37
menjadikan bawahannya sukses, dan 6 mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Inti dari gaya pemimpin demokratis adalah
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan serta memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
6. Tipe Kepimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan laisses faire berpandangan bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota
organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang ingin dicapai, tugas apa yang
mau ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara mengadopsi tipe kepemimpinan demokratis. Hal itu terlihat dari tindakan pemimpin yang
senang menerima saran, pendapat bahkan terbuka atas kritik dari bawahan. Hal ini Kakanwil berusaha mengajak semua bagian yang ada pada kantor
untuk bekerja sama dalam untuk bekerjasama dalam usaha mewujudkan visi dan misi kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
3.1.2. Teori Kepemimpinan
Berbagai macam teori dan pendekatan muncul untuk mengupas fenoma kepemimpinan. Teori-teori tersebut berbeda dari sudut pandang dan
persepektifnya dalam melihat kepemimpinan Safaria, 2004:39. Teori
38
kepemimpinan membicarakan bagaiman seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Sutikno, 2014:25.
1. Teori-teori dalam Kepemimpinan.
a Teori Sifat Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah
yang bisa menjadi seorang pemimpin. Individu tersebut lebih dikenal sebagai orang super greatman. Teori menegaskan ide bahwa beberapa individu
dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang pemimpin. Teori ini mencoba untuk membandingkan sifat-sifat yang
dimiliki oleh seorang pemimpin dengan individu yang bukan pemimpin. Secara umum dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki
pemimpin berkorelasi kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya walaupun sifat-sifat tertentu penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin,
namun sifat itu sendiri tidak bisa mendorong seorang pemimpin untuk sukses dalam mengelola organisasi, sebab masih ada faktor-faktor lain yang turut
mendorong kesuksesan seorang pemimpin Yukl dalam safaria 2004:40. Penelitian terbaru tentang pendekatan sifat ini menghasilkan
karakteristik baru yang dianggap mampu mendorong pemimpin menjadi seorang pemimpin yang efektif, seperti sifat keterampilan administratif, kemandirian dan
sifat agresif dalam persaingan. Menurut Stogdill, sifat-sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh situasi organisas. Sebagai contoh, sifat kreativitas
akan berkembang jika seorang pemimpin berada di dalam organisasi yang fleksible dan mendorong kebebasan
berekspresi, dibandingkan didalam organisasi yang birokratis.
39
b Teori Perilaku Menurut Arifin, 2012:29 Kepemimpinan merupakan interaksi
pemimpin dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakan menerima atau menolak pengaruh dari
pemimpinnya. Melahirkan dua orientasi perilaku pemimpin, yaitu: 1. Berorientasi tugas.
Mengutamakan penyelesaian tugas, dan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
2. Berorientasi pada orang. Mengutamakan penciptaan hubungan-hubungan manusiawi menampilkan gaya
kepemimpinan demokratis atau partisipatif. c Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Siagian 2002:129 adalah: 1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan 3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4. Norma yang dianut kelompok 5. Rentang kendali
6. Ancaman dari luar organisasi
40
7. Tingkat stress 8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar
cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut Sumber :
Http:belajarpsikologi.com a. Model kontinu Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan
tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak
bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan. b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi
41
tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
1. Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; 2. Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang
tinggi; 3. Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan
yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah: 1. Memberitahukan;
2. Menjual; 3. Mengajak bawahan berperan serta;
4. Melakukan pendelegasian. d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme
untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
42
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” : Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting
untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan
melalui proses pengambilan keputusan.
3.1.3. Fungsi Kepemimpinan