dengan fenomena geologi, seperti

ment). Manajemen bencana meliputi: penyiapan, dukun- semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, belum juga

gan, dan pembangunan kembali suatu masyarakat yang berhenti. Dalam suasana duka karena bencana-bencana

terkena bencana alam (natural disaster) atau bencana tersebut, Warta Geologi (WG) kini hadir kembali menemui

buatan (man-made disaster). Manajemen bencana adalah Anda semua.

suatu proses yang harus diselenggarakan terus menerus Kita memang hidup di kawasan rawan bencana. Ka-

oleh segenap pribadi, kelompok, dan komunitas dalam rena itu, upaya-upaya pemahaman yang mendalam ten-

mengelola seluruh bahaya (hazards) melalui usaha-usaha tang bahaya-bahaya kebumian (geo-hazards) dan konsep

meminimalkan akibat dari bencana yang mungkin timbul penanganan bencana yang ditimbulkannya sangat pen-

dari bahaya tersebut (mitigasi).

ting untuk terus menerus ditingkatkan. Di dalam peraturan Mitigasi adalah bagian atau salah satu tahap dalam tentang organisasi tatalaksana kepemerintahan di bidang

penanganan bencana. Tahap mitigasi - dalam maknanya energi dan sumber daya mineral, aspek terkait geo-ha-

yang berarti kesiapsiagaan atau kewaspadaan - adalah zards ini tercakup dalam istilah “bencana geologi”. Da-

cara yang murah dalam mengurangi akibat bahaya-bahaya lam peraturan tersebut, salah satu satuan kerja di bawah

yang dihadapi masyarakat dibandingkan dengan tindakan Badan Geologi bernama “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

lainnya, seperti: evakuasi, rehabilitasim dan rekonstruksi. Bencana Geologi”.

Mitigasi harus dilakukan baik secara bersama-sama mela- Kinerja yang optimal dalam penanganan bencana

lui agenda Pemerintah, maupun sendiri-sendiri; baik saat memerlukan pemahaman yang lengkap tentang makna

dan paska kejadian, maupun sebelum kejadian. Karena berbagai istilah dan implikasinya. Istilah-istilah seperti

itu, konsep mitigasi dan tahap lainnya dari manajemen “bahaya” dan “bencana” menyiratkan tahap-tahap terten-

bencana, serta irisan dan kesalingterkaitan diantara ta- tu dari langkah penanggulangan kejadian bencana, baik

hapan-tahapan tersebut perlu dipahami sebelumnya oleh sebelum, selama, dan sesudahnya. Semuanya harus di-

siapa pun yang terlibat dalam penanganan bencana. pahami secera proporsional. Sementara itu, hasil-hasil

Seluruh geo-hazards atau potensi bencana (disaster) di bidang penanganan bencana, perlu disosialisasikan

tersebut harus dinilai atau dievaluasi serta dikelola dengan untuk diketahui bersama seluruh komponen masyarakat.

baik agar tidak berkembang menjadi bencana. Penilaian Dengan demikian, sesesuai dengan falsafah bahwa pe-

tersebut berkenaan dengan aspek fi sik bumi sebagai fokus nanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama

perhatiannya dikenal sebagai analisis geo-risk. Identifi kasi seluruh lapisan masyarakat, setiap anggota masyarakat

geo-risk, sebagaimana identifi kasi resiko-resiko lainnya, berpeluang mengetahui dan berkontribusi dalam penan-

memang merupakan salah satu indikator berlangsungnya ganan bencana.

suatu mitigasi bencana dalam makna yang luas. Profi l WG Fokus Kita WG edisi keempat ini memperbincangkan

kita kali ini tentang tokoh yang banyak berkiprah dalam ka- konsep penanganan bencana, bahaya geologi dan mitiga-

jian geo-risk melengkapi informasi yang diperlukan tentang si bencana geologi di Indonesia. Melalui kaji ulang tentang

mitigasi bencana, khususnya bencana geologi. kebencanaan ini, khususnya bencana geologi, akan dipe-

roleh umpan balik gambaran tentang apa yang dimiliki,

Pembaca yang budiman,

kerangka persoalan yang dihadapi, agenda, dan prioritas Selain menampilkan profi l kita kali ini, Ir. Hardoyo R, fo- pelaksanaan upaya dalam rangka mitigasi bencana geolo-

kus kita, beberapa artikel khas kegeologian, WG edisi ke- gi dan kinerja manajemen bencana yang baik.

empat ini juga menyajikan berita-berita di sekitar aktivitas unit-unit berikut staf-stafnya di lingkungan Badan Geologi

Pembaca yang budiman, menjelang peringatan ulang tahun kemerdekaan Republuk Tatanan geologi Indonesia yang terletak di atas tiga

Indonesia yang ke-61, 17 Agustus 2006. Dalam WG edisi lempeng tektonik, selain memberikan sumber daya ke-

kali ini pembaca juga disuguhi berita-berita dan laporan- bumian (geo-resources) yang kaya, dan lingkungan bumi

laporan kegiatan koordinasi, dan kepemerintahan Badan (geo-environment) yang beranekaragam, juga ancaman

Geologi. Selain itu, WG edisi ke-4 ini mulai menyajikan bahaya kebumian (geo-hazards) yang sangat tinggi, baik

rubrik baru, yaitu: geologi populer dan wawasan. ragam maupun persebarannya. Besarnya bahaya geologi

Indonesia dan tingginya frekuensi kejadian bencana yang Selamat menikmati Warta Geologi edisi keempat! diakibatkannya merupakan bukti bahwa kita memang me-

Oman Abdurahman

WARTA GEOLOGI, JULI 2006

Ir. Hardoyo Rajiowiryono, M.Sc.

Mengenalkan Geo-risk

sebagai bagian dari Mitigasi Bencana

Dalam rangka menyiapkan bahan Profi l, WG yang diwakili oleh Joko Par- wata dan Bunyamin, telah diterima oleh Pak Hardoyo di gedung Pusat Ling- kungan Geologi (PLG) untuk wawan- cara. Berikut ini transkripsi wawancara dengan beliau:

Tanya (T): Bisa bapak ceritakan tentang keluarga Bapak?

Jawaban ( J): Istri saya satu, namanya Endang Lestari sebagai ibu rumah tang-

ga. Anak saya dua dan keduanya laki-laki. Anak-anak saya tidak ada yang mengik- uti jejak bapaknya. Anak yang pertama namanya Aditio Baskoro Hardoyo, bu- lan Agustus lalu baru lulus dari Desain Komunikasi Visual, STISI, Bandung. Dia

Profi l dalam kesempatan kali ini menampilkan Pak Hardoyo. Beliau memang punya hobby fotografi . Anak memiliki nama lengkap Ir. Hardoyo Rajiowiryono, M.Sc., dan saat ini yang kedua, Pradipto Isworo Hardoyo, menyandang tugas sebagai Kepala Bidang Informasi pada Pusat Lin- juga kuliah di jurusan yang sama dengan gkungan Geologi, Badan Geologi. kakaknya tetapi sekarang baru Semester Dalam lingkup tugas yang diembannya, Pak Hardoyo sebelumnya hin-

5 di STTN. Sama dengan kakaknya, dia gga saat ini terlibat secara aktif dalam kegiatan geo-risk (geohazard risk) suka gambar tetapi gambar yang berge- yang merupakan kerja sama di bawah payung GTZ antara Pemerintah rak, ya mungkin di bidang fi lm. Jerman yang diwakili oleh BGR dan Pemerintah Indonesia yang diwakili

oleh DESDM (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral). Kegiatan Pak Hardoyo bersama keluarga bertempat geo-risk sangat erat terkait - bahkan merupakan bagian dari - mitiga- tinggal di Jln. Sepakbola No. 7 Arcamanik, si bencana. Sebagaimana akan kita lihat nanti, apa yang terkandung Bandung 40293, Telepon: 022-7208732. dalam Profi l kali ini menunjang Fokus Kita nomor ini yang membahas

seputar mitigasi bencana geologi, khususnya berkenaan dengan aspek geo-risk.

T: Asal Bapak?

Dalam pencarian bahan sumber penulisan Profi l WG kali ini, redak- J: Saya lahir di Solo. Istri juga asal Solo. si menggunakan metode wawancara seperti biasanya, namun dalam Kami bertemu saat kuliah di UGM. penuangannya ada sedikit perbedaan. Kali ini redaksi mencoba me-

nurunkan hasil wawancara dengan cara hampir apa adanya sebagai- Pak Hardoyo lahir di Surakarta (Solo) tang- mana wawancara tersebut telah dilakukan. Beberapa tambahan narasi gal 30 Oktober 1950. sebagai pengantar atau catatan, apabila dipandang perlu, disertakan

pada setiap pertanyaan atau butir-butir substansi yang ditanyakan da- lam wawancara (tulisan miring). Selamat membaca!

T: Apa obsesi Bapak yang belum tercapai?

2 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

Dalam jawaban Pak Hardoyo di bawah ini tergambar cita-cita beliau tentang peran geologi dalam pembangunan. Geologi seha- rusnya menjadi dasar pengembangan wila- yah/penataan ruang.

J: Saya ingin Peranan Geologi da- lam Penataan Ruang dan Lingkungan

menonjol dalam pembangunan. Selama ini di Indonesia peranannya sangat ku- rang, karena disini kita punya kebiasaan “sesuatu” kalau belum diatur oleh institu- sinya, maka dianggap belum ada peratu- rannya. Kelemahannya di situ. Saya ambil contoh, di Malaysia ada yang namanya Town Planning Act. Di situ disebutkan bahwa “setiap pembangunan kota baru

atau perluasan wilayah perkotaan harus memperhatikan kondisi bawah permu-

kaan ( sub surface)”. Dan setiap orang di sana sudah tahu bahwa kalau berbicara bawah permukaan itu berarti berbicara geologi. Dan departemen yang menanga- ni hal ini adalah Departemen Geologi Malaysia. Jadi kalau ada apa-apa ya... langsung ke Departemen Geologi-nya bukan ke yang lainnya. Sementara di In- donesia masing-masing sektor berusaha membuat peraturan, masing-masing pe- raturan itu tumpang-tindih dan berbeda. Dan kita (Badan Geologi red.) yang be- lum memiliki Undang-Undang Geologi, oleh orang dianggap tidak memiliki ke- wenangan untuk mengatur Geologi un- tuk macam-macam kegunaan, nah ini

itu bukannya tertarik bekerja di permi- yang jadi masalah utama.

sumber daya, belum tahu bagian-bagi-

annya, apa yang di bawahnya, dll. Ya….

nyakan tetapi justru saya tidak tertarik

Sebetulnya saya sudah berpikir untuk

kerja di sana karena suasana kerja yang

T: Oh, ya...bagaimana ceritanya Bapak

mengembangkan resources Indonesia, tidak sesuai dengan hati. Waktu itu atu-

bisa tertarik menjadi geolog?

khususnya bawah permukaan.

rannya memang amat ketat. Para pegawai ditempatkan di mess khusus dan tidak

Selain menceritakan asal mula ketertari-

bercampur dengan dunia luar. kannya dalam bidang geologi, Pak Hardoyo

Setelah menamatkan SMA-nya, Pak Har-

Setelah itu saya mulai membaca dalam jawaban beliau di bawah ini mence-

doyo melanjutkan pendidikannya di Jurusan

mengenai berbagai hal, terutama tulisan- ritakan hasil temuan (metode) beliau yang

Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universi-

nya Pak Suharto Wongso Sentono dan dijadikan rujukan dalam aplikasi geologi

tas Gajah Mada dan selesai sebagai sarjana

Pak Mulyono Purbo, yang secara tidak untuk tata ruang di Indonesia. Riwayat

geologi pada Tahun 1980. Kemudian beliau

langsung saya anggap sebagai guru saya. pendidikan dan karir beliau selengkapnya

melanjutkan studinya di Department of

Kemudian waktu membuat tesis, saya disertakan di bagian akhir jawaban ini se-

Geology, University of Wollongong, Austra-

mengajukan judul Geologi untuk Tata bagai catatan tambahan.

lia dengan meraih gelar master science (ho-

nours) in geology, majoring in environmen-

Ruang, dan saya kira waktu itu meru-

pakan tesis yang pertama dibuat maha- J: Saya memang beda, sejak kelas 3

tal geology, pada Tahun 1990.

siswa.

SMA saat kumpul-kumpul bersama te-

Kemudian kerja membawa saya masuk man dan ditanya mau milih melanjutkan

Tahun 1978 sewaktu kuliah tingkat 5

ke Geologi (DGTL: Direktorat Geologi sekolah kemana. Kita berpikir bahwa untuk keliling Indonesia melihat per-

saya bersama teman-teman diajak Caltex

Tata Lingkungan) tahun 1981 dan kebe- Indonesia itu sumber dayanya sangat tambangan minyak. Ada 15 mahasiswa

tulan ditempatkan di geologi lingkungan. banyak. Kita ngertinya waktu itu cuman

dari UGM, 15 dari ITB. Ya, ceritanya

Apa yang membuat semakin mantap

mau direkrut mereka. Setelah jalan-jalan

adalah hasil survei saya tahun 1983, dipa- WARTA GEOLOGI, JULI 2006

4 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

kai dasar untuk penyusunan Tata Ruang Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Se- mua departemen yang terlibat dan terkait melakukan rapat dipimpin langsung oleh Bapak Emil Salim. Hasil rapat ternyata memilih usulan metode dan survei saya. Ya, bangga karena dianggap terbaik oleh Bapak Emil Salim mengalahkan yang lain termasuk dari Kimpraswil.

Kelebihan survei saya adalah adanya faktor pendukung (supporting factor) dan faktor kendala (risk factor). Saya tunjuk- kan dalam usulan saya bagaimana topo- grafi nya, fondasinya, air tanahnya, dan rawan longsor atau tidak. Saya udah bisa ngomong begitu waktu itu. Di sini pan- tainya lunak..jadi rawan erosi. Ya..setiap tempat saya kasih skor, atau bobot se- hingga rapat yang dipimpin Bapak Emil Salim memilih usulan saya.

Ini yang sekarang saya tekuni dan kembangkan, apalagi dengan adanya Sistem Informasi Geografi s menjadi tool untuk analisis, metode ini jadi semakin berkembang.

Sejak masuk di DGTL (PLG seka- rang), DESDM, 1981, riwayat pekerjaan Pak Hardoyo berturut-turut adalah seba- gai berikut: Staf Seksi Geologi Lingkungan Pantai (1981-1993), Kepala Seksi Geologi Lingkungan Perkotaan (1993-1998), Ke- pala Sub Dit Analisis dan Informasi (1998- 2001), Pejabat Harian (PH) Kepala Sub Direktorat Geologi Lingkungan Perkotaan dan Daerah (2000-2001), Kepala Sub Di- rektorat Geologi Lingkungan Perkotaan dan Regional (2001-2005), dan Kepala Bidang Informasi (2001-sekarang).

Di lingkungan tugas-tugas non struk- tural, Pak Hardoyo juga sangat aktif. Hal ini terlihat dari karir beliau sebagai be- rikut: Anggota Tim Teknis Amdal Departe- men Energi dan Sumber Daya Mineral (1993–kini), Pimpinan Redaksi Buletin Tata Lingkungan (1994-1998), Anggota Tim Penelitian Laut Indonesia (1994- 1996), Anggota Tim Evaluasi Pembangu- nan Bandung Utara dan Kawasan Puncak (1977), Anggota Tim CCOP Coastplan Project (1997-1999), Anggota Redaksi Buletin Geologi Tata Lingkungan (1999- 2005), PH Sekretaris Tim Teknis Amdal Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber- daya Mineral (2000-2005), dan Kepala Tim Indonesia untuk Geo-risk Project (2003–sekarang).

T : Selama ini (aplikasi metode tersebut- red) untuk daerah lain atau skala regional bagaimana?

J: Kelihatannya ada hal yang meng- gembirakan. Dengan adanya kegiatan sosialisasi kami juga mengundang sektor- sektor lain yang terkait seperti LH, PU, Bappeda, Bappedal, dan NGO ternyata banyak permintaan metode saya gunakan untuk diterapkan.

Satu lagi hal yang menggembirakan, ketika saya mewakili departemen untuk

presentasi-presentasi di Bappenas, saya banyak ketemu dengan NGO (LSM) dan salah satu dosen Planologi senior dari ITB Pak Tjuk Kuswartoyo yang tertarik dengan metode saya. Kebetulan beliau bekerja untuk UNDP, beliau selalu meminta bantuan saya untuk menerap- kan metode saya untuk Indonesia Timur.

Dan kemarin saat kegiatan rekon- struksi dan rehabilitasi Aceh, ternyata hasil survei di Aceh banyak sekali per- mintaan dan telah beredar luas di badan- badan internasional yang beroperasi di Aceh.

T: Dulu Bapak menjadi Kasub- dit Geologi Lingkungan seka- rang namanya menjadi Pokja, terobosan apa yang sedang Ba- pak kerjakan?

J: Sub bidang yang sedang saya pegang sekarang adalah Sub Bidang Informasi. Jadi saya mempunyai keleluasaan melakukan dalam penyebar- luasan informasi. Rencananya akan memperbanyak kegiatan sosialisasi. Karena kebutuhan masyarakat memang ada dua

jenis: hasil-hasil survei dan hasil peng- embangan. Masyarakat membutuhkan hasil-hasil survei geologi juga hasil peng- embangan atau riset di bidang Tata Ru- ang dan Lingkungan. Saya memberikan masukan agar pekerjaan teman-teman di bagi dua: tetap melakukan survei dan te- rus melakukan in-house riset untuk peng- embangan.

T: Kerjasama atau koordinasi dengan De- partemen PU bagaimana?

J: Secara umum belum, tetapi setelah berbagai kejadian bencana, kelihatannya teman-teman dari PU mulai menyadari pentingnya zoning bencana. Kita sambil menyiapkan rancangan Perpres Kawasan Lindung Geologi. Tampaknya peraturan ini banyak diadopsi oleh PU, kebetulan mereka sedang merevisi PP Tata Ruang dan menjanjikan peran aspek geologi akan semakin kuat.

Terobosan yang telah dirintis Pak Hardoyo dalam bidang sosialisasi aplikasi geologi untuk tata ruang diyakini akan terus ber- lanjut mengingat hubungan dan aktivitas beliau dalam organisasi-organisasi profesi dan kemasyarakatan cukup luas dan ba- nyak. Diantaranya, beliau telah dan sedang aktif dalam organisasi profesi dan kemasy- arakatan berikut: Anggota Pemuda Pelajar Indonesia (PP) Australia (1988 – 1990), Sekretaris PPI University of Wollongong (1989 – 1990), Anggota Ikatan Ahli Ge- ologi Indonesia (IAGI) (1995 – sekarang), Anggota Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN) (1977 – sekarang), Kepala Biro Publikasi IAGI merangkap Pimpinan Redaksi Majalah Geologi In-

“ Saya ingin Peranan Geologi

dalam Penataan Ruang dan Lingkungan

menonjol dalam

pembangunan”

donesia (1999 – 2002), dan Humas IAGI

J: (Sambil tersenyum) Saya tidak ada Pusat (2003 – 2005).

yang terkena bencana mampu dan cepat

melakukan recovery. Ini yang dinamakan

pesan, nanti takut dianggap menggurui.

community base disaster risk management.

T: Apakah geo-risk itu?

Proyek (geo-risk) ini mencakup ren-

Pak Hardoyo memang rendah hati. Beliau

enggan menyampaikan pesan apa-apa kare- Dalam jawaban Pak Hardoyo atas pertan-

tang waktu yang panjang (multiyears), di-

na khawatir dianggap menggurui. Namun, yaan tentang geo-risk di bawah ini tergam-

awali tahun 2003 sampai 2005, diperpan-

kita dapat menyimak pemikiran-pemikiran bar bagaimana posisi kegiatan analisis geo-

jang lagi sampai 2006, dan jika memun-

beliau lebih lanjut dalam karya tulis-karya risk dalam mitigasi bencana atau lebih luas

gkinkan akan diperpanjang sampai 2009.

tulis beliau yang cukup banyak jumlahnya. lagi: dalam manajemen bencana. Diketahui

Ada 3 expatriat yang terlibat secara long

Beberapa karya tulis beliau dalam 3 (tiga) pula dari uraian beliau yang sejak Tahun

term, yaitu: Manager Proyek (Dr. Ranke),

tahun terakhir adalah: 1993 sampai sekarang mengepalai Tim GIS. Namun, yang disayangkan justru

1 orang ahli database, dan 1 orang ahli

- 2004, Makalah berjudul Klasifi kasi Indonesia untuk Geo-risk Project, bahwa

Sebagai Dasar Kebijakan Konser- mitigasi bencana atau manajemen bencana

expert datangnya tidak pasti kadang 3 bu-

vasi dan Pengembangan Kawasan dengan geo-risk sebagai salah satu bagian

lan sekali, sehingga kita tidak dapat mela-

Karst dalam Kumpulan Makalah kegiatannya merupakan alat ukur pencapa-

kukan transfer knowledge setiap saat.

Workshop Nasional Pengelolaan Ka- ian ‘good local government’.

T: Apa kegiatan-kegiatan yang dilakukan

wasan Karst.

- 2005, Makalah berjudul Evaluation J: Geo-Risk ini sebetulnya kependek-

dalam geo-risk tersebut dan apa produk-

of Engineering Geology on Land- an dari Geohazard Risk. Artinya, resiko

produknya?

slide Occurred at Th e Gombel Hill ketika kita berdiam atau mengembang-

Area – Semarang dalam Proceeding kan kawasan yang rawan bencana. Geo-

Dalam paragraf di bawah, Pak Hardoyo

of 3nd International Conference on risk adalah nama kerja sama di bawah

mengelaborasi lebih lanjut sekitar kegiatan

Geotechnical Engineering (ISBN) Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit

geo-risk di 5 daerah di Indonesia sebagai

No. 979-97161-2-8 (GTZ) – badan milik pemerintah Jer-

percontohan.

- 2005, Buku Profi l Lingkungan Ge- man yang menangani kerja sama teknik

ologi Pulau Jawa (sebagai Penyunt- internasional – yang merupakan program

J: Ada 5 (lima) pilot project geo-risk

yang sudah dan sedang digarap. Yang

ing),

kerja sama teknis antara Pemerintah sudah selesai kegiatannya adalah di Ende - 2005, Atlas Informasi Geologi Jerman yang diwakili Bundesanstalf für

Lingkungan untuk Rehabilitasi dan Geowissenschaften und Rohstoff e (BGR) sudah dicapai, dampaknya untuk Pemda

dan Maumere (NTT). Dari hasil yang

Rekonstruksi Provinsi NAD dan – Lembaga Pemerintah Jerman yang cukup bagus dan metodenya banyak

Pulau Nias (sebagai Penyunting), menangani Geosains dan Sumber Daya

- 2005, Atlas Informasi Geologi Alam – dengan Pemerintah Indonesia

diaplikasikan. Bahkan sewaktu melakukan

Lingkungan untuk Rehabilitasi dan yang diwakili DESDM. Ada satu pro-

sosialisasi ke daerah, DPRDnya langsung

Rekonstruksi Pulau Alor dan Nabire gram utama yang bernama “Good Local

memutuskan untuk menaikkan dana

(sebagai Penyunting). Government”. Isi program tersebut adalah

satlak dan memerintahkan Bappeda-nya

untuk menggunakan informasi geologi

Demikian melalui wawancara, kita lebih baik, meningkat, dan lebih bijaksa-

agar kinerja pemerintah daerah menjadi

sebagai basis penataan ruang.

telah mengenal Pak Hardoyo sebagai na. Salah satu kunci untuk mencapai good

Untuk tim Aceh kemarin memang

salah seorang yang telah merintis aplikasi local government tersebut adalah jika Pe-

kegiatan geo-risk tidak terkait, tapi ada

geologi (lingkungan) dalam Tata Ruang merintah Daerah mau mengembangkan

kerjasama khusus antara PLG dengan

di Indonesia berikut selintas gambaran wilayah dan tata ruangnya secara benar,

Pemda Aceh terkait aplikasi geologi ling-

pemikirannya di bidang tersebut. Semoga maka harus mempertimbangkan aspek-

kungan dalam penataan ruang, terutama

beliau yang akan memasuki masa pensiun aspek geologi baik supporting mau pun

dalam pengembangan aspek geotek-

pada akhir bulan Oktober 2006 nanti geo-hazardnya. Jika hal itu dilaksanakan,

niknya.

panjang umur, sehat selalu, dan senantiasa berarti kita sudah melakukan mitigasi.

Kembali ke geo-risk. Jadi, fokus geo-

dalam lindungan Allah SWT serta tetap Personil yang terlibat dalam kerja cana tetapi berbasis tata ruang dan pe-

risk adalah memang menghindari ben-

berkiprah dalam bidang geologi dan sama tersebut adalah gabungan dari In-

ningkatan atau penguatan kesadaran implementasinya untuk pembangunan. donesia dan Jerman. Melalui kerja sama

masyarakat. Dengan banyaknya bencana

terebut, diharapkan baik transfer ilmu

akhir-akhir ini juga ada perluasan mi-

Oman Abdurahman, Joko Parwata, Bunyamin

maupun bantuan bagi daerah. Ada 2 hal

natan kerja. Walaupun fokusnya tetap di

utama yang kita inginkan: 1) menghitung

lima lokasi tadi, tapi daerah-daerah lain-

economic losses, dan 2) menyiapkan dan

nya yang potensial terkena bencana juga

membantu Pemda untuk mempersiapkan

menjadi fokus garapan ke depan.

masyarakat agar mampu bertahan atau mampu memanage daerahnya apabila ter-

T: Terakhir kali, pak. Mungkin ada pesan

jadi bencana. Dengan cara itu masyarakat

dan kesan dari bapak?

WARTA GEOLOGI, JULI 2006

6 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

Kerja Sama Teknik Jerman – Indonesia

PADA tanggal 6 – 8 Juni 2006 bertempat di gedung Badiklat-ESDM Jln. Gatot Subroto, Jakarta telah dilaksanakan Target Oriented Project Planning Workshop on Natural Disas- ter Management. Pembukaan dila- kukan oleh Kepala Badan Geologi, Bambang Dwiyanto M.Sc, dan setelah itu diikuti dengan sambutan-sambu- tan dari Andrea Heyn selaku Kon- sul Bidang Keilmuan dari Kedutaan Besar Jerman; Dr. Manfred Poppe,

Good Local Governance-GTZ Projects; Dr. Volker Steinbach, Head of Sec- tion International Cooperation Europe, Asia, Oceania; dan Dr. Ulrich Ranke, Georisk Project Manager. Tujuan dari rapat kerja ini adalah untuk meny- amakan pandangan mengenai Geo- risk Project termasuk rencana kerja, susunan anggota tim, bidang yang akan dikembangkan dan penyediaan pera-latan, pelatihan serta penen- tuan tolok ukur dalam pemantauan dan evaluasi kemajuan proyek.

Proyek ini membantu pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten un- tuk menyusun pedoman dan mem- berikan rekomendasi dalam pengu- rangan resiko bencana sejak tahun 2003, dan pada saat ini telah me- masuki fase ke-2. Proyek ini dikelola di bawah kerja sama teknik antara Indonesia dan Jerman dengan Deut- sche Gessellschaaft fuer Technische Zusammenarbeit (GTZ) dari pihak Jerman sebagai pelaksananya.

Pemerintah Indonesia melaku- kan pendekatan kepada Pemerin- tah Jerman pada tahun 1998 untuk mengembangkan kerja sama antara kelompok masyarakat dan pemerin- tah daerah melalui suatu kegiatan pengelolaan perkotaan yang lebih efektif dan difokuskan dalam pengelo- laan resiko akibat bencana alam geo- logi. Pemerintah Indonesia menugas- kan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, yang sekarang menjadi Badan Geologi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) dan Pusat Lingkungan Geologi (PLG) untuk mencari bantuan teknik dalam bidang ini melalui Ker- ja Sama Teknik Jerman-Indonesia. Di pihak Jerman, Federal Geological Survey (Bundensanstalt fuer Geowis- senschaften und Rohstoffe, BGR) dit- unjuk sebagai pelaksana. Perjanjian antara kedua belah pihak diimple- mentasikan dalam kerja sama teknik untuk pengembangan wilayah timur Indonesia (NTB-NTT).

Sejak awal 2003 sampai akhir 2004 dan sejak Desember 2005 hingga saat ini, kegiatan pemberian bimbingan untuk membantu daerah – daerah terpilih dalam meningkat- kan kemampuan teknis dan kompe- tensi kelembagaan menjadi lebih baik dan lebih beorientasi ke masyarakat dalam bidang pengelolaan bencana alam telah dilakukan. Daerah yang menjadi wilayah kerja adalah Sema-

rang (Jawa Tengah), Yogyakarta, Ka- bupaten Ende, dan Kabupaten Sik- ka. Georisk Project telah memetakan wilayah rawan bencana gunung api dari 3 gunung api (Iya, Kelimutu, dan Egon), kerentanan terhadap longsor, zona gempa dan tsunami di daerah Kabupaten Ende dan Kabupaten Sik- ka, Nusa Tenggara Timur. Satu tim juga bekerja untuk Community Base Disaster Risk Management (CBDRM) di Kabupaten Sikka and Yogyakarta, dan tim lainnya bekerja meneliti am- blesan tanah di daerah Semarang. Pengalaman-pengalaman itu mem- berikan indikasi yang jelas bagi arah proyek ini kedepan yang di diskusi- kan dalam rapat kerja ini.

Dalam kesempatan ini, mewakili Pemerintah Jerman, Mrs. Andrea Heyn secara simbolis menyerahkan beberapa seismograf kepada Badan Geologi yang diterima oleh Kepala Badan Geologi untuk dipasang dalam usaha pemantauan gunung–gunung api di Flores, dan dalam sambutan- nya Kepala Badan Geologi meminta agar proyek ini sampai tahun 2009 dapat menjadi tempat tukar menu- kar informasi yang pada gilirannya dapat menghasilkan suatu visi ke- depan bagaimana dan dengan target apa pengelolaan bencana yang ber- hubungan dengan geologi ini dapat dilaksanakan dengan baik di Indone- sia. WG(Igan SS).

MENYAMAKAN PANDANGAN MENGENAI GEORISK PROJECT

TEKNOLOGI TERKINI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

4 th Indonesia PPM Case Study Workshop, 13-17 Juni 2006, Jakarta

pat meningkatkan kondisi ekonomi kungan Kutai–Indonesia telah dilak-

WORKSHOP ke-4 studi kasus ce-

land, ahli geologi senior dari Norwe-

negara yang bersangkutan. Diskusi sanakan dengan sukses pada tanggal

gian Petroleum Directorate (NPD) dan

Mr Egil Meisingset, Wakil Direktur

kelompok dan presentasi disiapkan

untuk membuka kesempatan bagi Jakarta. Workshop yang berjudul mentrian Minyak Bumi dan Energi,

13 – 17 Juni 2006 di Hotel Ciputra,

Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Ke-

para peserta bertukar pengetahuan IOR/EOR technologies and the role

dan pengalaman dalam berbagai bi- of the government in attracting addi-

Norwegia. Keduanya membagi penga-

dang yang berhubungan dengan to- tional/new investments in a mature

laman Norwegia dalam pengelolaan

yang baik sumber daya minyak bumi,

pik workshop.

basin diikuti oleh 42 peserta berla-

Secara umum, workshop ini mem- tar belakang teknis dan manajemen,

bagaimana mereka mempromosikan

berikan kesempatan kepada para pe- perwakilan dari 8 negara CCOP.

pengembangan dan penerapan dari

serta untuk belajar dan mendapatkan Workshop ini diselenggarakan tambahan minyak bumi yang diambil

teknologi baru untuk mendapatkan

informasi dalam penerapan teknologi atas kerja sama antara CCOP dan

baru dalam meningkatkan produksi PPTMBG “LEMIGAS”, terdiri dari pemerintah bekerja sama dengan

dari lapisan batuan, dan bagaimana

minyak dan gas, dan juga informasi presentasi, diskusi kelompok, dan

mengenai strategi pemerintah untuk kunjungan lapangan. Kegiatan ini

perusahaan minyak bumi berusaha

menarik investasi tambahan maupun secara resmi dibuka oleh Kepala Ba-

untuk mencapai tujuan utama yaitu

baru dalam bidang minyak dan gas dan Geologi, Bambang Dwiyanto,

menciptakan nilai maksimum untuk

bumi yang seperti yang telah dilaku- M.Sc. selaku Wakil Tetap Indonesia

masyarakat dari sumber daya mi-

kan oleh Norwegia dan negara-negara untuk CCOP. Hadir pula pada saat

nyak bumi.

Presentasi dari negara-negara CCOP lainnya.

pembukaan Ms Marte Gerhardsen,

Workshop ini diakhiri dengan Sekretaris Pertama Kedutaan Besar

CCOP menitikberatkan pembahasan

kunjungan ke Taman Safari Indone- Norwegia di Jakarta, Dr Evita H Le-

pada teknologi IOR/EOR, baik yang

sia yang berlokasi di Bogor. Work- gowo, Kepala PPTMGB “LEMIGAS”,

telah diterapkan ataupun yang ma-

shop ini juga merupakan workshop para tamu dari institusi yang berhu-

sih dalam penelitian. Beberapa pre-

terakhir dalam rangkaian studi ka- bungan dengan minyak bumi di In-

sentasi juga menyoroti kerja sama

sus PPM Indonesia. donesia, dan para peserta workshop.

dan strategi pemerintah, yang didu-

(Prima M. Hilman) Pembicara utama dalam work-

kung oleh kebijakan yang bertujuan

untuk meningkatkan produksi mi-

shop ini adalah Mr Gunnar Soi-

nyak bumi yang pada gilirannya da-

WARTA GEOLOGI, JULI 2006

8 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

HATI-hati memilih teman. Salah memilih teman bahaya akibatnya. Ini berlaku terutama bagi anak-anak muda yang masih berjiwa labil dan kurang perhatian orang tua. Data se- buah polling terhadap para pecandu narkoba yang tertangkap mengun- gkapkan penyebaran narkoba paling banyak bermula dari ajakan teman.

Demikian disampaikan pada aca- ra ceramah “Bahaya Narkoba dan Permasalahannya” (4/7) di Audi- torium Badan Geologi yang diikuti oleh 267 putra-putri pegawai Badan Geologi. Hadir sebagai penceramah AKBP Drs. Asep Jaenudin dari Kasat Narkoba Polwiltabes Bandung dan Drs. Jhoni Alwi, S.H., Ketua Dewan Pengurus Pusat Gerakan Narkoba

CERAMAH BAHAYA NARKOBA DAN PERMASALAHANNYA

DI BADAN GEOLOGI

JANGAN SALAH PILIH TEMAN

Propinsi Jawa Barat.

Lebih lanjut, Drs. Jhoni Alwi men- gutarakan, untuk mencegahnya ada- lah dengan memperkuat keimanan, memilih lingkungan pergaulan yang sehat, dan menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Dalam acara tanya jawab ditam- pilkan tiga orang remaja yang per- nah terjerumus menjadi pemakai narkoba, dan saat ini sembuh setelah menjalani pengobatan. Selain itu di- gelar pula acara pemutaran fi lm ten- tang bahaya narkoba dan hiburan.

Acara yang digelar oleh Sub Unit Nasional Korpri Badan Geologi Bi- dang Pemberdayaan Perempuan ini ditutup dengan acara Door Prize. ***

(Lilies Marie)

GEMPA BUMI GUNCANG YOGYAKARTA DAN BANTUL

SAAT perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia tercurah kepa-

da letusan dan penanganan letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, pada hari Sabtu (27/05) bencana gempa bumi berkekuatan 6,2 Mw atau 5,6 Skala Richter secara tiba-tiba meng- guncang Yogyakarta dan Bantul. Akibat bencana ini sebanyak 5.400 orang tewas dan puluhan ribu rumah termasuk prasarana publik rusak.

Gempa bumi yang terjadi sekitar pukul 05.54 WIB pagi ini disebabkan oleh aktivitas patahan/sesar aktif di daerah bagian selatan Yogyakarta berarah barat daya-timur. Berda- sarkan pusat informasi gempa bumi USGS Amerika Serikat, gempa itu terjadi pada kedalaman 17,1 kilome- ter dengan lokasi pusat gempa terle- tak di dekat pantai pada koordinat

8,007 0 LS - 110,286 0 BT atau terletak pada posisi kurang lebih 25 kilometer

barat daya Yogyakarta dan sekitar 115 kilome- ter selatan Kota Sema- rang.

Getaran gempa bumi itu dirasa- kan oleh masyarakat Yogyakarta, pantai selatan Yogyakarta, Jawa Ti- mur bagian Selatan serta sebagian wilayah di Jawa Tengah. Goncangan gempa itu terasa kuat pada daerah- daerah yang disusun oleh endapan batugamping dan endapan gunung- api yang bersifat urai, sehingga ren- tan terhadap guncangan gempa bumi dan berpotensi merusak bangunan di atasnya. Gempa bumi itu bersumber di dekat pantai, sehingga tidak berpo- tensi menimbulkan tsunami, namun getaran gempa tersebut sangat besar, disebabkan oleh getaran yang besar dan kedalaman yang dangkal, maka gempa seperti ini dikategorikan seba- gai gempa bumi yang merusak.

Dalam peta wilayah gempa bumi merusak di Indonesia yang dikeluar- kan oleh Badan Geologi, gempa bumi di Yogyakarta termasuk dalam gempa bumi merusak tingkat tujuh dengan skala MMI (kerusakan) mencapai 6-7, dan Badan Geologi melalui PVG telah mengirimkan tim tanggap darurat ke lokasi gempa tersebut. Patahan aktif yang terpantau di daerah tersebut membentang mulai dari batas pantai Sabden-Bantul-Yogyakarta hingga mencapai Prambanan. Pada zona patahan tersebut terjadi kerusakan bangunan dan infrastruktur yang pa- rah sehingga menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.

(Prima M. Hilam)

Tanya jawab dengan tiga remaja yang per- nah terjerumus narkoba.

Para peserta sedang menyaksikan pemutaran fi lm tentang bahaya narkoba.

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 EVOLUSI DAN JEJAK PARA AHLI GEOLOGI

EVOLUSI adalah masalah klasik. Banyak orang menganggapnya se- buah teori belaka dan tak lebih dari cerita masa lalu. Karena itu, hanya segelintir orang yang mau menggali- nya lebih jauh. Namun, sesungguh- nya, sangatlah menarik untuk mem- pelajari berbagai teori asal-usul ke- hidupan serta spekulasinya terhadap perubahan-perubahan di permukaan bumi. Sejarah geologi dan aspek bio- logi menantang untuk dipelajari guna mengungkap sejarah kehidupan di alam.

Peneliti paska Darwin mencari formula baru untuk mempelajari evolusi dengan berusaha mencari kronologi-kronologi yang paling te- pat. Ahli evolusi berbeda pendapat dalam mengungkap teori tersebut. Banyak di antara kita sudah fami- liar dengan Henry Fairfi eld Osborn, penulis The History of Natural Sci- ence. Osborn mampu bercerita ber- bagai teori kehidupan di alam yang semuanya mengandung argumen

dalam berbagai citarasa. Akan tetapi, manakah diantara teori-teorinya itu yang benar? Apakah hanya sebuah whitewash atau kamufl ase?

Scientifi c blunder dan teori evo- lusi organik

Akhir-akhir ini banyak ilmuwan mengungkapkan bantahan terhadap teori-teori tentang evolusi yang telah bertahun-tahun dianut para ilmu- wan. Hal itu merupakan dinamika ilmu pengetahuan. Namun, ketika penemuan-penemuan baru dikemu- kakan dan membantah teori yang ada, biasanya pemilik atau penga- nut teori lama memberikan argumen yang merujuk ke peristiwa masa lalu yang tidak dapat dibuktikan kebenar- annya. Jadilah hal itu sebuah speku- lasi. Teori-teori yang dipertahankan semacam itu sekarang dikenal se- bagai The Chief of Scientifi c Blunder: kekeliruan ilmiah karena beberapa ketidaktelitian di awal tetapi diang- gap benar, dianut terus menerus dan tidak ada yang berusaha mengung- kapkan kebenarannya.

Banyak penulis mengatakan ba- hwa orang-orang Yunani Kuno ada- lah kaum evolusioner. Hal tersebut hanya sebagian yang benar. Orang- orang Yunani Kuno itu adalah pe- muja dewa dan mereka tentu mem- percayai berbagai hal yang terkait dengan kisah para dewa. Layaknya terhadap teori evolusi, mereka taat dan mempercayai para dewa secara turun-menurun. Aliran semacam ke- taatan kepada para dewa dari orang- orang Yunani Kuno inilah yang meru- pakan bagian terpenting dari sebuah kisah tentang teori evolusi organik. Oleh karena itu, hanya metoda natu- ralistiklah yang menstimulasi mere- ka menyusun skema perkembangan evolusi. Orang-orang Yunani telah

percaya secara turun-temurun ba- hwa hanya skenario evolusi organik yang mampu menjelaskan asal-usul kehidupan.

Bukan hanya katak dan makhluk melata lainnya, tetapi juga kehidupan kuda dan gajah di masa lalu --jika anda hanya memiliki sedikit waktu- - apakah kesemuanya akan tumbuh spontan dari tanah yang lembab? Bagaimana dengan manusia? Seperti yang mereka katakan tentang sebuah daratan yang tidak memiliki habitat asli, siapa yang tumbuh dari dalam tanah? Mereka – orang-orang Yunani itu - menyebutnya autochtones, bera- sal dari dua kata yang artinya tum- buh dari tanah oleh kekuatan dalam tanah itu sendiri. Dan, Nobel Athena digunakan untuk pakaian kebesaran pasukan “belalang” tempurnya un- tuk menunjukkan bahwa mereka bu- kan manusia asli dari Daratan Troya. Dengan kata lain, mereka adalah au- tochtones dari Yunani.

Kalau kita cermati, kisah tersebut memang dipenuhi nuansa takhayul. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Louis T. Moore, Bangsa Yunani se- benarnya tidak pernah punya bukti nyata skema evolusi organik. Tak seorang pun mampu mengemukakan bukti hingga ilmu kebumian - yang memberikan petunjuk penempa- tan fosil dalam suatu urutan waktu - sedikit demi sedikit berkembang. Metode fosil ini memberikan gamba- ran mengenai sekuen sejarah yang memungkinkan skema evolusi yang baik dapat disusun. Osborn dan para ahli evolusi mungkin tidak melihat kenyataan sejarah itu ketika mereka mengklaim bahwa leluhur Yunani juga mempercayai segala sesuatu tentang skema kehidupan berdasar- kan interpretasi fakta-fakta geologis dan biologis.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal“ (QS. Ali Imran 192)

Oleh: Joko Parwata

Henry Fairfi eld Osborn (1857-1935)

10 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

Buffon sebagai peneliti pertama se- jarah geologi

Peneliti pertama yang mempela- jari sejarah geologi adalah Count de Buffon (1707-1788), seorang ilmu- wan yang hidup sebelum Revolusi Pe- rancis atau 101 tahun sebelum Char- les Darwin. Buffon adalah ilmuwan terkemuka. Ia mampu membangun museum sejarah Kerajaan Perancis di Paris. Ia juga produktif menulis, di antaranya adalah 15 volume sejarah kehidupan yang kemudian disusun menjadi “Outline of Science”.

Buffon banyak melakukan pene- litian tentang teori kebumian, yang pada masa itu ilmu kebumian masih dipandang sebelah mata oleh para ilmuwan. Ilmuwan pada masa itu lebih tertarik untuk mempelajari bo- tani atau zoologi dan apa yang me- reka pelajari itu selalu menentukan terhadap spekulasi teori-teori pem- bentukan bumi tanpa ada sangga- han bahkan spekulasi-spekulasi itu tetap dikuti hingga para ilmuwan ter- sebut meninggal. Tulisan Buffon ke- mudian menjadi sangat terkenal dan berpengaruh terhadap cara pandang ilmuwan terkait batuan dan sejarah kehidupan di bumi. Untuk itu, Buf- fon-lah yang pantas diakui sebagai penemu teori evolusi organik.

Teori kulit bawang Wagner hingga Skala Mohs

Abraham Gottlob Werner (1749- 1817), seorang guru mineralogi di Friberg, Jerman, dikenal sebagai pe- nemu ilmu geologi sebagai bagian ter- pisah dari ilmu alam. Werner sangat

menyenangi pelajaran tersebut dan mampu memikat murid-muridnya terhadap konsep baru yang berbeda dengan doktrin-doktrin lama. Kon- sep inilah yang kemudian dikenal sebagai Geognosy dan dipopulerkan oleh seorang muridnya Friderich Mohs (1773-1839), ahli mineralogi terkenal penemu Skala Mohs (skala geologi untuk menyatakan kekua- tan mineral). Pada masa itu terkenal semboyan para penganut Werner be- rikut: “The evil that men do lives after them, The good is of it interred with their bones”.

Melalui teori “Onion Coat” yang amat terkenal di masanya, Werner mencoba mengemukakan tentang berbagai batuan yang terbentuk di tempat asal. Dia meyakinkan bahwa material-material penyusun permu- kaan bumi terbentuk pada media cair terlarut dan terendapkan di bawah laut. Berbagai macam batuan menga- lami rombakan dan presipitasi secara bertahap sesuai kekuatannya. Batu- an yang banyak mengandung mine- ral kuarsa dan mineral bersifat asam lainnya lebih tahan daripada batuan yang bersifat basa. Material-material tersebut terendapkan di lautan be- bas sebagai senyawa kimia terlarut dan otomatis akan ditemukan secara alami sebagai sebuah urutan sejarah pengendapan dari setiap jenisnya se- suai tempat asalnya di seluruh bumi, semacam selubung kulit bawang.

Konsep onion coat masih dipakai dalam skala kecil hingga sekarang un- tuk menyebut pelapukan fi sik batuan beku, disebut onion coat weathering. Sungguh sayang perkembangan teori onion coat lamban di antara berba- gai studi dan teori lainnya berkaitan

dengan mineral dan batuan. Kebe- narannya terungkap setelah adanya pengajaran-pengajaran ilmu kebumi- an secara bertahap pada abad ke-19 M. Pendidikan dan penelitian mendo- rong orang untuk mempelajari lebih lanjut tentang batuan dan susunan batuan di sekitar lingkungannya.

Scientifi c blunder dalam teori ku- lit bawang

Ada beberapa kontradiksi dari teori Werner. Faktanya, Werner ti- dak pernah bepergian jauh dari tempat tinggalnya dan tentu saja ia tidak diberkati kekuatan suprana- tural untuk mengetahui kejadian di masa lampau. Kerena itu, beberapa peneliti menyatakan bahwa teorinya hanyalah sebuah perkiraan yang tak akan valid lagi terhadap fakta-fakta yang mungkin ditemukan suatu saat di Australia, India, Perancis atau se- bagian tempat di ujung Benua Eropa. Charles Lyell mengatakan, bisa jadi tidak jauh dari rumah Werner akan terlihat sekumpulan batuan yang sangat kontradiktif dengan teorinya. Namun, Alex van Humboldt dan be- berapa ahli ilmu alam mengatakan, mereka menemukan susunan batuan yang cocok dengan teori Werner.

Ditinjau dari aspek metodologi ilmiah modern, Werner melakukan kesalahan fatal. Ia mengambil kesim- pulan universal berdasarkan data yang terbatas dan mengabaikan ber- bagai hal yang kontradiktif dan be- lum ditemukan pendekatannya. Sci- entifi c blunder semacam ini banyak dilakukan oleh ilmuwan dahulu se- suai perkembangan pada zamannya. Dalam hal ini boleh kita katakan, ba- hwa mungkin kita masih hidup da- lam kepopuleran teori kulit bawang. Ya, kulit bawang yang terdiri dari komponen kulit bawang biologi dan mineralogi.

William Smith penemu teori ke- samaan waktu pembentukan lapi- san batuan

Secara bertahap selama dan sete- lah berakhirnya Perang Napoleon, sis- tem Werner mulai disesuaikan para peneliti untuk melakukan pendeka- tan klasifi kasi strata batuan berda- sar jenis-jenis fosil yang terkandung. Metode baru ini dikembangkan oleh Sir William Smith (1769-1838), seo- rang ahli bangunan dari Inggris Se- latan. Smith sangat menyukai pela-

Count de Buffon (1707-1788)

Abraham Gottlob Werner (1749-1817)

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 11

jaran matematik untuk membantu pekerjannya sebagai konsultan sipil yang bertugas menggali kanal dan bendungan. Dia harus lebih banyak belajar untuk mengembangkan peng- etahuannya terhadap kondisi bawah tanah di berbagai tempat. Dia mela- kukan perjalanan keliling Inggris ba- gian selatan dan tengah hanya untuk menambah pengetahuannya.

Smith akhirnya menemukan sesu- atu yang aneh dalam batuan yang ia tidak tahu namanya, yang juga sama ditemukan pada singkapan batuan di tempat lain yang letaknya sangat jauh. Kedunya juga mengandung material (baca: fosil) yang sama. Dia mulai berpikir dan menarik kesimpu- lan bahwa dua lapisan di dua tempat berbeda itu sesungguhnya bersam- bung di bawah tanah. Lahirlah me- tode baru penyelidikan lapisan batu- an tertentu berdasarkan kandungan fosilnya yang tak terbatas oleh jarak, bahkan sampai ratusan mil atau le- bih jarak pemisah itu.

Metode Smith terbukti dapat di- terapkan secara universal dan sejak itu para ahli geologi memiliki sebu-

ah sistem geologi yang dapat meng- asumsikan bahwa batuan di negara lain yang jauh, India, Inggris atau Amerika Latin dan di tempat lain- nya yang menunjukkan kandungan fosil sama, terbentuk pada waktu yang sama. Implikasinya, metode ini juga mengasumsikan bahwa batuan yang mengandung berbagai jenis fo- sil berlainan tidak diendapkan secara simultan, melainkan pada interval waktu sebelum atau sesudahnya. Panjang interval waktu ini kemudian dikenal sebagai “Smith Strata”, diten- tukan melalui skema kronologis ber- dasarkan jenis-jenis fosil yang hidup

dan terkubur dari masa ke masa.

Kerancuan ilmiah Smith cikal bak- al lahirnya Teori Darwin

William Smith mengatakan ba- hwa ia menemukan gejala umum di Inggris. Bahwa, menurutnya, lapi- san batuan di Inggris memiliki ke- miringan ke timur atau tenggara dan ia membayangkan kalau di seluruah dunia lapisan-lapisan batuan akan selalu ditemukan dalam kondisi mi- rip: tidak hanya kesamaan sekuen, tapi semuanya memiliki kemiringan ke timur!! Itulah gambaran lain dari absurditas dari seorang yang dijuluki sebagai “Father of English Geology”.

Baron Cuvier (1769-1832) seo- rang ilmuwan besar Perancis, sangat mengagumi teori Smith dan men- jelaskan keberadaan fosil dengan pendekatan ilmiah. Ia mengajarkan konsepnya keseluruh dunia. Tetapi, kita harus memberikan catatan pan- jang tentang bagaimana kerancuan ide Smith menjadi dasar bagi Charles Darwin untuk mengambangkan teori evolusinya. Catatan panjang juga ha- rus kita berikan tentang bagaimana Darwin mempertahankan teorinya, mengingat prestasi teori tikus Darwin

(Darwin’s Pet Theories) sebetulnya ti- dak terlalu baik.

Charles Lyell penemu “Theory of Uniformity” dan sanggahan ter- hadapnya

Orang yang benar-benar meletak- kan fondasi awal dan menyatakan kaitan penting antara geologi dan evolusi di dunia adalah Charles Lyell (1797-1875). Lyell adalah ilmuwan dan hulubalang Ratu Victoria yang dikebumikan di Westminster Abbey. Dia menempatkan fosil atau jejak

biologis yang telah dijabarkan dalam konsep teori kulit bawang dengan menambahkan bahwa semua peru- bahan geologis di waktu lampau ha- rus dapat dijelaskan oleh proses-pro- ses yang terjadi di lautan, sungai dan angin di masa kini dengan asumsi tidak adanya katastropis yang terjadi di masa lampau, tetapi mengakomo- dasi metode dan gaya-gaya alam yang berpengaruh dan dapat mengubah kondisi geologis dari waktu ke wak- tu. Sejak itu kita mempunyai konsep geologi modern yang disebut “Theory of Uniformity”, sebagai kebalikan dari paham katastropisme, yang sempat populer di antara para ahli geologi pada pertengahan abad ke-19 M.

Teori kulit bawang Werner menja- di lebih jelas dan nyata, setelah para ahli geologi di masa itu mengadopsi metode baru untuk mengidentifi kasi strata; tetapi penganut lama kurang

Sir Charles Lyell (1797-1875), pence- tus teori Uniformitarianism (sumber: Wikipedia).

Sketsa ketidakselarasan (unconformity) di Frederick Street, Edinburg digambar oleh James Hutton (sumber: koleksi USGS Museum).

Sir William Smith (1769-1838)

12 WARTA GEOLOGI, JULI 2006

berfi kir dan keras hati memegang skema suksesi dari teori kulit ba- wang universal. Lebih nyata lagi ke- tika Herbert Spencer mengkritik ta- jam metode Lyell dan geolog lainnya yang sepaham – mereka yang tidak mampu menjelaskan katastropisme - dengan kata-katanya yang pedas: ”Must we not own that, though the onion coat hypothesis is dead, its spi- rit is traceable under a transcendental form, even in the conclusion form, even the conclusion of its antagonists?”

Charles Darwin dan Teori Evolusi- nya, sebuah suplemen?

Charles Darwin (1809–1882) memulai petualangan studinya di Edinburgh, tetapi setelah dua tahun mempelajari ilmu dasar ia jenuh dan bosan. Darwin lalu pindah ke Cam- bridge untuk belajar Ilmu Teologi dan berhasil menamatkan studinya di usia 22 tahun. Ia kemudian ditu- gaskan sebagai penyiar agama dan bergabung dengan awak kapal “Be- agle” yang mengantarnya mengeli- lingi Samudera Selatan selama lima tahun. Tahun 1836 Darwin kembali, dan semenjak itu ia tidak pernah keluar dari Inggris. Sebagai seorang misionaris, tugas-tugas Darwin se- betulnya kurang berhasil. Ia hanya melakukan observasi dan mencatat untuk dirinya saja.

Darwin sama sekali tidak punya latar belakang pendidikan tentang binatang, sehingga apa yang ia amati dan interpretasikan sebetulnya patut dipertanyakan. Darwin hanya menda- pat sedikit bimbingan pengetahuan geologi dari Sedgwick, seorang penga- jar di Universitas Cambridge. Untuk itu nampak jelaslah pada diri Darwin muda, dengan sedikit sentuhan ilmu geologi dan dasar-dasar biologi, beru- paya mereformasi teori saintifi k. Se- buah skema baru yang dikreasi oleh seorang pemuda yang belum genap tigapuluh tahun.

Darwin mulai mempelajari konsep Lyell “Principles of Geology” dalam perjalanannya ke Amerika Latin. Se- kembali dari perjalanan ia berusaha menggali konsep “Biological Onion- Coat Theory” dan “The Theory of Geo- logic Uniformity” yang tidak mampu menjelaskan adanya peristiwa ka- tastropisme di dunia. Dari hasil ka- jiannya ia berhasil mengemukakan konsep baru yang ia sebut “Natural Selection” yang merupakan teori le-

bih meyakinkan untuk menjelaskan bagaimana perubahan spesies terjadi dari waktu ke waktu. Jadi makin je- laslah bahwa anti pandangan Bible tentang geologi ditambah dengan se- dikit sentuhan konsep geologi yang ia dapatkan dari Lyell maupun ilmuwan lain sebelumnya, merupakan pondasi dasar Teori Evolusi Darwin. Teori ini sebetulnya hanyalah suplemen untuk menjelaskan metode yang lebih tepat tentang fakta-fakta yang diperoleh di alam berdasarkan teori-teori kebumi- an sebelumnya.

Teori kulit bawang Werner mau- pun teori evolusi nampak kontradik- tif dan tidak mampu menjelaskan ketika dari fakta yang ditemukan di alam, ditemukan beberapa contoh fosil yang sama pada batuan dengan

lapisan maupun tahapan evolusi yang sangat berbeda dengan kondisi standar. Kenyataan ini menjadi dis- kusi yang amat menarik dalam buku “The New Geology, a Textbook for Col- leges” (1923) dan “Evolutionary Geo- logy and New Catastrophism” (1926) yang mengupas tuntas kontradiktif teori evolusi.

Penutup

Kupasan ini masih banyak me- ninggalkan pertanyaan dan belum ada jawaban pasti mengenai evolusi makhluk hidup di alam. Belum ada bukti dan data saintifi k serta intele- jen yang nyata dan dapat diamati un- tuk mendukung teori evolusi dalam menjelaskan perkembangan mak- hluk hidup di alam dari waktu ke waktu, terkecuali sebagian kecil dari skenario skematis Darwin.