Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar
D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,
sehingga lebih mudah diolah. 4 Jadi instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah pengumpulan data. Dalam
penelitian ini berikut jenis instrumen yang digunakan:
1. Pedoman Observasi
Observasi adalah suatu metode dalam mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap benda mati atau kegiatanproses secara langsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan saran, perlombaan sepak bola, keadaan sarana prasarana
sekolah, dan lain-lain. 5
Adapun metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi terstruktur, yaitu jenis observasi yang sudah mempunyai rancangan secara sistematis tentang hal-hal yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dengan kata lain, dalam
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta), h. 136.
4 Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia), hal. 203
5 Sukmadinata, Nana Saudih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja 5 Sukmadinata, Nana Saudih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
2. Tes Hasil Belajar
Salah satu tujuan dari pemberian tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk tujuan tersebut maka instrumen atau alat ayang digunakan untuk dapat mengukur intensitas peningkatan hasil belajar adalah tes kemampuan hasil belajar. Tes kemampuan hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan
yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar. 6 Tes hasil belajar diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi
dalam setiap siklusnya melalui pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
3. Pedoman Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pendukung dalam penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha mendapatkan data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, Metode dokumentasi adalah salah satu metode pendukung dalam penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha mendapatkan data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
dalam penelitian adalah metode dalam pengumpulan data yang data- datanya didapatkan dari keterangan atau catatan penting yang berupa tulisan atau dokumen.
Dibandingkan dengan metode lainnya, maka metode ini tidak terlalu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dalam proses dokumentasi, peneliti menggunakan instrumen dokumentasi yang di dalamnya terdapat hal- hal yang didokumentasi. Instrumen dokumentasi berguna sebagai pedoman bagi peneliti dalam melakukan dokumentasi agar tidak ada hal yang terlupakan untuk didokumentasikan. Setiap hal yang sudah didokumentasi diberi check list, agar informasi yang ingin peneliti dokumentasikan tidak ada yang terlupakan.
Penggunaan metode dokumentasi untuk memperoleh data yang belum diperoleh melalui wawancara dan observasi. Adapun data-data yang didokumentasikan terkait dengan penelitian ini adalah proses penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Pedoman Wawancara
7
Secara umum wawancara dapat diartikan sebagai proses dialogis atau tukar menukar informasi antara dua atau lebih yang dilakukan secara langsung (tatap muka) dan membicarakan satu topik atau lebih dengan atau tanpa tujuan tertentu. Namun dalam konteks penelitian ilmiah, wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis untuk tujuan penelitian yang dilakukan secara lisan (interaksi tanya-jawab), bertemu langsung dan bersifat dialogis antara dua orang atau lebih, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu
topik. 8
Dilihat dari variannya wawancara dapat dibedakan menjadi beberapa varian, misalnya wawancara terstruktur, wawancara semi tersetruktur (wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara), wawancara tidak berstruktur. Khusus dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan wawancara yang tidak berstruktur (wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara). Jenis wawancara ini adalah wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
ditanyakan. 9 Dalam hal ini, pedoman wawancara berisi informasi- informasi yang sesuai dengan fokus penelitian dan beberapa
Nasution, S. 2004. Metode Research (Peneltian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
informasi-informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan kondisi lokasi penelitian
Adapun data yang digali dengan metode wawancara adalah: (a) respon siswa kelas VI mi mambaul khair nw bertais dengan di terapkan dengan diterapkannya model pembeajaran kooperatif (tipe jigsaw); (b) sejarah berdiri dan berkembangnya MI Mambaul Khair NW Bertais, serta data keadaan sarana prasarananya; dan (c) struktur organisasi, data keadaan staf, dan keadaan siswa MI Mambaul Khair NW Bertais.
E. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan di Kelas
VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 20142015 pada semester ganjil dengan subjek penelitian siswa kelas VI dengan jumlah siswa 17 orang siswa. Dan objek dari penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI Mambaul Khair Nw Bertais Tahun Pelajaran 20142015”
F. Cara Pengamatan (Monitoring)
Ketika penelitian dilakukan guru langsung menjadi peneliti sedangkan guru yang lain berperan sebagai observer. Jumlah observer direncanakan sebanyak 3 orang, satu diantaranya mengamati peneliti yang Ketika penelitian dilakukan guru langsung menjadi peneliti sedangkan guru yang lain berperan sebagai observer. Jumlah observer direncanakan sebanyak 3 orang, satu diantaranya mengamati peneliti yang
G. Analisis Data dan Refleksi
1) Analisis Data
Arikunto menjelaskan analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data-data ke dalam pola, kategori dan satuan dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana yang disarankan oleh data-
data. 10 Data yang dianalisis oleh peneliti terdiri dari:
a. Keterlaksanaan RPP
Data hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus persentase berikut:
keterlaksanaan RPP Keterangan :
X = jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana.
Y = total langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan. 11
Intensitas persentase keterlaksanaan pembelajaranakan dicocokkan dengan kriteria yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Pencapaian Tujuan Pembelajaran 12
Sangat Baik
Cukup baik
20 - 39
Kurang baik
Tidak baik
b. Data Hasil Belajar
a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing
siswa menggunakan rumus di bawah ini:
N A = Sp x 100
Sm Keterangan:
N A = Nilai akhir Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal. 13 Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam
proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul Khair NW Bertais.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). hal. 102
12 Ibid.
13 BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta: 13 BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta:
N R = NA x 100
SN Keterangan : N R = Nilai rata-rata.
N A = Nilai akhir. S 14
N
= Jumlah siswa.
c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal ≥
80 dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM . 15
Keterangan : KK = ketuntasan klasikal
n 1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes
Secara keseluruhan, penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik silkus I dan siklus II. Peningkatan ini disertai dengan terpenuhinya kriteria yang telah ditetapkan.
14 Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar
Baru Algensindo). hal. 125
15 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI
2) Refleksi
Refleksi pada tahap ini digunakan sebagai proses menganalisis data penelitian secara keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2. Dalam tahap ini peneliti mengetahui progress penelitian dari semua siklus yang sudah dilakukan, karena dalam tahap ini peneliti membandingkan data antara data siklus 1 dengan data siklus 2. Dari proses tersebut peneliti dapat mengahasilkan kesimpulan akhir dari penelitian yang peneliti lakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MI Mambaul Khair Bertais Kota Mataram
Nama Mambaul Khair adalah nama yang diberikan kepada masjid Karang Anyar oleh seorang Tuan Guru yaitu Tuan Guru Haji Muh. Mutawalli Jerowaru Lotim. Yayasan ini mulai dirintis pada tahun 1966, atas gagasan seorang guru (ustadz) dari utusan Madrasah Darul Qur’an dari Bengkel yaitu Ustadz Gafar Rawi dibentuklah Madrasah Ibtidaiyah dibawah naungan Organisasi Pendidikan LP Ma’arip Nahdlatul Ulama.
Sebagai langkah pertama dikumpulkanlah masyarakat untuk mendaftarkan anak-anaknya masuk pada Madrasah dan saat itu belum mempunyai tempat ataupun peralatan sekolah seperti bangku, papan tulis, meja dan lain sebagainya. Untuk tempat sementara belajarnya di rumah Almarhum bapak Muh. Sahadrun dengan jumlah pengajar 4 orang. Kemudian dari bulan ke bulan dari tahun ke tahun perhatian masyarakat semakin besar terhadap pendidikan, maka pindahalah tempat belajar ke Masjid Nurul Yakin Bertais yang saat itu sudah berkelas III, kemudian berpindah lagi ketempat darurat yaitu sebuah gudang yang tidak ditempatkan lagi oleh pemiliknya yaitu Ibu Sarah yang berasal dari Bertais. Sementara perkembangan pendidikan terus menerus sehingga tidak dapat ditampung lagi pada tempat darurat tersebut. Maka, dipindahkan lagi kegedung SDN 1 Bertais.
Akhirnya pada tahun 1967 atas desakan masyarakat yang dipelopori oleh Bapak Haji Muh. Yusuf di bangunlah sebuah gedung permanen diatas
tanah seluas 798m 2 sejumlah 5 lokal ruang belajar. Sekitar tahun 19711972 siswa-siswa yang berkelas VI dapat mengikuti ujian persamaan negeri
sebanyak 15 orang dan 100 lulus. Pada tahun 1977 madrasah ini tidak aktif terbentur masalah dana sedangkan semangat belajar masih tinggi akibat pembubaran panitia madrasah yang digantikan dengan pembentukan BP-3, madrasah akhirnya tidak mempunyai kelanjutan. Pada tahun 1979 dibuka kembali atas dasar musyawarah dengan memilih kepala madrasah yang baru Muh. Darwan Hadi, BA. dan suasana tetap memperihatinkan karna masalah yang dihadapi terutama masalah siswa dan guru. Akhirnya langkah terakhir yang diambil adalah menentukan sikap kembali untuk bernaung pada sebuah organisasi pendidikan yaitu organisasi NW.
Madrasah ini diresmikan pada tanggal 14 April 1980 oleh Bapak Maulana Syeikh Tuan Guru Haji Muh. Zainudin Abdul Majid Pancor- Lombok Timur menjadi madrasa ibtidaiyah Mambaul Khair. Bangunan tersebut sekarang masih berdiri dan masih digunakan sebagai sarana belajar bagi para murid Mambaul Khair (Makha). Keberadaan Mambaul Khair sebagai lembaga edukatif khususnya dalam membina siswa yang religius semula hanya memiliki jenjang pendidikan madrasah ibtidaiyah (setingkat SD) atau madrasah dasar, kemudian tahun 1992 Makha membuka jenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni jenjang pendidikan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP). Disamping itu guna memudahkan pembinaan siswa, pada
tahun 2004 telah dibangun gedung bertingkat sebanyak 6 lokal, 3 lokal untuk siswa, 1 lokal perpustakaan, 1 lokal ruang kepala, 1 lokal ruang guru.
Mambaul Khair membawahi beberapa lembaga, yayasan ini semula hanya memiliki 40 siswa dengan 4 tenaga pengajar, namun keadaan tersebut tiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga sekitar tahun 2003 jumlah siswa 150 orang yang disertai dengan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Makha menggunakan sistem formal. Sistem yang digunakan sangat menunjang keberhasilan suatu lembaga pendidikan formal. Selain menyelenggarakan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Mambaul Khair juga mengadakan pengajian umum (majlis ta’lim). Khususnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mambaul Khair Bertais Kota Mataram sudah banyak meraih prestasi terutama dalam peranan sebagai lembaga pendidikan yang siap memperkaya khazanah bangsa Indonesia yang menyumbangkan keberadaan untuk membangun dibidang pendidikan.
Dengan demikian, sejak berdirinya sampai dengan sekarang, MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram telah melaksanakan dan mengatur rumah tangganya sendiri serta telah mengalami beberapa mutasi pembinaan sebagai konsekuensi, madrasah ini mempunyai potensi kearah
kemajuan dalam bidang pendidikan 1 .
2. Letak Geografis MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram
Sesuai dengan rancangan awal penelitian ini dilaksanakan di MI Mambaul Khair yang ada di lingkungan Bertais Kelurahan Bertais kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 20142015. Adapun batas-batas wilayah MI Mambaul khair Bertais Kota mataram adalah
sebagai berikut: 2
a. Sebelah utara
: kantor Lurah Bertais
b. Sebelah selatan
: perumahan penduduk
c. Sebelah timur
: rumah penduduk dan perkebunan
d. Sebelah barat
: jalan lingkungan
Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1 Peta lokasi MI Mambaul Khair NW Bertais 3
2 MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram, Dokumentasi, 2 September 2014. Jam 10.00 Wita.
3. Keadaan Siswa
Untuk mengetahui keadaan siswa-siswi MI Mambaul Khair Bertais dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa MI Mambaul Khair Bertais
Tahun Pelajaran 20142015 4
Berdasarkan daftar keadaan siswa MI Mambaul Khair NW Bertais diatas, maka peneliti dapat pahami bahwa siswa MI Mambaul Khair berjumlah 93 orang yang terbagi dalam beberapa kelas seperti yang tertera pada tabel diatas.
4. Keadaan Guru dan Karyawan
Guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru berkewajiban menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa kearah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam menjalankan tugasnya. Oleh karna itu, kapasitas dan kualitas guru merupakan faktor yang tidak dapat
4 Laporan Bulan Juli , daftar keadaan siswa-siswi MI Mambaul Khair NW Bertais Kota
diabaikan. Sampai tahun 20142015 jumlah tenaga pengajar yang tercatat pada MI Mambaul Khair NW Bertais adalah 12 orang termasuk di dalamnya 1 orang penjaga sekolah yang terdiri dari tenaga pengajar profesional serta telah berpengalaman dalam bidang pendidikan juga memiliki ijazah keguruan (pendidikan). Adapun guru MI Mambaul Khair NW Bertais dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Daptar Nama Guru dan Karyawan MI Mambaul Khair NW
Bertais Tahun Pelajaran 20142015 5
Mata Pelajaran
1 Sri Susantini, S.
Kepala Madrasah
Bahasa Indonesia
Ag
2 Hulaimi, S. Ag
Guru + Wakamat + Wali Aqidah ahklak, Kelas VI + Kepala
MTK, IPA,
perpustakaan
Perpustakaan
3 Mantalli, A. Ma
Guru + Wali Kelas II +
Team Teaching,
Kesiswaan
MTK, IPS, Bahasa Indonesia, PKN, IPA, Fiqih, Akidah Ahklak
4 Mainah, S. Pd
Guru + Wali Kelas V +
MTK, IPA, IPS,
Bendahara
PKN, Muatan Sasak, SKI, Akidah Ahklak, Fiqih
5 Mahdawati, S. Pdi Guru + Kesenian
SBK, Muatan Sasak, Bahasa Inggris, Calistung, Al-Quran Hadits
6 Fahruddin, S. Pdi Wali Kelas III
QH, Aqidah Ahlak, MTK, PKN, Fiqih, SKI, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, IPA
7 Justariah S.Pdi
Guru + PHBI + Humas
Bhs. Arab, Fiqih, Al- Quran Hadits, SKI, PKN, Calistung
8 Sirriani, S. Pdi
Guru + Wali Kelas IV + PKN, MTK, IPA, Pembina pramuka
IPS, SKI,Akidah Ahklak, Calistung B,A
5 Laporan Bulan Agustus, daftar nama guru dan karyawan MI Mambaul Khair NW Bertais
9 Bq. Siti Maryam, Guru + Humas
Bahasa Arab, Akidah
S. Pdi
Ahklak, Bahasa Inggris, Calistung, Fiqih, IPS, Komputer
10 Zulhaqqi, S. Pd
Guru
Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris
11 Farida Zohriatti S. Guru + UKS + Wali
Team Teaching,
Pdi
Kelas I
Bahasa Indonesia, MTK, PKN, SBK, Al-Quran Hadits
12 Ahmad Jaenuddin, Guru + TU
Penjaskes
S.Pd.
13 Mayani
Penjaga
Berdasarkan tabel keadaan guru di atas, dapat diketahui bahwa jumlah guru MI Mambaul Khair Bertais tahun 20142015 sebanyak 12 orang. Sebagian kecil guru di MI Mambaul Khair Bertais adalah sarjana S.1. pembagian tugas mengajarpun sesuai dengan spesifikasi keilmuan masing- masing guru. Seperti guru Matematika, IPA, IPS dan Pkn diajarkan oleh guru lulusan S.1 pendidikan, bahasa indonesia diajarkan oleh S.1 bahasa indonesia. Ini berarti bahwa guru mendapatkan tugas mengajar sesuai dengan keahlian dan didiplin ilmu yang diperolehnya sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien. Apabila salah seorang guru tidak masuk atau tidak dapat melaksanakan tugasnya karena suatu alasan tertentu, maka tugasnya dilimpahkan kepada wakil madrasah bekerjasama dengan guru piket dalam melaksanakan tugasnya tersebut.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana juga memiliki peranan yang sangat penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebab sarana merupakan
merupakan faktor penunjang untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap seatu mata pelajaran.
Di bawah ini diuraikan tentang keadaan saran dan prasaran yang terdapat di MI Mambaul Khair Bertais Mataram.
Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MI Mambaul Khair Bertais
Mataram Tahun Pelajaran 20142015 6
No
Sarana dan Prasarana
1 Ruang Kelas
6 Baik
2 Ruang Guru
1 Baik
3 Ruang Kepala Madrasah
1 Baik
4 Ruang Tata Usaha
1 Baik
5 Ruang Perpustakaan
1 Baik
6 Ruang BK
8 WC Guru
1 Baik
9 WC Siswa
2 Baik
10 Meja Siswa
Baik
11 Meja Guru
11 Baik
12 Meja TU
1 Baik
13 Kursi Siswa
Baik
14 Kursi Guru
1 Baik
15 Kursi TU
17 Papan Tulis
6 Baik
18 Mesin Ketik
Sarana dan prasarana di MI Mambaul Khair Bertais Mataram terdapat sarana yang cukup memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang harus direncanakan dengan baik dan matang, agar dapat memperoleh hasil yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Yang perlu diperhatikan sebelum penelitian yaitu memprihatinkan fasilitas madrasah sebagai tempat penelitian.
6. Struktur Organisasi MI Mambaul Khair Bertais Mataram
Sebagai suatu lembaga atau organisasi, maka struktur lembaga atau organisasi tersebut harus ada sebagai pedoman atau gambaran dari koordinasi dan terorganisasikanya pembagian tugas dan wewenang dalam lembaga tersebut. Begitu pula dengan lembaga pendidikan di MI Mambaul Khair Bertais Mataram, struktur lembaga pendidikan mutlak dibutuhkan guna untuk mengaktifkan dan mengefisienkan kinerja serta pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah di tetapkan.
Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi MI Mambaul Khair Bertais Mataram dapat di lihat pada bagan di bawah ini:
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Khair NW Bertais Mataram Tahun Pelajaran 20142015 7
Yayasan
Kepala madrasah
Ketua Komite
Drs. H. Ahmad Suhaimi
Sri Susantini, S. Ag
Drs. H. Darwan Hadi
Bendahara
Tata Usaha
Mainah, S. Pd
Ahmad Jaenuddin, S.Pd.
Waka. Kurikulum
Waka. Sarana
Hulaimi, S. Ag
Siriani, S. Pd.I
Waka. Kesiswaan
Waka. Humas
Mantali, A. Ma
Justariah abdussatar, S. Pd.I
Wali Kelas I
Wali Kelas II
Baiq Farida Zohriati, S. Pd.I
Mantalli, A. Ma
Wali Kelas III
Wali Kelas IV
Fahrudin, S. Pd.I
Siriani, S. Pd.I
Wali Kelas V
Wali Kelas VI
Mainah, S. Pd.I
Hulaimi, S. Ag
Dewan Guru
Siswa Siswi
B. Hasil Penelitian
1. Penentuan Observer
Observer dalam penelitian ini adalah rekan guru lain yang mengajar di MI Mambaul Khair NW Bertais. Adapun penentuan observer didasarkan atas kriteria sebagai berikut:
a. Memahami penelitian yang dilakukan.
b. Mengetahui cara serta pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).
c. Mengetahui aspek-aspek penelitian yang dilakukan.
d. Mampu memberikan dukungan dan menghindari suasana yang tidak diinginkan guru (peneliti).
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 September 2014 pada pukul:07.30 Wita sampai pukul 09.45 Wita. Siklus II juga dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan pada siklus II yaitu pada hari Kamis tanggal 23 September 2014 pada pukul 07.30 Wita sampai pukul 09.45 Wita.
a. Pelaksanaan Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 11 September 2014 pada pukul:07.30 Wita sampai pukul 09.45 Wita. Siklus I dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap
observasi; dan (4) tahap refleksi. Penjelasan dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap ini merupakan tahap awal peneliti karena peneliti adalah guru kelas VI maka peneliti berusaha mengidentifikasi beberapa faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar IPA siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais. Secara garis besar ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar karena metode yang dilakukan guru belum variatif yang menyebabkan munculnya berbagai permasalahan.
Permasalahan tersebut antara lain: (1) sulitnya memahami materi yang diajarkan dengan metode ceramah. (2) Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti merumuskan tindakan sebagai berikut:
a. Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan tersebut.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Membuat format penilaian sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan juga sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru membuka pelajaran dengan membaca basmalah dan doa
2. Guru menanyakan kabar dan menanyakan tentang materi yang telah disampaikan sebelumnya. Untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari sekarang ini.
3. Guru mengecek kehadiran siswa dengan memanggil nama siswa satu persatu dan melihat siswa yang dipanggil.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai pada pertemuan ini
b. Kegiatan Inti (50 Menit)
1. Guru menunjukkan beberapa gambar hewan berupa kelelawar, cecak dan bebek kepada siswa.
2. Guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok tim inti
3. Guru memberikan tugas yang berbeda untuk masing-masing tim, yang akan mencari informasi berbeda yang menjadi perwakilan kelompok.
4. Guru mengelompokkan siswa yang mempunyai tugas yang sama menjadi satu kelompok tim ahli.
5. Tim ahli mencari jawaban tugas secara bersama-sama melalui buku BSE atau sumber lain yang disediakan oleh guru atau di perpustakaan.
6. Setelah menemukan jawaban tim ahli kembali ke kelompok inti masing-masing.
7. Masing-masing tim ahli mempresentasikan hasil pencarian mereka ke anggota kelompok yang lainnya.
8. Masing-masing kelompok menyusun jawaban kelompok untuk tugas masing-masing kelompok yang diberikan.
9. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa yang telah berhasil melaksanakan tugas.
10. Memberikan evaluasi dengan mengerjakan tes formatif berupa butir soal yang sesuai dangan materi.
c. Kegiatan Akhir ( 10 Menit)
1. Memberikan penguatan kepada siswa berupa saran dan pesan untuk memotivasi siswa belajar
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan menutupnya dengan do’a kafaratul majlis.
Adapun hasil kegiatan pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 4.4 Nilai Hasil Pembelajaran IPA di Kelas VI MI Mambaul Khair
Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Siklus I
Nilai Hasil Belajar KD. 1 Siklus I
Perolehan Maksimal
Nilai
KKM Ketuntasan
(Sp:Smx100)
1 Agus Riadi
11 15 73 70 Tuntas
2 Ali Akbar
10 15 67 70 Belum Tuntas
3 Amalis Salwa
12 15 80 70 Tuntas
4 Elok Soraya
13 15 87 70 Tuntas
Fahmi 5 Zulkarnaen
8 15 53 70 Belum Tuntas
Imam 6 Siswanto
7 15 47 70 Belum Tuntas
7 Linggi Hakika
11 15 73 70 Tuntas
8 M.Ihsan Hala
8 15 53 70 Belum Tuntas
Muhammad 9 Rizal
9 15 60 70 Belum Tuntas
10 Nadiawati
10 15 67 70 Belum Tuntas
11 Nurul Aini
11 15 73 70 Tuntas
Rivatila Sari 12 Devi
11 15 73 70 Tuntas
Saskia Putri 13 Nurrahmi
12 15 80 70 Tuntas
14 Sobirin
8 15 53 70 Belum Tuntas
15 Sopianita
12 15 80 70 Tuntas
Wira 16 Urrahman
8 15 53 70 Belum Tuntas
Skor Maksimal
Jumlah Nilai
Nilai rata-rata kelas (Jumlah Nilai Keseluruhan : Jumlah Siswa)
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Jumlah yang tuntas
Jumlah yang belum tuntas
Persentasi Ketuntatasan Klasikal
Tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-
masing siswa dengan menggunakan rumus di bawah ini:
N A = Sp x 100 Sm Keterangan:
N A = Nilai akhir Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal. 8 Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais
dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul Khair NW Bertais. Sehingga yang dikatakan tuntas untuk siklus I baru 9 Orang dari 17 Orang siswa.
b) Penentuan nilai rata-rata kelas akan menggunakan rumus
Keterangan : N R = Nilai rata-rata.
8 BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta: Depdiknas).
N A = Jumlah Nilai akhir. S 9
= Jumlah siswa. Berdasarkan rumus ini maka didapat bahwa
Jadi nilai rata-rata kelas adalah 67.
c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal ≥ 80 dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM . 10
KK 1 = x 100
n
Keterangan : KK = ketuntasan klasikal
n 1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan
KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes Kalau dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 9 orang dan jumlah siswa yang ikut tes sebanyak 17 orang. Maka diperoleh hasil perhitungan untuk ketuntasan klasikal adalah 53
9 Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar Baru Algensindo). hal. 125
10 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta:
dengan demikian ketuntasan klasikal dikatakan belum mencapai target ideal.
3) Tahap Observasi
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah secara kualitatif hasil pembelajaran dapat meningkat atau tidak. Beberapa hal yang menjadi aspek pengamatan guru dalam tahap ini antara lain:
1. Kehadiran dan kesiapan belajar siswa: ketika pelajaran dimulai apakah siswa hadir tepat pada waktunya dan sudah benar-benar siap mengikuti pelajaran baik dari segi persiapan alat-alat tulis maupun semangat dalam mengikuti pelajaran.
2. Keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran: ketika pelajaran dimulai apakah siswa sudah benar-benar serius mengikuti pelajaran atau masih main-main.
3. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan
4. Partisipasi dalam kelompok: Apakah berperan aktif atau pasif
5. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
6. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru.
7. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yang terlihat pada lampiran yaitu dengan menggunakan instrumen observasi rating scale diperoleh data pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Mengikuti Pembelajaran IPA pada Siklus I
NO
Aspek yang diukur
Hasil
1 Jumlah siswa
2 Jumlah aktivitas siswa yang diukur
3 Total skor aktifitas siswa
4 Kategori aktivitas siswa
Cukup Aktif
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I tentang aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa aktivitas pembelajaran masih kurang aktif karena masih banyak aktivitas siswa yang belum dilaksanakan dengan baik. Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkannya antara lain:
1. Peneliti belum sepenuhnya dapat mengontrol dan mengelola kelas
2. Peneliti belum terbiasa mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3. Siswa belum mengerti sepenuhnya tentang langkah pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain hasil observasi perilaku siswa, kegiatan guru (peneliti)
kegiatan guru (peneliti) yaitu dengan menggunakan instrumen observasi rating scale dalam bentuk deskripsi pada siklus I lampiran V terlihat bahwa deskriptor dari setiap indikator belum terlaksana dengan baik. Ringkasan hasil observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran IPA Pada Siklus I
NO
Aspek yang diukur
Hasil
1 Jumlah aktivitas guru yang diukur
2 Total skor aktivitas guru
3 Kategori aktivitas guru
Cukup Aktif
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru (peneliti) dalam kegiatan pembelajaran siklus I masih terdapat aktivitas guru (peneliti) yang belum terlaksana dengan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru masih kurang aktif dalam proses pembelajaran karena masih ada terdapat aktivitas yang belum sempurna untuk dilaksanakan.
4. Tahap Refleksi
a. Refleksi Tahap Perencanaan Tindakan.
Pada tahap perencanaan tindakan, hal-hal yang benar-benar harus lebih diperhatikan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti. Dalam rencana
beberapa kegiatan yang belum fokus pada penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti dalam hal ini tentu saja harus lebih memfokuskan setiap kegiatan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran agar penelitian benar-benar dapat terlaksana dengan baik.
b. Refleksi Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan antara lain: terdapat beberapa kegiatan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang belum maksimal dilaksanakan oleh peneliti, peneliti belum dapat mengontrol kelas dan perilaku siswa. Untuk mengatasi permasalahan-permaslahan tersebut, peneliti dibantu oleh observer memberikan masukan-masukan agar proses pembelajaran pada siklus berikutnya dapat terlaksana dengan baik. Beberapa hal yang menjadi masukan dari obsever antara lain:
1) Peneliti harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
2) Peneliti harus lebih aktif dalam mengontrol siswa dan mengelola kelas.
3) Peneliti harus lebih detail dalam menjelaskan prosedur pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang akan dilakukan sehingga siswa dapat dengan mudah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Adapun hasil pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul
Khair NW Bertais tahun pelajaran 20142015 pada siklus pertama secara kuantitatif maupun kualitatif dikatakan belum berhasil. Secara kuantitatif, dari 17 orang siswa hanya 9 orang siswa yang nilainya telah mencapai standar KKM yang berlaku disekolah ini yaitu 70 untuk rata-rata klasikal pada siklus ini hanya tercapai sebesar 53 dari standar ketuntasan klasikal yakni sebesar ≥
80. Begitu juga secara kualitatif, hasil pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil karena masih banyak aktivitas siswa maupun guru (peneliti) yang belum mencapai hasil maksimal dan harus ditingkatkan. Oleh karena itu akan dilaksanakan siklus kedua untuk penelitian ini dengan tujuan agar secara kuantitatif dan kualitatif hasil pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal.
b. Pelaksanaan Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 September 2014 pada pukul 07.30 sampai pukul 09.45. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II (lampian IX).
c. Membuat lembar observasi yaitu, lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran XIIdan XIII).
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II, hampir sama dengan siklus
I. Tetapi dalam siklus II kegiatan pembelajaran di desain dengan penyediaan sumber belajar yang mudah di dapat oleh siswa dan pemberian materi lebih difokuskan lagi. Terutama pada indikator- indikator yang masih belum dimengerti oleh siswa. Materi pembelajaran dari indikator-indikator yang belum tercapai tersebut benar-benar harus dikuasai oleh guru (peneliti) untuk kemudian disampaikan secara detail dan jelas kepada siswa untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.
Adapun hasil pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais pada siklus II secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.7 Hasil Pembelajaran IPA kelas VI MI
Mambaul Khair NW Bertais pada Siklus II
Nilai Hasil Belajar KD. 1 Siklus I
KKM Ketunt
Perolehan Maksimal
(Sp:Smx100) KD asan
1 Agus Riadi
12 15 80 70 Tuntas
2 Ali Akbar
4 Elok Soraya
7 Linggi H.
11 15 73 70 Tuntas
M.Ihsan
11 Nurul Aini
11 15 73 70 Tuntas
Rivatila
12 Sari Devi
11 15 73 70 Tuntas
Saskia Putri
13 Nurrahmi
12 15 80 70 Tuntas Belum
Skor Maksimal
Jumlah Nilai
Nilai rata-rata kelas (Jumlah Nilai Keseluruhan : Jumlah Siswa)
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Jumlah yang tuntas
Jumlah yang belum tuntas
Persentase Ketuntatasan Klasikal (Jumlah yang tuntas : Jumlah Siswa x 100)
Tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa dengan menggunakan rumus di bawah ini:
N A = Sp x 100
Sm Keterangan:
N A = Nilai akhir Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal. 11 Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam
proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul Khair NW Bertais. Sehingga yang dikatakan tuntas untuk siklus II sebanyak 15 Orang dari 17 Orang siswa.
b) Penentuan nilai rata-rata kelas akan menggunakan rumus
berikut: N R =
NA SN
Keterangan : N R = Nilai rata-rata.
N A = Jumlah Nilai akhir.
11 BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta:
S 12
= Jumlah siswa. Berdasarkan rumus ini maka didapat bahwa N R =
Jadi nilai rata-rata kelas adalah 77.
c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal ≥ 80 dari jumlah siswa kelas VI yang memperoleh nilai di atas KKM. 13
KK 1 = x 100
n
Keterangan : KK = ketuntasan klasikal
n 1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes Kalau dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 15 orang dan jumlah siswa yang ikut tes sebanyak 17 orang. Maka diperoleh hasil perhitungan untuk ketuntasan klasikal adalah 88 dengan demikian ketuntasan klasikal dikatakan sudah mencapai target ideal.
3. Tahap Observasi
12 Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar
Baru Algensindo). hal. 125
13 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta:
Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II yang terlihat pada lampiran XII yaitu dengan menggunakan instrument observasi rating scale dalam bentuk deskripsi, diperoleh data pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Pada Siklus II
No
Aspek yang diukur
Hasil
1 Jumlah siswa
2 Jumlah aktivitas siswa yang diukur
3 Skor total aktifitas siswa
4 Kategori aktivitas siswa
Sangat Aktif
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus II aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat aktif. Hampir semua aktivitas siswa dilaksanakan dengan baik. Hal itu mendukung terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik dan menyenangkan. Selain hasil observasi perilaku siswa, kegiatan guru (peneliti) juga diobservasi oleh observer. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru (peneliti) yaitu dengan menggunakan instrumen observasi rating scale dalam bentuk deskripsi pada siklus II lampiran XIII terlihat bahwa deskriptor dari setiap indikator sudah terlaksana dengan baik. Ringkasan hasil observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais
Pada Siklus II.
No
Aspek yang diukur
1 Jumlah aktivitas guru yang diukur
2 Total skor aktivitas guru
3 Kategori aktivitas guru
Sangat Aktif
Hasil observasi aktivitas guru (peneliti) dalam kegiatan pembelajaran siklus II seluruh aktivitas pembelajaran sudah terlaksana dengan baik atau sudah Sangat aktif.
4. Tahap Refleksi
a) Refleksi Perencanaan Tindakan
Pada tahap perenanaan tindakan siklus II, kekurangan- kekurangan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diperbaiki. Setiap kegiatan yang dibuat peneliti dalam renana pelaksanaan pembelajaran benar-benar fokus pada penelitian yang akan dilaksanakan.
b) Refleksi Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat peneliti. Peneliti sudah menyediakan sumber belajar yang akan dijadikan rujukan dalam mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan oleh tim ahli, peneliti juga benar-benar menguasai materi
pelajaran yang disampaikan kepada siswa serta mampu mengontrol dan mengelola kelas dengan baik.
C. Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais baik hasil pelaksanaan siklus I maupun siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan. Perkembangan peningkatan hasil pelaksanaan kedua siklus tersebut sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan RPP (Aktivitas Guru)
Peningkatan atau berhasilnya proses aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disebabkan karena guru melaksanakan dengan optimal perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I seperti peningkatan pemahaman, pendampingan siswa yang intensif, pengorganisasian dan pengalokasian waktu yang efektif. Persentase keaktifan guru siklus I 50,00 kategori aktif dan siklus II 81,25 kategori sangat aktif dengan peningkatan 31,25. Hal ini senada dengan dengan apa yang di sebut oleh Isjoni Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 14
2. Aktivitas Siswa
Persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 50,00 kategori cukup aktif dan pada siklus II mencapai 76,39 kategori sangat aktif, terdapat peningkatan sebesar 26,39. Peningkatan atau berhasilnya proses aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disebabkan karena perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan, kesalahan- kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh
Slavin (1995) dalam Isjoni 15 , yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
3. Hasil Belajar Siswa
Jumlah siswa yang tuntas pada waktu siklus I sebanyak 9 orang siswa dan pada siklus II yaitu 15 orang siswa sehingga jumlah sebanyak 6 orang siswa, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 53 pada siklus II menjadi 88 dan nilai rata-rata di siklus I 67 dan pada siklus II meningkat menjadi 77, Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa meningkatkan hasil pembelajaran untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN