Sifat Karet Alam Penggumpalan Lateks

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

2.4. Sifat Karet Alam

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis rubberuness . Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya, misalnya kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur resilience dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan- bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelarut sintetis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi. 4 Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney-nya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan strain. Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi ikat silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan mengolah lateks dengan hidroksilamina. 5

2.5. Lateks

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. Lateks adalah cairan berwarna putih yang keluar dari pembuluh pohon karet bila dilukai. Pembuluh karet adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel sehingga lateks ini juga disebut protoplasma. Lateks juga didefinisikan sebagai sistem fosfolipida yang terdispersi dalam serum. Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet. Bahan baku lateks havea brasiliensis adalah sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan zat lain yang terdispersi dalam cairan. Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet. Bahan baku lateks havea brasiliensis adalah sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan zat lain yang terdispersi dalam cairan. Sebelum lateks dapat digunakan menjadi bahan baku untuk pembuatan benang karet, lateks tersebut dipekatkan terlebih dahulu sehingga disebut lateks pekat. Adapun tujuan pemekatan lateks tersebut antara lain : 1. Kadar karet kering akan menjadi tinggi sehingga akan mengurangi biaya transportasi. 2. Lateks yang pekat lebih seragam dan lebih sesuai untuk pengolahan barang jadi karet. Misalnya benang karet, sarung tangan karet glove, karet busa, balon karet dan lain-lain. Lateks yang digunakan dalam pembuatan benang karet ini umumnya adalah lateks pekat dengan kandungan karet kering Dry Rubber Content kira-kira 60. 6 Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses pemusingan atau centrifuged latex. Biasanya lateks pekat hanya digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. 7 Tabel 1. Standar Mutu Lateks Pekat Lateks Pusingan Centrifuged Latex Latek Didih Creamed Latex 1. Jumlah padatan total solids minimum 2. Kadar karet kering KKK minimum 3. Perbedaan angka butir 1 2 maksimum 4. Kadar amoniak berdasarkan jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat 5. Viskositas maksimum pada suhu 25 C 6. Endapan dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulum dari jumlah padatan maksimum 8. Bilangan KOH maksimum 9. Kemantapan mekanis minimum 10. Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum 11. Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum 12. Warna 13. Bau setelah dinetralkan dengan asam 61,5 60,0 2,0 1,6 50 centipoise 0,10 0,80 0,80 475 detik 0,001 0,001 Tidak biru, tidak kelabu Tidak boleh berbau 64,0 62,0 2,0 1,6 50 centipoise 0,10 0,80 0,80 475 detik 0,001 0,001 Tidak biru, tidak kelabu Tidak boleh Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. borat busuk berbau busuk

2.5.1. Pengolahan lateks pekat Lateks pusingan

Lateks pusingan atau centrifuged latex juga membutuhkan penambahan gas ammonia pada lateks kebun seperti pada pembuatan lateks dadih, tetapi jumlah yang ditambahkan lebih sedikit, cukup 2-3 gas ammonia untuk setiap liter lateks. Lateks yang telah diberi gas ammonia dibawa ke pabrik atau tempat pengolahan. Di sini lateks disaring dan dikumpulkan dalam tangki atau bejana dan diukur volume serta kadar keringnya. Kadar ammonia diukur dengan titrasi memakai asam klorida. Bila ternyata gas ammonia yang ditambahkan pada lateks kebun kurang dari jumlah yang seharusnya, maka penambahan harus segera dilakukan. Penambahan 2-3 g gas ammonia memungkinkan lateks tahan disimpan selama 24 jam tanpa terjadi prakoagulasi. Ammonia yang kurang perlu ditambahkan, tetapi jangan sampai berlebihan. Selain baunya yang menyengat, ammonia yang berlebihan akan terbawa dalam lateks skim. Asam untuk pembekuan lateks encer atau lateks skim akan diperlukan lebih banyak untuk mengatasinya dan akan terjadi pula penghamburan gas ammonia. Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar kotoran-kotoran dan magnesium ammonium fosfat mengendap. Magnesium ammonium fosfat muncul karena penambahan ammonium pada bahan lateks. Lateks dapat dimasukkan ke Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. dalam alat pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24 jam. Beberapa mesin yang dapat digunakan untuk pemusingan antara lain Separator Aktiebolaget buatan Stockhlom atau Westphalia dan Titania buatan Kopenhagen. Konsentrasi bahan penggumpal asam asetat terlalu tinggi akan menyebabkan penggumpalan terjadi hanya di luar permukaan sehingga penggumpalan tidak sempurna. Begitu pula apabila konsentrasi bahan penggumpal asam asetat terlalu rendah akan mengakibatkan penggumpalan belum mencapai titik isoelektris yang menyebabkan lateks tidak menggumpal dengan baik. Lateks yang digunakan untuk pembuatan benang karet adalah poliisoprena dengan rumus C 5 H 8 n dan juga hidrokarbon. Poliisoprena terdiri dari unit-unit isoprena yang membentuk rantai panjang. 8 Komposisi lateks akan disajikan pada tabel 1 di bawah ini yaitu : No. Nama Bahan Kadar Kira-kira 1. Karet kering 36,5 2. Air 59 3. Protein 2 4. Damar 1 5. Gula 0,5 6. Debu 0,5

2.5.2 Bahan-bahan kimia

Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanisasi, pencepat Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan, pengisi, pelunak, pewarna, peniup, pencegah pravulkanisasi, dan bahan pewangi. a. Bahan pembeku Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang biasa digunakan. Biasanya adalah jenis-jenis asam, seperti asam format atau asam semut dan asam asetat. b. Bahan pengelantang Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahkan beberapa klon karet tertentu seperti Ciranji 1 lateksnya berwarna terlalu kuning. c. Bahan vulkanisasi Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain itu vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintetis. d. Bahan pencepat reaksi Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tak langsung juga menambah biaya. e. Bahan penggiat Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. pengolahan karet . Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang paling banyak dipakai. f. Bahan antioksidan dan antiozonan Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion-ion tembaga, mangan dan besi. Selain itu juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak-retak, dan lentur. Antioksidan Santowhite Crystals. Adapun antiozonan yang paling banyak digunakan adalah Santoflex 13. g. Bahan pelunak Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatic, terpinus, lilin paraffin, faktis, dammar, dan bitumen, h. Bahan pengisi Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan pengisi yang tidak aktif, contohnya kaolin, tanah liat, dan kalsium karbonat. Kedua, bahan pengisi yang aktif, contohnya karbon hitam, silica, aluminium silikat, dan magnesium silikat. i. Bahan pewarna Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan inilah bahan pewarna digunakan. j.Bahan peniup. Fungsi bahan ini membentuk pori halus yang menyebabkan karet menjadi ringan dan empuk. Bahan peniup ini terutama digunakan pada pembuatan karet mikroseluler, contohnya Porofor dan Vucacel. k. Bahan pencegah pravulkanisasi Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada kompon karet tertentu, misalnya kompon karet untuk acuan injeksi contohya adalah Santogard. l. Bahan pewangi Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan menambahkan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet menggunakan bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang menggunakannya. Contoh bahan pewangi antara lain Rodo 10. 9

2.6. Penggumpalan Lateks

Proses penggumpalan koagulasi lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga gaya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun pH kira-kira 6,8 dapat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Ch 3 cooh Terhadap Modulus Green 300 Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektro kinetis potensial sama dengan nol. Titik isoelektrik karet di dalam lateks adalah pH 4,5 - 4,8 tergantung jenis lateks. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat atau asam asetat dengan benang karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau asam nitrat dapat merusak mutu benang karet yang digumpalkan. Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol dapat juga menggumpalkan partikel karet, karena ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet sehingga kestabilan partikel karet di dalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggunaan alkohol sebagai penggumpal lateks secara komersial jarang digunakan karena selain harganya mahal alkohol juga merupakan zat yang sangat mudah menguap pada temperatur kamar. 10

2.7. Pengujian Sifat Mekanis Karet

Dokumen yang terkait

Penentuan Waktu Kemantapan Mekanis (Mst) Lateks Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus) 300% Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara

6 65 38

Pengaruh Swelling Index Compound Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet Count 37 NS 40 Di PT. Industri Karet Nusantara Medan

1 33 61

Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara

0 31 44

Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan

2 43 57

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis(Mst) Lateks Pt. Perkebunan Nusantara Iii

0 5 40

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 8

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 2

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 3

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 14

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 1