Setiap A atau mer di dalam polimer adalah molekul monomer yang sama seperti aslinya dan digabung bersama molekul monomer lain untuk membentuk rantai dengan mer nya yang
diulangi berkali-kali. Garisan di antara A menggambarkan ikatan kimiawi primer yang menyatukan molekul-molekul tersebut.
5
2.1 Berat molekul
Berat molekul suatu polimer tergantung pada jumlah unit mer yang berulang dikali dengan berat molekul unit mer yang berulang tadi. Berat molekul bisa berkisar dari ribuan hingga jutaan
unit tergantung kepada kondisi proses preparasinya.
4,5,7
Fakta ini mempunyai kepentingan yang bisa dipertimbangkan apabila dikaitan dengan kekuatan strength dan kekerasan hardness
suatu polimer. Sebagai satu contoh,dianggap monomer asal, A, adalah cairan. Molekul- molekulnya dianggap cukup kecil sehingga bisa bergerak diantara satu sama lain dengan bebas
sehingga membentuk suatu cairan. Pada saat proses polimerisasi terjadi proses berikut ini : i.
Molekul-molekul di dalam cairan memanjang. ii.
Oleh karena molekul-molekul tersebut telah memanjang dan tidak lagi bisa bergerak di antara satu sama lain dengan bebas maka viskositas cairan tersebut meningkat.
iii. Daya sekunder yang lemah cenderung untuk memegang molekul-molekul yang
memanjang tadi dengan yang lain. iv.
Molekul-molekul tersebut akhirnya menjadi sangat panjang sehingga polimer berubah dari cairan menjadi solid.
v. Semakin panjang rantai polimer tersebut terbentuk maka semakin banyak terjadinya
pengusutan di antara rantai-rantai tersebut. vi.
Hasilnya, bahan solid tersebut menjadi semakin kuat stronger dan keras harder.
5
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, semakin panjang polimer tersebut atau semakin besar berat molekul maka semakin kuat dan keras bahan solid tersebut.
5
2.2 Cross-Linking
Apabila rantai-rantai polimer digabung oleh ikatan kimia maka polimer tersebut dikatakan telah mengalami proses cross-link. Ini menunjukkan bahwa proses cross-linking
mempunyai efek mendalam terhadap ciri-ciri polimer tersebut yang membedakan polimer termoplastis dan polimer termoset. Lebih penting lagi, cross-linking bisa mengubah polimer
dalam bentuk cairan ke bentuk solid dimana hal ini merupakan suatu proses yang sering digunakan pada setting bahan cetak.
4
Sekiranya polimer tersebut mempunyai rantai molekul yang panjang dan fleksibel, kemungkinan ada beberapa bagian di dalam rantai yang terjadi proses cross-linking disepanjang
rantai itu. Molekul-molekul tersebut bisa membentuk konfigurasi yang sangat bergelung jika tidak diberi beban dan bisa juga meregang jika diberi beban. Jika beban tersebut dihilangkan,
rantai molekul tersebut akan kembali ke bentuk semula. Jumlah regangan dan beban yang bisa diterima oleh polimer tersebut tergantung pada panjang rantai tersebut, derajat cross-linking dan
juga kekuatan ikatan rantai tersebut.
4
Gambar 4. Perubahan rantai polimer setelah mengalami proses cross-linking
8
Universitas Sumatera Utara
2.3 Copolymer