Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Koperasi Syariah

(1)

Oleh:

Miftahul Ridwan Zulfany NIM: 1112046100176

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ii By:

Miftahul Ridwan Zulfany ABSTRACT

Financial ratio analysis is the basis for assessing the performance of the cooperative in managing its financial resources in a given period. Analysis of financial performance KSPPS Arrahmah done with regards to the decline in the financial performance of the last few years, whereas KSPPS Arrahmah had won the award as the best cooperative of its performance as the city of Depok. The method used is quantitative method with a descriptive format. The results of these calculation of ratio are then compared with the standard of regulation of Cooperatives and SMEs RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 on Guidelines for Assessment of Cooperative Achievement. The purpose of this study is to determine the financial performance of the KSPPS Arrahmah Cinere years 2012-2015 in terms of the level of profitability, liquidity and solvency. The results showed that the financial performance KSPPS Arrahmah Cinere years 2012-2015 seen from the aspect of profitability, liquidity and solvency are generally still below the standard regulation of Cooperatives and SMEs RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Although in terms of profitability is generally performed quite well, which is between the standard value. KSPPS Arrahmah Cinere should make corrections to assets in order to make greater contributions in generating SHU, and is expected to increase the capital by attracting more customers cooperatives.


(6)

iii

Oleh:

Miftahul Ridwan Zulfany ABSTRAK

Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai kinerja koperasi dalam mengelola sumber dananya pada periode tertentu. Analisis kinerja keuangan KSPPS Arrahmah dilakukan berkaitan dengan terjadinya penurunan kinerja keuangan beberapa tahun terakhir, padahal KSPPS Arrahmah sempat meraih penghargaan sebagai koperasi terbaik dari kinerjanya se-Kota Depok. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan format deskriptif. Hasil dari perhitungan rasio kemudian dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja keuangan pada KSPPS Arrahmah Cinere tahun 2012-2015 ditinjau dari tingkat Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere tahun 2012-2015 yang dilihat dari aspek rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas secara umum masih dibawah standar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Walaupun dari sisi rentabilitas umumnya menunjukkan kinerja cukup baik yang berada diantara nilai standar. KSPPS Arrahmah Cinere sebaiknya melakukan pembenahan terhadap aktiva agar dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam menghasilkan SHU, dan diharapkan untuk meningkatkan modal dengan cara menarik lebih banyak lagi nasabah koperasi. Kata Kunci: Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan, KSPPS Arrahmah.


(7)

iv

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunianya yang telah diberikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW atas cinta yang begitu besar terhadap ummatnya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa selama menyusun skripsi ini ditemui berbagai kesulitan dan kekurangan, namun semua itu dapat dilalui berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekan.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku ketua Program Studi Muamalat dan Bapak H. Abdurrouf, Lc., M.A, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para staf lainnya yang telah meluangkan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr. JM Muslimim, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya, serta sabar dalam


(8)

v

4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum atas ilmu, pendidikan dan dukungan moril yang telah diberikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Aan Afrianti beserta staf Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Arrahmah Cinere yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

6. Kepada pimpinan perpustakaan beserta staff yang telah memberikan fasikitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

7. Kepada kedua orangtua saya yang tercinta Baba dan Emak, H. Abdul Mukti dan Hj. Darsiah, semua saudara-saudariku A Iyus, A Syukur, A Yakub, Po Pia dan Kak husni, Po Anah, Pauh, Eni, Lydia dan semua keponakan-keponakanku yang gemesin, terima kasih atas cinta, doa dan dukungannya. Semoga penulis dapat membanggakan kalian semua.

8. Kepada belahan jiwa dan pujaan hatiku yang selama ini selalu menemani, mendampingi, memotivasi dan men-support penulis dalam segala hal, Vira Rahmayanti, terimakasih atas semua dukungan yang kamu berikan kepada aa.


(9)

vi

sampe BSM Ciputat doang).

10. Teman-teman KKN Konstanta (Buya, Zaky, Cipoy, Maksum, Wibi, Lutfi, Emil, Haizam, Alfa, Fitri, Tia, Ami, Azzah, Rahma, Nia dan Henggar) yang telah berjuang bersama penulis selama satu bulan di Desa Babakan, semoga apa yang kita lakukan bisa bermanfaat bagi mereka semua. Aamiin.

11.Serta para pihak lain yang telah membantu dalam penyelasaian skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini pun dapat memberikan manfaat bagi semua. Aamiin.

Jakarta, Desember 2016


(10)

vii

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Pokok Permasalahan ...9

1. Identifikasi Masalah ...9

2. Pembatasan Masalah ...10

3. Perumusan Masalah...11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

D. Review Studi Terdahulu ...13

E. Metode Penelitian ...18

F. Kerangka Teori dan Konseptual ...24

G. Teknik Penulisan Skripsi...28

H. Sistematika Penulisan ...28

BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan...30

1. Pengertian Laporan Keuangan ...30

2. Unsur-unsur Laporan Keuangan...31

3. Tujuan Laporan Keuangan ...32

4. Pemakai Laporan Keuangan ...33

5. Keterbatasan Laporan Keuangan...34

B. Analisis Laporan Keuangan ...35

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ...35


(11)

viii

3. Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi ...44

E. Koperasi ...50

1. Pengertian Koperasi ...50

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi ...51

3. Fungsi, Prinsip dan Peran Koperasi ...51

4. Bentuk dan Jenis Koperasi ...52

F. Koperasi Syariah ...56

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah KSPPS Arrahmah ...58

B. Struktur Organisasi ...59

C. Visi dan Misi ...61

D. Produk dan Layanan ...61

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Rasio Keuangan KSPPS Arrahmah Berdasarkan PERMENKOP dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 ...66

1. Analisis Rasio Rentabilitas ...66

2. Analisis Rasio Likuiditas ...70

3. Analisis Rasio Solvabilitas ...71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...75

B. Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA ...79 LAMPIRAN


(12)

ix

Tabel III.2 Pedoman Penilaian Likuiditas ...22

Tabel III.3 Pedoman Penilaian Solvabilitas ...24

Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Analisis ROA Tahun 2012-2015 ...66

Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Analisis ROE Tahun 2012-2015 ...68

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Analisis NPM Tahun 2012-2015 ...69

Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Analisis CR Tahun 2012-2015 ...70

Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Analisis DtAR Tahun 2012-2015 ...72


(13)

1 A. Latar Belakang

Ruang lingkup pembangunan nasional yang ditinjau dari aspek kehidupan baik berbangsa maupun bernegara yang dalam hal ini dijalankan oleh masyarakat dan pemerintah memiliki tujuan pembangunan yang sama. Tujuan pembangunan tersebut harus diperjuangkan mengingat selama ini pembangunan diidentikkan dengan industrialisasi sehingga sering kali kurang memperhatikan aspek pemerataan (Gilarso, 1992). Guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera beberapa hal yang harus dilakukan yakni menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan bagi masyarakat, mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan mencapai stabilitas nasional.1

Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan makmur baik materiil maupun spiritual adalah berkoperasi. Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di Indonesia. Menurut Rahardjo (2002), Bung Hatta sendiri mulai tertarik kepada sistem koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Baginya, koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat

1 I Gusti Agung A.S Putra dan I A. Nyoman Saskara, Efek tivitas dan Dampak Program Bantuan KUR Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja UMKM di Kota Denpasar. (E-Jurnal EP Unud, 2 (10): 457-468, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, 2012), h. 458.


(14)

tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.2

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.3 Tujuan pendirian koperasi adalah untuk

memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional.

Selain koperasi, lembaga keuangan yang berbasis syariah di Indonesia bisa dikatakan berkembang cukup pesat. Kini lembaga keuangan berbasis syariah telah menjadi fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan sistem keuangan syariah ini ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya instrumen keuangan berbasis syariah.4 Salah satu diantara lembaga keuangan

berbasis syariah yang tengah berkembang adalah koperasi syariah.

Yang dimaksud dengan Koperasi Syariah menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor

2 Rahardjo, Dawam M. (2002b), Apa Kabar Koperasi Indonesia, Kompas, Jumat, 9

Agustus dalam Tulus Tambunan, Prospek Perk embangan Koperasi di Indonesia k e Depan: Masih Relevank ah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ek onomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, 2008), h. 61.

3 Hendrodjogi, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Prak tik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 342.


(15)

35.3/Per/M.KUKM/X/2007, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah, selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah.5

Koperasi Syariah mulai banyak diperbincangkan orang ketika menyikapi semaraknya pertumbuhan Baitul Maal wa at-Tamwil di Indonesia. Baitul Maal wa at-Tamwil atau yang dikenal dengan istilah BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.6 Dalam

waktu yang singkat koperasi syariah telah membantu lebih dari 920 ribu usaha mikro di tanah air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Indonesia. Jenis koperasi sangat beragam mulai dari Koperasi Pesantren (Kopontren), Koperasi Masjid, Koperasi Perkantoran hingga Koperasi Pasar (Kopas).7

Namun demikian, dari banyaknya kehadiran koperasi-koperasi baru baik koperasi syariah maupun koperasi konvensional, justru diiringi penambahan yang lebih besar jumlah koperasi yang tidak aktif, termasuk diantaranya mati atau tidak berjalan lagi. Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Choirul Djamhari mengungkapkan, dari total 209.488 usaha berbadan hukum koperasi yang ada di Indonesia, sebanyak 62.239 koperasi tercatat tak lagi aktif,

5 Kemenenterian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ,

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Jakarta: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia , 2007), h. 3.

6 Nur S Buchori, Koperasi Syariah (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet. 1 h. 10. 7 http://ekonomisyariah.blogspot.com artikel diakses pada Senin 18 Juli 2016.


(16)

baik disebabkan karena pengurus atau anggotanya, maupun karena kegiatan bisnisnya yang tak lagi berjalan.8

Khususnya di Kota Depok, Dinas Koperasi UMKM dan Pasar (DKUP) Kota Depok merekomendasikan kepada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk membubarkan 102 koperasi pada tahun ini (2016). Rekomendasi didasari alasan, koperasi tersebut sudah tidak aktif di dalam menjalankan kegiatan. Jumlah koperasi yang ada saat ini sebanyak 639 koperasi. Dari jumlah tersebut, 408 koperasi masih aktif dan 231 koperasi lainnya tidak aktif. Adapun dari 408 koperasi yang aktif, hanya 83 koperasi yang menjalankan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Selama ini koperasi di Depok jarang ada yang setiap tahunnya melakukan RAT. Selain itu, banyak koperasi yang pengetahuannya masih minim. Sehingga mereka tidak mau membuat RAT dan laporan tahunannya.9

Pengembangan koperasi di Indonesia selama ini barulah sebatas konsep yang indah, namun sangat sulit untuk diimplementasikan. Semakin banyak koperasi yang tumbuh semakin banyak pula yang tidak aktif. Bahkan ada koperasi yang memiliki badan hukum, namun kehadirannya tidak membawa manfaat sama sekali. Koperasi tidak mungkin tumbuh dan berkembang dengan berpegang pada tata kelola yang tradisonal dan tidak berorientasi pada pemuasan keperluan dan keinginan konsumen. Koperasi perlu diarahkan pada prinsip pengelolaan secara

8 Muhammad Idris, Ada 209.488 Koperasi di RI, 62.239 Tidak Ak tif, artikel diakses pada Kamis 21 Juli 2016 dari http://finance.detik.com/read/2016/03/04/102528/3157277/5/ada-209488-koperasi-di-ri62239-t idak-akt if.

9 Vidyanita, DKUP Bubark an Sejumlah Koperasi Tidak Ak tif di Kota Depok , artikel diakses pada Jumat 2 September 2016 dari http://www.depok.go.id/13/06/2016/10-ekonomi-kota-depok/dkup-bubarkan-sejumlah-koperasi-tidak-aktif-di-kota-depok.


(17)

modern dan aplikatif terhadap perkembangan zaman yang semakin maju dan tantangan yang semakin global. Dari kemungkinan banyak faktor penyebab kurang baiknya perkembangan koperasi di Indonesia selama ini, salah satunya yang paling serius adalah masalah manajemen dan organisasi (Fajri, 2007).10

Rangkuman dari hasil Konferensi Tahunan Koperasi-Koperasi Petani, Oktober 29-20, 2001 di LasVegas, Nevada (AS) menghasilkan beberapa butir penting yang disampaikan oleh pembicara-pembicara mengenai tantangan yang dihadapi oleh koperasi pada era sekarang ini. Diantaranya dari Larson, yakni sebagai berikut: (1) Membangun suatu sistem koperasi yang menyatukan peran lokal dan peran regional; dalam kata lain bagaimana koperasi lokal dan koperasi regional bisa bekerja sama untuk jangka panjang; (2) Menciptakan penghasilan yang cukup (atau menaikkan profit); (3) Mengembangkan atau menyempurnakan strategi dan keahlian pemasaran (mensegmentasikan pasar hanya permulaan); (4) Program-program SDM; dan (5) Mengembangkan dan melaksanakan suatu strategi e-commerce. Pesan paling utama dari Larson untuk koperasi-koperasi lokal adalah bahwa kinerja keuangan yang solid sangat penting; koperasi-koperasi harus mempunyai tujuan-tujuan penggerak/peningkatan kinerja.11

Maka untuk mempertahankan keberadaan atau eksistensi koperasi serta mengantispasi persaingan diantara koperasi yang ada diperlukan suatu sistem pengelolaan dan manajemen koperasi sebaik mungkin. Salah satunya dengan

10 Tulus Tambunan, Prospek Perk embangan Koperasi di Indonesia k e Depan: Masih

Relevank ah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ek onomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, 2008), h, 66.

11www.wisc.edu/uwcc (University of Wisconsin Center for Cooperatives) dalam Tulus

Tambunan, Prospek Perk embangan Koperasi di Indonesia k e Depan: Masih Relevank ah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ek onomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, 2008), h, 15.


(18)

melakukan evaluasi dan penilaian kinerja koperasi. Koperasi sebagai perusahaan

(cooperative enterprise) memerlukan penilaian kinerja sesuai dengan prestasi yang diraihnya secara periodik, mengingat keberhasilan usaha koperasi akan menentukan tingkat kesehatan usahanya. Hal ini dimaksudkan agar koperasi dalam melakukan kegiatan operasional usaha baik pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan jatidiri koperasi dan sesuai dengan prinsip kehati-hatian, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya.12

Keberhasilan koperasi adalah kemampuan dalam mentransformasikan diri sebagai pembuktian dari tuntutan perubahan budaya yang semakin tinggi. Kemampuan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian sampai yang berkaitan dengan evaluasi bisnis serta laporan keuangan merupakan faktor yang penting dalam rangka pengoperasian koperasi yang semakin efisien.13 Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat

dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai kinerja atau prestasi yang telah dicapai oleh perusaaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.14

Kinerja keuangan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap

12 Pandi Afandi, Analisis Kinerja Keuangan Untuk Menguk ur Kesahatan Keu angan Koperasi KSU BMT Arafah Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, (Jurnal STIE AMA Salatiga, Vol. 7 No. 13, Juli 2014), h. 26.

13 Ibid., h.114.

14 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangk ur Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat(E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 4, Nomor 2, Maret 2016, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pisaman Barat, 2016), h. 87.


(19)

rasio keuangan perusahaan. Adapun yang sering digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Berdasarkan analisis dan penafsiran berbagai rasio-rasio itu akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada menganalisis yang hanya mengemukakan data keuangan saja.15

Analisa rasio merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.16 Hasil dari perhitungan rasio akan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis rasio dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis, beberapa diantaranya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.17

Dengan demikian, analisis laporan keuangan berarti suatu proses penguraian data yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponen-komponen tersendiri, menelaah setiap komponen-komponen, dan mempelajari hubungan antar komponen tersebut dengan menggunakan teknik analisis tertentu agar diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang informasi tersebut.18 Tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah

mengkonversikan data menjadi informasi.

15 Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syariah Mik ro (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 38-39.

16 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, edisi ke-4, (Yogyakarta: PT. Liberty Yogyakarta, 2004), h. 36

17 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk

Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangk ur Ke camatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat, h. 88.

18 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iah Modern (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), h. 64.


(20)

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Arrahmah Cinere merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank di Kota Depok, yang berdiri pada tanggal 5 Februari 2005 dengan modal awal kurang lebih 200 juta rupiah. Meskipun masih terbilang muda nasabah KSPPS Arrahmah kini telah mencapai kurang lebih 6000 nasabah. Produk yang ditawarkan meliputi penghimpunan dana/investasi, seperti Simpanan Amanah, Simpanan Qurban, Simpanan Idul Fitri, Simpanan Pendidikan, Simpanan Siswa dan Deposito Syariah. Sedangkan produk pembiayaan meliputi pembiayaan Modal Kerja, Kepemilikan Mobil/Motor/Barang Elektronik dan Pembiayaan Ijarah.

Pada tahun 2009 KSPPS Arrahmah Cinere pernah meraih

penghargaan/award sebagai koperasi terbaik di Kota Depok. Dinilai sebagai yang terbaik karena memiliki laporan keuangan yang teratur serta kinerja koperasi yang baik.19 Namun, sampai saat ini penghargaan tersebut belum bisa diraih kembali

oleh KSPPS Arrahmah Cinere. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja KSPPS Arrahmah Cinere belum berjalan secara maksimal kembali sebagaimana kinerja pada tahun 2009 lalu. Padahal dengan mendapatkan suatu “penghargaan/award

masyarakat akan lebih mudah untuk menilai dan mengukur kinerja dari KSPPS Arrahmah Cinere. Sehingga kedepannya tingkat kepercayaan masyarakat akan bertambah untuk menempatkan dananya ataupun mengajukan pembiayaan di KSPPS Arrahmah Cinere.

Oleh karena itu pengukuran dan analisis kinerja koperasi sangatlah penting, salah satunya dengan analisa kinerja keuangan yang meliputi rasio


(21)

rentabilitas, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, agar dapat diketahui apakah kinerja dan proses yang terjadi di dalam aktivitas koperasi sudah berjalan ekektif dan efisien, sehingga mampu menempatkan koperasi sebagai lembaga keuangan yang tidak hanya mampu berperan penting dalam peningkatan taraf ekonomi dan

skill anggotanya, namun dapat menunjukkan peran strategis dalam memberdayakan masyarakat yang ada di wilayahnya.

Atas dasar latar belakang inilah maka penulis melakukan penilitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Koperasi Syariah (Studi Kasus pada KSPPS Arrahmah Cinere).

B. Pokok Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Koperasi Syariah yang semakin berkembang dan diminati masyarakat patut mempertahankan eksistensinya dengan memperhatikan kondisi kinerja dan kesehatan koperasi secara keseluruhan.

b. Laporan keuangan yang terdapat pada koperasi perlu dilakukan analisa lebih jauh agar dapat diperoleh kondisi keuangan koperasi yang lebih jelas dan spesifik.

c. Perlunya melakukan analisis laporan keuangan koperasi syariah menggunakan analisis rasio likuiditas, rentabilitas, profitabilitas dan aktivitas.


(22)

d. Sementara masih banyak koperasi-koperasi ataupun BMT di Indonesia yang mengesampingkan pentingnya analisa penilaian kinerja koperasi syariah.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan permasalahan ini memiliki cakupan yang sangat luas dan kompleks mengenai penilaian kesehatan baik dari metode yang digunakan maupun aspek yang dinilai dari Koperasi Syariah, maka penulis perlu memberikan batasan masalah terhadap objek yang dikaji yaitu:

1. Aspek atau rasio yang dinilai pada Koperasi Syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rasio Rentabilitas b. Rasio Likuiditas c. Rasio Solvabilitas

2. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian dibatasi selama empat tahun, yakni pada periode 2012 sampai dengan periode 2015.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan KSPPS Arrahmah Cinere.


(23)

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan peneliti kembangkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio rentabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?

2. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio likuiditas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?

3. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio solvabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan dan pembatasan masalah di atas, maka yang akan menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio rentabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015.

2. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio likuiditas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015.

3. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang dinilai dari rasio solvabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015.


(24)

2) Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan pengalaman aplikatif penulis tentang analisis penilaian kinerja keuangan Koperasi Syariah.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran masukan yang positif dan bermanfaat dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja keuangan Koperasi Syariah.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah literatur ilmu pengetahuan ekonomi Islam yang informatif sebagai referensi dan bahan bacaan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.


(25)

D. Review Studi Terdahulu

No. Nama Penulis/Judul

Skripsi/Jurnal/Tahun Subtansi

Perbedaan dengan Penulis 1. Andhi Putro

Raharjo/ Analisis Kinerja Keuangan pada KSPPS Bina Insan Mandiri di Gondangrejo/ Skripsi Fakultas Ekonomi

Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta/ 2014.

Skripsi ini menjelaskan tentang analisis rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada KSPPS Bina Insan Mandiri di Gondangrejo tahun 2011-2013 dan menggunakan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.

06/PER/M.KUKM/V/20 06 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.

Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis

horizontal periode 2011-2013. Sedangkan

teknik yang digunakan dalam menganalisis Laporan Keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio ini berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

No.6/PER/M.KUKM/V/ 2006.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) Analisis likuiditas tahun 2011-2013 dikategorikan Tidak Sehat karena hasil

Current Ratio

menunjukkan kinerjanya

Penulis meneliti tentang kinerja keuangan yang dinilai dari analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada KSPPS Arrahmah Cinere Depok dengan periode penelitian selama empat tahun dari 2012-2015. Penulis meneliti tentang bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere Depok yang dinilai dari aspek rentablitas

(Return On Asset, Return On Equity

dan Net Profit Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio).

Metode analisis data menggunakan

pedoman dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 6/PER/M.KUKM/V/ 2006.


(26)

Tidak Sehat dan hasil

Cash Ratio menunjukkan kinerjanya Sangat Tidak Sehat. (2) Analisis solvabilitas berdasarkan analisis Rasio Total Hutang terhadap Total Asset dan Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri dikategorikan Tidak Sehat karena hasil Rasio Total Hutang terhadap Total Asset dan Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri menunjukkan kinerjanya Tidak Sehat. (3) Analisis rentabilitas dilihat

berdasarkan analisis Net Profit Margin (NPM), ROA, Asset Turn Over (ATO) dan Rentabilitas Modal Sendiri

dikategorikan Cukup Sehat karena hasil NPM menunjukkan kinerjanya Sangat Sehat, hasil ROA menunjukkan kinerjanya Cukup Sehat, hasil ATO menunjukkan kinerjanya Sangat Tidak Sehat, dan hasil Rentabilitas Modal Sendiri menunjukkan kinerjanya Sangat Sehat.

2. Bambang Tri Atmojo/ Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan pada KPRI Bina Sejahtera Setda Kabupaten

Semarang/ Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang/ 2015.

Skripsi ini menjelaskan tentang analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas yang dilakukan pada KPRI Bina Sejahtera Setda Kabupaten Semarang tahun 2011-2013 berdasarkan standar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Penulis meneliti tentang kinerja keuangan yang dinilai dari analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada KSPPS Arrahmah Cinere Depok dengan periode penelitian selama empat tahun dari


(27)

No.06/PER/M.KUKM/V /2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.

Metode analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif prosentase. Analisis rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan KPRI Bina Sejahtera menggunakan analisis rasio likuiditas, solvabiilitas dan rentabilitas. Hasil penelitian menunjukan tingkat likuiditas yang overlikuid, karena

berdasarkan analisis yang dilakukan selama tiga tahun berturut-turut menunjukan angka yang berada di atas standar yang ditetapkan pemerintah. Rasio solvabilitas menunjukan kriteria yang sangat baik hal ini menunjukan total aset dan modal sendiri yang dimiliki koperasi mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap total hutang yang dimiliki koperasi, sedangkan dari dua rasio rentabilitas, ROA

menunjukan prosentase angka yang masuk dalam kriteria cukup baik, sehingga mampu memberikan sisa hasil usaha yang cukup

2012-2015. Penulis meneliti tentang bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere Depok yang dinilai dari aspek rentablitas

(Return On Asset, Return On Equity

dan Net Profit Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio).

Metode analisis data menggunakan

pedoman dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 6/PER/M.KUKM/V/ 2006.


(28)

maksimal, sedangkan

ROE menunjukan prosentase angka yang masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan pemerintah, dengan kata lain pihak koperasi masih kurang baik dalam menghasilkan sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh dari modal yang dimilikinya. 3. Erly Maya Sari, Sri

M Rahayu dan Zahroh Z.A/ Aspek Produktivitas Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia

No.06/PER/M.KUK M/V/2006 (Studi Kasus pada KUD

“Batu” Malang

Periode 2008-2012)/ Jurnal Penelitian Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang.

Penelitian ini memfokuskan pada analisis rasio keuangan dan penilaian kinerja KUD “Batu” Malang dari tahun 2008-2012 yang meliputi keuangan dari aspek produktivitas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

No.06/PER/M.KUKM/V /2006.

Metode analisis dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian

deskriptif digunakan karena dalam penelitian ini hanya

mendiskripsikan variabel yang diteliti.

Hasil penelitian yang dilakukan pada KUD

“Batu” Malang diketahui

bahwa koperasi ini mempunyai peringkat yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya hasil penilaian keuangan yang rata-rata

Penulis meneliti tentang kinerja keuangan yang dinilai dari analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada KSPPS Arrahmah Cinere Depok dengan periode penelitian selama empat tahun dari 2012-2015. Penulis meneliti tentang bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere Depok yang dinilai dari aspek rentablitas

(Return On Asset, Return On Equity

dan Net Profit Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio).

Metode analisis data menggunakan


(29)

masih jauh dari standar yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu juga dapat dilihat pada Perhitungan Hasil Usaha yang menunjukkan pada tahun 2008-2012 jumlah SHU KUD “Batu” Malang terus meningkat, namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan jumlah

peningkatan pada pendapatan yang

diperoleh KUD “Batu”

Malang.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 6/PER/M.KUKM/V/ 2006.

4. Eston S Samperuru/ Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat untuk

Mengukur Kinerja Keuangan pada KSP

Balo’ Toraja

Kabupaten Tana Toraja Periode Tahun 2005-2014/ Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin/ 2015.

Skripsi ini menjelaskan tentang analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas sebagai alat ukur kinerja

keuangan pada KSP

Balo’ Toraja Kabupaten Tana Toraja dari Tahun 2005-2014.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan yang meliputi analisis rasio likuiditas,

solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas, dan

dilakukan pengukuran menggunakan rasio keuangan berdasarkan standar Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan UKM Repblik

Indonesia

No.22/PER/M.KUKM/I V/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi.

Penulis meneliti tentang kinerja keuangan yang dinilai dari analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada KSPPS Arrahmah Cinere Depok dengan periode penelitian selama empat tahun dari 2012-2015. Penulis meneliti tentang bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere Depok yang dinilai dari aspek rentablitas

(Return On Asset, Return On Equity

dan Net Profit Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio).


(30)

Berdasarakan Hasil analisis rasio likuiditas, solvabilitas,

profitabilitas, dan rasio aktivitas secara umum pada laporan keuangan periode tahun 2005 hingga tahun 2014 menunjukkan pergerakan yang fluktuatif akan tetapi menggambarkan kinerja yang baik. Analisis struktur permodalan dan profitabilitas pada

periode tahun 2005-2014 termasuk dalam

klasifikasi “ideal” ,

sedangkan berdasarkan analisis likuiditas,

solvabilitas, dan aktivitas pada tahun 2005-2014 termasuk dalam

klasifikasi “sangat ideal”.

Metode analisis data menggunakan

pedoman dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 6/PER/M.KUKM/V/ 2006.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dimana dalam penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan penilaian kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere dengan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar penilaian kinerja keuangan dan berpedoman pada Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.06/Per/M.KUKM/V/2006 Tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang


(31)

terjadi. Format deskriptif ini dapat dilakukan pada penelitian studi kasus. Penelitian ini hanya menggunakan kasus atau wilayah tertentu sebagai objek penelitian, sehingga bersifat kasuistik terhadap objek penelitian tersebut.20

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi pada objek penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, internet serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini seperti laporan keuangan. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari data laporan keuangan KSPPS Arrahmah Cinere dari tahun 2012-2015.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini langsung melihat pada buku-buku, jurnal, artikel, maupun hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data laporan keuangan tahunan KSPPS Arrahmah Cinere dari tahun 2012-2015.

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunik asi, Ek onomi dan Kebijak an Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2005), h. 36.


(32)

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan program Microsoft Excel 2016, yaitu dengan menginput sejumlah angka-angka laporan keuangan yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis, sebagian besar data yang diperoleh penulis akan analisis menggunakan teknik analisis kuantitatif. Sehingga dapat dideskripsikan hasil dan kesimpulan yang sifatnya kuantitatif.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan yaitu dengan analisis rasio keuangan dalam kurun waktu empat tahun dari 2012-2015 dan berpedoman pada Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 Tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.

Adapun standar penilaian rasio keuangan yang akan dianalisis dalam penelitian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 adalah sebagai berikut:

1. Rasio Rentabilitas Return On Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara pendapatan (Sisa Hasil Usaha) dengan total asset yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:


(33)

Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara pendapatan (Sisa Hasil Usaha) dengan Modal Sendiri yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:

� � � =Sisa Hasil Usaha SHUModal Sendiri x %

Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan penjualan/pendapatan yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:

� � � =Sisa Hasil Usaha SHUPendapatan x %

Tabel III.1 Pedoman Penilaian Rentabilitas

Komponen/Rasio Standar Nilai

Return on Asset (ROA) >10% 100

7% - <10% 75

3% - <7% 50

1% - <3% 25

<1% 0

Return on Equity (ROE) >21% 100

15% - <21% 75


(34)

3% -<9% 25

<3% 0

Net Profit Margin >15% 100

10% - <15% 75

5% - <10% 50

1% - <5% 25

<1% 0

Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006.

2. Rasio Likuiditas

Current Ratio (Rasio Lancar)

Curent Ratio (Rasio Lancar) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aset lancar. Dengan rumus sebagai berikut:

�� � = Kewajiban LancarAset Lancar x % Tabel III.2 Pedoman Penilaian Likuiditas

Komponen Standar Nilai

Current Ratio 200% - 250% 100


(35)

150% - <175% atau >275% - 300% 50

125% - <150% atau >300% - 325% 25

<125% atau >325% 0

Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006.

3. Rasio Solvabiltas

Debt to Asset Ratio (DtAR)

Debt to Asset Ratio atau Rasio Total Hutang (Kewajiban) terhadap Asset adalah perbandingan antara jumlah total hutang dengan total asset. Dengan rumus sebagai berikut:

�� =Total Hutang

Total Aset x %  Debt to Equity Ratio (DtER)

Debt to Equity Ratio atau rasio Total Hutang (Kewajiban) terhadap Modal Sendiri adalah perbandingan antara total hutang/kewajiban dengan modal sendiri. Dengan rumus sebagai berikut:

� = Total Hutang


(36)

Tabel III.3 Pedoman Penilaian Solvabilitas

Komponen/Rasio Standar Nilai

Debt to Asset Ratio <40% 100

>40% - 50% 75

>50% - 60% 50

60% - 80% 25

>80% 0

Debt to Equity Ratio <70% 100

>70% - 100% 75

>100% - 150% 50

>150% - 200% 25

>200% 0

Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

Koperasi sebagai perusahaan (cooperative enterprise) memerlukan penilaian kinerja sesuai dengan prestasi yang diraihnya secara periodik, mengingat keberhasilan usaha koperasi akan menentukan tingkat kinerja dan kesehatan usahanya. Hal ini dimaksudkan agar koperasi dalam melakukan kegiatan operasional usaha baik pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan jatidiri koperasi dan sesuai dengan prinsip kehati-hatian, sehingga dapat


(37)

meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya.21

Laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting yang diperhatikan baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai kinerja atau prestasi yang telah dicapai oleh perusaaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.22

Kinerja keuangan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2012), ada empat jenis rasio-rasio keuangan, rasio tersebut antara lain: (1) Rasio Likuiditas,yang meliputi Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Cash Turn Over, Inventory To Net Working Capital, (2) Rasio Solvabilitas meliputi Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, (3) Rasio Aktivitas meliputi rasio Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Perputaran Modal Kerja, Fixed Assets Turn Over, Total Assets Turn Over, (4) Rasio Profitabilitas meliputi rasio Profit Margin, Return On Investment dan Return On Equity .23

Adapun tujuan dari analisis rasio likuiditas yakni untuk melihat kemampuan perusahaan (koperasi) dalam memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

21 Pandi Afandi, Analisis Kinerja Keuangan Untuk Menguk ur Kesahatan Keuangan Koperasi KSU BMT Arafah Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, h. 26.

22 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangk ur Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat(E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 4, Nomor 2, Maret 2016, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pisaman Barat, 2016), h. 87.


(38)

keuangannya pada saat ditagih. Analisis rasio solvabilitas untuk mengetahui tingkat kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Dan analisis rasio rentabilitas tujuannya yaitu untuk mengetahui tingkat kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.24

Pada dasarnya penilaian kinerja koperasi memiliki standar tersendiri yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pedoman Penilaian Kineja Koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

No.06/PER/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi, yang dinilai dari Rasio Rentabilitas/Profitabiltas (Profitability Ratio). Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), dan Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio).


(39)

Berikut adalah kerangka konseptual dalam penelitian ini yang dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut:

Gambar II.1

Laporan Keuangan KSPPS Arrahmah 2012-2015

Penilaian Kinerja KSPPS Arrahmah menurut Keputusan Menteri Koperasi

No. 06/Per/M.KUKM/V/2006

Analisis Rasio Rentabilitas:

Current Ratio

Analisis Rasio Likuiditas:

Total Debt to Assset Ratio Total Debt to Assset Ratio

Analisis Rasio Solvabilitas:

Return On Asset Return On Equity Net Profit Margin

Hasil Analisis dan Pembahasan


(40)

F. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.”

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi ini, disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan topik tentang laporan keuangan, metode dan teknik analisis laporan keuangan, kinerja keuangan, dan koperasi.


(41)

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang sejarah singkat KSPPS Arrahmah Cinere, struktur organisasi, visi dan misi, produk simpanan serta produk pembiayaan.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil analisis penilaian kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 Tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran berdasarkan permasalahan penelitian.


(42)

30 A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan di dalam standar akuntansi keuangan adalah merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian dari integral dari laporan keuangan.25

Lebih lanjut Munawir (2002) mengatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.26

Secara ringkas laporan keuangan adalah sarana informasi keuangan bagi internal perusahaan (manajemen dan karyawan) serta eksternal perusahaan

25 Abdullah Amrin, Bisnis, Ek onomi, Asuransi dan Keuangan Syariah (Jakarta: PT Grasindo, 2009), h. 171.

26 Munawir, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), h. 56 dalam Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Tanya Jawab (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 21.


(43)

(investor, bank, masyarakat, pemerintah, dll) yang menunjukkan kondisi keuangan dalam periode tertentu.

2. Unsur-unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:27

1) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.

2) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

3) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus untuk entitas syariah tersebut.

Sedangkan unsur-unsur atau komponen laporan keuangan koperasi menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No. 12/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil,bahwa koperasi harus menyajikan laporan keuangan koperasi dalam bentuk laporan keuangan yang sekurang-kurangnya diterbitkan sebanyak 1 (satu) bulan sebelum kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) diselenggarakan, berupa:

27 Sri Nurhayati dan Wasilah, Ak untansi Syariah di Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Salemba Empat, 2014) h. 103-104.


(44)

1) Neraca

2) Perhitungan Hasil Usaha 3) Laporan Perubahan Ekuitas 4) Laporan Arus Kas

5) Catatan Atas Laporan Keuangan

3. Tujuan Laporan Keuangan28

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah: (KDPPLKS 2007: Paragraf 30)

1) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha;

2) Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta infromasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada, bagaiamana perolehan dan penggunaannya;

3) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak;

4) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai

28 Dwi Nuraini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbank an Syariah (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), h. 13-14.


(45)

pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran ZISWAF.

4. Pemakai Laporan Keuangan

Pemakai atau pengguna kebutuhan informasi laporan keuangan adalah sebagai berikut:29

1) Investor sekarang dan investor potensial; Hal ini karena mereka harus memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.

2) Pemilik dana qardh; Untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

3) Pemilik dana syirkah temporer; Untuk pengambilan keputusan pada investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dana man.

4) Pemilik dana titipan; Untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.

5) Pembayar dan penerima ZISWAF; Untuk informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.

6) Pengawas syariah; Untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip-prinsip syariah.

7) Karyawan; Untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas syariah.


(46)

8) Pemasok dan mitra usaha lainnya; Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.

9) Pelanggan; Untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.

10)Pemerintah serta lembaga-lembaganya; Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.

11)Masyarakat; Untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat dan negara.

5. Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan/kekurangan, antara lain:30

1) Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan

interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan final. Karena itu, semua jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi, dimana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.

2) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan

30 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, edisi ke-4 (Yogyakarta: PT Liberty Yogyakarta, 2004), h. 9-10.


(47)

standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Karena itu, angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli

(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.

B. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis diartikan sebagai

“Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan.”31

31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 4 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 58.


(48)

Maka yang dimaksud analisis laporan keuangan adalah “Menguraikan pos -pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”32

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2006) bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan ekuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 3) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model

model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan peningkatan.

32 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 189-190.


(49)

6) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:

a. Dapat menilai perusahaan

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:

 Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)  Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)  Likuiditas

 Solvabilitas  Aktivitas

 Rentabilitas atau Profitablitas  Indikator Pasar Modal

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kinerja tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8) Dapat membandingkan situasi perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.


(50)

10)Bisa juga memprediksi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.33

Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Analisa dengan menggunakan ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. 2) Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang

dinyatakan dalam prosentase (trend percentase analysis) adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size

statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aset tetap terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui


(51)

struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan.

4) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5) Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement

analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6) Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

7) Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

C. Analisis Rasio Keuangan

Dalam menginterpretasikan kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang terlihat dalam laporan keuangan, seorang analisis memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Rasio menggambarkan suatu


(52)

hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000).

Menurut Gumanti (2007) terdapat beberapa klasifikasi rasio, yaitu antara lain:34

a) Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) atau rasio kelancaran menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari: current ratio, acid test ratio, cash ratio, dan operating cashflow.

b) Rasio solvabilitas atau rasio leverage (Leverage Ratio) yaitu rasio yang memberikan gambaran tentang tingkat kecukupan hutang perusahaan, artinya seberapa besar porsi hutang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset yang ada. Rasio ini antara lain: debt ratio, time interest earned ratio, operating cashflow to fixed charge ratio.

c) Rasio aktivitas (Activity Ratio) yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber

(resources) yang dimiliki. Rasio ini diwakili oleh total assets turn over, fixed assets turn over, average collection periods, inventory turnover.

34 Gumanty, Tatang Ary,Manajemen Investasi: Konsep, Teori dan Aplik asi (Jember: Center Of Studies, 2007), h. 176


(53)

d) Rasio profitabilitas (Profitability Ratio) yaitu rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan maupundari total yang dimiliki. Rasio yang digunakan yaitu profit margin on sales, return on total assets, return on invesment.

D. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja dan Kinerja Keuangan

Menurut Oxford Dictionary kinerja merupakan suatu tindakan proses atau melakukan fungsi organisasi.35 Sedangkan menurut para ahli pengertian kinerja

sebagai berikut:

a. Menurut Whitmore, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata.

b. Menurut King, kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya

c. Sedangkan menurut Suprihanto, kinerja adalah prestasi kerja yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan disepakati bersama.

Berdasarkan pengertian kinerja di atas, maka pengertian kinerja dapat disimpulkan yaitu sebagai hasil kerja seseorang atau kelompok tertentu setelah memenuhi jumlah persyaratan selama periode tertentu yang dibandingkan dengan

35 Moeheriono, Penguk uran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 96.


(54)

berbagai kemungkinan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan bersangkutan secara legal yang tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika bisnis.

Pengukuran kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini telah melakukan pekerjaannya. Sedangkan menurut John H. Jackson pengukuran kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaannya ketika dibandingkan dengan satu standar dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut. Penilaian kinerja yang dilakukan tersebut nantinya dapat dilakukan sebagai perbaikan yang berkelanjutan.36 Pengukuran

kinerja memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, mengetahui kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, dan mengetahui hasil kinerja yang telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau belum.37

Sedangkan yang dimaksud dengan kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.38

Ada banyak manfaat dengan diadakannya penilaian kinerja. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen sebagai berikut:

36 Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 237. 37 Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 319. 38Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi 4 (Yogyakarta: Liberty, 2010), h. 30.


(55)

a. Mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui motivasi karyawan secara maksimum.

b. Membantu pengambil keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Manfaat yang diperoleh dari penilaian kinerja ini terutama menjadi pedoman dalam melakukan tindakan evaluasi bagi pembentuk organisasi sesuai dengan pengharapan dari berbagai pihak, yaitu bagi pihak manajemen serta komisaris perusahaan.

2. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Adapun tujuan dari penilaian kinerja keuangan menurut Munawir (2000) adalah sebagai berikut:39

1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.


(56)

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dikur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

Jadi, dalam menilai kinerja keuangan dapat digunakan ukuran atau standar tertentu. Standar yang biasanya digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu perbandingan rasio masa lalu, saat ini, dan di masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.

3. Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi

Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor

35.3/Per/M.KUKM/X/2007, kinerja keuangan koperasi merupakan hasil dari kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Penilaian terhadap kinerja


(57)

keuangan koperasi dianggap penting untuk mengetahui apakah koperasi tersebut mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya.

Rasio keuangan koperasi adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca, laporan arus kas, perhitungan hasil usaha dan laporan promosi anggota untuk mengetahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat profitabilitas serta tingkat aktivitas suatu koperasi, pada saat tertentu dapat dengan memperbandingkan pos-pos tertentu dalam neraca, laporan arus kas, perhitungan sisa hasil usaha, dan laporan promosi ekonomi anggota. Untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi, berdasarkan Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor

06/Per/M.KUKM/V/2006 kinerja keuangan dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio berikut:

1. Rasio Likuditas

Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) atau rasio kelancaran menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Gumanti, 2007). Koperasi yang bisa memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu maka koperasi tersebut dinyatakan likuid, yaitu apabila aset lancar lebih besar dari hutang lancar. Dan sebaliknya apabila koperasi tidak bisa memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu maka koperasi tersebut dinyatakan ilikuid. Adapun yang termasuk rasio likuditas antara lain:

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current Ratio menunjukan tingkat keamanan (margin of safety) kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.


(58)

Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah aset lancar dengan hutang lancar. Standar umum (rule of tumb) jumlah current ratio adalah sebesar 200%, maksudnya setiap Rp.1,00 hutang jangka pendek dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp.2,00.40 Namun, current ratio 200% kadang-kadang dipertimbangkan

sebagai current ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri atau perusahaan komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel angka 100% dikatakan sudah mencukupi.41

Formula Current ratio menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:

�� � =Kewajiban LancarAset Lancar x %

Suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aset lancar yang tidak menguntungkan.42 Rasio lancar yang rendah

menunjukan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aset lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio, yaitu rasio yang memberikan gambaran tentang tingkat kecukupan hutang perusahaan, artinya seberapa besar porsi hutang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset

40 Abdullah Amrin, Bisnis, Ek onomi, Asuransi dan Keuangan Syariah, h. 200. 41 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 123.


(59)

yang ada (Gumanti, 2007). Koperasi dinyatakan solvable apabila mempunyai aset atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Dan sebaliknya, koperasi dinyatakan insolvable jika koperasi tidak mempunyai aset atau kekayaan yang cukup untuk membayar kewajibannya. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio ini, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:

a. Debt to Asset Ratio (DtAR)

Debt to Asset Ratio (DtAR) adalah rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara Total Hutang terhadap Total Aset. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset.43 Formula rasio Total

Hutang terhadap Total Aset menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:

�� = Total Hutang

Total Aset x %

Apabila dari hasil pengukuran rasio DtAR tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimiliki. Dan apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan hutang.

b. Debt to Equity Ratio (DtER)

Debt to Equity Ratio (DtER) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik


(60)

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang koperasi. Rasio ini membandingkan antara total hutang dengan total modal sendiri koperasi. Formula Total Hutang terhadap Modal Sendiri menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:

� =Modal SendiriTotal Hutang x %

Bagi kreditor (pemberi pinjaman), semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan, karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan (koperasi) semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.44

3. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan maupundari total yang dimiliki (Gumanti, 2007). Rentabilitas koperasi diukur dari kemampuan koperasi menggunakan asetnya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu koperasi dapat diketahui dengan memperbandingkan antara Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aset atau jumlah modal


(61)

koperasi terebut. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio rentabilitas antara lain:

a. Return On Asset (ROA)

Merupakan satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasinya untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Dengan demikian, rasio ini menghubungkan sisa hasil usaha dengan jumlah investasi atau aset yang digunakan untuk operasi. ROA sering disebut juga sebagai rentabilitas ekonomi. Formula Return On Asset menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:

� � = Sisa Hasil Usaha SHU

Aset x %

b. Return On Equity (ROE)

Merupakan rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha dengan jumlah Modal Sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal dalam menghasilkan sisa hasil usaha. ROE sering disebut juga dengan istilah rentabilitas modal sendiri. Formula Return On Equity menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:


(62)

c. Net Profit Margin (NPM)

Merupakan rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha dengan jumlah pendapatan bruto koperasi per tahunnya. Rasio ini menunjukan kemampuan koperasi dalam mendapatkan laba setelah dikurangi bunga dan pajak atas penjualan neto. Formula Net Profit Margin menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:

� � � = Sisa Hasil Usaha SHUPendapatan x %

E. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam Bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.45

Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.


(63)

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

Dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan tujuan koperasi yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 Bab II Pasal 3 adalah Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Fungsi, Prinsip dan Peran Koperasi

Pada Bab III Bagian Pertama Pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992 fungsi dan peran koperasi adalah:

a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya.

d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


(64)

Sedangkan pada Bab III Bagian Kedua Pasal 5 UU RI No. 25 Tahun 1992 Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e) Kemandirian.

Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut:

a) Pendidikan perkoperasian; b) Kerjasama antarkoperasi.

4. Bentuk dan Jenis Koperasi

1) Bentuk Koperasi46

Ketentuan yang terdapat pada Pasal 15 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Koperasi ini dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi. Pengertian koperasi sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan

46 Muhammad Firdaus, Perk operasian Sejarah, Teori dan Prak tek (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 61.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA KOPERASI KONVENSIONAL DAN KOPERASI SYARIAH

0 7 18

EVALUASI KINERJA KPRI MUARA SURAKARTA PERIODE2004 2008 MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN BERDASARKAN PEDOMAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL

0 15 89

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Simpan Pinjam Citra Jaya Sentosa ( Studi Kasus Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada

0 2 15

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Simpan Pinjam Citra Jaya Sentosa ( Studi Kasus Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada

2 13 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Di Jakarta Tahun 2010-2012.

0 1 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (2003-2007).

0 0 10

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (TAHUN 2004 – 2007).

0 0 9

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KPRI “SEGAR” ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KPRI “SEGAR” KECAMATAN GIRIWOYO WONOGIRI.

0 0 15

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PT. PLN PERSERO PALEMBANG -

0 0 89

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KOPERASI

0 0 96