54 yang memiliki Locus of Control eksternal menganggap itu sebagai suatu ancaman.
Lingkungan kerja yang tidak terstruktur sangat mendukung terjadinya tekanan- tekanan kerja yang diperoleh oleh mereka yang memiliki Locus of Control
eksternal. Oleh karena itu, pada lingkungan kerja yang tidak terstruktur auditor internal yang memiliki Locus of Control internal akan memiliki tekanan kerja
yang lebih rendah daripada auditor internal dengan Locus of Control eksternal. Apabila dibandingkan dengan auditor internal yang memiliki Locus of Control
eksternal, auditor internal yang memiliki Locus of Control internal lebih mudah dalam mengatasi tekanan kerja Job Stress.
4.4.2 Hipotesis kedua H2
Hasil pengujian hipotesis kedua H2 yang menyatakan bahwa auditor internal dengan Locus of Control internal akan mendapatkan kepuasan kerja lebih
tinggi daripada auditor internal dengan Locus of Control eksternal, menunjukkan
bahwa rata-rata peringkat Mean Rank kepuasan kerja untuk auditor internal yang memiliki Locus of Control internal 33,94 lebih besar dari rata-rata
peringkat Mean Rank auditor internal yang memiliki Locus of Control eksternal 19,78. Perbedaan tersebut signifikan secara statistik pada level signifikan 0,05
yang menunjukkan p-value 0,05, oleh karena itu hipotesis kedua H2 ini diterima. Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap
besarnya kepuasan kerja antara auditor internal yang memiliki Locus of Control internal dengan auditor internal yang memiliki Locus of Control eksternal. Hasil
pengujian hipotesis kedua H2 ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
55 dilakukan oleh Dennis M. Patten 2005.
Penjelasan yang dapat diberikan dari hasil analisis hipotesis kedua H2 ini adalah bahwa auditor internal yang memiliki Locus of Control internal mereka
yang meyakini bahwa suatu outputhasil itu tergantung pada tindakan atau kerja keras mereka akan menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada
auditor internal yang memiliki Locus of Control eksternal. Hal ini karena auditor internal yang memiliki Locus of Control internal selalu menyelesaikan pekerjaan
mereka dari kemampuan yang mereka miliki dan dari inisiatif yang mereka miliki tanpa harus ada kontrol dari pihak manajemen. Dari kinerja itulah auditor internal
akan merasa lebih puas terhadap pekerjaannya, karena itu merupakan bentuk aktualisasi diri seorang auditor internal terhadap karyanya tugasnya yang
bernilai tambah di mata pihak manajemen. Mereka yang memiliki Locus of Control eksternal akan selalu
menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih rendah, karena kinerja mereka bergantung atau diatur oleh pihak manajemen tanpa mereka berkreatifitas
terhadap pekerjaan mereka. Jadi kinerja yang mereka hasilkan itu hanya suatu prestasi kerja yang apa adanya tanpa ada nilai tambahnya, sehingga kepuasan
yang dihasilkan pun lebih rendah. Oleh karena itu berdasarkan hipotesis kedua yang telah diterima bahwa auditor internal yang memiliki Locus of Control
internal akan memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada auditor internal dengan Locus of Control eksternal. Apabila dibandingkan dengan auditor internal
yang memiliki Locus of Control eksternal, auditor internal yang memiliki Locus of Control internal lebih mudah dan sering mendapatkan kepuasan kerja Job
56 Satisfaction.
4.4.3 Hipotesis ketiga H3