Perkembangan Perputaran Uang Velocity of Money di Indonesia

34 dari sistem pembayaran nasional. Seperti pada PBI nomor 142PBI2009 yang berubah menjadi PBI nomor 142PBI 2012, dimana dilakukan penambahan perturan perihal batas umur pemegang kartu kredit, penerapan pin pada kartu kredit, hingga mekanisme penggunaan debt collector dalam penagihan kartu kredit. Dari sisi keamanan, APMK juga terus berkembang demi menjaga serta memperkuat tingkat keamanan serta meminimalkan kejahatan dalam penggunaan APMK. Salah satunya yaitu dilakukannya pengembangan teknologi chip untuk menggantikan penggunaan pita magnet pada kartu ATM-Debit dan kartu kredit. Dan Bank Indonesia sudah menerapkan teknologi berbasis chip tersebut pada kartu kredit saat ini. Sedangkan untuk ATM-Debit sedang dalam proses dan diperkirakan dapat digunakan paling lambat januari 2016.

4.1.3 Perkembangan Perputaran Uang Velocity of Money di Indonesia

Dalam Penelitian ini velocity of money yang digunakan merupakan hasil perhitungan dari nominal Produk Domestik Bruto PDB dibagi dengan Jumlah Uang beredar M1. 35 Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Gambar 4.4 Perkembangan PDB, JUB M1, dan Velocity of Money di Indonesia Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa nilai perputaran mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Peningkatan perputaran uang tertinggi terjadi pada awal tahun 2010 hingga awal tahun 2011. Hal tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB yang cukup signifikan di tahun tersebut. 4.2 Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Uji Asumsi Klasik 4.2.1.1 Multikolinieritas Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier antar varibel-variabel independen dalam model ini. Metode uji ini adalah dengan melihat nilai korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolinieritas ini adalah sebagai berikut: 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 Q1 … Q4 … Q3 … Q2 … Q1 … Q4 … Q3 … Q2 … Q1 … Q4 … Q3 … Q2 … Q1 … Q4 … Q3 … Q2 … PDB JUB M1 Velocity of money 36 Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas VM ATMDEBIT KREDIT VM 1.000000 0.463598 0.584206 ATMDEBIT 0.463598 1.000000 0.955229 KREDIT 0.584206 0.955229 1.000000 Sumber : Data diolah dengan eviews Berdasarkan tabel terlihat bahwa variabel-variabel independen tersebut mempunyai korelasi yang kuat dengan nilai 0,955 lebih besar dari 0,80, sehingga diduga terdapat masalah multikolinieritas. Untuk mengatasi masalah multikolinieritas tersebut maka dilakukan transformasi variabel dengan first difference D terhadap setiap variabel. Hasil uji multikolinieritas setelah dilakukan first difference adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Melakukan Transformasi Variabel DVM DKREDIT DATMDEBIT DVM 1.000000 -0.173459 -0.052787 DKREDIT -0.173459 1.000000 0.642810 DATMDEBIT -0.052787 0.642810 1.000000 sumber : data diolah dengan eviews Berdasarkan tabel terlihat bahwa variabel-variabel independent memiliki korelasi yang rendah dengan nilai 0,64 lebih rendah dari 0,80, sehingga dapat disimpukan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas.

4.2.1.2 Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Autokorelasi terjadi jika observasi yang berurutan sepanjang waktu mempunyai korelasi satu sama lain. Untuk melihat adanya autokorelasi pada suatu 37 model regresi dapat dilakukan dengan metode uji Durbin-Watson Dw. Uji Durbin-Watson dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson statistik dengan ketentuan sebagai berikut: 1. jika dw dl maka terdapat autokorelasi positif 2. jika dldwdu maka tidak ada kesimpulan 3. jika du dw 4-du maka tidak terdapat autokorelasi 4 jika 4-du dw 4-dl maka tidak ada kesimpulan 5. jika 4-dl dw maka terdapat autokorelasi negative dimana nilai Durbin- Watson tabel pada tingkat signifikan α = 5, k=3 dan n=47 adalah sebagai berikut: 1. dL = 1,44 2. dU = 1,62 3. 4-dU = 2,38 4. 4-dL = 2,57 Nilai dari uji autokorelasi tersebut dapat dilihat dari tabel hasil regresi berikut ini: 38 Tabel 4.3 Hasil Estimasi Menggunakan Metode OLS Dependent Variable: DVOM Method: Least Squares Date: 100415 Time: 17:47 Sample adjusted: 2003Q2 2014Q4 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.018474 0.025054 0.737343 0.4648 DKREDIT -1.26E-08 1.03E-08 -1.230532 0.2250 DATMDEBIT 3.41E-10 6.58E-10 0.517817 0.6072 R-squared 0.035963 Mean dependent var 0.009666 Adjusted R-squared -0.007857 S.D. dependent var 0.147703 S.E. of regression 0.148282 Akaike info criterion -0.917701 Sum squared resid 0.967451 Schwarz criterion -0.799607 Log likelihood 24.56598 Hannan-Quinn criter. -0.873262 F-statistic 0.820694 Durbin-Watson stat 3.073703 ProbF-statistic 0.446750 Sumber : Data diolah dengan eviews Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai dw 4-dl 3,07 2,55 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat autokorelasi negatif pada model regresi tersebut. Untuk mengatasi masalah autokorelasi yang terjadi maka dilakukan prosedur iterasi Cochrane-Orcutt yaitu dengan mengestimasi autokorelasi lag pertama � terhadap error term μ. Dari prosedur iterasi Cocharane-Orcutt tersebut maka di dapat hasil sebagai berikut: 39 Tabel 4.4 Hasil Koreksi Autokorelasi dengan Prosedur Iterasi Cocharane-Orcutt Dependent Variable: DVOM Method: Least Squares Date: 100415 Time: 07:20 Sample adjusted: 2003Q3 2014Q4 Included observations: 46 after adjustments Convergence achieved after 14 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.022042 0.015720 1.402207 0.1682 DKREDIT 3.82E-09 8.16E-09 0.468666 0.6417 DATMDEBIT -6.62E-10 4.78E-10 -1.383246 0.1739 AR1 -0.639962 0.117757 -5.434574 0.0000 R-squared 0.398733 Mean dependent var 0.011907 Adjusted R-squared 0.355785 S.D. dependent var 0.148525 S.E. of regression 0.119211 Akaike info criterion -1.332909 Sum squared resid 0.596869 Schwarz criterion -1.173896 Log likelihood 34.65690 Hannan-Quinn criter. -1.273342 F-statistic 9.284162 Durbin-Watson stat 1.724115 ProbF-statistic 0.000079 Inverted AR Roots -.64 Sumber : Data diolah dengan eviews Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa du dw 4-du 1,62 1,72 2,38 sehingga dapat disimpulkan bawah model regresi tidak mengandung autokorelasi, dan bebas dari masalah autokorelasi.

4.2.2 Regresi Linier Berganda