BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman dan pendidikan, karena pada dasarnya manusia dapat hidup produktif
hanya dalam keadaan sehat. Oleh karena itulah pembangunan dibidang kesehatan menjadi perioritas utama. Undang-
undang No. 9 tahun 1969 tentang “pokok-pokok kesehatan” menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang
meliputi kesehatan badan, rohani mental dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Oleh akrena itu dalam upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal masyarakat dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan pembangunan diberbagai sektor terutama disektor ekonomi, pendidikan dan
kesehatan itu sendri Hartono, 2010 . Pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat setiap penduduk dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal, pada hakikatnya adalah upaya untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan
mempunyai produktifitas yang tinggi, sehingga akan menjadi modal dalam pembangunan yang angguh. Untuk mendukung pencapaian pembangunan kesehatan
pemerintah telah menyediakan beberapa saranafasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Salah satu fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat
adalah Puskesmas Hartono, 2010 . Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis, puskesmas
merupakan unit fungsional terdepan untuk terlaksananya pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh aspek kesehatan masyarakat guna terciptanya pelayanan
kesehatan yang berkualitas Depkes, 2004. Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang sangat dekat dengan
masyarakat terutama mereka yang tinggal dipedesaan. Puskesmas menjadi sarana pelayan yang sangat penting dalam upaya pembangunan kesehatn diwilayah-wilayah
terpencil. Secara nasional ditetapkan bahwa standart wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disuatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi diantara puskesmas tersebut, dengan memperhatikan keutuhan konsep wuilayah desakelurahan atau rukun warga.
Selanjutnya masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota Notoatmodjo, 2010.
Puskesmas Banbaru merupkan Puskesmas Pembantu Kecamatan Giligenting Kabupaten Sumenep yang terletak disebuah Pulau kecil bernama Giliraja dengan
jumlah penghuni mencapai 9252 jiwa dari 4 empat Desa yang ada yakni Banbaru, Jate, Banmaling, dan Lombang. Secara geografis Puskesmas Kecamatan berada di
Pulau berbeda. Hal ini menjadi alasan dibentuknya Puskesmas Pembantu agar memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang tepat. Sehingga masyarakat tidak harus menyebrang ke Pulau Kecamatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dari fakta ini Puskesmas Banbaru yang
notabennya sebagai Puskesmas Pembantu menjadi sangat vital keberadaannya mengingat Puskesmas Banbaru ini merupakan Pusat pelayaan kesehatan masyarakat
satu-satunya di Pulau Giliraja. Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih
banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas
yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya Oleske, 2002.
Hal ini terlihat antara lain pada tingkat pemanfaatan pelayanan KB di rumah sakit pemerintah sebesar 3,2, pemanfaatan puskesmas 12, pemanfaatan pustu
4,5, poskesdes atau polindes 1,5. Pencapaian terhadap target indikator SPM yang m
engikuti MDG’s antara lain cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar 61,3 sementara target SPM 95, cakupan peserta KB aktif 53,9 sementar target
SPM 70, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 82,3 sementara target nasional 90 dan cakupan kunjungan neonatus 60,6 sementara target SPM
90 Riskesdas 2010 . Dari hasil study pendahuluan didapatkan data kunjungan masyarakat ke Puskesmas Banbaru dari Bulan Januari hingga April 2013 sebanyak
695 pasien atau rata-rata 173 kunjungan per bulan atau hanya 23,34 per tahun. Hal ini sangat ironis mengingat jumlah keseluruhan penduduk yang ada dalam wilayah
kerja Puskesmas Banbaru yang mencakup empat desa mencapai 9252 jiwa. Sekalipun bebarapa hasil telah dicapai, namun dalam pelaksanaannya
Puskesmas masih menghadapi berbagai masalah, diantaranya adalah keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat
pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong
kontribusi sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas. Sering kita jumpai banyak isu negatif di masyarakat tentang Puskesmas. Hal
ini membuat Puskesmas hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sehingga upaya-upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kurang bisa berjalan optimal
karena kurangnya peran serta dari masyarakat. Isu negatif tentang Puskesmas timbul sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan tentang Puskesmas serta belum
mampu mempresepsikannya dalm sebuah interpretasi yang baik. Salah satu faktor yang erat kaitannya dengan tingkat pemanfaatan masyarakat
terhadap Puskesmas adalah tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh dalam perilaku hidup sehat. Menurut teori Kuncoro yang dikutip oleh
Nursalam 2008 mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki kecenderungan mudah mendapatkan informasi sehingga dapat menimbulkan persepsi yang baik serta
menerapkannya dalam perilaku kehiduan sehari-hari khususnya dalam hal kesehatan. Oleh karena itu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi masyarakat lebih selektif
dalam menentukan layanan kesehatan yang ideal. Sebaliknya pengetahuan yang rendah sangat beresiko timbulnya persepsi yang tidak rasional tentang layanan
kesehatan sehingga masyarakat cenderung memilih layanan alternatif. Tingkat pengetahuan itu sendiri terdiri dari tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi Nursalam, 2008. Dari
hasil wawancara diketahui tingkat pengetahuan sebagian masyarakat tentang puskesmas masih cukup rendah. Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui sacara
detail tentang jenis pelayanan, fungsi dan peran serta puskesmas dalam meningkatkan taraf hidup sehat masyarakat. Mereka hanya mengetahui keberadaan dan fungsi
puskesmas secara umum sehingga daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas menjadi rendah.
Salain itu peran serta yang diberikan masyarakat tergantung dari persepsi awal mereka terhadap puskesmas. Adapun persepsi merupakan proses dimana seseorang
memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia Kotler, 2001. Perilaku individu seringkali didasarkan
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Oleh
sebab itu sering kita mendengar ungkapan Persepsi menetukan aksi. Persepsi masyarakat tentang puskesmas akan berpengaruh kepada sikap masyarakat dalam
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas. Dalam hal ini persepsi positif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk kemajuan
Puskesmas. Sejauh ini masyarakat belum mampu menginterpretasikan secara optimal
berbagai kesan yang timbul dari keberadaan puskesmas dilingkungan mereka. Selain itu mereka juga belum mampu mempersepsikan secara baik tentang keberadaan dan
peran serta Puskesmas. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang Puskesmas baik dari segi jasa pelayanan, fasilitas
maupun peran serta Puskesmas karena Persepsi berkaitan erat dengan proses kognitif seseorang termasuk ingatan dan berfikir Atkinson, 1991.
Faktor lain yang sangat erat hubungannya dengan tingkat kunjungan masyarakat ke Puskesmas adalah status ekonomi. Status ekonomi merupakan faktor
penting dalam mengidentifikasi adanya hubungan dengan prilaku sehat masyarakat. Status ekonomi dapat diidentifikasi berdasar pendapatan keluarga serta kriteria yang
telah ditentukan. Pendapatan keluarga adalah pendapatan yag di dapat dari jumlah penghasilan suai dan istri atau orang tua bila belum menikah Fusta, 2008. Gunawan
2000 membagi status ekonomi menjadi atas dan bawah sesuai keriteria yang telah ditetepkan. Kriteria untuk masyarakat yang berstatus ekonomi atas meiputi: a Jenis
lantai bangunan tempat tinggal tidak terbuat dari tanah atau bambu atau kayu murah; b Jenis dinding tempat tinggal tidak terbuat dari bambu atau rumbai, atau kayu
berkualitas rendah, atau tembok tanpa plester; c Memiliki fasilitas buang air besar sendiri; dSumber penerangan rumah menggunakan listrik; e Sumber air minum
berasal dari PDAM; f Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah gas atau listrik; g Menkonsumsi daging atau susu atau ayam lebih dari satu kali dalam seminggu; h
Pendapatan total keluarga ≥Rp. 1.500.000,00 per bulan; i Memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,00 seperti : sepeda motor, emas,
ternak, dll. Salah satu kriteria yang paling berpengaruh adalah besarnya penghasilan dalam
sebuah keluarga. Besar penghasilan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Misalnya untuk kebutuhan
membeli resep obat, biaya transportasi ke Rumah Sakit atau peraktek dokter, biaya perawatan selama sakit dan pengaturan makanan Brainad, 1997; dalam Fusta 2008.
Perbandingan penghasilan yang lebih rendah daripada kebutuhan dalam hal mendapatkan layanan kesehatan menyebabkan timbulnya kecenderungan masyarakat
untuk memilih layanan pengobatan yang lebih murah sekalipun bersifat alternatif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui 80 profesi masyarakat
adalah nelayan, sedangkan sisanya berprofesi sebagai Guru dan Petani. Pendapatan seorang nelayan yang cenderung tidak menetap mengakkibatkan kondisi ekonomi
masyarakat yang kurang stabil. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap pola pemenuhan kebutuhan hidup termasuk kebutuhan pelayanan kesehatan.
Kecenderungan pendapatan yang rendah menimbulkan perliaku kebiasaan dalam menghemat biaya hidup, akibatnya perilaku sehat pun terabaikan. Masayarakat
cenderung terbiasa mencari pelayanan kesehatan yang murah seperti dukun.
Direktur Puskesmas menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat yang cenderung menggunakan jasa alternatif seperti halnya dukun dalam menangani
masalah kesehatan atau bahkan dibiarkan saja sampai sembuh dengan sendirinya. Berdasarkan data yang peneliti himpun dari sebagian kalangan masyarakat diketahui
bahwa penggunaan jasa alternatif biasanya pada penyakit yang sifatnya kronis seperti halnya penyakit paru, jantung dan lain-lain. Sebagian dari masyarakat yang
menggunakan jasa alternatif sebagai pilihan pada saat sakit menyatakan, bahwasanya pemilihan jasa alternatif cenderung lebih murah, akan tetapi ironisnya mereka belum
mengetahui secara detail bahwa proses penyembuhan penyakit yang sifatnya kronis membutuhkan pengobatan dan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui status
perkembangan kesehatan mereka. Secara garis besar status ekonomi, tingkat pengetahuan dan persepsi
masyarakat tentang puskesmas merupakan beberapa faktor yang sangat ideal berdasar kondisi masyarakat setempat dalam mengidentifikasi tingkat animo masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Banbaru. Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, maka perlu diadakan penelitian tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kunjungan masyarakat ke Puskesmas. Berdasarkan data
yang telah dijelaskan dalam latarbelakang ini, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan sebuah penelitian tentang hubungan status ekonomi, tingkat
pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang puskesmas dengan tingkat kunjungan masyarakat ke Puskesmas Banbaru guna meningkatkan keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas sehingga diharapkan Puskesmas khususnya akan menjadi destinasi utama masyarakat dalam memilih pelayanan
kesehatan yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah