Sistem polimerisasi Agar dan Alginate

microfillers karena ukurannya yang terlalu kecil dan perlu menggunakan pembesaran yang sangat tinggi untuk melihatnya. iii. Agen coupling. Untuk menguatkan komposit, material pengisi anorganik harus terikat pada matriks resin organik. Material pengisi tersebut dilapisi dengan senyawa organosilane. Bagian silane dari molekul ini terikat pada partikel pengisi seperti kwarsa, kaca dan silika sedangkan bagian organik tersebut terikat pada matriks resin. Akhirnya, material pengisi tersebut terikat dengan matriks.

b. Sistem polimerisasi

Sistem polimerisasi materi ini terbagi dua yaitu : i. Aktivasi secara kimia dimana resin ini umumnya tersedia dalam bentuk dua tabung berisi pasta, tabung pertama mengandung pasta inisator yaitu benzoil peroksida dan tabung kedua mengandung pasta aktivator yaitu amin tersier. Jika kedua pasta tersebut diaduk, amin akan beraksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk suatu radikal bebas yang menginisiasi proses polimerisasi. ii. Aktivasi melalui sinar Resin ini umumnya tersedia dalam satu pasta saja yang mengandung fotoinisiator dan aktivator amin. Pasta ini disediakan dalam spuit yang kedap cahaya. Resin ini tidak akan terpolimerisasi selagi tidak terpapar kepada sinar. Universitas Sumatera Utara

4.3 Akrilik

Resin akrilik terbentuk melalui proses polimerisasi adhisi radikal bebas yang membentuk polimetil metakrilat PMMA. Monomernya, metil metakrilat MMA dapat digambarkan seperti berikut: H Me C = C H C = O O Me dengan Me sebagai CH 3 . PMMA, sejenis ester dari asam metakrilat CH 2 =C[CH 3 ]CO 2 H, tergolong dalam kelompok akrilik yang penting dari resin. Konversi monomer menjadi polimer melibatkan urutan normal dari aktivasi, inisiasi, propagasi dan terminasi. 4 Polimerisasi metil metakrilat menjadi akrilik terjadi apabila radikal bebas terbentuk dari initiator dan menyerang ikatan ganda karbon-karbon pada monomer metil metakrilat yang pertama. 2 Resin tersebut hadir dalam bentuk heat-cured ataupun cold-cured. 3

4.3.1 Heat-cured Resins

4 Material ini terdiri dari bubuk dan cairan, bila mana dicampur dengan panas yang berterusan, akan membentuk sebuah solid yang rigid. Formulasi bahan-bahan dalam resin heat- cured tabel 2 adalah bertujuan supaya : a. Proses dough technique dapat dilakukan Universitas Sumatera Utara b. Shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan. c. Panas dari reaksi polimerisasi dapat dikurangi. TABEL 2. KOMPOSISI HEAT-CURED ACRYLIC RESIN 4 Bubuk Cairan • Beads atau granula dari polimetil metakrilat • Initiator – benzoil peroksida • Pigment pewarna • Bahan opak – titanium zink oksida • Plasticiser – dibutil pthalat • Serat sintetik – nilon akrilik • Monomer metil metakrilat • Inhibitor- hydroquinone • Crosslinking agent – etilene glikol dimetakrilat Dough technique membantu untuk memudahkan proses pembuatan gigi tiruan. Shrinkage akibat polimerisasi dapat dikurangi jika dibanding dengan penggunaan monomer lain bukan beads atau granules PMMA, karena kebanyakan material yang digunakan telah pun terpolimerisasi. Reaksi polimerisasi sangat eksotermik karena sejumlah energi panas 80 KjMol dibebaskan sewaktu ikatan C = C dikurangkan menjadi C – C. Oleh karena sejumlah besar bagian dari campuran adalah dalam bentuk yang telah terpolimersasi maka potensi untuk menjadi terlalu panas semasa proses tersebut dapat dikurangi. Selain itu, karena suhu maksimum yang akan dicapai juga berkurang, jumlah kontraksi termal juga akan berkurang. Monomer MMA tersebut sangat mudah menguap dan mudah terbakar maka, wadah yang digunakan haruslah tertutup sepanjang masa dan dijauhkan dari direct heat. Wadahnya yang berupa botol kaca gelap akan memanjangkan shelf life monomer dengan menghindari reaksi polimerisasi spontan dari cahaya. Universitas Sumatera Utara Hidroquinon juga membuat monomer bertahan lama dengan bereaksi secara cepat terhadap mana-mana radikal bebas yang mungkin terbentuk secara spontan di dalam cairan tersebut dan mengasilkan bentuk radikal bebas yang stabil sehingga tidak dapat menginisiasi proses polimerisasi.

4.3.2 Cold-cure Resins

Sifat kimiawi resin ini sama seperti resin heat-cured, kecuali diinisiasi oleh amina tersier contohnya dimetil-P-toluidin berbanding oleh heat. Metode ini tidak seefisien metode heat- cure dan pada kebiasaannya akan menghasilkan material yang mempunyai berat molekular rendah. Ini dapat berakibat kepada efek yang kurang baik terhadap kekuatan material tersebut. Proses ini juga menyebabkan adanya peningkatan monomer residual yang tidak teraktivasi dalam resin tersebut. Stabilitas warna juga tidak sebaik pada resin heat-cured sehingga cenderung untuk menjadi warna kuning. Material ini sangat mudah untuk terjadinya penyebaran creep sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi pada gigi tiruan sewaktu pemakaian. 4

4.4 Agar dan Alginate

Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak aqueous fleksibel yang pertama berhasil digunakan dalam kedokteran gigi. Kelenturan bahan ini sewaktu dikeluarkan dari mulut setelah pencetakan gigi dapat lakukan cetakan daerah undercut sehingga cetakan yang menyeluruh pada pasien dentulus dapat diambil. Walaupun hidrokoloid agar merupakan bahan cetak yang baik dan menghasilkan cetakan yang akurat namun, bahan cetak hidrokoloid alginat dan elastomer lebih banyak digunakan. 2 Universitas Sumatera Utara Bahan cetak agar disediakan dalam bentuk gel di dalam tube atau dalam bentuk silinder yang diletakkan di dalam tabung kaca. Agar yang berbentuk gel digunakan bersama sendok cetak water-cooled manakala agar berbentuk silinder digunakan bersama semprotan. Material semprotan bisa digunakan dengan kombinasi material sendok cetak. 2 Gel dari material sendok cetak terdiri dari 12-15 agar, 0,2 borax untuk menambah kekuatan, 1 - 2 natrium sulfat untuk memastikan setting yang baik pada model gipsum dan material die terhadap agar, 0,1 benzoat sebagai bahan pengawet, bahan tambahan lain untuk mengawal flow material tersebut sewaktu dipanaskan, bahan perasa, dan sekitar 80-85 air untuk keseimbangan. 2,12 Material semprotan mempunyai komponen yang sama tetapi kandungan agar yang lebih rendah sekitar 6-8. 2 Gel agar diubah menjadi sol dengan pemanasan di dalam air, biasanya dipanaskan sehingga 100°C , kemudian menjadi gel kembali dengan pendinginan pada 43.3°C. Gel yang telah berubah menjadi sol akan berada dalam bentuk cairan untuk tempoh yang lama sepanjang hari dengan penyimpanan pada suhu 65,7°C. Gel tersebut mempunyai suhu cair yang berbeda dari suhu solid sol; yang disebut dengan histerisis yang mempunyai signifikan klinikal. Bahan cetak hidrokolid agar disebut hidrokolid reversible karena transformasi gel ke sol yang reversible dengan pemanasan. Bahan cetak agar sangat akurat sewaktu dikeluarkan dari mulut setelah pencetakan tetapi akan menciut apabila dibiarkan di udara atau pada relatif kelembaban 100 dan akan mengembang apabila disimpan di dalam air seperti alginat. Perubahan dimensi paling sedikit terjadi apabila bahan cetak diletakkan pada 100 kelembaban tetapi, disarankan agar cepat dilakukan pengisian model plaster atau stone. 2 Universitas Sumatera Utara Alginat merupakan salah satu bahan cetak aqueous yang sangat luas digunakan dalam kedokteran gigi. Alginat adalah sejenis bahan cetak hidrokoloid yang irreversible. 6 Pemilihan alginat sebagai bahan cetak lebih digemari dibanding agar karena lebih mudah untuk digunakan. Bahan ini tersedia dalam bentuk bubuk dalam kemasan dengan jumlah yang besar atau paket kecil. Sendok plastik disediakan untuk mengeluarkan bubuk dari kemasan dan sebuah silinder plastik untuk menyukat air. 3 Komposisi alginat terdiri dari Sodium atau triethanolamine alginate 15, Kalsium sulfat 16 sebagai reaktor, Seng oksida 4, Sodium titanium florida 3, Diatomaceous earth 60, Sodium fosfat 2 sebagai penghambat, material pewarna serta material perasa. Dua reaksi utama berlaku sewaktu setting yaitu Sodium fosfat bereaksi dengan Kalsium sulfat untuk memberikan setting time yang adekuat kemudian, setelah Sodium fosfat habis digunakan, Kalsium sulfat yang tersisa bereaksi dengan Sodium alginat untuk membentuk Kalsium alginat yang tidak larut, yang akan membentuk gel bila bereaksi dengan air 3 : • 2Na 3 PO 4 + 3CaSO 4 Ca 3 PO 4 2 + 3Na 2 SO 4 • Sodium alginate + CaSO 4 + H 2 0 K Alginate + Na 2 SO 4 Gel Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

5.1 Elastomer

4

5.1.1 Polisulfida a. Kelebihan Polisulfida

- Wettabillity yang baik. - Detail permukaan cetakan yang baik. - Mudah dilepaskan sewaktu mencetak. - Daya regangan yang tinggi.

b. Kekurangan Polisulfida

- Deformasi permanen yang tinggi. - Bau dan rasa yang kurang nyaman. - Perlu diisi dalam masa 1 jam setelah pencetakan. - Memerlukan setting time yang lama.

5.1.2 Polieter a. Kelebihan Polieter

- Hidrofilik. Kompatibiltas paling baik sewaktu diguna bersama dental stone. - Detail permukaan cetakan yang baik. Universitas Sumatera Utara