PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW) DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS TAHUN PELAJARAN 20142015

  Oleh Hulaimi

  NIM: 15.1.13.11.0.032

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2014

  PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW) DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS TAHUN PELAJARAN 20142015

  Skripsi diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram

  Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

  Oleh Hulaimi

  NIM: 15.1.13.11.0.032

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2014

MOTTO

  Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

  merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 0F 1

  1 Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. (Jakarta: PT.

PERSEMBAHAN:

  Skripsi ini kupersembahkan kepada:  Kepada Allah sebagai bentuk menjalankan perintah-Nya yaitu kewajiban

  menuntut Ilmu  Ke dua orang tuaku tercinta Abdul Kadir Enam yang telah memberikan

  dukungan sehingga dapat menyelesaikan studi (S1 Ke 2).  Istriku tercinta Nurjannah yang selama ini memberikan bantuan Moril,

  Motivasi dan dengan sadar saya berikan sebuah karya dalam bentuk karya tulis ilmiah (Skripsi).

   Putra-Putriku tercinta (Hanifatunnabilah, Ahmad Mujahid Nabil dan

  Abdul Halim Azka), semoga bisa dicontoh dan lebih baik lagi.  Teman-temanku dewan guru serta pengurus yayasan yang selalu memotivasi

  saya untuk menyelesaikan tanggung jawab selaku guru dan pengemban amanah bangsa.

   Almamaterku tercinta program (S1 Ke 2) IAIN Matraram.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik serta inayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1 Ke-2) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan PGMI di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.

  Shalawat dan salam senantiasa penulis peruntukkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan contoh pengajaran terbaik di dunia ini yang bukti keberhasilan metode beliau bisa kita rasakan sampai sekarang ini.

  Dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada penulis, terutama kepada:

  1. Kepada Bapak Dr. H. Adi Fadli, M.Ag. Selaku pembimbing I dan Bapak

  Hadi Kusuma Ningrat, M. Pd. Selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada peneliti.

  2. Bapak Prof. Dr. H. M. Taufik, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

  dan Keguruan IAIN Mataram yang telah memberikan kemudahan bagi peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  3. Bapak Dr. H. Nashuddin, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Mataram serta seluruh

  stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Mataram Khususya program Dual Mode System

  (S1 Ke-2) yang telah banyak memberikan bimbingan selama peneliti melaksanakan studi di IAIN Mataram.

  5. Pengelola Dual Mode System (S1 Ke-2) yang telah berusaha membantu

  dalam segala hal selama peneliti melaksanakan studi di IAIN Mataram.

  6. BapakIbu Guru MI Mambaul Khair NW Bertais yang telah banyak

  membantu dalam membimbing dan memberikan informasi terkait hal-hal yang peneliti butuhkan dalam penelititan skripsi ini.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

  Semoga segala amal dan jerih payah mereka dicatat sebagai amal ibadah dan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari-Nya. Amin. Akhirnya, kepadamu Ilahi Rabbi kami mohon Taufik, Hidayah serta Inayah.

  Mataram, 10 Oktober 2014 Penulis

  PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW) DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS TAHUN PELAJARAN 20142015

  Oleh Hulaimi NIM. 15.1.13.11.0.032

  ABSTARAK: Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan, menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah terlihat melalui hasil ketuntasan klasikal bagi kelas VI mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup baru 30 mencapai ketuntasan dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan madrasah yaitu 70. Berbagai usaha terus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran di MI Mambaul Khair NW Bertais, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw). Menurut peneliti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di MI Mambaul Khair NW Bertais tahun pelajaran 20142015”. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kelas VI dengan jumlah siswa 17 orang. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk mengetahui tingkat aktifitas belajar siswa dan guru, dengan alat pengumpulan data berupa lembaran observasi siswa dan guru yaitu instrumen penilaian proses pembelajaran siswa dan guru disertai instrumen penilaian hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa dinyatakan telah tuntas jika mencapai kriteria ketuntasan minimal 70 dan ketuntasan belajar klasikal dinyatakan tuntas jika mencapai 80. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I dari 17 orang siswa terdapat 9 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 67, nilai tertinggi 87, nilai terendah 47 dan persentase ketuntasannya 53 ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus

  I belum memenuhi kriteria ketuntasan, sedangkan pada siklus II dari 17 orang siswa terdapat 15 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 77, nilai tertinngi 93, nilai terendah 53 dan persentase ketuntasan 88. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dengan adanya peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 35.

DAFTAR TABEL

  Tabel 1.1

  Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais untuk KD

  6

  1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 20132014.......

  Tabel 4.1

  Data Jumlah Siswa MI Mambaul Khair Bertais Tahun Pelajaran 20142015 ...................................................................

  56

  Tabel 4.2

  Daptar Nama Guru dan Karyawan MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 20142015 ............................................

  57

  Tabel 4.3

  Keadaan Sarana dan Prasarana MI Mambaul Khair Bertais Mataram Tahun Pelajaran 20142015 .........................................

  59

  Tabel. 4.4 Nilai Hasil Pembelajaran IPA di Kelas VI MI Mambaul Khair

  66

  Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Siklus I .............................

  Tabel 4.5

  Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran IPA pada Siklus I .................................................

  70

  Tabel 4.6

  Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA Pada Siklus I .................................................

  71

  Tabel 4.7

  Hasil Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais pada Siklus II ..................................................................

  75

  Tabel 4.8

  Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Pada Siklus II ..............................................................................

  78

  Tabel 4.9

  Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Perkembangan ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan setiap bangsa dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia.

  Madrasah ibtidaiyahsekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan sebagai berikut:

  Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

  demokratis serta bertanggung jawab. 1 Berdasarkan hal di atas madrasah ibtidaiyahsekolah dasar harus

  memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas- kelas awal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar ini tidak dapat ditunda-tunda lagi terutama dalam peningkatan mutu proses pembelajaran pendidikan dasar di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan

  1 http:riau.kemenag.go.idfilefileprodukhukumfcpt1328331919.pdf , diambil tanggal 1 http:riau.kemenag.go.idfilefileprodukhukumfcpt1328331919.pdf , diambil tanggal

  Sesuai dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di sekolah dasar menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru perlu memahami tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Amstrong dalam Sudjana dinyatakan bahwa guru mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses pembelajaran, 2) dalam memberikan bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan kurikulum, 4) dalam mengembangkan profesi, dan 5) membina hubungan dengan

  masyarakat 2 .

  Mata Pelajaran IPA di MI merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada MI, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan

  kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. 3

  Guru seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan

  2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 15. 3

  MI Mambaul Khair NW Bertais, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Mataram MI Mambaul Khair NW Bertais, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Mataram

  Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di madrasah ibtidaiyah siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah. Untuk menciptakan suasana agar siswa lebih aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi pengajaran yang diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar. Selain itu diupayakan suatu model yang mengarah pada pengembangan berfikir logis, sikap yang kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan.

  Mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif, sehingga dalam proses belajar dan perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada siswa yang belajar. Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model dan Mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif, sehingga dalam proses belajar dan perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada siswa yang belajar. Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model dan

  untuk aktif dan saling memberi dukungan. 4 Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam model salah satunya adalah model jigsaw.

  Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

  dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 5 Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk

  membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai terhadap kemampuan masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

  Sejalan dengan itu pendekatan Jigsaw di madrasah ibtidaiyah kiranya merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil belajarkompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan yang

  4 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.20 4 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.20

  Jika dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh untuk kompetensi dasar ciri khusus makhluk hidup pada Tahun 20132014 yang lalu ketuntasan hasil belajar kelas VI baru 30 dari jumlah siswa. Lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 1.1 Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais untuk KD 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 20132014 6

  NILAI KOMPETENSI DASAR 1

  Ulang- Nilai Ketuntas- Tindak

  an Lanjut

  1 Anisa

  70 60 80 70 Tuntas Pengayaan Belum

  2 Bustomi

  70 57 60 58.5 Tuntas Perbaikan Belum

  3 Hadid Karim

  70 60 70 65 Tuntas Perbaikan Belum

  4 Haerul Wardi

  70 60 70 65 Tuntas Perbaikan

  5 Hendri Kuswara 70 65 80 72.5 Tuntas Pengayaan Belum

  6 Ihsan Nurdin

  70 65 70 67.5 Tuntas Perbaikan Belum

  7 Mahdan Hawari 70 55 70 62.5 Tuntas Perbaikan

  Masyittoh

  8 Syahda F.S

  70 80 75 Tuntas Pengayaan

  6 Arsip Nilai KD1 Semeseter I MI Mambaul Khair NW Bertais, Dokumentasi, Tanggal 16

  1 2 3 4 5 6 7 8 Belum

  10 Muhamad Fazri

  70 50 60 55 Tuntas Perbaikan

  Jumlah yang tuntas

  Jumlah yang belum tuntas

  Persentase Ketuntatasan

  Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan secara klasikal masih rendah yaitu mencapai 30 dari dari KKM yang telah di tentukan yaitu 70 untuk KD. Ciri khusus makhluk hidup. Berdasarkan realita ini, peneliti memandang masalah ini perlu diselesaikan. Dengan harapan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul Khair NW Bertais dapat meningkat. Dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 20142015".

B. Sasaran Tindakan

  Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais yang berjumlah 17 orang dengan perincian siswa perempuan sebanyak 9 orang dan Siswa laki-laki sebanyak 8 orang.

C. Rumusan Masalah

  Berangkat dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah berupa “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 20142015?”

D. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 20142015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.

  2. Manfaat Praktis

  Secara praktis, manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat bagi siswa, guru dan madrasah. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

  a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

  b. Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di bidangnya.

  c. Bagi Madrasah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi pembelajaran di Madrasah yang lebih baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar

  1. Pengertian Belajar

  Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib 0F hukumnya bagi setiap orang Islam” 1 . Hadis tentang belajar dan yang

  terkait dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.

  Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. hingga dalam al-Qur’an surat Al-Mujadallah ayat 11 dinyatakan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:

             

  .  

  1 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab Akhlak Penuntut Ilmu, (Bogor: Pustaka At- Taqwa, 2010) h. 3

  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

  derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 2

  Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakterstik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

  sebelum lahir. 3

  Belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang 4 . Menurut Slameto yang dikatakan belajar

  merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

  dengan lingkungannya. 5

  Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya.

  Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

  2 Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. (Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), h. 793.

  3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana,2010)

  h,16.

  4 Sudjana Nana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru Algesindo,1989),h. 5

  5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya(Jakarta:Rineka

  Sedangkan menurut Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka panjang waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester mengemukakan bahwa belajar ialah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap, belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi

  kembali materi yang telah dipelajarinya. 6

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berlangsung relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar mempunyai tujuan agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga semakin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik perubahan tingkah laku yang diperoleh.

  2. Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

  Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow

  mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel). 7 Jadi, hasil belajar merupakan perubahan pemahaman, pengetahuan dan perilaku

  yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

  3. Macam-macam Hasil Belajar

  Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor,sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektf.

  Menurut Bloom dalam Sudjana dikatakan bahwa secara garis besar karakteristik hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :

  Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 8

  a. Domain Kognitif (Cognitive Domain)

  Domain ini berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual lebih sederhana, yakni mengingat sampai kepada kemampuan memecahkan masalah yang menurut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari. Aspek kognitif terdiri dari enam tingakatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu:

  1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.

  2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

  8 Warni Djuwita, Evaluasi Pembelajaran (NTB: Elhakam Press Lombok, 2012), h. 50.

  3) Tingkat penerapan (application), penerapan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

  4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasikan, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.

  5) Tingkat sintesis (syntesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

  6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

  b. Domain Afektif

  Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap

  1) Receivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Kata kerja operasioanl yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.

  2) Responding atau jawaban, yaitu jenjang kemampuan yang menurut siswa yang tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi. Penekanannya terletak pada kemauan siswa untuk menjawab secara suka rela, menjawab tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, member nama, menunjukkan, mempraktekkan, melaporkan, menuliskan, memberitahu.

  3) Valuing (penilaian) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.

  4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan 4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan

  5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu menggunakan nilai yang sudah diyakini sebagai pandangan hidup (worldview) dan mempertahankan nilai yang sudah ada.

  c. Domain Psikomotoris

  Domain psikomotirs yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan tubuh dan bagian-bagianny, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :

  1) Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menampilkan, menggerakkan.

  2) Manipulatioan of material or objects, yang meliputi : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

  3) Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memasang, menarik, memotong dan menggunakan.

  Selanjutnya Yamin dalam Djuwita mengklasifikasikan domain psikomotor menjadi empat kelompok sebagai berikut : 9

  Gerakan seluruh badan (gross body movement), yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. Contoh : senam mengikuti irama musik.

  a) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), ialah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. Contoh : menyetir, berenang.

  b) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), yaitu hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat (anggukan kepala, ekspresi wajah). Contoh : mengirim kode-kode dengan jari tangan.

  c) Kebolehan dalam berbicara (speech behavior), ialah kemampuan berbicara yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya termasuk ekspresi muka. Misalnya : membaca deklamasi atau sajak.

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

  9 Ibid, h. 54.

  belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

  1) Faktor Intern

  Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersanintelegensi, bakat, minat dan motivasi.

  (a) Kecerdasanintelegensi

  Camplin memberikan pengertian intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

  mempelajari dengan cepat. 10

  Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi rendah.

  10 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta : Rhineka Cipta,

  (b) Bakat

  Faktor psikilogis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang, berkaitan dengan belajar, bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu

  komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. 11 (c) Minat

  Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 12 Untuk

  menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

  11 Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran ( Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub. 2000), h.25

  (d) Motivasi

  Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang

  mendorongnya untuk berbuat sesuatu. 13

  Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

  2) Faktor Ekstern

  Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

  Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan

  sekolah dan lingkungan masyarakat. 14

  (a) Keadaan Keluarga

  Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

  Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

  14 Sunarto, “Pengertian Prestasi Belajar” dalam http : sunartombs.wordpress.com

  (b) Keadaan Sekolah

  Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono mengemukakan guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.

  Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

  (c) Lingkungan Masyarakat

  Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

  Dalam hal ini Kartono berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama Dalam hal ini Kartono berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama

  Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan- kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

  B. Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup

  1. Kelelawar

  Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Untuk dapat terbang dengan arah yang benar, kelelawar menggunakan sistem sonar. Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi (bunyi ultrasonik) sebanyak mungkin. Kemudian, ia mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan indra pendengarannya. Dengan cara itu, kelelawar dapat mengetahui letak suatu benda dengan tepat, sehingga kelelawar mampu terbang dalam keadaan gelap tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.

  Kemampuan kelelawar mengetahui lingkungan sekitarnya dengan menggunakan sistem sonar dikenal dengan istilah ekolokasi. Ciri khusus lain dari kelelawar adalah kemampuan terbangnya. Hewan mamalia ini dapat terbang karena memiliki selaput kulit yang tipis terdapat di antara tulang lengannya. Ciri lain yang dimiliki hewan ini, yaitu posisi tidur pada

  siang hari dengan cara menggantung dan posisi badan yang terbalik. 15

  Dilihat dari makanannya terdapat beberapa jenis kelelawar antara

  lain :

  1. Kelelawar pemakan buah

  Gambar 2.1. Kelelawar Pemakan Buah. 16

  2. Kelelawar pemakan serangga

  15 Heri Sulityanto Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI,

  (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 3

  Gambar 2.2. Kelelawar Pemakan Serangga. 17

  3. Kelelawar penghisap darah

  Gambar 2.3. Kelelawar Penghisap Darah. 18

  Adapun Ciri khusus yang dimiliki kelelawar adalah :

  17 http:m.kidnesia.com diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.23 WITA

  1. Memiliki kemampuan ekolokasi yaitu mampu menggunakan gelombang bunyi (sonar) untuk mendeteksi keadaan disekitarnya.

  Gambar 2.4. Animasi Penggunaan System Sonar. 19

  2. Ciri lain tentang kelelawar :

  a) Kelelawar termasuk hewan jenis mamalia yang dapat terbang

  b) Kelelawar mencari makan pada malam hari dan tidur pada siang hari dengan posisi kepala di bawah

  Gambar 2.5. Kelelawar Tidur di Siang Hari. 20 Gambar 2.5. Kelelawar Tidur di Siang Hari. 20

  d) Kelelawar mampu mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi (bunyi utrasonik). 21

  2. Cecak

  Cecak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cicak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cicak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.

  Gambar 2.6. Cecak.

  20 http:noonathome.wordpress.com20080711tangan-belalai-dan-memindahkan- kebaikan diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.21 WITA

  21 Rahmah, “Ciri Khusus Pada Kelelawar” dalam http:asagenerasiku.blogspot.com201207ciri-khusus-pada-kelelawar.html , diambil tanggal 16

  Cecak termasuk hewan melata. Cicak dapat merayap di dinding tanpa terpeleset. Hal ini karena cicak memiliki ciri khusus. Apa ciri khusus cicak? Berikut ini beberapa ciri-ciri khusus cicak:

  1. Cicak memiliki telapak kaki dengan sistem perekat. Sistem perekat ini dibangun oleh telapak kaki yang beralur pararel. Dengan alur yang dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan kakinya di dinding dan berjalan tanpa terpeleset.

  Gambar 2.7. Bentuk Kaki Cecak.

  2. Ciri khusus cicak yang lain adalah kemampuan memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan ekor yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri.

  Gambar 2.8. Cecak Memutuskan Ekornya.

  3. Ciri khusus lainya pada hewan cicak adalah untuk memperoleh makanan, cicak memiliki lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang.

  Gambar 2.9. Cecak Memutuskan Menangkap Mangsa. Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk.

  Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam

  Berikut ini 4 jenis cicak, yaitu:

  1. Cecak tembok yang memiliki bahasa latin Cosymbotus platyurus, yaitu cicak yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan sela- sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di belakang kaki.

  2. Cecak kayu yang memiliki bahasa latin Hemidactylus frenatus, yaitu cicak yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap. Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh makanan.

  3. Cecak gula atau nama latinnya Gehyra mutilata, yaitu cicak yang memiliki tubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita.

  4. Cecak batu memiliki nama latin Cyrtodactylus marmoratus. 22

  4. Bebek

  Hewan ini memiliki berbagai ciri khusus yang disesuaikan dengan tempat tinggalnya. Bebek hidup di darat, namun untuk mencari makan, bebek biasanya berada di air. Adapun ciri khusus yang dimiliki bebek untuk mencari makan berupa paruh yang agak panjang dan lebar pada bagian ujungnya.

  Gambar 2.10. Bebek. Bebek mencari makan di air, baik kolam atau danau yang dangkal. Agar tubuhnya tidak basah jika terkena air, bulu bebek dilapisi oleh minyak. Dengan demikian, pada saat bebek sampai di darat ia hanya tinggal mengibas-ngibaskan badannya dan air yang menempel di tubuhnya keluar. Jika bulu tubuhnya tidak dilapisi oleh minyak, air yang menempel akan terus menyerap ke dalam bulu tubuh bebek.

  22 Pak Guru, “Ciri Khusus Cecak” dalam http:pelajaranilmupengetahuanalam. blogspot.com201402ciri-ciri-khusus-cicak.html , diambil tanggal 16 Agustus 2014, Pukul 12.56

  Gambar 2.11. Bentuk Kaki Bebek Yang Berselaput. Selain lapisan minyak pada tubuh bebek, hewan ini mempunyai ciri khusus berupa kaki yang berselaput di antara jari kakinya. Jika kita perhatikan, bebek dapat berenang di air karena kakinya memiliki semacam

  selaput renang. 23

  5. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ( Tipe Jigsaw )

  1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)

  Menurut Isjoni, 24 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran

  kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dimana model pembelajaran ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

  23 Sulityanto, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, h. 5

  Sebagai model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Davidson dan Warsham (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu, pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran

  sosial. 25

  Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni 26 ,

  yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

  Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

  Jadi, pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw itu sendiri merupakan model yang menerapkan metode diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai dengan karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada

  25 Ibid, 45 25 Ibid, 45

  2. Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw

  Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut :

  1. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota tim.

  2. Tiap orang dalam tim diberi bagiantugas untuk mengerjakan materi yang berbeda.

  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagiansub bab (materi) yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab (materi) mereka.

  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub babmateri yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

  7. Guru memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).

  8. Penutup.

  Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Sedangkan guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

  3. Kelabihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

  1. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw

  1. Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.

  2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.

  3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.

  4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

  2. Kekurangan

  1. Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.

  2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda. 27

  27 Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam http:www.budairi.com201211pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan.htmlixzz3AgnlllEC ,

BAB III METODE PENELITIAN

  A. Setting Penelitian

  Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Mambaul Khair NW Bertais yang beralamatkan di Jl. Sandubaya No. 36 B Kelurahan Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 20142015. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).

B. Sasaran Penelitian

  Sasaran penelitian yang dimaksud di sini adalah perubahan apa yang diinginkan dari subjek yang dikenai tindakan. Sasaran penelitian dapat juga

  diartikan sebagai target yang diharapkan. 1 Sesuai dengan penjelasan di atas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW

  Bertais. Nantinya, pada diri mereka diharapkan terjadi suatu perubahan positif yaitu adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek). Upaya peningkatan hasil belajar yang dimaksud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).

C. Rencana Tindakan

  Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika siklus I tidak tuntas, dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

  Dalam penelitian ini rencananya menggunakan prosedur yang digunakan oleh Kurt Lewin sebagaimana berikut ini. 2

  Identifikasi Masalah

  Siklus I

  (acting)

  Refleksi (reflecting)

  Observasi (observing)

  Perencanaan

  ulang

  Siklus II

  dst

  Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

  Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:

  1. Siklus I

  a. Perencanaan

  Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini yaitu:

  1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.

  2) Peneliti menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan kepada guru dan teman-teman yang berpartisipasi sebagai observer dalam pembelajaran dengan menggunakan metode dimaksud.

  3) Peneliti juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materinya.

  4) Menyiapkan lembar tugas untuk kelompok inti dan kelompok tim ahli yang di pakai untuk melakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw)

  5) Menyusun format-format instrumen penelitian meliputi pedoman observasi, tes hasil belajar, pedoman wawancara, serta alat atau bahan dokumentasi yang diperlukan.

  6) Menyusun tes formatif I.

  b. Pelaksanaan

  Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dengan skenario yang Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dengan skenario yang

  c. Observasi

  Observer adalah pengamat kegiatan. Yang dijadikan observer dalam penelitian ini adalah rekan guru yang lain, yang mana tugasnya adalah menilai keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti bersama observer juga menganalisis hasil observasi sebelumnya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pengamatan difokuskan pada: