Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
2.2 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan data fundamental perusahaan penerbit saham, misalnya laporan keuangan ditambah dengan
tingkat suku bunga, inflasi, ekonomi makro dan faktor-faktor relevan lainnya yang digunakan untuk memperhitungkan nilai wajar nilai intrinsik dari saham suatu
perusahaan serta memastikan bahwa saham yang dibeli merupakan saham perusahaan yang berkinerja baik Tryfino, 2009: 17.
Prinsip pada analisis fundamental ini adalah jika harga saham di pasar modal lebih tinggi daripada nilai intrinsik saham tersebut pada satu waktu, maka saham
tersebut dianggap terlalu mahal harganya kondisi overvalue dan disarankan untuk dijual. Sedangkan jika harga saham pada suatu waktu lebih rendah daripada nilai
intrinsik saham tersebut pada waktu itu, maka saham tersebut dianggap terlalu murah kondisi undervalue dan disarankan untuk dibeli. Akan tetapi, analisis ini tidak bisa
memberikan gambaran trend yang sedang terjadi pada suatu saham sehingga tidak bisa memberikan keputusan kapan membeli dan menjual saham tersebut serta analisis
ini sangat rumit dan cenderung memakan waktu yang lama.
2.3 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa depan dengan menggunakan data historis saham di masa lampau dan masa kini
dengan bantuan grafik serta metode kuantitatif indikator Hendarto, 2005: 48. Kelebihan analisis teknikal adalah analisis ini relatif cepat dan mudah, tidak perlu
terlibat dalam angka-angka keuangan yang rumit dan memberikan sinyal kapan saat yang tepat untuk melakukan investasi. Dalam pandangan analisis teknikal, semua
faktor fundamental sudah masuk kedalam dan direpresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak perlu lagi mempertimbangkan segi fundamental suatu
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
saham. Analisis teknikal pertama kali di populerkan oleh Charles Dow dan dikenal dengan prinsip Teori Dow Dow Theory pada akhir abad 19.
Analisis teknikal tidak berusaha untuk memprediksi angka pasti harga suatu saham. Output analisis teknikal adalah gambaran mengenai kecenderungan harga
saham di pasaran berdasarkan data-data harga saham di masa lalu. Berdasarkan gambaran tersebut, seorang analis dapat memberikan saran kepada investor mengenai
waktu yang tepat untuk melakukan pembelian, penjualan, atau menahan sahamnya.
2.3.1 Prinsip Analisis Teknikal
Secara umum analisis teknikal mempunyai tiga prinsip dasar utama, yaitu Vibby, 2007: 44:
1. Segala faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu saham sudah tercermin
dalam aksi pasar. Karena itu, alih-alih mempelajari faktor-faktor luar yang sedemikian banyak, para analis teknikal memilih untuk mempelajari perubahan
harga saham aksi pasar. 2.
Harga saham bergerak dengan mengikuti trend, dan sebuah trend akan lebih cenderung untuk berlanjut daripada berubah. Analisis teknikal dilakukan dengan
membentuk sebuah grafik dari pergerakan harga saham di pasar. Grafik ini kemudian dianalisis agar trend-trend yang ada bisa dikenali pada tahap awal
pembentukannya. Setelah analis teknikal bisa mengenali trend yang sedang berlaku, maka perdagangan akan dilakukan sejalan dengan trend tersebut sampai
muncul pertanda bahwa trend akan berbalik. 3.
Apa yang sudah pernah terjadi akan cenderung berulang. Konsep ini terbentuk karena pasar modal dijalankan oleh manusia. Pada dasarnya psikologi manusia
tidak pernah berubah dan dapat ditebak. Setiap orang pasti ingin membeli saham dari perusahaan yang memiliki prospek cerah.
2.3.2 Jenis-Jenis Harga
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai jenis harga saham yang mungkin digunakan dalam analisis teknikal, yaitu:
1. Opening price
Opening price suatu saham adalah harga saham tersebut pada awal periode tersebut. Opening price pada suatu hari adalah harga saham tersebut pada saat
pasar modal dibuka pada hari ini. Opening price pada suatu bulan adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal dibuka, pada hari pertama pasar modal
beroperasi pada bulan itu. 2.
Closing price Closing price suatu saham adalah harga saham tersebut pada akhir periode
tersebut. Closing price pada suatu hari adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal ditutup pada hari itu. Closing price pada suatu bulan adalah harga saham
tersebut pada saat pasar modal ditutup pada hari terakhir pasar modal beroperasi pada bulan itu.
3. High price
High price suatu saham adalah harga tertinggi yang pernah dicapai saham tersebut pada suatu periode.
4. Low price
Low price suatu saham adalah harga terendah yang pernah dicapai saham tersebut pada suatu periode.
Harga yang paling sering digunakan dalam analisis teknikal adalah harga penutupan closing price. Harga penutupan dianggap sebagai harga yang paling
penting dalam satu harisatu periode.
2.3.3 Trend Pasar
Trend pasar merefleksikan arah pergerakan harga saham secara umum. Trend merupakan hal esensial dalam pendekatan teknikal. Teknik-teknik yang digunakan
dalam pendekatan teknikal semuanya bertujuan untuk melakukan perdagangan sesuai
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
dengan trend tersebut. Dalam perdagangan saham dikenal tiga jenis trend utama, yaitu: uptrend trend kenaikan, downtrend trend penurunan, dan sideways kondisi
biasa.
2.3.3.1 Uptrend
Uptrend adalah situasi dimana harga penutupan tertinggi suatu saham pada suatu periode lebih tinggi dari harga penutupan tertinggi pada periode sebelumnya dan harga
penutupan terendahnya juga lebih tinggi dari harga penutupan terendah pada periode sebelumnya. Uptrend terjadi karena jumlah pembeli lebih banyak daripada penjual
saham sebagai akibat dari peningkatan kepercayaan investor terhadap pasar. Para investor akan berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama dalam memasuki fase
awal trend ini dengan harapan akan mendapatkan capital gain seiring dengan peningkatan harga saham. Kondisi uptrend sering juga disebut dengan istilah bullish
atau bull market.
2.3.3.2 Downtrend
Downtrend adalah situasi dimana harga penutupan terendah suatu saham pada suatu periode lebih rendah dari harga penutupan terendah pada periode sebelumnya dan
harga penutupan tertingginya juga lebih rendah dari harga penutupan tertinggi pada periode sebelumnya. Downtrend terjadi karena jumlah pembeli lebih sedikit daripada
penjual saham. Hal ini diakibatkan oleh sentimen negatif terhadap pasar. Para investor akan segera melakukan penjualan saham untuk menghindari kerugian akibat harga
jual sahamnya lebih rendah daripada harga yang mereka bayar saat pembelian. Kondisi downtrend sering juga disebut bearish atau bear market.
2.3.3.3 Sideways
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
Sideways adalah situasi dimana harga penutupan tertinggi suatu saham pada suatu periode sama rata dengan harga penutupan tertinggi pada periode sebelumnya dan
harga penutupan terendahnya juga sama rata dengan harga penutupan terendah pada periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena jumlah pembeli dan penjual berimbang.
Pada situasi ini sentimen yang berkembang di pasar tidak terlalu mempengaruhi keputusan para investor.
2.3.4 Indikator Teknikal
Indikator teknikal adalah suatu metode kuantitatif atau formula untuk tujuan prediksi pergerakan harga saham dengan cara mengolah data saham dari serangkaian
pergerakan harga saham sebelumnya yang diaplikasikan dalam bentuk titik-titik data di grafik. Hendarto, 2005: 87. Data harga dapat berupa kombinasi dari open, close,
high, atau low pada periode waktu tertentu. Sebagai contoh rata-rata dari tiga close: 41+43+43 = 42.33
1. To alert, indikator teknikal dapat memberikan peringatan untuk mengamati
pergerakan harga dengan lebih cermat untuk mengidentifikasi perubahan harga saham baik saat melemah maupun menguat.
adalah sebuah titik data. Akan tetapi, sebuah titik data kurang memberikan informasi sehingga tidak dapat dijadikan indikator. Rangkaian titik-titik
data pada periode waktu tertentu diperlukan untuk dapat dijadikan referensi yang valid dalam analisis. Dengan adanya periode waktu, perbandingan dapat dilakukan antara
situasi saat ini dengan situasi di masa lalu. Untuk tujuan analisis, biasanya indikator teknikal digambarkan dalam grafik berdekatan dengan grafik harga saham. Setelah
digambarkan dalam grafik, indikator dapat dibandingkan dengan grafik harga yang bersesuaian.
Indikator teknikal memberikan perspektif yang unik terhadap kekuatan dan arah dari pergerakan harga saham. Secara garis besar ada tiga fungsi indikator
teknikal, yaitu:
2. To confirm, indikator teknikal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sinyal yang
dihasilkan oleh metode analisis teknikal yang lain.
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
3. To predict, indikator teknikal dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga saham di masa yang akan datang.
Indikator teknikal melakukan penyaringan terhadap pergerakan harga dengan menggunakan formula. Dengan kata lain, indikator teknikal bukanlah refleksi
langsung dari pergerakan harga. Analisis terhadap indikator teknikal harus diikuti dengan studi pergerakan harga. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam
pembacaan sinyal. Contohnya: jika indikator teknikal memberikan sinyal beli, sedangkan pola grafik harga menunjukkan downtrend, maka mungkin saja sinyal
tersebut adalah sinyal yang salah.
2.3.4.1 Oscillator
Oscillator adalah indikator teknikal yang nilainya berfluktuasi naik dan turun melewati suatu garis tengah atau diantara batas-batas tertentu seiring dengan
perubahan nilainya dalam jangka waktu tertentu. Oscillator adalah tipe indikator yang paling efektif digunakan pada kondisi pasar normal atau tidak mengikuti trend yang
dikenal dengan istilah sideways. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sentimen pasar. Harga saham berfluktuasi di
antara periode optimis dan pesimis. Oscillator dapat memberikan petunjuk kapan sentimen-sentimen tersebut mencapai titik ekstrim. Saat pasar sedang mengikuti trend
tertentu, oscillator sebaiknya digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai alat utama. Seberapapun kuatnya sinyal yang diberikan oscillator, tetap lebih penting untuk
berdagang sesuai dengan arah trend.
Pergerakan grafik oscillator mengikutimenyerupai pergerakan harga saham. Jika harga saham sedang naik kemungkinan besar oscillator juga akan bergerak naik,
sebaliknya oscillator akan bergerak turun jika harga sedang mengalami penurunan. Pergerakan tersebut lebih banyak di antara batas-batas yang telah ditentukan
sedangkan pergerakan yang terus berlanjut mengikuti trend sangat jarang terjadi.
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
Ada banyak tipe oscillator dan beberapa indikator teknikal dapat dikategorikan ke dalam lebih dari satu kategori oscillator. Secara garis besar, oscillator dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1.
Centered Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun melewati suatu garis tengah. Oscillator jenis ini efektif digunakan untuk mengidentifikasi
kuat dan lemah atau arah dari momentum dibalik pergerakan harga suatu saham. Momentum akan bernilai positif bila oscillator bergerak di atas nilai tengah dan
akan bernilai negatif bila oscillator bergerak di bawah nilai tengah. Contoh indikator teknikal bertipe centered oscillator adalah Rate of Change ROC dan
MACD. 2.
Banded Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun di antara posisi-posisi tertentu ekstrim atas dan bawah yang menandakan kondisi ekstrim
harga suatu saham dan tidak memiliki garis tengah. Sebagian besar banded oscillator berfluktuasi di antara batas-batasskala yang telah ditentukan biasanya
0-100. Beberapa banded oscillator yang populer digunakan adalah RSI dan
Stochastic Oscillator.
Oscillator dapat memberikan sinyal jual dan beli dalam beberapa cara. Sinyal- sinyal yang diberikan oscillator dapat dikelompokkan menjadi:
1. Divergence positif dan negatif. Divergence adalah konsep inti dari sinyal pada
oscillator dan juga pada indikator lainnya. Divergence memberikan peringatan bahwa kenaikan atau penurunan yang sedang berlangsung akan mengalami
perubahan juga memberikan sinyal jual dan beli. Divergence positif terjadi bila nilai indikator pada suatu periode mengalami peningkatan sementara pada periode
yang sama harga saham yang bersesuaian mengalami penurunan. Sedangkan Divergence negatif terjadi bila pada suatu periode nilai indikator mengalami
penurunan sementara pada periode yang sama harga saham yang bersesuaian mengalami peningkatan.
2. Overbought dan oversold. Sinyal ini dihasilkan oleh oscillator jenis banded
oscillator. Langkah pertama untuk menggunakan indikator jenis ini adalah menentukan posisi-posisi ekstrim atas dan bawah. Pada RSI posisi ekstrim bawah
biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70. Pada Stochastic
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
Oscillator posisi ekstrim bawah biasanya pada level 20 dan posisi ekstrim atas pada level 80. Nilai di bawah 30 pada RSI atau di bawah 20 pada Stochastic
Oscillator menunjukkan kondisi oversold. Nilai di atas 70 pada RSI atau di atas 80 pada Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi overbought. Cara termudah untuk
mengidentifikasi sinyal pembelian adalah ketika pada kondisi oversold, nilai oscillator kemudian bergerak naik dan memotong garis ekstrim oversold. Cara
termudah untuk mengidentifikasi sinyal penjualan adalah ketika pada kondisi overbought, nilai oscillator kemudian bergerak turun dan memotong garis ekstrim
overbought. Untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik maka proses identifikasi
sebaiknya dibarengi dengan identifikasi sinyal-sinyal lain seperti divergence.
3. Perpotongan garis tengah. Sinyal ini kebanyakan digunakan oleh centered
oscillator. Sinyal beli diberikan ketika nilai oscillator bergerak naik memotong garis tengah. Sinyal jual diberikan ketika nilai oscillator bergerak turun memotong
garis tengah. Pergerakan oscillator di atas garis tengah menunjukkan perubahan momentum dari negatif ke positif dan pasar dapat dikatakan dalam kondisi bullish.
Pergerakan oscillator di bawah garis tengah menunjukkan perubahan momentum dari positif ke negatif dan pasar dapat dikatakan dalam kondisi bearish.
Pembacaan sinyal seperti ini mendapat kritikan karena dianggap terlalu lama sehingga dapat mengurangi kesempatan mendapat profit. Akan tetapi, sebagian
orang berpendapat cara ini dapat mengurangi resiko kesalahan pembacaan sinyal
jual dan beli.
Penggunaan oscillator harus dibarengi dengan dasar-dasar analisis trend untuk menghindari kesalahan pembacaan sinyal. Hal ini menjadi salah satu kekurangan
dalam metode analisis menggunakan oscillator. Walaupun demikian, pada umumnya pasar lebih sering berada pada kondisi normal sideways daripada kondisi uptrend
atau downtrend. Oleh karena itu, metode oscillator dapat memberikan banyak
keuntungan dan masih banyak digunakan sampai saat ini.
2.3.5 Exponential Moving Average
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
Exponential Moving Average adalah salah satu jenis indikator metode kuantitatif pada analisis teknikal yang digunakan di dalam metode Relative Strength Index RSI
sebagai penghalus grafik hasil analisis RSI yang berfluktuasi sehingga didapat grafik yang lebih halus dan lebih mudah diidentifikasi trendnya kenaikan atau penurunan
harga saham. Exponential Moving average adalah sebuah jenis alat analisis teknikal yang menggunakan rata-rata harga saham sebagai keluarannya dan indikator ini
merupakan indikator bantu dalam RSI.
Relative Strength Index
Salah satu oscillator yang cukup terpercaya dan sering digunakan oleh para analis teknikal adalah Relative Strength Index RSI. Metode ini dikembangkan oleh J.
Welles Wilder pada tahun 1978. Seperti oscillator lainnya, RSI juga berfungsi untuk membaca kondisi overbought dan oversold, selain untuk memprediksi perubahan
trend.
RSI mempunyai kelebihan dibanding oscillator lainnya. Analisis dengan RSI dilakukan bukan dengan menghitung perbedaan harga antara dua hari, namun dengan
menghitung rata-rata perbedaan harga selama periode beberapa hari, sehingga RSI tidak begitu terpengaruh perubahan harga yang drastis. Selain itu, RSI juga memberi
skala 0-100, sehingga lebih mudah dalam melakukan perbandingan. Hasil analisis RSI berfungsi untuk menampilkan sinyal-sinyal, seperti:
1. Overbought. Pasar disebut dalam kondisi overbought ketika nilai oscillator berada
di sekitar posisi ekstrim atas. Pada RSI posisi ekstrim bawah biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70 sehingga jika nilai RSI di atas level 70,
maka sinyal overbought akan muncul. Kondisi ini diakibatkan oleh permintaan melebihi penawaran sehingga harga suatu saham meningkat sampai titik tertinggi.
Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai terlalu tinggi dan akan mengalami penurunan, disarankan kepada para investor untuk menjual
sahamnya sinyal jual.
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
2. Oversold. Pasar disebut dalam kondisi oversold ketika nilai oscillator berada di
sekitar posisi ekstrim bawah. Pada RSI posisi ekstrim bawah biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70 sehingga jika nilai RSI di bawah level 30,
maka sinyal oversold akan muncul. Kondisi ini diakibatkan oleh penawaran melebihi permintaan sehingga harga suatu saham menurun sampai titik terendah.
Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai terlalu rendah dan akan mengalami peningkatan, disarankan kepada para investor untuk membeli
saham sinyal beli.
2.3.6.1 Rumus Relative Strength Index
Pada bagian ini akan dibahas cara menghitung Relative Strength Index.
Pada suatu hari d, dapat dihitung kenaikan atau penurunan harga pada saat pasar modal ditutup closing price pada hari itu dibandingkan harga penutupan hari
sebelumnya. Rumusnya yaitu Hendarto, 2005: 112:
1
dengan CP
d
adalah closing price pada hari d. Nilai U dan D tidak pernah negatif. Jika harga saham pada suatu hari mengalami kenaikan maka U
d
bernilai positif dan D
d
bernilai nol. Begitu juga sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan maka D
d
bernilai positif dan U
d
bernilai nol. Selanjutnya dihitung nilai U dan D selama N periodejumlah hari untuk
menghitung nilai rata-rata U dan D. Penghitungan pertama dilakukan secara sederhana, yaitu dengan menghitung jumlah total U dan D selama N periodejumlah
hari ke belakang kemudian dibagi jumlah periodejumlah hari N. Rumusnya yaitu Hendarto, 2005: 113:
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
2
Sementara untuk nilai-nilai berikutnya, nilai rata-rata dihitung menggunakan Exponential Moving Average, rumusnya yaitu Hendarto, 2005: 113:
3
Nilai α berfungsi sebagai faktor penghalus smoothing factor bagi
Exponential Moving Average. Nilainya tergantung pada periodejumlah hari N yang digunakan. Rumusnya yaitu Hendarto, 2005: 113:
4
Nilai rata-rata U dan D kemudian dibandingkan untuk menghasilkan nilai Relative Strength Index, sehingga didapat rumusnya yaitu Hendarto, 2005: 114:
5
RS kemudian digunakan untuk menghitung RSI, sehingga didapat rumusformulasi sebagai berikut Hendarto, 2005: 114:
6
Contoh penghitungan dengan RSI dapat dilihat di Lampiran A.
Shafira Guslina : Perancangan Perangkat Lunak Prediksi Pergerakan Harga Saham Dengan Metode Relative Strength Index RSI, 2009.
2.3.6.2 Periode yang Biasa Digunakan
Pada saat mengembangkan RSI, J. Welles Wilder menyarankan menggunakan RSI dengan periode 14 hari. Periode 14 hari dirasa tepat untuk mendapatkan keseimbangan
antara frekuensi sinyal yang cukup tinggi, dan kehandalan sinyal yang diberikan.
Pada penggunaan berikutnya, para ahli banyak menggunakan RSI dengan menggunakan periode yang berbeda-beda. Periode yang paling sering digunakan
adalah 9 dan 14 hari. Periode 5 atau 7 hari digunakan juga untuk mendapatkan frekuensi sinyal yang tinggi. Periode lain yang sering digunakan adalah 21, 25 dan 28
hari untuk mendapatkan grafik yang lebih halus dan dapat dipercaya. Dalam Tugas Akhir ini, RSI akan diuji menggunakan periode 9, 14 dan 25 hari karena periode-
periode ini lebih sering digunakan dan lebih popular saat ini.
Pemilihan periode yang berbeda akan menghasilkan hasil analisis dengan sifat yang berbeda. Memilih periode yang pendek akan menyebabkan perataan dilakukan
selama periode yang pendek pula, sehingga lebih mudah menghasilkan sinyal overbought atau oversold. Kenaikan harga selama beberapa hari akan lebih mudah
memicu sinyal overbought karena nilai U hanya dibandingkan dengan nilai D selama periode yang singkat. Pada periode penghitungan tiga hari, misalnya kenaikan harga
selama dua hari sudah cukup untuk memberi sinyal overbought. Sedangkan memilih periode yang panjang akan memberikan sinyal yang lebih kuat dan dapat diandalkan,
karena perbandingan dilakukan selama periode yang cukup lama. Pada penghitungan yang dilakukan menggunakan periode panjang, sinyal overbought dan oversold akan
lebih jarang keluar, namun lebih dapat dipercaya.
2.4 Konsep Pemodelan Objek