Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
asam asetat CH
3
COOH dan proses pengeringan serta pemasakan pada temperatur 120-140
o
C sehingga menghasilkan benang karet dengan kualitas dan ukuran yang telah ditentukan.
Pada proses koagulasi asam yang digunakan di PT. IKN yaitu dengan standar konsentrasi 28-32 mempengaruhi salah satu parameter fisik benang
karet yang dihasilkan yaitu modulus green 300. Apabila konsentrasi asam asetat terlalu tinggi atau rendah, mutu benang karet juga tidak baik, terutama pada visual
benang dan modulus green 300. Berdasarkan analisis di atas maka penulis
tertarik mengambil judul “Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat CH
3
COOH Terhadap Modulus Green 300 Pada Produksi Benang Karet Di PT. IKN”.
1.2. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah : 1.
Bagaimanakah hubungan konsentrasi asam asetat terhadap modulus green 300 pada benang karet.
2. Berapakah konsentrasi asam asetat yang sesuai agar di dapat modulus
green 300 pada benang karet yang memenuhi standar?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap modulus green
300 pada benang karet. 2.
Mengetahui konsentrasi asam asetat yang sesuai dengan modulus green 300 yang memenuhi standar.
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
1.4. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan pada penulis bagaimana hubungan antara
konsentrasi asam asetat dan modulus green 300. 2.
Memberikan pengetahuan mengenai berapa konsentrasi asam asetat yang sesuai dengan modulus green 300 yang memenuhi standar pada
benang karet.
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Karet
Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil - Amerika Selatan. Akan tetapi,
meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Colombus pada akhir abad ke -16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa.
Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah Pries-Tly, seorang ahli fisikakimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat
digunakan untuk menghapus tulisan di grafit, sehingga orang Inggris menyebut karet dengan sebutan ”rubber”. Percobaan penggunaan karet dikembangkan secara
terus - menerus. Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya
cara vulkanisasi oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles Goodyear pada tahun 1839. Pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat
suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan karet murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang terus-
menerus, akhirnya menghasilkan berbagai macam ban karet mulai dari yang lunak sampai yang keras.
Pemanfaatan karet yang sangat berarti ditemukan oleh Dunlop pada tahun 1888, yakni diciptakannya ban pompa. Penemuan ini kemudian disusul oleh
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
Michelin Prancis dan GoodrichAmerika dengan penciptaan ban mobil yang di kemudian hari berkembang terus setelah orang berhasil membuat mobil pada
tahun 1895.
1
Karet
Karet sudah lama sekali digunakan orang. Penggunaannya meningkat sejak Goodyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1939 dengan cara
memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet alam kemudian karet sintetis banyak didirikan pada awal industri kendaraan
bermotor. Karet alam, jika dipanasi menjadi lunak dan lekat dan kemudian dapat
mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang
sekitar 20, ia menjadi bersambung silang dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang divulkanisasi bersifat ‘regas’ ketika diregang,
yakni makin melunak karena rantainya pecah-pecah dan kusut. Namun, karet yang tervulkanisasi jauh lebih tahan regang. Kelarutannya berkurang dengan semakin
banyaknya sambung silang, dan bahan tervulkanisasi hanya menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut.
Karet alam adalah polimer dari suatu isoprena 2 metil 1,3 butadiena : CH
2
= C – CH = CH
2
CH
2
– C = CH – CH
2 n
| |
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
CH
3
CH
3
2 metil 1,3 butadiena karet alam
Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C–C–
di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer
tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis.
Sifat-sifat mekanik karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang
membedakan karet alam dengan benda lain adalah kelembutan, fleksibelitas dan elastisitas. Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur
tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh
berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba
dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi
asam-asam yang berantai molekul pendek, sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 pH isoelektrik partikel karet maka akan
terjadi proses koagulasi.
2
Karet Alam
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisoprene. Rumus umum monomer karet adalah C
5
H
8 n
. n adalah derajat
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000-15000.
Viskositas karet berkolerasi dengan nilai n. semakin besar nilai n akan semakin panjang rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin
tinggi. Karet yang terlalu kental kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan
barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan perpanjangan putus
menjadi rendah . Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti
spiral dan ikatan –C –C – di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur.
Adanya ikatan rangkap -C=C- pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadi reaksi oksidasi.
Oksidasi karet oleh udara O
2
terjadi pada ikatan rangkap yang akan berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai
polimer akan semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat viskositas karet menjadi menurun. Oksidasi karet oleh udara
akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidan alam protein dan lipida tinggi serta kadar ion-ion logam karet rendah. Untuk itu dalam penanganan bahan olah
berupa lateks atau koagulum harus dilakukan sebaik mungkin, agar sifat-sifat hakiki karet alam dapat terjaga tetap baik mulai dari kebun, pengolahan di pabrik
hingga sampai di luar negeri.
3
Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch
3
cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.
2.4. Sifat Karet Alam