COALBED METHANE (CBM)

3.5.5 Pengukuran Ash Content

Ash didefinikan sebagai residu organik yang terjadi setelah batubara dibakar (complete inceneration) hingga temperatur 700 o C –

750 o

C selama ± 3 jam dan dengan mengalirkan udara secara lambat didalam tungku pembakaran (Menurut ASTM D3174). Makin banyak mineral yang terdapat didalam batubara maka ash juga makin tinggi. Tetapi dilboratorium Coalbed Methane (CBM) di PPPTMGB Lemigas ini menggunakan Ash Content yang dipanakan pada suhu

500 o C selama ± 30 menit, kemudian 815

C selama ± 2 jam hal ini agar terjadi pembakaran yang sempurna sehingga mineral organik akan menguap hanya meninggalkan senyawa metal dan membentuk abu.

Parameter yang digunakan untuk menentukan Ash Content:  Berat sample kering

Berat sample dalam keadaan kering/belum dipanaskan.  Berat sample setelah dipanaskan (dry weight)

Berat sample yang telah dipanaskan pada temperatur 800C  Ash Content

Persentase dari perbandingan berat sample yang sudah dipanaskan dengan berat sebelum dipanaskan.

Ash Content = x 100% Prosedur kerja yang digunakan untuk menentukan Ash Content :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menimbang masing-masing kosibel/cawan

3. Menimbang sample yang akan dihitung nilai Ash Contentnya sebanyak ± 1 gram

4. Memasukkan kosibel/cawan berisi sample ke dalam furnace (dipanaskan) dengan temperatur 500 o

C selama 30 menit lalu dengan temperatur 850 o C selama 2 jam.

5. Mengeluarkan sample yang telah dipanaskan lalu didiamkan ±30 menit pada suhu ruang

6. Memasukkan sample yang telah didiamkan pada suhu ruang kedalam desikator selam ± 1 jam.

7. Setelah 1 jam kemudian menimbang masing-masing sample dan catat hasilnya

8. Menghitung Ash Content dari data yang telah diperoleh.

3.5.6 Pengukuran Volatile Matter

Volatile adalah bagian dari batubara yang menguap pada saat batubara dipanaskan tanpa udara didalam tungku tertutup pada suhu

900 o C selam 7 menit (Menurut ASTM D3175). Volatile adalah bagian dari batu bara yang mudah mnguap, seperti CH4 atau dari hasil

penguraian senyawa kimia dan campuran kompleks yang membentuk penguraian senyawa kimia dan campuran kompleks yang membentuk

Parameter yang digunakan untuk menentukan Volatile Matter :  Berat sample kering

Berat sample dalam keadaan kering/belum dipanaskan.  Berat sample setelah dipanaskan (dry weight) Berat sample yang telah dipanaskan pada temperatur 815C  Cup weight + sample Berat cawan ditambah berat sample.  Loss weight

Selisih antara berat sample sebelum dipanaskan dengan berat sample yang sudah dipanaskan pada temperatur

 Volatile Matter Selisih antara loss weight dengan nilai Moisture.

Volatile (%) = loss weight – Moisture

Prosedur kerja yang digunakan untuk menentukan Volatile Matter :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menimbang masing masing kosibel/cawan petri dan tutupnya

3. Menimbangkan sample yang akan dihitung nilai Volatile Matter sebanyak ±1 gram

4. Setelah itu memasukkan kosibel/cawan tertutup yang telah berisi sample ke dalam furnace pada temperature 950 o C selama 7 menit

5. Mengeluarkan sample yang telah dipanaskan lalu didiamkan ± 30 menit pada suhu ruang

6. Memasukkan sample yang telah didiamkan pada suhu ruang kedalam desikator selama ± 1 jam

7. Setelah 1 jam kemudian menimbang masing masing sample dan catat hasilnya

8. Menghitung nilai Volatile Matter dari data yang telah diperoleh

3.5.7 Pengukuran Fixed Carbon

Fixed Carbon adalah parameter yang tidak ditentukan secara analisis melainkan merupakan selisih 100% dengan jumlah kadar Moisture , Ash Content dan Volatile Matter. Fixed Carbon ini tidak sama dengan total carbon pada ultimate. Perbedaan yang cukup jelas adalah bahwa Fixed Carbon merupakan kadar karbon yang pada temperatur penetapan Volatile Matter tidak menguap. Sedangkan karbon yang menguapa pada temperature total carbon yang ditentukan pada ultimate analysis merupakan semua karbon dalam batubara kecuali karbon yang berasala dari karbonet. Jadi yang hidrokarbon yang termasuk ke dalam Volatile Matter atau Fixed Carbon termasuk didalamnya. Penggunaan nilai parameter penentuan dalam klasifikasi batubara dalam ASTM standar. Serta untuk keperluan tertentu Fixed Carbon bersama Volatile Matter dibuat sebagai suatu ratio yang dinamakan fuel ratio. Parameter yang digunakan untuk menentukan Fixed Carbon

 Moisture Kadar lengs yang terkandung dalam batubara

 Ash Content Kadar abu yang terkandung dalam batubara  Volatile Matter Zat terbang yang terkandung dalam batubara  Fixed Carbon Selisih persen total dengan jumlah persen Moisture, Ash Content dan Volatile Matter

Fixed Carbon = 100% - (Moisture(%) + Ash Content (%) + Volatile Matter (%))

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Perusahaan

Lembaga Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berdiri sesuai dengan usulan suatu panitia terdiri dari para ahli minyak dan gas bumi yang

dikoordinir oleh Biro Minyak dan Gas Bumi (Deperdatam) pada tahun 1992. Panitia bertugas meneliti dan membuat rumusan untuk adanya suatu laboratorium perminyakan di Jakarta. Pada saat itu dikalangan pemerintah sangat merasa kekurangan akan pengetahuan mengenai teknik dan kumpulan data tentang segi usaha perminyakan di Indonesia, baik mengenai cadagan minyak di lapangan, kualitas minyak mentah dan hasil pengolahan minyak Indonesia yang pada hakekatnya selalu menjadi monopoli perusahaan- perusahaan asing.

Latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi adalah karena hampir semua pengetahuan, data dan tenaga kerja ahli di bidang perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing, sedangkan lapangan maupun cadangan minyak dan gas bumi merupakan milik negara.

Kelahiran Lembaga Minyak dan Gas Bumi, atau disingkat “LEMIGAS”, merupakan perwujudan dari keinginan pemerintah untuk

memiliki suatu badan yang menghimpun pengetahuan teknik tentang perminyakan dan dapat menyediakan data serta informasi yang diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para pegambil keputusan. Kebutuhan muncul sebagai konsekuensi langsung dari Undang-Undang Migas yang pertama di Republik Indonesia, yaitu Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 tentang pertambangan minyak dan gas bumi yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, khusus Pasal 33 ayat (3).

Sementara itu pembangunan fasilitas dan infrastuktur lembaga berlanjut terus, sehingga pada tahun 1964 dengan memperhatikan usulan Panitia Persiapan Penaelitian Laboratorium Minyak dan Gas Bumi, Sementara itu pembangunan fasilitas dan infrastuktur lembaga berlanjut terus, sehingga pada tahun 1964 dengan memperhatikan usulan Panitia Persiapan Penaelitian Laboratorium Minyak dan Gas Bumi,

Proyek persiapan ini pada tahun 1965 telah ditingkatkan menjadi Lembaga Minnyak dan Gas Bumi, yang secara historis memiliki nama awal Indonesia Petroleum Institute . Pada tanggal 22 Mei 1974 nama Indonesia Petroleum Institute diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. Pertumbuhan PPPTMGB “LEMIGAS” bertambah pesat pada tahun 1966 dengan dibebankan dan diserahkannya daerah administratif Cepu

kepada PPPTMGB “LEMIGAS”, yang kemudian dijadikan Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi.Badan inilah

yang bertugas sebagai pusat riset dan latihan, yang mempunyai fasilitas serta melakukan dokumentasi publikasi untuk menjadi pusat keahlian dalam bidang perminyakan Nasional. Pada tanggal 31 Desember 1992 PPTMGB “LEMIGAS” dipisahkan dari pusat pelatihan dan pendidikan Cepu untuk ditingkatkan sebagai pelaksana teknis penelitian dan pengembangan, dokumentasi dan informasi, pelayanan jasa, serta pengawas teknologi minyak dan gas bumi.

PPTMGB “LEMIGAS” menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa, litbang selalu memenuhi persyaratan standar dan kepuasan pelanggan, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan sistem manejemen mutu, serta memastikan bahwa seluruh personil berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian mutu sesuai fungsinya.Tugas pokok dan fungsi manejemen mutu Pusat Penelitian dan Pengembangan

Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berdasarkan ISO 9001:2001.Sedangkan Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berdasarkan ISO 9001:2001.Sedangkan

Untuk memenuhi perioritas tertinggi dalam pelaksanaan oprasiaonal, maka PPPTMGB “LEMIGAS” telah menerapkan Sistem Menejemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang mengacu pada Standar Internasiaonal OHSAS 18001:1999 yang diperoleh dari TUV Internasional- Indonesia.

Dalam perjalanannya PPPTMGB “LEMIGAS”, mulai dari berdiri sampai dengan saat ini memiliki visi dan misi yang menunjang kinerja lembaga sesuai dengan fungsinya yaitu :

4.1.1 Visi

Terwujudnya PPPTMGB “LEMIGAS” sebagai lembaga litbang yang profesional dan bertaraf internasional dalam bidang minyak dan gas bumi.

4.1.2 Misi

a) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam perumusan kebijakan.

b) Meningkatkan nilai tambah bagi perkembangn industri migas.

c) Mengembangkan teknologi di subsektor migas.

d) Mengembangkan kapasitas dan kompetensi lembaga.

e) Meningkatkan kualitas jasa penelitian dan pengembangan untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

f) Menciptakan produk andalan dan mengembangkan produk andalan.

g) Meningkatkan iklim kerja kondusif melalui sinergi, koordinasi serta penerapan sistem menejemen mutu.

4.1.3 Tugas

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” mempunyai tugas menyelenggarakan

penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi, tugas tersebut antara lain yaitu : penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi, tugas tersebut antara lain yaitu :

b) Penelitian peningkatan pengurasan untuk meningkatkan produksi dan pengurasan lapangan migas.

c) Penelitian nilai tambah migas untuk meningkatkan nilai setiap barel minyak dan setiap meter kubik gas yang dihasilkan.

d) Penelitian konversi untuk mengupayakan konversi sumber daya migas yang tidak dapat diperbarui.

e) Penelitian energi pengganti untuk mendapatkan energi pengganti yang dapat mengurangi beban migas, sehingga sumber daya migas dapat disalurkan kearah yang paling optimal bagi pembangunan.

f) Penelitian lingkungan untuk menunjang dampak industri migas, baik dampak fisis maupun dampak sosial, sehingga dapat memelihara kelestarian lingkungan.

g) Penelitian teknologi material untuk menggalakkan penggunaan material, bahan dan alat produksi dalam negeri di industri migas, sehingga dapat menunjang pembangunan dan ketahanan nasional.

4.1.4 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagai mana yang tercantum di atas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas

Bumi “LEMIGAS” menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan pedoman dan prosedur kerja.

b) Perumusan rencana dan program penelitian dan pengembangan teknologi berbasis kinerja.

c) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir minyak dan gas bumi, serta pengelolaan sarana dan prasarana penalitian dan pengembangan teknologi.

d) Pengelolaan kerja sama kemitraan penerapan hasil penelitian dan pelayanan jasa teknologi serta kerja sama penggunaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi.

e) Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi, serta sosialisasi dan dokumentasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi.

f) Penanganan masalah hukum dan hak atas kekayaan intelektual, serta pengembangan sistem mutu kelembagaan penelitian dan pengembangan teknologi.

g) Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.

h) Pengelolaan ketata usahaan, rumah tangga, administratif keuangan dan kepegawaian pusat.

i) Evaluasi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi.

4.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Pusat Penelitian dan Pengembang Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” merupakan Lembaga Minyak dan Gas Bumi yang berada

dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan (balitbang) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang terletak di Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Wilayah kerja PPPTMGB

“LEMIGAS” berada di atas tanah 12,4 Hektar dengan total luas gedung laboratorium dan gedung penunjang 54,534 m 2 .

4.3 Tenaga Kerja dan Struktur Organisasi

Sebagai lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah yang langsung dibawahi oleh Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,

PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki tenaga kerja-tenaga kerja yang handal baik yang telah berstatus pegawai negeri maupun honorer dan dipimpin oleh seorang kepala pusat, serta terbagi dalam beberapa bidang-bidang dan Sub kelompok yang spesifik dalam pengerjaan bidang masing – masing mulai dari tahap awal sebelum pengeboran, tahap sesudah pengeboran, analisa crude dan proses setelah crude menjadi produk jadi. Setiap bidang dan sub PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki tenaga kerja-tenaga kerja yang handal baik yang telah berstatus pegawai negeri maupun honorer dan dipimpin oleh seorang kepala pusat, serta terbagi dalam beberapa bidang-bidang dan Sub kelompok yang spesifik dalam pengerjaan bidang masing – masing mulai dari tahap awal sebelum pengeboran, tahap sesudah pengeboran, analisa crude dan proses setelah crude menjadi produk jadi. Setiap bidang dan sub

Kepala Pusat PPPTMGB “LEMIGAS ”

Bidang Tata Unit LK3

Unit Pengembangan Usaha

Usaha

Sub Bidang

Sub Bidang

Keuangan dan

Umum dan

Pegawai Bidang Sarana

Rumah Tanga

Bidang KPRT

Bidang Afiliasi Litbang

Bidang Program

KPRT

Sub Bidang

Sub Bidang Sarana dan

Ekploitasi

Sub Bidang

Afiliasi Jasa Pengembangan

Penyiapan

Teknologi Sub Bidang

Sub Bidang Pengoprasian

Sub Bidang

Informasi dan Sarana

Analisis dan

KPRT Proses

Evaluasi

Publikasi

KPRT Teknologi Aplikasi Produk

KPRT Gas

Gambar 4.1.Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”.

Sedangkan stuktur organisasi untuk bagian dimana penulis melaksanakan praktek kerja dapat dilihat pada daftar gambar .

Gambar 4.2.Struktur Organisasi KP3T Eksploitasi

4.4 Fasilitas Instansi

PPPTMGB “LEMIGAS” telah berkiprah dalam penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi lebih dari 40 tahun.Hingga saat ini PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki lebih dari 60 laboratorium untuk PPPTMGB “LEMIGAS” telah berkiprah dalam penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi lebih dari 40 tahun.Hingga saat ini PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki lebih dari 60 laboratorium untuk

1. 2 Gedung-gedung laboratorium dan penunjang seluas 54,534 m di atas tanah seluas 12,4 Hektar.

2. Laboratorium Eksplorasi yang terdiri dari :

a. Laboratorium Statigraphy.

b. Laboratorium Sedimentologi.

c. Laboratorium Organic Geochemishtry.

d. Laboratorium Seismic dan Gravitation Magnetic.

e. Laboratorium Remote Sensing.

3. Laboratorium Akreditasi.

4. Laboratorium Proses yang terdiri dari :

a. Laboratorium Catalyst dan Convertion.

b. Laboratorium Sparation Process.

c. Laboratorium General Analysis.

d. Laboratorium Composition Analysis.

e. Laboratorium Biotechnologi.

f. Laboratorium Industrial Development.

5. Laboratorium Ekploitasi yang terdiri dari :

a. Laboratorium Routine Core Analysis.

b. Laboratorium Special Core Analysis.

c. Laboratorium PVT.

d. Laboratorium Enhanced Oil Recovery.

e. Laboratorium Mud dan Cement.

f. Laboratorium Reservoir Management.

6. Laboratorium Aplikasi yang terdiri dari :

a. Laboratorium Unjuk Kerja Lubricant.

b. Laboratorium Semi Unjuk Kerja Lubricant.

c. Laboratorium Kimia Fisika Lubricant.

d. Laboratorium Gemuk Lubricant.

e. Laboratorium Unjuk Kerja BBMG.

f. Laboratorium Semi Unjuk Kerja BBMG.

g. Laboratorium Kimia Fisika BBMG.

h. Laboratorium Pembakaran dan Emisi BBMG.

7. Laboratorium Gas terdiri dari :

a. Laboratorium Uji Tabung.

b. Laboratorium Kromatografi.

c. Laboratorium Fisika dan Kimia Gas.

d. Laboratorium Sparasi dan Kondensat Gas.

e. Laboratorium Transmisi dan Distribusi.

f. Laboratorium Uji Pipa.

8. Laboratorium Lingkungan terdiri dari :

a. Laboratorium Pengawasan Lingkungan dan Peralatan.

b. Laboratorium Lingkungan Perangkat Lunak.

9. Perpustakaan terdiri dari :

a. Perpustakaan Lingkungan.

b. Buku-buku Koleksi.

c. Jurnal Ilmiah.

d. Laporan Ilmiah.

e. Microfiche.

f. Database Instansi.

BAB V HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Standarisasi Alat

5.1.1 Analisa Data

Sebelum melakukan pengukuran Moisture, Ash Content, Volatile , dan Fixed Carbon terlebih dahulu melakukan standarisasi alat analisa Proximate untuk mengetahui kualitas dan cara kerja alat masih berfungsi dengan baik atau buruk, sehingga mempermudahkan saat melakukan analisa Proximate dan hasil yang didapat akan lebih akurat. Saat melakukan standarisasi alat menggunakan reference material Leco 502-680, Leco 502-681, dan Leco 502-682 yang sudah diketahui nilai Volatile Matter dan Ash Contentnya. Dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1

Analisa Data Pengukuran Standarisasi Alat

Menggunakan Reference Material

Ash Content Volatile

Volatile ID Sample

Volatile Matter

Hasil Standar

Hasil Pengujian

Standar Pengujian

Leco 502-680 17,1 ± 0,4

9,6 ± 0,1 9,42 Leco 502-681

9,09 ± 0,19 8,81 Leco 502-682

Dari tabel diatas diperoleh standarisasi alat Leco 502-680 diperoleh nilai Volatile Matter 16,07 % dan Ash Content 9,42 %, Leco 502-681 diperoleh nilai Volatile Matter 31,52 % dan Ash Content 8,81 %, Leco 502-682 diperoleh nilai Volatile Matter 37,73 % dan 4,63 %. Dengan demikian nilai yang telah didapat mendekati nilai standar yang telah ada, sehingga alat yang akan digunakan untuk melakukan analisa Proximate masih berfungsi dengan baik.

5.2 Hasil Pengukuran Moisture

5.2.1 Analisa Data

Tabel 5.2 Analisa Data Pengukuran Moisture

Average Tray

Tray Wt

Moisture Value of Weight

Weight Weight Weight

ID Sample

(%) Moisture (gram)

Sample

(gram) (gram) (gram)

(gram)

A B C D E=B-D

E/(B-A)*100 (N1+N2)/2

5,03 5,16 KGM - 1 Dup

KGM - 1 22,42

5,30 KGM - 3

4,59 4,56 KGM - 3 Dup

4,52 KGM - 6

2,46 2,36 KGM - 6 Dup

2,27 KGM - 8

1,83 1,79 KGM - 8 Dup

1,75 KGM - 10

1,29 1,34 KGM - 10 Dup

5.2.2 Contoh Pengolahan Data

a. KGM -1

 KGM –1 Loss Weight = (Tray Wt + Sample) – Dry Weight

x 100%

 KGM – 1 Dup

Loss Weight = (Tray Wt + Sample) – Dry Weight = (20.0959 + 1.0007) – 21.0436 = (21.0966) – 21.0436 = 0.05 %

Moisture (%)

x 100%

KGM 1 KGM 1 up

 Average Value of Moisture =

Analisa Data Pengukuran Free Moistur, Inherent Moisture

Dan Total Moisture

Free Moisture Bongkah

Free moisture 3 mm

Inherent Total ID-Sample Berat

Free

Moisture Moisture awal

(% wt, adb) (% wt, ar) KGM 1

 Free Moisture KGM-1 (%)

= ( (FM 3mm x (100 – FM Bongkar))/100)+ FM Bongkah = ( (12.49 x (100 – 12.47))/100) + 12.47 = 23.40

 Total Moisture (% wt, ar) = ((Inh Moisture x (100 – FM (%))/100) + FM (%) = ((5.16 x (100 – 23.40)/100) + 23.40 = 27.36

5.3 Hasil Pengukuran Ash Content

5.3.1 Analisa Data

Tabel 5.4 Analisa Data Pengukuran Ash Content

Average Cup

Value of Ash Weight

Content ID Sample

Weight Weight

Weight

Content (gram)

Sample

(gram) (gram)

(%) A B C D E=(D-A) E/C*100

(N1+N2)/2

11,04 10,85 KGM - 1 Dup

KGM - 1 23,31

10,66 KGM - 3

15,04 15,45 KGM - 3 Dup

15,86 KGM - 6

17,97 17,88 KGM - 6 Dup

17,79 KGM - 8

75,77 75,70 KGM - 8 Dup

75,62 KGM - 10

78,13 78,05 KGM - 10 Dup

5.3.2 Contoh Pengolahan Data

a. KGM - 1

 KGM – 1

Ash Content =

x 100%

x 100%

 KGM – 1 Dup

Ash Content =

x 100%

x 100%

 Average Ash Content

1 1 up

Average Ash Content

5.4 Hasil Pengukuran Volatile Matter

5.4.1 Analisa Data Tabel 5.5 Analisa Data Pengukuran Volatile Matter

Average Cup Wt

Moisture Volatile Value of +Cvr

+ Cvr +

Loss Weight

Weight

Weight

ID Sample

(%) Volatile (gram)

A B C=B-A

D E=(B-D)/C*100

F E-F (N1+N2)/2

KGM –1 27,50

41,28 41,17 KGM - 1 Dup

39,74 39,81 KGM - 3 Dup

41,47 41,71 KGM - 6 Dup

14,68 14,71 KGM - 8 Dup

13,70 13,72 KGM - 10 Dup

5.4.2 Contoh Pengolahan Data

a. KGM - 1

 KGM – 1 -

Loss Weight =

x 100 %

= Loss Weight – Moisture % = 46.3059 – 5.0264 = 41.27 %

 KGM – 1 Dup -

Loss Weight =

x 100 %

= Loss Weight – Moisture % = 46.3607 – 5.2963 = 41.06 %

1 1 up  Average Value of Volatile =

5.5 Hasil Pengukuran Fixed Carbon

5.5.1 Analisa Data

Tabel 5.6 Analisa Hasil Pengukuran Fixed Carbon

Fixed carbon

Moisture Content

Matter

ID Sample (%)

A B C 100*-(A+B+C)

5.5.2 Contoh Pengolahan Data

a. KGM - 1 Fixed Carbon = 100% - (Moisture(%) + Ash(%) + Volatile(%))

= 100% - (5.1614 + 10.8474 + 41.1720) = 42.81 %

5.6 Convertion of Air Dry Basis to Dry Mineral Matter Free

Klasifikasi ASTM D388 menggunakan Volatile Matter(dmmf) dan Fixed Carbon (dmmf) oleh karena itu perlu dikonversi harga Volatile Matter dan Fixed Carbon dari air dry basis (adb) ke dry mineral matter free (dmmf)

Volatile (dmmf) =

100-(M x Volatile Matter (adb)

ad MM ad

5.6.1 Contoh Pengolahan Data

Volatile KGM – 1 (dmmf)

100-(M x Volatile (adb)

ad MM ad

x 41.1720 %

100-(5.1614 10. 475

5.6.2 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Rank Coal Menurut ASTM

D388 Tabel 5.7 Klasifikasi Rank Coal Menurut ASTM D388

ID Sample

Rank (% wt,

(gr/cc)

(dmmf) (dmmf)

Sub-bituminous B KGM - 3

Sub-bituminous B KGM - 6

Sub-bituminous C KGM - 8

Lignite A KGM - 10

Lignite A

Berdasarkan Tabel ASTM D388 Coal Rank Clasification and Controlling Parameters dapat ditentukan kelas batubara yang telah dianalisa. Tabel ASTM Coal Rank Clasification and Controlling Parameters dapat terlihat pada lampiran.

Dengan ditambahkannya data densitas sebagai acuan maka hasil yang didapat akan semakin akurat sehingga berdasarkan tabel diatas dapat diketahui KGM-1 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 49.01 (%) dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.299 merupakan Sub-Bituminous

B, KGM-3 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 49.76 (%) dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.369 merupakan Sub-Bituminous

B, KGM-6 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 52.29 (%) dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.371 merupakan Sub-Bituminous

C, KGM-8 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 65.31 (%) dan nilai Density (gr/cc) sebesar 2.242 merupakan

Lignite

A, KGM-10 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar

66.53 (%) dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.779 merupakan Lignite

Didalam batubara Moisture (kadar air) dibagi menjadi menjadi dua bagian yaitu Inherent Moisture dan Extraneous Moisture. Inherent Moisture merupakan Moisture (air) yang terkandung dalam batubara dan tidak dapat menguap atau menghilang dengan pengeringan udara atau air drying. Inherent Moisture ini hampir menyatu dengan struktur molekul batubara karena berada pada kapiler yang sangat kecil dalam partikel batubara.

Sedangkan Extraneous Moisture merupakan Moisture yang berasal dari luar batubara dan menempel di permukaan batubara. Moisture batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama pemanasan. Moisture batubara adalah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai pada temperatur

C (Menurut ASTM D3173). Berdasarkan pengertian tersebut maka hanya air dalam bentuk inherent sajalah yang dapat dikategorikan sebagai Moisture batubara. Pada analisis di laboratorium Lemigas Sample dibakar menggunakan suhu temperatur

104 o C – 110

110 o C selama ± 1 jam, hal tersebut dilakukan agar air dapat menguap secara sempurna sehingga tidak ada yang tersisa, setelah dipanaskan

kemudian menimbang Sample kembali maka dapat diperoleh nilai Moisture nya.

Tabel 5.8 Hasil Analisa Data Pengukuran Free Moisture, Inherent Moisture, dan Total Moisture

Total ID-Sample

(% wt, adb)

24,41 Dari tabel diatas nilai Moisture (adb) pada KGM-1 sebesar

5.16 (%), KGM-3 sebesar 4.55 (%), KGM-6 sebesar 2.36 (%), KGM-

8 sebesar 1,78 (%), KGM-10 sebesar 1.33 (%). Dari data tersebut maka dapat terlihat nilai Moisture yang paling besar adalah KGM-1 dan yang terkecil adalah KGM-10. Nilai Moisture yang baik diharapkan relatif kecil karena nilai Moisture mempengaruhi peringkat batubara dimana semakin rendah kandungan Moisturenya maka semaki tinggi peringkat batubaranya.

Kandungan Moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara primer pada batubara dengan kandungan Moisture hingga akan membutuhkan lebih banyak udara primernya guna mengeringkan batubara tersebut. Nilai Moisturenya sangat penting karena pada dasarnya semua parameter ditentukan pada Sample setelah air drying sehingga basisnya adalah air dried basis yang merupakan aktual hasil analisa dari laboratorium, sedangkan basis-basis lainnya dalam coal analysis merupakan kalkulasi saja dari nilai-nilai air dried basis ini.

ID Sample

Grafik 5.1 Analisa Data Pengukuran Moisture

5.7.3 Ash Content

Ash Content (kadar abu) dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang terkandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous. Ash Content relatif lebih stabil pada batubara yang sama, oleh karena itu Ash sering digunakan parameter penentuan dalam beberapa kalibrasi alat preparasi maupun sampling. Ash adalah massa residu zat anorganik yang tidak terbakar setelah batubara dibakar dengan sempurna, material organik seperti carbon, hydrogen, sulfur,dan oksigen serta zat-zat Volatile akan menguap sementara mineral matter atau zat anorganik tidak terbakar karena akan membentuk senyawa metal oksida dan disebut sebagai Ash atau abu sebagai sisa pembakaran. Batubara dapat terbakar sempurna dan menghasilkan abu jika dibakar

dalam sebuah tungku atau furnace pada suhu 700 o C – 750 C selama ±

3 jam (Menurut ASTM D3174). Pada analisis di laboratorium lemigas Sample dibakar menggunakan yemperatur 500 o

C selama ± 30 menit kemudian 815 o C selama ± 2 jam hal ini agar terjadi pembakaran yang C selama ± 30 menit kemudian 815 o C selama ± 2 jam hal ini agar terjadi pembakaran yang

Tabel 5.9

Hasil Analisa Data Pengukuran Ash Content

Ash Content

ID Sample

Dari tabel diatas hasil pengerjan laboratorium dan analisis data untuk menetukan nilai Ash Content (kadar abu) maka diperoleh nilai Ash Content (adb) dari masing-masing Sample yaitu KGM-1 sebesar

10.84 (%), KGM-3 sebesar 15.44 (%), KGM-6 sebesar 17.88 (%), KGM-8 sebesar 75.69 (%), KGM-10 sebesar 78.04 (%). Dengan demikian kandungan terbesar terdapat pada KGM-10 dan kandungan terkecil terdapat pada KGM-1. Pada KGM-8 dan KGM-10 memiliki nilai Ash Content yang besar karena pada KGM-8 dan KGM-10 masih banyak komponen organiknya sehingga hasil yang didapat menjadi lebih besar. Kadar abu diharapkam tidak terlalu besar atau cendrung rendah dalam suatu batubara, dimana keberadaan Ash dalam batubara dapat mempengaruhi sifat-sifat atau karakteristik batubara itu sendiri seperti berat jenis, index kekerasan, sifat pelelehan abu serta nilai kalori.

ID Sample

Grafik 5.2

Analisa Data Pengukuran Ash Content

5.7.4 Volatile Matter

Zat Volatile Matter (zat terbang) dalam batubara merupakan bagian senyawa organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada temperatur tinggi dikarenakan Volatile Matter biasanya berasal dari gugus hidrikarbon dengan rantai lurus yang mudah putus dengan pemanasan tanpa udara. Batubara akan mengeluarkan zat Volatile yang menyerupai asap bahkan dapat berupa nyala api jika dipanaskan

pada temperatur ± 900 o

C dalam waktu yang singkat ± 7 menit (Menurut ASTN D3175). Pada temperatur tersebut bukan hanya zat Volatile saja yang menguap, karena air juga akan ikut menguap. Pada analisis di laboratorium lemigas Sample dibakar menggunakan

temperatur 950 o

C selama 7 menit dengan kosibel/cawan tertutup, hal tersebut dilakukan agar senyawa organik batubara seperti methane atau ethane, karbondioksida atau karbonmonoksida dapat menguap. Setelah itu lalu menimbang Sample kembali maka dapat diperoleh nilai Volatile Matternya.

Tabel 5.10

Hasil Analisa Data Pengukuran Volatile Moisture

Volatile Matter ID Sample (%)

Dari tabel diatas didapatkan nilai Volatile Matter (adb) pada KGM-1 sebesar 41,17 (%), KGM-3 sebesar 39,81 (%), KGM-6 sebesar 41,70 (%), KGM-8 sebesar 14,70 (%), KGM-10 sebesar 13,71 (%). Dari data tersebut maka dapat terlihat nilai Volatile Matter terbesar adalah KGM-6 dan nilai Volatile Matter terkecil adalah KGM-10. Kandungan Volatile Matter dalam batubara dapat dijadikan indikasi reaktifitas pada saat dibakar. Apabila kandungan Volatile Matter kecil, maka batubara menjadi susah dinyalakan selain itu sifat pembakaran pun jelek dan nyala api yang dihasilkan menjadi singkat, karena kemampuan terbakarnya rendah maka kandungan Volatile besar maka penyalaan api dan pembakaran menjadi mudah dan nyala api yang dihasilkan juga panjang karena kemampuan terbakarnya tinggi.

il 15,0000 olat 10,0000

ID Sample

Grafik 5.3

Analisa Data Pengukuran Volatile Matter

5.7.5 Fixed Carbon

Fixed Carbon merupakan kadar carbon yang tertambat atau karbon tetap tertinggal bersama abu bila batubara telah dibakar tanpa oksigen setelah zat Volatile abis. Fixed Carbon merupakan kadar karbon yang pada temperatur penetapan Volatile Matter tingkat menguap. Sedangkan karbon yang menguap pada temperatur tersebut termasuk kedalam Volatile Matter. Perhitungan Fixed Carbon ditentukan dari nilai kalkulasi total dan dirumuskan sebagai berikut: Fixed Carbon = 100% - (Moisture (%) + Ash Content (%) + Volatile Matter (%)

Tabel 5.11 Hasil Analisa Data Pengukuran Fixed Carbon

Fixed Carbon

ID Sample

Dari tabel diatas diperoleh nilai Fixed Carbon pada KGM-1 sebesar 42.82 (%), KGM-3 sebesar 40.18 (%), KGM-6 sebesar 38.05 (%), KGM-8 sebesar 7,81 (%), KGM-10 sebesar 6.89(%). Dari data tersebut maka dapat terlihat nilai Fixed Carbon yang paling besar adalah KGM-1 dan nilai Fixed Carbon paling kecil adalah KGM-10. Secara umum apa bila tingkat coalification semakin tinggi, maka % Volatile akan semakin menurun namun sebaiknya nilai Fixed Carbon akan semakin meningkat.

ID Sample

Grafik 5.4

Analisa Hasil Pengukuran Fixed Carbon

u 50,000 Moisture

u g 40,000 Ash

en

P 30,000 Volatile

si 20,000 Fixed Carbon Ha 10,000

0,000 KGM -1

KGM - 3 KGM - 6

KGM - 8 KGM - 10

ID Sample

Grafik 5.5

Hasil Keseluruhan Analisa Proximate

BAB VI KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan di PPPTMGB LEMIGAS mengenai analisa Analisa Rank Coal Dengan Uji Proximate menggunakan ASTM D388 dan ASTM D3173, D3174, D3175. Dapat disimpulkan bahwa :

1. Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun.

2. Analisa Proksimat Batubara digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas batubara dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut, yaitu untuk mengetahui jumlah relatif air lembab (Moisture Content), zat terbang (Volatile Matter), abu (Ash Content), dan karbon tertambat (Fixed Carbon ) yang terkandung didalam batubara.

3. Pengklasifikasian berdasarkan ASTM D388 dalam hal ini yang menjadi acuan untuk menentukan rank coal yaitu Volatile Matter (dmmf).

4. Dalam menentukan analisa proximate pengkonversian Air Dried Basis (ADB) harus dirubah terlebih dahulu menjadi Dry Mineral Matter Free (DMMF)

5. KGM-1 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 49.01 dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.299 merupakan Sub-Bituminous B

6. KGM-3 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 49.76 dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.369 merupakan Sub-Bituminous B

7. KGM-6 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 52.29 dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.371 merupakan Sub-Bituminous C

8. KGM-8 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 65.31 dan nilai Density (gr/cc) sebesar 2.242 merupakan Lignite A

9. KGM-10 memiliki nilai Volatile Matter (dmmf) sebesar 66.53 dan nilai Density (gr/cc) sebesar 1.779 merupakan Lignite A.

6.2 Saran

Setelah melaksanakan Kerja Praktek terdapat saran-saran yang diberikan, antara lain :

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perlu diadakan penelitian lainnya (Caloric Value, Sulfur Content,Coal Size, Hardgrove Grindability Index ) agar pengklasifikasian rank coal lebih akurat.

2. Untuk dapat menentukan potensi coalbed methane lainnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar potensi coalbed methane bisa dikembangan dengan baik dan menjadi bahan bakar utama didunia.

3. Untuk ke akuratan data yang akan dihasilkan maka sebaiknya perlu menambahkan alat-alat yang berada didalam laboratorium coalbed methane “LEMIGAS”.