Petaka yang menimpa Perpustakaan Dunia

3. Petaka yang menimpa Perpustakaan Dunia

Islam Selanjutnya, jika kesukacitaan memenuhi jiwa kita

ketika berbicara tentang kemerataan perpustakaan- perpustakaan kita berupa penghancuran dan pembakaran-pembakaran terhadap buku-buku tersebut yang tak dapat dinilai berapa kerugian ilmu yang terkandung untuk selama-lamanya. Perpustakaan- perpustakaan kita telah ditimpa petak yang memusnahkan jutaan bukunya sehingga dunia kehilangan buku-buku itu untuk selama-lamanya padahal buku-buku itu termasuk peninggalan paling berharga dari pemikiran manusia dalam sejarah.

Petaka itu ditimpahkan oleh tentara Tatar ketika mereka menaklukkan Bagdad. Yang pertama kali dihancurkan sebelum menghancurkan yang lain adalah perpustakaan. Tentara Tatar yang biadab melemparkan semua buku yang mereka dapatkan di perpustakaan- perpustakaan umum ke sungai Dajlah sehingga sungai itu penuh dengan buku-buku. Sampai-sampai seorang penunggang kuda bisa melintas di atasnya dari tepi ke tepi sungai. Air sungai tetap hitam pekat selama Petaka itu ditimpahkan oleh tentara Tatar ketika mereka menaklukkan Bagdad. Yang pertama kali dihancurkan sebelum menghancurkan yang lain adalah perpustakaan. Tentara Tatar yang biadab melemparkan semua buku yang mereka dapatkan di perpustakaan- perpustakaan umum ke sungai Dajlah sehingga sungai itu penuh dengan buku-buku. Sampai-sampai seorang penunggang kuda bisa melintas di atasnya dari tepi ke tepi sungai. Air sungai tetap hitam pekat selama

Petaka Serangan Salib juga telah membuat kita kehilangan perpustakaan-perputakaan paling berharga yang ada di Tripoli, Maarrah, Al Quds, Ghazzah, Asqalan, dan kota-kota lainnya yang dihancurkan mereka. Salah seorang sejarawan menaksir, buku-buku yang di musnahkan tentara Salib di Tripoli sebanyak tiga juta Buah. Petaka penduduk Spanyol atas Andalus juga telah membuat kita kehilangan perpustakaan- perputakaan besar yang diceritakan sejarah dengan mencengangkan. Semua buku di bakar oleh pemeluk- pemeluk agama yang fanatik. Bahkan buku-buku yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada menurut taksiran sebagian sejarawan berjumlah satu juta buku.

Petaka-petaka umum itu beralih kepada petaka-petaka akibat fitnah-fintah intern. Perputakaan para khalifah dinasti Fatimiyah berakhir riwayatnya karena di serang oleh masa dari kalangan budak Turki. Mereka menyalakan api di dalam perpustakaan itu dan seorang budak membagi-bagi cover-cover buku, kemudian dijadikan sandal-sandal yang mereka pakai. Sejumlah besar buku mereka lempar ke sungai Nil dan sebagian diangkut ke wilayah-wilayah lain, sedang sisanay diterbangkan angin sehingga menjadi gundukan buku.

Di Haleb terdapat sebuah perpustakaan yang sangat besar yang disebut Khazanah Sufisme . Ketika terjadi bentrokan karena fitnah antara Sunnah dan Syiah pada hari-hari Asyura, perpustakaan ini di rampas dan isinya dijual dan sisanya dirampas. Petaka paling aneh yang Di Haleb terdapat sebuah perpustakaan yang sangat besar yang disebut Khazanah Sufisme . Ketika terjadi bentrokan karena fitnah antara Sunnah dan Syiah pada hari-hari Asyura, perpustakaan ini di rampas dan isinya dijual dan sisanya dirampas. Petaka paling aneh yang

Ketika Amir bin Fatik wafat maka si istri beserta pelayan-pelayannya mendatangi perpustakaannya. Ia begitu sakit hati terhadap buku-buku tersebut karena telah melalaikan suaminya dari dirinya. Ia menangisi dan meratapi suaminya sambil melemparkan buku- buku itu ke kolam besar di tengah rumah (dengan dibantu oleh para pelayannya). Begitulah yang di perbuat seorang isteri yang marah karena suaminya mencintai buku. Ia menuntut balas kepada buku-buku itu setelah suaminya wafat.

Di kalangan wanita kita pun ada yang cemburu terhadp buku-buku seperti kecemburuan isteri yang mulia tersebut. Dulu isteri Imam Zuhari ketika melihatnya sedang asyik membaca buku pernah berkata kepadanya, Demi Allah, buku-buku berat atas diriku daripada tiga orang madu! Inilah pembicaraan tentang perpustakaan- perpustakaan kita pada masa-masa peradaban kita berikut kesudahan yang dialaminya. Kini perpustakaan- perputakaan di Eropa telah memelihara sisa-sisa yang tertinggal dari pusaka kita. Di situ banyak tersimpan karangan-karangan berbahasa Arab yang tak didapati padanannya di seluruh dunia Islam saat ini.