Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 REGULER MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. ARTCRAFT

INDONESIA

OLEH:

NAMA : WHIL HELMINA BR. GINTING

NIM : 060503084

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul : “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2010

Yang membuat pernyataan,

Whil Helmina Br. Ginting NIM: 060503084


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala berkat dan kasihNya yang diberikan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengetahuan, bimbingan, bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut mambantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si. selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.


(4)

5. Kedua orang tua saya, Abdi A. Ginting dan Tiarma Br. Pakpahan. Terima kasih untuk kasih sayang, didikan, perhatian, motivasi, dukungan moral maupun materi dan doanya kepada penulis.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juni 2010 Penulis,

Whil Helmina Br. Ginting NIM : 060503084


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama 4 tahun terakhir sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio keuangan yang dianalisis adalah berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006, 2007, 2008 dan 2009.

Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan dan metode analisis komparatif untuk mengetahui perkembangan serta penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia yang paling baik terjadi pada tahun 2006 dan 2007 dengan skor yang sama yaitu 23 atau 57.5% dari total skor dan masuk dalam kategori cukup baik, sedangkan kinerja keuangan yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dengan skor yang sama juga yaitu 22 atau 55% dari total skor namun masih dalam kategori cukup baik.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to see how development of financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia during 4 last years since the year 2006 up to the year 2009. Standard ratios applied in performance measurement of this standard is Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio and Debt to Equity Ratio (DER). Financial ratios analysis is based on financial statements year book 2006, 2007, 2008 and 2009.

To obtain material and data referring to the writing of this research, researcher does research by using qualitative analytical method, by using financial ratios analytical technique for monetary statement analysis and comparability analytical method to know development and appraisal of company financial performance.

The research show that during the period 2006, 2007, 2008 and 2009, the best financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia are in the year 2006 and 2007 with the same score 23 or 57.5% from score total and admission in categorizing good enough, while the lowest financial performance are in the year 2008 and 2009 that is with the same score 22 or 55% from score total but still in categorizing good enough.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Penelitian ... 6

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9

1. Laporan Keuangan ... 9

2. Unsur-unsur Laporan Keuangan ... 10

a. Neraca ... 10

b. Laporan Laba Rugi ... 13


(8)

4. Analisis Rasio Keuangan ... 15

a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 15

b. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 19

(a) Rasio Likuiditas ... 19

(b) Rasio Leverage (Solvabilitas) ... 22

(c) Rasio Aktifitas ... 24

(d) Rasio Profitabilitas ... 25

5. Penilaian Kinerja Keuangan ... 27

a. Pengertian Penilaian dan Kinerja ... 27

b. Penilaian dan Prosedur Penilaian ... 28

c. Penilaian Kinerja Keuangan ... 30

d. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan ... 31

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 46

C. Kerangka Konseptual ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 49

B. Jenis dan Sumber Data ... 50

C. Defenisi Operasional ... 50

D. Metode Analisis Data ... 52


(9)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 54

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 54

a. Profil Singkat Perusahaan... 54

b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 55

2. Laporan Keuangan Perusahaan ... 61

3. Rasio Keuangan Perusahaan ... 68

4. Penilaian Kinerja Manajemen ... 72

B. Analisis dan Evaluasi ... 75

1. Analisis dan Evaluasi Laporan Keuangan ... 75

a. Laporan Laba Rugi... 75

b. Neraca... 77

2. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Penelitian ... 94

C. Saran ... 95


(10)

DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 1.1 Laba / Rugi Bersih Perusahaan... 5

Tabel 2.1 Laporan Laba/Rugi Perusahaan ”Riam Remo”... 33

Tabel 2.2 Neraca Perusahaan ”Riam Remo”... 34

Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... 46

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 53

Tabel 4.1 Skor, Peringkat dan Interval Rasio Keuangan... 72

Tabel 4.2 Peringkat dan Kategori ROE... 73

Tabel 4.3 Peringkat dan Kategori ROI... 73

Tabel 4.4 Peringkat dan Kategori Quick Ratio... 73

Tabel 4.5 Peringkat dan Kategori Current Ratio... 74

Tabel 4.6 Peringkat dan Kategori Inventory Turnover...74

Tabel 4.7 Peringkat dan Kategori Total Asset Turnover... 74

Tabel 4.8 Peringkat dan Kategori Debt Ratio... 75

Tabel 4.9 Peringkat dan Kategori Debt to Equity Ratio... 75

Tabel 4.10 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2006... 88

Tabel 4.11 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2007... 89

Tabel 4.12 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2008... 89


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nama Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 48

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi PT. ARTCRAFT Indonesia... 60

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan ROE... 79

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan ROI... 81

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Quick Ratio... 82

Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Current Ratio... 83

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Inventory Turnover... 84

Gambar 4.7 Grafik Perkembangan TATO... 85

Gambar 4.8 Grafik Perkembangan Debt Ratio... 86


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama 4 tahun terakhir sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio keuangan yang dianalisis adalah berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006, 2007, 2008 dan 2009.

Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan dan metode analisis komparatif untuk mengetahui perkembangan serta penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia yang paling baik terjadi pada tahun 2006 dan 2007 dengan skor yang sama yaitu 23 atau 57.5% dari total skor dan masuk dalam kategori cukup baik, sedangkan kinerja keuangan yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dengan skor yang sama juga yaitu 22 atau 55% dari total skor namun masih dalam kategori cukup baik.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this research is to see how development of financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia during 4 last years since the year 2006 up to the year 2009. Standard ratios applied in performance measurement of this standard is Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio and Debt to Equity Ratio (DER). Financial ratios analysis is based on financial statements year book 2006, 2007, 2008 and 2009.

To obtain material and data referring to the writing of this research, researcher does research by using qualitative analytical method, by using financial ratios analytical technique for monetary statement analysis and comparability analytical method to know development and appraisal of company financial performance.

The research show that during the period 2006, 2007, 2008 and 2009, the best financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia are in the year 2006 and 2007 with the same score 23 or 57.5% from score total and admission in categorizing good enough, while the lowest financial performance are in the year 2008 and 2009 that is with the same score 22 or 55% from score total but still in categorizing good enough.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan ataupun organisasi pasti menginginkan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien. Terlebih lagi dalam situasi globalisasi seperti masa sekarang ini, perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan pesaingnya agar dapat bertahan. Perusahaan yang berdiri juga harus memberikan informasi dan laporan akan seluruh kegiatan operasi perusahaan yang dilakukannya dalam satu periode tertentu baik itu mengenai kinerja maupun keuangannya kepada pihak-pihak yang memerlukannya.

Akuntansi merupakan media bagi perusahaan untuk memberikan informasi yang dapat membantu berbagai pihak dalam memahami dan mengetahui seluruh hasil operasi perusahaan. Informasi akuntansi sebagaimana tersaji di dalam laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan.

Untuk dapat mengetahui gambaran tentang keadaan keuangan perusahaan, maka perlu diadakan analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Data tersebut tercermin pada laporan keuangannya. Analisis


(15)

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan memiliki banyak manfaat, baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Bagi pihak internal, pimpinan perusahaan dan manajemen dapat mengetahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai pada waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan dan dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan berada pada jalur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengambil kebijakan untuk periode mendatang. Bagi pihak eksternal, kreditur akan dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang telah atau akan menjadi debiturnya, sehingga kreditur dapat menentukan mana perusahaan yang layak diberikan kredit dan mana perusahaan yang tidak layak untuk diberikan kredit. Selain kreditur, investor pun perlu mengetahui keadaan keuangan perusahaan di dalam rangka menentukan kebijaksanaan penanaman modalnya.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan bukan hal yang mudah, mengingat terdapat banyak sekali alat ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dapat digunakan. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan perusahaan.

Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi sehingga dapat diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan serta dapat menilai seberapa jauh tingkat efektifitas dan efisiensi yang telah dilakukan perusahaan untuk tujuan tertentu. Analisis rasio juga dapat menjelaskan hubungan


(16)

antara variabel-variabel yang bersangkutan dan dipakai sebagai dasar untuk menilai kondisi tertentu.

Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang paling sering digunakan karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Dengan mengetahui kinerjanya, perusahaan dapat mengambil keputusan bisnis yang tepat guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan akan menyederhanakan informasi yang dilaporkan yaitu informasi yang berasal dari laporan neraca dan laporan usahanya.

Analisis rasio meliputi pengevaluasian aspek-aspek keuangan meliputi tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan kesempatan bertumbuh perusahaan cenderung tinggi. Semakin likuid perusahaan, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditur dalam memberikan dananya.

Solvabilitas menelaah mengenai stuktur modal perusahaan termasuk sumber dana jangka panjang dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban investasi dan utang jangka panjangnya. Semakin tinggi rasio ini, akan mengakibatkan resiko finansial perusahaan semakin tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi harga dan volume saham suatu perusahaan.

Dalam mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana yang dimiliki digunaan rasio aktivitas. Aktivitas perusahaan yang efektif dan efisien


(17)

dapat mempengaruhi laba dan arus kas perusahaan, dan pada akhirnya akan menambah nilai perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Tingkat profitabilitas perusahaan yang tinggi akan meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan melakukan ekspansi usaha sehingga membuka kesempatan investasi yang baru.

Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada dan untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut dipakaikan. Bagi manajemen analisis keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan yang telah dicapai perusahaan.

Objek penelitian ini adalah PT. ARTCRAFT Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari McGuire Furniture Company, San Fransisco yang berafiliasi dengan Kohler Company di USA. Kegiatan operasinya adalah menghasilkan mebel rotan bermutu tinggi dan mendistribusikannya ke perusahaan induk di USA yang kemudian dijual kembali di negara perusahaan induknya berdiri. Dengan statusnya ini, maka PT. ARTCRAFT Indonesia haruslah mempunyai kinerja yang baik agar dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Terpenting lagi terhadap pemerintah Indonesia agar tetap memberikan izin berdirinya perusahaan ini di Indonesia melalui laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan analisisnya yang menunjukkan kinerja perusahaan yang baik.


(18)

Penelitian ini hanya berfokus pada laporan kinerja keuangan perusahaan. Dalam mengevaluasi sejauh mana kinerja keuangan perusahaan salah satu indikator yang dipakai oleh perusahaan adalah informasi akuntansi berupa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dinilai prestasi yang telah dicapai perusahaan, efektivitas dan efesiensi kegiatan operasional yang telah dilaksanakan, kelemahan atau kekuatan yang sedang dimiliki perusahaan serta apa yang menyebabkan kinerja perusahaan naik atau turun.

Kinerja keuangan merupakan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya. Hasil dari analisis rasio kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan apakah baik dan dapat bersaing atau buruk.

Pada tahun 2006 hingga tahun 2009, PT. ARTCRAFT Indonesia terus mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.


(19)

Tabel 1.1

Laba / Rugi Bersih Perusahaan Tahun Laba / Rugi Bersih

2006 Rp (158,408,942.00) 2007 Rp (129,797,439.00) 2008 Rp (366,072,266.00) 2009 Rp (686,656,136.00)

Sumber : Laporan Laba Rugi PT. ARTCRAFT Indonesia

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis rasio keuangan untuk menilai bagaimana kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia. Terlebih lagi, perusahaan ini sebelumnya belum pernah melakukan penilaian kinerja keuangannya dengan analisis rasio yang membuat peneliti semakin tertarik dan merasa perlu melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan pengembangan dan pegujian kembali dari penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2007) yang menganalisis penerapan Economic Value Added (EVA) sebagai alat ukur penilaian kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Penelitian lain juga dilakukan oleh Gunawan (2005) yang mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan BUMN dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan (studi kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan).

Peneliti mencoba menganalisis rasio keuangan dalam menilai kinerja perusahaan dari segi kinerja keuangan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variebel independen yang akan digunakan. Terlebih


(20)

lagi peneliti ingin menilai bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2008 dimana pada tahun tersebut terjadinya krisis ekonomi secara global. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahasnya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “ Analisis Rasio

Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada PT. ARTCRAFT – Indonesia)”.

B. Batasan Penelitian

Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:

1. Objek penelitian adalah PT. ARTCRAFT Indonesia.

2. Periode penelitian yang dianalisis adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.

3. Penulis membatasi variabel independen yaitu rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan PT. ARFCRAFT Indonesia adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turn Over, Total Asset Turnover (TATO), Debt ratio dan Debt to equity ratio (DER). Kedelapan rasio ini dianggap merupakan rasio keuangan yang paling dominan yang dapat mewakili rasio-rasio keuangan lainnya.


(21)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama tiga tahun terakhir mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan menggunakan analisis rasio keuangan?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama tiga tahun terakhir mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam mengimplementasikan alat ukur rasio keuangan dalam menguji hubungan antara komponen-komponen dalam laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi perusahaan dan investor, diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dan dapat menjadi bahan pertimbangan


(22)

manajemennya dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.

3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis atas suatu perusahaan, maka terlebih dahulu harus diketahui sifat, cakupan, dan keterbatasannya sebelum menggunakan laporan keuangan sebagai alat analisis. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf 07 (SAK:2007) yaitu sebagai berikut:

Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Laporan keuangan juga dapat didefenisikan sebagai suatu alat dengan mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang dikomunikasikan secara periodik kepada para pemakainya. Pemakai laporan keuangan tersebut meliputi pihak eksternal dan pihak internal yang menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi yang berbeda.


(24)

Laporan keuangan yang menjadi alat analisis dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba-rugi dikarenakan neraca dan laporan laba-rugi cukup memadai untuk menggambarkan posisi keuangan dan hasil operasi yang telah dicapai perusahaan. Neraca menunjukkan posisi harta, kewajiban dan modal pada suatu waktu tertentu sedangkan laporan laba-rugi menggambarkan pendapatan yang diperoleh dan biasanya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan atau justru mengalami kerugian.

2. Unsur-unsur Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, penulis hanya menjelaskan mengenai neraca dan laporan laba rugi saja.

a. Neraca (Balance Sheet)

“Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu” (Djarwanto, 2004:20). Penggolongan perkiraan neraca akan lebih memudahkan proses analisisnya.

1) Aktiva (Assets)

Aktiva mencakup biaya-biaya yang belum ditandingkan dengan pendapatan di masa lalu dan diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi


(25)

berupa pendapatan di masa depan. Djarwanto (2004:24) menggolongkan aktiva yang terdiri dari 6 bagian.

a. Aktiva Lancar

b. Investasi Jangka Panjang c. Aktiva Tetap

d. Aktiva Tidak Berwujud

e. Bebab Biaya yang Ditangguhkan; dan f. Aktiva Tidak Lancar Lainnya

(a) Aktiva Lancar (Current Assets); yaitu pos-pos di neraca yang diharapkan dapat dikonversikan ke kas atau setara kas dalam periode waktu yang relatif singkat yang meliputi : kas dan setara kas, investasi jangka pendek, wesel tagih, piutang usaha, persediaan, serta biaya dan pos lain yang dibayar dimuka yang diharapkan akan terealisasi dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal neraca. Aktiva lancar secara normal dicatat pada neraca menurut urutan likuiditasnya kecuali persediaan dan surat berharga yang dapat segera dijual dilaporkan menurut nilai estimasi yang dapat direalisasikan. Oleh karena itu, saldo piutang harus dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih.

(b) Aktiva Tetap (Fixed Assets); yaitu aktiva yang bersifat tetap dan permanen, tidak untuk diperdagangkan dan digunakan dalam operasi perusahaan, misalnya: tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan alat-alat lain.

(c) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets); yaitu aktiva yang tidak nyata secara fisik tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai


(26)

dan dimiliki perusahaan untuk mendukung aktivitasnya, misalnya : hak cipta, merek dagang, lisensi, goodwill dan lainnya.

(d) Investasi Jangka Panjang (Longterm Investment); yaitu bagian aktiva yang dapat direalisasikan menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih dari satu periode akuntansi (umumnya 12 bulan), terdiri dari saham dan obligasi perusahaan lain.

(e) Beban Biaya yang Ditangguhkan (Deffered charges) adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang , dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsungnya untuk beberapa tahun atau periode. (Djarwanto, 2004: 34)

(f) Aktiva Lain-lain (Other Assets); yaitu aktiva perusahaan yang tidak termasuk dalam kategori sebelumnya, misalnya : gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, dan piutang jangka panjang.

2) Kewajiban/Utang (Liabilities) Menurut Djarwanto (2004: 34):

Utang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembaliannya atau pelunasannya, utang dibedakan menjadi utang jangka pendek (current liabilities) dan utang jangka panjang (noncurrent liabilities).

(a) Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities), merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu singkat (satu siklus operasi normal atau satu tahun), misalnya : utang dagang, utang wesel, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar,


(27)

utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dan penghasilan yang diterima dimuka.

(b) Kewajiban jangka panjang (Noncurrent Liabilities), merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) dalam waktu lama (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), misalnya : utang wesel jangka panjang, utang obligasi, utang hipotek dan pinjaman jangka panjang lainnya.

3) Modal (Owner’s Equity)

Modal merupakan dana yang bersumber dari pemilik perusahaan ataupun kepentingan pemilik perusahaan maupun pemegang saham atas aktivitas perusahaan. Unsur-unsur modal suatu perusahaan terdiri dari : modal saham, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.

b. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)

Menurut Kasmir (2008: 45), “Laporan laba-rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.”

Djarwanto (2004:44) meyebutkan bahwa:

Unsur-unsur penting dari laporan laba-rugi adalah terdiri dari penghasilan utama (operating revenue atau sales), harga pokok penjualan (cost of goods sold), biaya usaha (operating expenses), penghasilan dan biaya di luar usaha pokok (other income and expenses atau nonoperating), dan pos-pos insidentil atau pos-pos luar biasa (extraordinary items).

Bentuk penyajian laporan laba-rugi yang biasa digunakan menurut Kasmir (2008: 49) ada dua bentuk.


(28)

1) Bentuk tunggal (Singgle step); yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan dalam satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok sehingga laba atau rugi bersih dihitung dengan satu langkah yakni mengurangkan total pendapatan dengan total biaya.

2) Bentuk bertahap (Multiple Step); yang mengelompokkan laba-rugi secara lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Analisis keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Ada delapan teknis dalam menganalisis laporan keuangan menurut Abdullah (2005:40) yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknis analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif)

b. Analisa Trend (tendensi posisi), merupakan teknis analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan perubahan naik atau mengalami penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik analisa ini adalah tahun atau periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.

c. Analisa Persentase per Komponen (Common Size), teknik analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya. Juga untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun hutang.


(29)

d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisa untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu.

e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

f. Analisa Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

g. Analisa Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.

h. Analisa Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.

4. Analisis Rasio Keuangan

Salah satu alat analisis laporan keuangan yang paling umum dan biasa digunakan dalam menilai kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan.

a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara berbagai perkiraan-perkiraan dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analisis intern maupun ekstern dan menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan perusahaan.

Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio


(30)

menggambarkan suatu hubungan atau perlambangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.

Dari definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan analisa rasio keuangan adalah teknik atau alat untuk mengukur prestasi perusahaan dalam hal menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-pos dalam neraca atau laporan rugi-laba atau kombinasi dari keduanya.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Menurut Syamsuddin (2000:39):

Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio financial perusahaan, yaitu ”Cross-sectional approach” dan ”Time series analysis”.

Yang dimaksud dengan cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan ratio-ratio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan ratio-ratio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara ratio yang dicapai saat ini dengan ratio-ratio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.

Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut dianalisis. Menurut Kiomn et al (2005:108)

Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan: (1)Bagaimana tingkat likuiditas perusahaan? (2) Apakah manajemen efektif


(31)

dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan? (3) Bagaimana perusahaan didanai? (4) Apakah para pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup?

Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000:40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.

1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan

2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.

3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat

4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006:298).


(32)

1. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

2. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

3. mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;

4. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

5. menstandarisir size perusahaan;

6. lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series” 7. lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan antara lain :

1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berbeda pula dan dalam keadaan seperti ini, sulit untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai pembanding yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih berguna bagi perusahaan kecil dengan biang usaha yang lebih sempit daripada perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda.

2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun pada kenyataannya lima puluh persen dari perusahaan-perusahaan tersebut akan berada pada posisi di bawah rata-rata dan selebihnya berada si atas rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumah dapat dinyatakan baik. Bagi yang menargetkan prestasi yang tinggi, acuan yang terbaik adalah perusahaan dengan rasio keuangan yang sangat baik.

3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca sering dan sangat berbeda dengan nilai sebenarnya. Lebih jauh lagi


(33)

karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya persediaan, maka laba juga tentu terpengaruh. Oleh karena itu, analisis rasio bagi perusahaan dari tahun ke tahun atau analisis komparatif atas perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterpretasikan secara cermat dan penuh pertimbangan.

4. Perbedaan antara praktik dengan operasi dapat menyebabkan distorsi dalam perbandingan. Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat mempengaruhi laporan keuangan dan karena itu mendistorsikan perbandingan di antara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva perusahaan adalah aktiva lease, mungkin tidak akan disajikan di dalam daftar hutang, karena itu leasing, bisa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio hutang.

5. Sulit untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk. Misalnya rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas berlebih yang tentunya tidak baik bagi perusahaan karena tidak efektif dalam penggunaan kas.

b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukanan oleh Wachowicz (2005:204) :

Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat.


(34)

Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba

rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio).

Pada umumnya ada 4 aspek penilaian rasio keuangan menurut Abdullah (2005:44) yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.

(a) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir.

Menurut Syamsuddin (2000:41) “Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas”. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas.

Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Syahyunan (2004:83) “Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur


(35)

likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net Working Capital.”

1. Current Ratio

Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar suatu perusahaan. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji). Semakin besarnya perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Artinya aktiva lancar harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang lancar. Dan persamaan untuk mencari current ratio adalah :

Current Ratio =

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu yang relatif lebih lama diuangkan bila dibandingkan dengan aset aktiva lancar lainnya. Rumus untuk mencari quick ratio adalah sebagai berikut :


(36)

3. Cash Ratio

Cash ratio merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayarkan hutang. Hal ini ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan hutang lancar akan semakin baik. Dan rumus untuk mencari cash ratio adalah :

4. Net Working Capital

Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya, dengan rumus :

(b) Rasio Leverage (Rasio Solvabilitas)

Rasio leverage (rasio utang) menurut Wachowicz (2005:209) adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

Adapun rasio leverage yang umumnya dipakai menurut Syahyunan (2004: 83) antara lain adalah “Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio, dan Debt Service Coverage.”


(37)

1. Debt Ratio

Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Artinya seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dengan rumus :

2. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. DER merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. DER yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat DER yang rendah menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Sehingga investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.


(38)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga. Rumusnya adalah :

4. Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

5. Debt Service Coverage

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumusnya adalah:

(c) Rasio Aktivitas

Activity ratio merupakan rasio yang sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas (activity ratio) menurut Van Horne et al (2005 : 212) adalah “rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas yang umumnya


(39)

digunakan menurut Syahyunan (2004:83) yaitu “Average Collection Period, Inventory Turn-over, Fixed Asset Turn-over, dan Total Asset Turn-over.”

1. Average Collection Period

Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun (Syahyunan, 2004). Rumus untuk mencari average collection period adalah :

2. Inventory Turnover Ratio

Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Rumus untuk menghitung inventory turnover yaitu:

3. Fixed Assets Turnover Ratio

Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap dengan sepenuhnya atau belum. Rumus untuk menghitung fixed assets turnover ratio yaitu:


(40)

4. Total Assets Turnover (TATO)

Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan”. TATO juga dapat didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Rumus untuk menghitung total asstes turnover adalah:

Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Sama seperti rasio perputaran aktiva tetap, untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan rata-rata industri atau hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya.

(d) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan dan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2004:148). Rasio-rasio lain dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi dari efek likuiditas,


(41)

manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Sayhyunan (2004: 85), rasio profitabilitas ini terbagi atas “Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment dan Return on Equity”

1. Gross Profit Margin Ratio

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk rasio ini adalah :

2. Return on Investment (ROI)

ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilakan laba. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz (2005:224) adalah :

ROI =


(42)

ROE (return on equity) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham.

ROE =

4. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan dengan persamaan sebagai berikut:

5. Net Profit Margin

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan rumus untuk mencari rasio ini adalah :

5. Penilaian Kinerja Keuangan


(43)

Menurut Umar (2002:26) penilaian atau evaluasi didefenisikan sebagai berikut.

Suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Sedangkan menurut Hansen et al (2000:6) defenisi kinerja yaitu “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Kinerja juga dapat didefenisikan sebagai suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

Menurut Bastian (2001:274) “Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan.


(44)

Hasil dari penilaian kinerja perusahaan akan dijadikan umpan balik (feedback) bagi formulasi atau pengimplentasian strategi. Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang terpenting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Tahapan evaluasi yang sifatnya umum antara lain :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam bisnis yang dapat dievaluasi mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan inilah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan evaluasi.

b. Merancang (mendesain) kegiatan evaluasi

Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi lebih jelas. c. Pengumpulan Data

Setelah desain dilakukan maka pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif yaitu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta ilmiah.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis sehingga menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan rencana untuk menghasilkan perbedaan. Besarnya perbedaan (gap) tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasi.


(45)

Hasil evaluasi hendaknya didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan secara lisan maupun tulisan agar hasil evaluasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen. Baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

c. Penilaian Kinerja Keuangan

Hasil dari penilaian kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Adapun manfaat penilaian kinerja bagi manajemen menurut Bastian (2001:275) antara lain untuk:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja,

2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati,

3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja,

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati,

5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi,


(46)

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah,

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif, 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan,

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi. Evaluasi kinerja dapat dilakukan perusahaan digolongkan kepada dua aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan.

Evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategis perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangannya saja.

Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun dalam penelitian ini peneliti hanya membahas penilaian kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

d. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan

Dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan analisis rasio keuangan yang diambil dari bagian-bagian laporan keuangan perusahaan. Di bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai jenis-jenis rasio


(47)

keuangan yang umumnya digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Rasio tersebut dapat menjelaskan bagaimana keadaan kinerja keuangan baik dengan menganalisis satu rasio keuangan saja maupun dengan menganalisis beberapa rasio keuangan.

Menurut Djarwanto (2004:143):

Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu standar rasio yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisisan tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Standar ini ditentukan dengan membandingkan beberapa rasio keuangan perusahaan sejenis. Menurut Djarwanto (2004:144) “Standar rasio yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan sejenis).”

Dengan adanya standar ini, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.

Selian membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya (beberapa tahun


(48)

perbandingan). Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penialaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemundurun kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.

Penilaian kinerja keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dapat ditunjukkan dalam contoh perhitungan pada ilustrasi perusahaan berikut ini (Syamsuddin, 2000:41).

Dari laporan laba rugi dan neraca Perusahaan “Riam Remo” di atas dapat dianalisis rasio keuangannya untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja tersebut terlihat dalam perhitungan rasio-rasio keuangan sebagai berikut.

1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio

Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang ditunjukkan oleh persamaan berikut.

Current Ratio =

Tahun 19X0 = = 2,08 kali

Tahun 19X1 = = 1,97 kali

Perhitungan di atas menunjukan berapa kali aset lancar dapat membiayai hutang lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan. Menurut


(49)

Kasmir (2008:143) standar industri current ratio adalah sebanyak 2 kali. Maka pada tahun 19X0 perusahaan berkinerja baik karena berada di atas rata-rata industri dan pada tahun19X1 walaupun mengalami penurunan tetapi masih dalam kinerja yang baik karena tidak jauh berada di bawah standar rasio.

b. Quick Ratio

Quick rasio atau acid test ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan rumus:

Tahun 19X0 = = 1,49 kali

Tahun 19X1 = = 1,50 kali

Semakin tinggi nilai rasio ini maka menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan. Standar rasio yang dikemukakan Kasmir (2008:143) adalah 1,5 kali. Rasio pada tahun 19X0 dan 19X1 relatif bernilai sama dan diketegorikan berkinerja baik karena besarnya rasio sama dengan standar rata-rata industri.

c. Cash Ratio

Rasio ini untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dengan rumus:


(50)

Tahun 19X0 = = 0,70 atau 70%

Tahun 19X1 = = 0,69 atau 69%

Standar industri untuk cash ratio adalah 50% (Kasmir, 2008:143) dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. Riam Remo memiliki kinerja keuangan yang baik karena berada di atas rata-rata industri baik pada tahun 19X0 dan 19X1 yang bernilai 70% dan 69%.

d. Net Working Capital

Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Persamaan untuk mencari rasio ini adalah:

Tahun 19X0 = Rp 1.003.200,00 – Rp 481.940,00 = Rp 521.260,00 Tahun 19X1 = Rp 1.222.715,00 – Rp 620.750,00 = Rp 601.965,00

Tingginya nilai rasio ini akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena aset lancar lebih besar daripada kewajiban lancarnya. Pada tahun 19X1 lebih besar daripada tahun 19X0 dimana keduanya menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena selisih aset lancar dengan kewajiban lancar bernilai positif.

2. Rasio Leverage a. Debt Ratio


(51)

Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

Tahun 19X0 = = 0,44 atau 44 %

Tahun 19X1 = = 0,46 atau 46%

Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%. Riam Remo pada tahun 19X0 dan 19X1 memiliki debt ratio yang di atas standar industri dimana menunjukkan bahwa kinerja keuangannya dalam kategori baik.

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas.

Tahun 19X0 = = 0,79 atau 79 %

Tahun 19X1 = = 0,84 atau 84 %

Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Maka perusahaan harus berusaha agar DER bernilai rendah atau berada di bawah standar industri yaitu 90% (Kasmir, 2008:164). Riam


(52)

Remo memiliki kinerja keuangan yang sangat baik karena berada di bawah standar rasio industri baik pada tahun 19X0 maupun tahun 19X1.

c. Time Interest Earned

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga. Rumusnya adalah :

Tahun 19X0 = = 5,16 kali

Tahun 19X1 = = 6,23 kali

Menurut Kasmir (2008:164) standar industri untuk rasio ini adalah sebesar 10 kali. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Riam Remo berada di bawah standar indutri yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kategori kurang baik.

d. Fixed Charged Coverage

Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

Tahun 19X0 = = 3,48 kali


(53)

Standar industri untuk rasio ini adalah 10 kali setiap tahunnya (Kasmir, 2008:164). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Pada tahun 19X0 dan 19X1 besarnya rasio ini berada di bawah rata-rata industri dan hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik.

e. Debt Service Coverage

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumusnya adalah:

Tahun 19X0 = = 1,36 kali

Tahun 19X1 = = 1,47 kali

Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin kecil resiko yang akan dihadapi perusahaan dalam pembayaran bunga dan pinjaman pokok perusahaan. Rasio perusahaan berada di bawah standar industri yang berarti kinerja keuangan perusahaan kurang baik dalam membayar bunga dan pinjaman pokoknya.

3. Rasio Aktivitas


(54)

Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun (Syahyunan, 2004). Rumus untuk mencari average collection period adalah :

Tahun 19X0 = = 53,15 kali

Tahun 19X1 = = 58,85 kali

Jika rata-rata industri untuk rasio ini adalah 25 kali, maka kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio ini dalam kategori sangat baik karena berada di atas rata-rata industri.

b. Inventory Turnover

Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Rumus untuk menghitung inventory turnover yaitu:

Tahun 19X0 = = 6,89 kali

Tahun 19X1 = = 8,05 kali

Menurut Kasmir (2008:187) standar industri untuk rasio ini adalah sebanyak 20 kali dalam setahun. “Riam Remo” pada tahun 19X0 dan 19X1 berada jauh di bawah rata-rata industry yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik dalam perputaran persediaannya.


(55)

c. Fixed Asset Turnover

Rasio ini digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap dengan sepenuhnya atau belum. Rumus untuk menghitung fixed assets turnover ratio yaitu:

Tahun 19X0 = = 1,15 kali

Tahun 19X1 = = 1,30 kali

Standar industri untuk rasio ini adalah sebanyak 5 kali dalam setahun (Kasmir, 2008:187). Pada tahun 19X0 dan tahun 19X1 keduanya berada di bawah rata-rata industri yang menunjukkan bahwa perputaran aktiva tetap kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja “Riam Remo” kurang baik dalam rasio ini.

d. Total Assets Turnover (TATO)

Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan”. Rumus untuk menghitung total asstes turnover adalah:

Tahun 19X0 = = 0,80 kali


(56)

Rasio ini memiliki standar industri sebanyak 2 kali dalam setahun (Kasmir, 2008:187). Dapat dilihat bahwa TATO “Riam Remo” pada dua tahun tersebut berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam hal perputaran total aktivanya kurang baik.

4. Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margin

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk rasio ini adalah :

Tahun 19X0 = = 0,26 atau 26 %

Tahun 19X1 = = 0,24 atau 24 %

Jika standar industri untuk rasio ini adalah 30%, pada tahun 19X0 dan tahun 19X1 berada di bawah rata-rata standar industri. Namun perbedaan ini tidak begitu jauh sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan sudah cukup baik walaupun tidak begitu maksimal.

b. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan dengan persamaan sebagai berikut:


(57)

Tahun 19X0 = = 0,17 atau 17%

Tahun 19X1 = = 0,13 atau 13%

Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 19X0 lebih baik daripada tahun 19X1 karena rasio yang dicapai pada tahun tersebut lebih tinggi.

c. Net Profit Margin

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan rumus untuk mencari rasio ini adalah :

Tahun 19X0 = = 0,07 atau 7%

Tahun 19X1 = = 0,08 atau 8%

Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Standar industri untuk rasio ini adalah sebesar 20% (Kasmir, 2008:208). Pada kedua tahun tersebut net profit margin berada jauh di bawah rata-rata industri yang berarti bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kategori tidak baik.


(58)

ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilakan laba. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz (2005:224) adalah :

ROI =

Tahun 19X0 = = 0,05 atau 5%

Tahun 19X1 = = 0,06 atau 6%

Standar industri rasio ini menurut Kasmir (2008:208) adalah sebesar 30% dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula kinerja perusahaan terutama dalam pengembaliam investasi yang didapatnya. Pada tahun 19X0 dan 19X1 nilai ROI berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan bahwa kurang baiknya kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan.

e. Return on Equity

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan persamaan sebagai berikut:


(59)

Tahun 19X0 = = 0,10 atau 10%

Tahun 19X1 = = 0,12 atau 12%

Rasio ini jika semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan dimana menurut Kasmir (2008:208) standar industri untuk ROE adalah sebesar 40%. Dapat dilihat bahwa besarnya ROE “Riam Remo” pada tahun 19X0 dan 19X1 berada jauh di bawah standar industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti kinerja keuangan perusahaan kurang baik.

Perhitungan rasio keuangan di atas telah menunjukkan bagaimana keadaan kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan selama dua tahun tersebut. Penilaian kinerja keuangan ini dapat dianalisis melalui masing-masing rasio maupun dengan semua rasio secara bersamaan.

Penilaian kinerja keuangan ini dapat ditentukan dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya yang sejenis. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan pada tahun yang diteliti dengan rasio perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terdahulu dilakukan dalam menilai kinerja perusahaan baik itu kinerja manajemen, kinerja operasional dan kinerja keuangan dapat dianalisis


(60)

dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat menunjukkan bagaimana kinerja keuangan suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut :

Tabel 2.3

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel

yang digunakan Hasil Penelitian Lidia K. Sianturi (2007) Analisis Penerapan Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur

Penilaian Kinerja Keuangan pada PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk.

EVA dan kinerja

keuangan

Dari tahun 2003 sampai 2005, nilainya terus meningkat yaitu tahun 2003 sebesar Rp 2,223 triliun, 2004 sebesar Rp 4,731 triliun dan 2005 sebesar Rp 7,236 triliun. Nardi Gunawan (2005) Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN dengan Menggunakan Teknik Analisis Rasio Keuangan (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)

Rasio keuangan dan kinerja keuangan

Kinerja keuangan yang paling baik adalah tahun 2001 dengan skor 48 atau 96% dari total skor, tetapi rata-rata setiap tahun kinerja keuangan perusahaan dikategorikan sangat baik. Arfian Zuhri Nasution (2008)

Peranan Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT. Bank Sumut, Cabang Utama Medan

Rasio keuangan dan kinerja keuangan

Kinerja keuangan PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan yang paling baik terjadi pada tahun 2006 dengan skor 28 atau 93,33% dari total skor dan dalam kategori sangat baik dan yang paling rendah pada tahun 2005 dengan skor 26 atau 76,67% dari


(61)

total skor tetapi masih dalam kategori sangat baik.

Sumber: Data diolah penulis, 2010

C. Kerangka Konseptual

Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri atas ROI (X1), ROE(X2), quick ratio (X3), current ratio(X4), inventory turnover (X5), total asset turnover (X6), debt ratio (X7), debt to equity ratio (X8). Rasio-rasio ini jika dianalisis dapat secara bersama-sama maupun parsial dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen (Y).

ROI (X1) dan ROE (X2) merupakan rasio profitabilitas yang akan menilai kinerja keuangan perusahaan dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik perusahaan dalam menghasilkan labanya. Quick ratio (X3) dan current ratio (X4) digunakan untuk mengukur seberapa likuid perusahaan. Semakin tinggi angka rasio yang didapat maka akan menunjukkan semakin mampu perusahaan dalam membiayai tagihannya (likuid).

Begitu juga dengan inventory turnover (X5), total asset turnover (X6), menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya. Dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya. Untuk debt ratio (X7) dan debt to equity rasio (X8) merupakan rasio


(62)

leverage (utang) dimana semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang harus disediakan oleh pemegang saham. Serta keseluruhan rasio tersebut secara bersama-sama juga akan dapat menyimpulkan bagaimana sebenarnya kinerja keuangan perusahaan (Y).

Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Data diolah penulis, 2010 ROI (X1)

ROE (X2) Quick Ratio (X3) Current Ratio (X4) Inventory Turnover (X5)

TATO (X6)

Debt to Equity Ratio (X8) Debt Ratio (X7)

Kinerja Keuangan (Y)


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Erlina (2007:66) :

Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rencana ini merupakan program menyeluruh dari penelitian. Dalam rencana tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai kepada analisis data akhir.

Penelitian ini untuk menganalisis rasio keuangan dalam menilai kinerja keuangan pada PT. ARTCRAFT – Indonesia dengan rancangan penelitian sebagai berikut :

1. Dilihat dari prespektif pengendalian variabel, rancangan penelitian ini adalah penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk


(64)

meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian mengamati kembali peristiwa tersebut untuk mengetahui faktor – faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut tanpa ada manipulasi langsung terhadap variabel independen. Dalam desain ex post facto, peneliti tidak memanipulasi variabel yang akan diteliti, peneliti hanya melaporkan apa yang terjadi dan tidak terjadi.

2. Penelitian ini merupakan studi kasus dan peneliti menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya di dalam perusahaan, sehingga hanya merupakan pengungkapan fakta. Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran sebenarnya mengenai perkembangan kinerja keuangan perusahaan.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perseorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara. Data sekunder diperoleh dari sumber penelitian dengan mempelajari berbagai sumber pustaka dan dokumen yang memiliki relevansi dengan tujuan


(65)

penelitian. Data sekunder ini diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi dan teknik kepustakaan.

C. Defenisi Operasional

Menurut Sugiyono (2004:31), ”Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

a. Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan, sehingga sering disebut rasio

rentabilitas modal sendiri. Dengan persamaan sebagai berikut:

ROE = b. Return on Investment (ROI)

Rasio ini merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.

ROI = c. Quick Ratio


(66)

Quick ratio atau rasio cepat merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

d. Current Ratio

Current ratio yaitu rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek.

Current Ratio =

e. Inventory Turn Over

Inventory turnover adalah rasio untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan.

f. Total asset Turn Over (TATO)

Rasio ini disebut juga perputaran total aktiva yang merupakan ukuran pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

g. Debt ratio

Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total utang yang digunakan perusahaan dalam membiayai total asetnya.


(67)

h. Debt to equity ratio

Rasio ini dihitung dengan membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham.

i. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

D. Metode Analisis Data

Dalam hal penganalisisan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode analisis deskriptif – studi kasus yaitu dengan memecahkan kasus dengan menggunakan rasio keuangan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan PT. ARTCRAFT – Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data, disusun, dikelompok-kelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana kinerja keuangan perusahaan.


(68)

2. Metode komparatif yaitu metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan data tahun yang diteliti dengan tahun-tahun sebelumnya.

E. Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. ARTCRAFT – Indonesia yang berlokasi di Jl. Pasar I Desa Sidomulyo, Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang, Medan. Sedangkan rencana jadwal penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Bulan

Penelitian Mar Apr Mei Jun Jul Agst

Pengajuan Judul

Penyetujuan Proposal

Bimbingan dan Perbaikan

Proposal

Seminar Proposal

Pengumpulan dan Pengolahan

Data

Analisis Data

Bimbingan Skripsi

Penyelesaian Skripsi


(69)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Profil Singkat Perusahaan

PT. ARTCRAFT Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor industri ataupun manufaktur yang memproduksi mebel rotan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996 yang merupakan perusahaan investasi asing yang beralamat di Jl, Pasar I Desa Sidomulyo, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Medan Sumatera Utara. Pada dasarnya PT. ARTCRAFT Indonesia adalah anak perusahaan dari McGuire Furniture Company di San Fransisco, afiliasi Kohler Company di USA.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai perkembangan kinerja keuangan perusahaan.

1. Return on Equity (ROE) perusahaan selama periode empat tahun

penelitian yaitu dari tahun 2006 hingga 2009 terus mengalami penurunan bahkan bernilai negatif. Tahun 2006 dan 2007 besarnya ROE sama nilainya yaitu -2% dan tahun 2008 turun sebesar 3% menjadi -5%. ROE yang paling buruk berada pada tahun 2009 yaitu sebesar -10% sehingga jika dilihat dari bobot skornya kinerja keuangan perusahaan masuk dalam kategori yang buruk yaitu pada peringkat 5.

2. Return on Investment (ROI) bernilai negatif juga seperti ROE karena

sama-sama dipengaruhi oleh laba bersih yang bernilai negatif. Besarnya ROI yang paling rendah berada pada tahun 2009 yaitu -7%. Hal ini disebabkan oleh kerugian yang dialami oleh perusahaan setiap tahunnya terutama tahun 2009 mengalami kerugian yang paling besar. Rata-rata penurunan besarnya ROI selama empat tahun penelitian adalah 3%.

3. Quick Ratio perusahaan berada pada peringkat 1 dalam total skor penilaian

kinerja keuangan dalam kategori sangat baik. Rasio ini berada di atas rata-rata industri yaitu sebanyak 1,5 kali dalam setahun. Besarnya quick ratio


(2)

perusahaan selama tahun 2006 hingga 2009 semakin meningkat walaupun pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan tetapi masih dalam kategori sangat baik.

4. Current Ratio PT. ARTCRAFT Indonesia selama empat tahun penelitian

berada pada peringkat 1 dalam kategori sangat baik. Rasio ini berada jauh di atas rata-rata industri yaitu 2 kali setahun yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat baik. Rasio tertinggi berada pada tahun 2008 yaitu sebanyak 7,79 kali dan terendah pada tahun 2006 yaitu sebanyak 4,56 kali.

5. Inventory Turnover perusahaan mengalami perubahan setiap tahunnya

walupun tidak terlalu besar. Rasio perputaran persediaan ini berada jauh di bawah rata-rata industr yaitu sebanyak 20 kali setahun. Inventory turnover tertinggi berada pada tahun 2006 yaitu sebanyak 2,59 kali dan terendah tahun 2008 yaitu sebanyak 2,34 kali sehingga rasio ini berada pada peringkat 5 dalam kategori buruk.

6. Total Asset Turnover (TATO) menunjukkan kinerja perusahaan berada

pada peringkat 3 dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan oleh besarnya TATO perusahaan berada di bawah rata-rata industri yaitu sebanyak 2 kali setahun. TATO tertinggi berada pada tahun 2006 yaitu sebesar 1,12 kali dan terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,01 kali.

7. Debt Ratio perusahaan selama empat tahun penelitian semakin menurun

setiap tahunnya yang ditunjukkan oleh semakin besarnya persentase rasio ini. Rasio tertinggi berada pada tahun 2009 yaitu sebesar 32% dan rasio


(3)

terendah pada tahun 2006 yaitu 25% yang artinya kinerja terbaik yang diraih perusahaan. Rasio perusahaan berada sedikit di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 35%. Oleh karena itu perusahaan berada pada peringkat 3 dalam ketegori cukup baik.

8. Debt to Equity Ratio (DER) semakin tinggi setiap tahunnya selama empat

tahun penelitian. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya kinerja perusahaan dalam rasio ini. DER perusahaan berada di bawah rata-rata industri yaitu 90% yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan berada di peringkat 2 pada tahun 2006 dan 2007 dalam kategori baik serta peringkat 3 pada tahun 2008 dan 2009 dalam kategori cukup baik.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diuraikan sebagai berikut. 1. Periode penelitian yang dianalisis terbatas karena hanya mencakup tahun

2006 hingga tahun 2009.

2. Objek penelitian hanya pada satu perusahaan.

3. Penulis melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan dengan mengabaikan faktor-faktor lain yang dapat menjadi pertimbangan lain dalam menilai kinerja keuangan perusahaan seperti Economic Value Added (EVA). Adapun rasio keuangan yang menjadi fokus penelitian terbatas pada ROE, ROI, quick

ratio, current ratio, inventory turnover, total assets turnover (TATO), debt ratio, debt to equity ratio (DER).


(4)

C. Saran

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan penulis berkaitan dengan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian ini yang telah disebutkan sebelumnya.

1. Bagi manajemen perusahaan disarankan untuk lebih memperbaiki laba bersih perusahaan agar tidak mengalami kerugian karena akan memberikan pengaruh negatif terhadap penilaian kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitian, mungkin dengan menjadi lebih panjang ataupun dapat memfokuskan pada satu periode tertentu atau satu tahun saja serta disarankan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya agar mendapatkan penilaian yang lebih akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Malang.

Bastian, Indra, Dr. MBA, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi, BPFE, Yogyakarta.

Djarwanto, 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Edisi Pertama, USU Press, Medan.

Gunawan, Nardi, 2005. Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN dengan

Menggunakan Teknik Analisis Rasio Keuangan (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan), Skripsi Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen, 2000. Akuntansi Manajemen, Jilid Dua, Terjemahan A. Hermawan, Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku

Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Medan.

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kiomn, Arthur J, David F. Scott Jr., John D. Martin, dan J. William Petty, 2005.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku satu, Edisi ketujuh, Alih

Bahasa oleh Chaerul D. Djakman, Salemba Empat, Jakarta.

Sianturi, Lidia K, 2007. Analsisis Penerapan Economic Value Added (EVA)

sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Skripsi Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004. Akuntansi

Intermediate, Buku Satu, Edisi Kelima Belas, Alih Bahasa Safrida R.


(6)

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Alfabeta, Bandung.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis, dan

Pengendalian Keuangan), Edisi Pertama, USU Press, Medan.

Syamsuddin, Lukman, 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi

Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi

Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 2005. Prinsip-prinsip

Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kedua Belas, Alih Bahasa oleh