BAB III GAMBARAN DATA FAKTUR PAJAK
A. Penyerahan Terutang Pajak Pertambahan Nilai PPN
Berdasarkan UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 1A Ayat 1 yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli danatau perjanjian sewa
guna usaha leasing c.
Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang d.
Pemakaian sendiri danatau pemberian cuma – cuma atas BKP e.
BKP berupa persediaan danatau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,yang msih tersisa pada saat pembubaran usaha
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya danatau penyerahan
BKP antar cabang g.
Penyerahan BKP secara konsinyasi titip jual h.
Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah,yang penyerahannya dianggap langsung
dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
B. Ketentuan Umum dan Tinjauan umum Faktur Pajak
Faktur Pajak tidak terlepas dari Pajak Pertambahan Nilai PPN dimana PPN sudah mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah menunjukkan
perannya di bidang perpajakan dengan memberikan kontribusi yang baik terhadap penerimaan negara melalui pajak bahkan sampai saat ini. Jika bicara Pajak
Pertambahan Nilai PPN maka tidak terlepas dari Pengusaha Kena Pajak,pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak BKPJasa Kena Pajak JKP atau pihak penerima
Barang Kena Pajak BKPJasa Kena Pajak JKP. Faktur pajak merupakan dokumen administrasi dalam Pajak Pertambahan
Nilai PPN yaitu sebagai bukti pemungutan. Faktur Pajak sangat berperan penting dalam hal pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai dimana pajak tersebut dapat
dikreditkan oleh pembeli Barang Kena Pajak BKP penerima Jasa Kena Pajak JKP.
Kewajiban membuat faktur pajak adalah salah satu mata rantai kewajiban pengusaha kena pajak PKP yang diawali dengan kewajiban melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP. Setelah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka setiap melakukan transaksi penyerahan barang, pengusaha tersebut wajib
memungut Pajak pertambahan nilai PPN dan membuat faktur pajak sebagaimana ditentukan dalam pasal 13 ayat 1 UU PPN 1984 yang telah diubah untuk ketiga
kalinya yaitu UU PPN Nomor 42 Tahun 2009. Begitu pentingnya faktur pajak dalam transaksi penyerahan barang yang
dilakukan oleh PKP,sehingga Direktorat Jenderal Pajak membuat peraturan baru mengenai sistem penomoran faktur pajak untuk penertiban administrasi PPN terutama
faktur pajak dalam rangka memproteksi yang seharusnya menjadi penerimaan negara.
Hal ini dikarenakan faktur pajak dapat dijadikan celah oleh PKP untuk melakukan kecurangan dibidang perpajakan seperti banyaknya kasus faktur pajak fiktif.
Mengenai sistem baru penomoran faktur pajak sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 dimana nomor seri faktur pajak
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha tersebut terdaftar sebagai PKP. Sebelum nomor seri faktur pajak diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak maka
terlebih dahulu PKP harus melaksanakan kewajibannya sesuai dengan prosedur yang telah diberlakukan yaitu mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan password.
Kantor Pelayanan Pajak akan menerbitkan kode aktivasi dan password apabila PKP tersebut telah dilakukan registrasi ulang olek Kantor Palayanan Pajak KPP tempat
pengusaha terdaftar sebagai PKP sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05PJ2012 dan PKP tersebut telah dilakukan verifikasi berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73PMK.032012. Sistem baru penomoran faktur pajak ini telah diberlakukan sejak 1 April 2013
dimana seluruh PKP harus sudah menggunakan nomor seri faktur pajak yang diterbitkan KPP namun pelaksanaan tersebut tidak berjalan dengan sempurna karena
masih banyak PKP yang belum melaksanakan kewajibannya sesuai dengan prosedur yang berlaku mengenai penomoran faktur pajak sehingga Direktorat Jenderal Pajak
membuat kebijakan baru dimana seluruh PKP sudah menggunakan nomor seri faktur pajak mulai 1 Juni 2013 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-08PJ2013.
1. Dasar Hukum Membuat Faktur Pajak
Dasar hukum membuat faktur pajak : a.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73PMK.032012 Tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran,Pemberian, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,Serta Pengukuhan Wajib
Pajak,Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. c.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.032012 Tentang Tata cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-65PJ2010 Tentang
Bentuk,Ukuran,Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,Tata Cara Pengisian Keterangan,Tata Cara Pembetulan atau Penggantian,dan Tata Cara
Pembetuan Faktur Pajak. e.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58PJ2010 Tentang Bentuk dan Ukuran Formulir Serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur
Pajak Bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran. f.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27PJ2011 Tentang Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak.
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05PJ2012 Tentang Registrasi
Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012.
h. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 Tentang Bentuk,
Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara
Pembatalan Faktur Pajak. i.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08PJ2013 perubahan atas PER-24PJ2012.
j. Surat Edaran Nomor SE-15PJ2013 Tentang Penyampaian Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-08PJ2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012.
2. Pengertian Faktur Pajak
Berdasarkan Undang – undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terdapat pada pasal 1
angka 23. Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak.
3. Pengertian Nomor Seri Faktur Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 Pasal 1 angka 8.
Nomor seri faktur pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu untuk
penomoran faktur pajak yang berupa kumpulan angka,huruf atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pengertian Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 pasal 1 angka 10.
Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan dan untuk
menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengertian Verifikasi
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 pasal 1 angka 11.
Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak,berdasarkan
permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak,dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak,menerbitkanmenghapus Nomor Pokok Wajib Pajak danatau mengukuhkanmencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
6. Pengertian Kode Aktivasi
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 pasal
1 angka 12.
Kode aktivasi adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari angka,huruf,atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak kepada PKP melalui surat pemberitahuan kode aktivasi
7. Pengertian Password
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 psal 1 angka 13.
Password adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari angka,huruf atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak DJP kepada PKP melalui surat elektronik email.
C. Saat Pembuatan Faktur Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24PJ2012 Pasal 2 ayat 1 dan 2, Faktur Pajak harus dibuat pada :
a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa kena
pajak. b.
Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak danatau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak.
c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan. d.
Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada bendahara pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
e. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan tersendiri. Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan
Barang Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak.
D. Ketentuan Pembuatan Faktur Pajak
Faktur pajak yang dibuat oeh Pengusaha Kena Pajak PKP dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP
atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat : 1
Nama,alamat,NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP 2
Nama,alamat,NPWP pembeli BKP atau penerima JKP 3
Jenis barang atau jasa, jumah harga jual atau penggantian, dan potongan harga
4 PPN yang dipungut
5 PPnBM yang dipungut
6 Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak,dan
7 Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak
b. Setiap faktur pajak harus menggunakan kode dan seri faktur pajak yang telah
ditentukan di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak,yaitu: i.
Kode Faktur Pajak terdiri dari : 1
2 dua digit Kode Transaksi 2
1 satu digit Kode Status,dan 3
3 tiga digit Kode Cabang ii.
Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari: 1
2 dua digit Tahun Penerbitan 2
8 delapan digit Nomor Urut c.
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak dan dalam hal diperlukan dapat ditambahkan
keterangan lain selain keterangan sebagaimana dimaksud daam buitr a di atas. Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak. d.
Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu: i.
Lembar ke-1 : Untuk pembeli BKP atau penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan.
ii. Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai
bukti Pajak Keluaran. Dalam hal faktur pajak dibuat lebih dari rangkap dua,maka harus dinyatakan
secara jelas penggunaannya dalam lembar faktur pajak yang bersangkutan.
e. Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap,jelas dan benar serta ditandatangani
oleh PKP atau pejabatpegawai yang ditunjuk oeh PKP untuk menandatanganinya.
f. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar danatau tidak
ditandatangani oleh PKP atau pejabatpegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatangani sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan faktur pajak tidak lengkap.
g. Dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam satu Faktur Pajak,maka PKP dapat membuat Faktur Pajak dengan cara a
Dibuat lebih dari satu faktur pajak yang masing-masing menggunakan kode dan nomor seri faktur pajak yang sama, ditandatangani setiap
lembarnya,dan khusus untuk pengisian harga jualpenggantianuang mukatermijn,potongan harga,uang muka yang telah diterima.
b Dibuat satu faktur pajak asalkan menunujuk nomor dan tanggal faktur
penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan
h. PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat dapat
lebih dari satu orang termasuk yang diberikan kuasa yang berhak menandatangani Faktur Pajak disertai contoh tandatangannya kepada kepala
KPP di tempat PKP dikukuhkan paling lambat pada saat pejabat yang berhak menandatangani mulai menandatangani Faktur Pajak Standar.
i. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai dengan
ketentuan pada huruf a di atas dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak. j.
Atas Faktur Pajak yang cacat, atau rusak,atau salah dalam pengisian,atau penulisan,atau yang hilang,PKP yang menerbitkan faktur pajak tersebut dapat
membuat faktur pajak pengganti.
E. Macam – Macam Faktur Pajak 1.