Yogya Kembali
10. Yogya Kembali
Bagaimana setelah disetujuinya Perjanjian Roem Royen? Bagaimana proses kembalinya RI dan nasib pasukan gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman? Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan itu, maka pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Sejak awal 1949, ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta. Kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok ketiga adalah angkatan perang di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Sultan Hamangkubuwono IX bertindak sebagai wakil Republik Indonesia, karena Keraton Yogyakarta bebas dari intervensi Belanda, maka mempermudah untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan kembalinya Yogya ke Republik Indonesia. Kelompok Bangka yang terdiri atas Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya sebagai ketua delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.
Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut oleh Sultan Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara, Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya.
194 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995. Gambar 7.21 Presiden, Wakil Presiden dan rombongan tiba di Yogyakarta
Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman ditunggu kedatangannya di Yogyakarta. Sebelumnya berangkat menuju Yogyakarta, Sudirman berpamitan dengan masyarakat Sobo dan keluarga Pak Karso yang rumahnya digunakan Sudirman. Ia berpamitan dengan bahasa Jawa, kurang lebih demikian: “…gandheng kulo badhe wangsul dateng Ngayojo malih, namung weling kulo dateng Pak Karso (lan keluargo ing mriki), mugo sampun ngantos nggadhahi alangan satunggal punopo (berkenaan kami akan kembali ke Yogya, hanya pesan kami semoga Pak Karso (dan keluarga di sini) tidak mendapatkan halangan sesuatu apa” (Sardiman, 2008). Sudirman kemudian berangkat dan selanjutnya memasuki Desa Wonosari.
Sesampainya di kota Yogyakarta, Rombongan Jenderal Sudirman dijemput oleh Sultan Hamengkubuwono IX bersama pasukan di bawah pimpinan Letkol Soeharto sebagai Panglima Perang Yogyakarta, dengan disertai dua orang wartawan, yaitu Rosihan Anwar dari Pedoman dan Frans Sumardjo dari Ipphos. Saat menerima rombongan penjemput itu Panglima Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari. Saat itu beliau sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke Yogyakarta. Saat itu beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan
Sejarah Indonesia
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995. Gambar 7.22 Jenderal Sudirman dengan ditandu memasuki kota Yogyakarta setelah melakukan perang gerilya.
Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dan para pimpinan RI yang baru saja kembali dari pengasingan Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Pada kesempatan itu Syafruddin Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno tentang tindakan- tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatra Barat. Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi RI.
196 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2