Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual Di Puskesmas Padang Bulan Medan

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMA

PADANG BULAN NEDAN

SKRIPSI Oleh Aria Pranata 061101042

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tarhadap Penyaakit Menular Seksua di Puskesmas

Padang Bulan Medan Nama Mahasiswa : Aria Pranata

NIM : 061101042

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2006/2007

Tanggal Lulus:

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (Ismayadi, S.Kp. Ns) (Iwan Rusdi S.Kep, MNS) NIP. 19750629 200212 1 002 NIP.19730909 200003 1 001

...Penguji II

(Farida Linda Sari Siregar, S.Kep.M.kep ) NIP. 197.80320.2005001.2.003

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 2010

Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan


(3)

Prakata

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kepada Allah SWT. atas

keridhoan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan atas Rasulullah SAW. keluarganya, sahabat-sahabatnya dan umat yang istiqomah mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati, SKp. MNS selaku Pembantu Dekan I yang sebelumnya sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Ibu Evi Karota Bukit, SKp. MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Bapak Ikhsanuddin Harahap, SKp. MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan seluruh Dosen beserta staf pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas, kesempatan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih kepada kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Ir.Mala Dinata dan Ibunda Srimisgiati tersayang yang selalu memberikan do`a restu, nasehat serta memberikan dorongan moril dan materil. Kepada adikku Fauzi Fadillah dan


(4)

Husni Randa yang selalu memberikan motivasi dan bantuannya kepada saya agar dapat menyelesaikan skipsi ini.

Buat sahabat-sahabat saya Dwi Utama, Happy Sahara, Afnizar Wahyu, Rahmad Edi Sembiring dan terkhusus untuk Zuliawati yang banyak membantu saya dalam penyusunan skripsi ini saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuannya, serta semua teman-teman di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara `06 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang sama-sama berjuang menuntut ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan tak lupa juga kepada teman-teman sepermainanan ku Roslaini, Syawalina, Khairudin Hamdani, Tengku Benyamin yang selalu memberikan semangat agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 1 Juni 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vi

Daftar skema... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

... 2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Hipotesa ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan ... 5

1.1. Defenisi Pengetahuan ... 5

1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pengetahuan ... 7

2. Sikap ... 8

2.1. Defenisi Sikap ... 8

2.2. Faktor-Faktor yang Meyebabkan Perubahan Sikap ... 10

3. Penyakit Menular Seksual (PMS) ... 11

3.1. Defenisi Penyakit Menular Seksual ... 11

3.2. Epidemiologi ... 11

3.3. Jenis Penyakit Menular Seksual dengan Penyabab Bakteri ... 13

3.4. Jenis Penyakit Menular Seksual dengan Penyebab Virus . 18 ... 3.5. Jenis Penyakit Menular Seksual dengan Penyebab Jamur 25 BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 27

... 2. Defenisi Konseptual ... 28

3. Definisi Operasional ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

3. Lokasi dan Waktu Penilitian ... 31

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

5. Instrumen Penelitian ... 32

6. Pengukuran Validitas dan Reabilitas ... 34

7. Pengumpulan Data ... 34


(6)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian... 37

1.1 Deskripsi Karekteristik Responden... 37

1.2 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap PMS... 39

1.3 Sikap Masyarakat Terhadap PMS... 39

1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap PMS... 40

2.Pembahasan... 41

2.1 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap PMS... 41

2.2 Sikap Masyarakat Terhadap PMS... 43

2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mayarakat Terhadap PMS... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 47

2. Saran... 48

2.1 Untuk Pratik Keperawatan Komunitas... 48

2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya... 48

Daftar Pustaka... 49 Lampiran – Lampiran

1. lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Kuesioner Penelitian 3. Data Hasil Panelitian 4. Jadwal Penelitian 5. Taksasi Dana

6. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU 7. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Medan 8. Riwayat hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 29 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Responden di Puskesmas Padang Bulan Medan ... 38 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Terhadap PMS di Puskesmas Padang Buulan

Medan ... 39 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Sikap Masyarakat Terhadap

PMS di Puskesmas Padang Bulan Medan ... 40 Tabel 4 Hasil Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

Masyarakat Terhadap PMS di Puskesmas Padang Bulan


(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema. 1 Kerangka konseptual penelitian hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di Puskesmas


(9)

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mengalami Menopause Tentang Gejala Fisik dan Psikologis Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Nama : Lisa Komalasari Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010

Abstrak

Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada beberapa kasus PMS yang membahayakan, misalnya; HIV, sifilis, gonore dan lain – lain. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas padang bulan Medan . Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dengan jumlah sampel 96 orang. Pengumpulan dilakukan pada bulan Maret 2010 dengan menggunakan kuisioner yang meliputi data demografi, tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat. Data di peroleh dialisa dengan menggunakan statistic sederhana dan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekwensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 43 orang (44,8%), dan mayoritas sampel berusia 20-26 tahunsebanyak 72 orang (75%), perempuan 59 orang (61,5%), jenis pendidikan SMA sebanyak 48 orang (50%), mahasiswa sebanyak 57 orang (59,4%).

Responden yang di kategorikan memiliki sikap yang positif dengan hasil 91,7 % sebanyak 88 orang.

Hasil analisis statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di dapatkan nilai korelasi Spearman (P) sebesar 0,010 (P<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS.


(10)

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mengalami Menopause Tentang Gejala Fisik dan Psikologis Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Nama : Lisa Komalasari Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010

Abstrak

Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada beberapa kasus PMS yang membahayakan, misalnya; HIV, sifilis, gonore dan lain – lain. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas padang bulan Medan . Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dengan jumlah sampel 96 orang. Pengumpulan dilakukan pada bulan Maret 2010 dengan menggunakan kuisioner yang meliputi data demografi, tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat. Data di peroleh dialisa dengan menggunakan statistic sederhana dan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekwensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 43 orang (44,8%), dan mayoritas sampel berusia 20-26 tahunsebanyak 72 orang (75%), perempuan 59 orang (61,5%), jenis pendidikan SMA sebanyak 48 orang (50%), mahasiswa sebanyak 57 orang (59,4%).

Responden yang di kategorikan memiliki sikap yang positif dengan hasil 91,7 % sebanyak 88 orang.

Hasil analisis statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di dapatkan nilai korelasi Spearman (P) sebesar 0,010 (P<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang berarti Dewi cinta dari Romawi kuno) yang didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktifitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada beberapa kasus PMS yang membahayakan , misalnya HIV (Human Immunodeficiency Virus), sifilis, gonore, ulkus mole dan lain-lain (Faiza, 2008).

Angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.

Di Medan, penyakit Sipilis meningkat terutama pada kelompok wanita pekerja seksual. Angka kejadian penyakit ini tiap tahun terus meningkat. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak 2003 meningkat 15,4 %. Sedangkan 2004 terus menujukkan peningkatan menjadi 18,9 %, Sementara 2005 menjadi 22,1 %, penyakit menular seksual ini menunjukkan peningkatan setiap tahunnya 3 hingga 4 % (Cinta, 2008).

Menurut abeenabilla (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kejadian PMS antara lain: 1) Seks tanpa pelindung, meski kondom tidak seratus persen dapat mencegah PMS, namun kondom tetap merupakan cara terbaik untuk


(12)

menghindar dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS.

Selain itu, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS, 2) Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual semakin besar kemungkinan terekspos suatu PMS, 3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi, selain itu, kaum muda juga lebih jarang menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, terlibat perilaku seksual, dan suka berganti-ganti pasangan, 4) Pengggunaan alkohol, konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom, 5) Penyalahgunaan obat, prinsipnya hampir sama dengan penggunaan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual selain itu, penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks, 6) Seks untuk uang, Orang yang menjual seks sering berganti-ganti pasangan sehingga rentan


(13)

mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Perilaku ini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi, 9) Sudah terkena suatu PMS, penderita yang sudah pernah mengalami PMS lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya, 10) Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Ini bisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan suatu penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual (PMS) di puskesmas Padang Bulan Medan.”

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

2.1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS).


(14)

2.2. Mengidentifikasi sikap masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS).

2.3. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS).

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, rumusan pertanyaan penelitian adalah:

3.1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) ?

3.2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) ? 3.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)?

4. Hipotesa

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative( Ha ) yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan.


(15)

5. Manfaat Penelitian

Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khsusnya di bagian keperawatan komunitas.

Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memahami pengenalan tanda dan gejala Penyakit Menular Seksual (PMS).

Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian selanjutnya.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilakunya yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan disebabkan dua hal utama yaitu :

a) Manusia mempunyai bahasa dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.

b) Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka tertentu.


(17)

semakin kompleks bahasa yang dipakai dalam proses komunikasi sehingga dapat menjembatani proses komunikasi yang baik antara perawat dan pasiennya (Potter & Perry, 2002)

Menurut Notoadmojo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:

a) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan tingkat rendah.

b) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan cara benar tentang objek yang diketahui yang dapat diimplementasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya. d) Analisis

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasitersebut dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.


(18)

e) Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu komponen untuk menetapkan atau menghubungkan bagian – bagian dalam bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

f) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austifikasi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang ada.

Penelitian tentang pengetahuan yang dilakukan oleh Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan, dan sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi urutan proses :

a) Adoption, yakni penerapan prilaku sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b) Awareness (kesadaran) yakni kesadaran terhadp stimulus (objek) c) Evaluation (evaluasi) perpindahan terhadap baik tidaknya

stimulus bagi dirinya.

d)Interest (daya tarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

e) Trial, yakni mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.


(19)

1.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

a) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan epidemiologinya. Angka – angka kesakitan maupun kematian hamper semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur di laporkan tetap, apakah panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup atau tidak.

b) Pendidikan

Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua manusia atau lebih.

c) Pengalaman

Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya.

Variable pengetahuan akan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan hasil ukur: baik, sedang dan buruk.


(20)

2. Sikap

2.1. Definisi Sikap

Menurut Adler & Rodman, 1991 yang dikutip dari (Abraham &

Shanley, 1997). Sikap adalah respon terhadap sesuatu, baik dalam cara yang positif maupun negative. Sikap adalah suatu kecendrungan bertindak kearah atau menolak suatu faktor lingkungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Bogardus, 1931 dikutip dari Mucller, 1992).

Menurut Roger, 1991 yang dikutip dari (Abraham & Shanley, 1997). Sikap perawat dalam perawatan yang baik akan bermanfaat untuk membina hubungan yang saling percaya antara perawat dengan pasiennya dan diharapkan akan merubah perilaku pasiennya kearah yang baik melalui pengamatan dan peniruan model peran dari sikap perawatnya yang baik. Sifat itu bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan orang lain dan kelihatannya sikap itu menuntut perilaku kita sehingga kita bertindak sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan.

Menurut Notoadmojo (2003), sikap terbentuk dari 3 komponen utama : a) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (tend of behave).


(21)

Dalam penentuan sikap yang butuh pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit hepatis, baik penyebab, maupun akibatnya, pengetahuan ini akan mambawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena hepatis. Dalam berfikir komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah agar anaknya tidak trrkena hepatis, sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit hepatis (Notoadmojo, 1993).

Potter (1993), menyatakan sikap mempunyai lima tingkatan, yaitu : a) Menerima

Menerima diartikan sebagai kesediaan untuk menerima perkataan orang lain.

b) Merespon

Merespon menunjukkan partisipasi aktif dengan mendengarkan dan memberi reaksi secara verbal maupun non verbal serta merasakan kepuasan dalam merespon.

c) Menghargai

Menghargai berarti memberikan penghargaan pada suatu objek atau tingkah laku dimana seseorang termotivasi untuk menunjukkan sikapnya.


(22)

d) Pengorganisasian

Pengorganisasian mengacu pada pembentukkan suatu sistem nilai dengan mengidentifikasi dan menyusun nilai serta mengatasi masalah.

e) Karakteristik

Menunjukkan tindakan dan respon yang sesuai dengan sistem nilai yang konsisten. Seseorang bertingkah laku dengan konsisten bila nilai – nilai tersebut telah diuji.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dengan menanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoadmojo, 1993).

2.2. Faktor – faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap

Perubahan sikap di pengaruhi oleh dua faktor; 1) Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruh – pengaruh yang datang dari luar. 2) Faktor ekstern. Yaitu faktor yang terdapat dari luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya: interaksi antar manusia, dalam bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui surat kabar, radio, televisi, majalah, dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).


(23)

Variabel sikap akan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan hasil ukur: bersikap positif dan bersikap negatif.

3. Penyakit Menular Seksual (PMS)

3.1. Defenisi Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga berarti sebagai penyaakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV dan hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin.

3.2. Epidemiologi

Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan , seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit – penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted

diseases (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).

Peningkatan insiden PMS dan penyebarannya di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa Negara disebutkan bahwa


(24)

pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insiden PMS atau paling tidak insidennya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar Negara insiden PMS relative masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian memerlukan penanggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan. Selain itu pola infeksi juga mangglami perubahan, misalnya infeksi klamidia, herpes genital, dan kondilomata akuminata di beberapa negara cenderung meningkat dibanding uretritis gonorea dan sifilis. Beberapa penyakit infeksi sudah resisten terhadap antibiotic, misalnya munculnya galur multiresisten Nesseria gonorrhoeae, Hemophylus ducreyi dan Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap metronidazole. Perubahan pola infeksi maupun resistensi tidak terlepas dari faktor- faktor yang mempengaruhinya.

Dalam PMS yang dimaksud dengan perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :

1. Usia

a) 20 – 34 tahun pada laki – laki b) 16 – 24 tahun pada wanita

c) 20 – 24 tahun pada kedua jenis kelamin 2. Pelancong


(25)

4. Pecandu narkotik 5. Homoseksual

3.3. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab Bakteri 3.3.1. Gonore

Gonore adalah Infeksi akut yang disebabkan bakteri neiserria gonorrhoe (gonococcus) berbentuk menyerupai kacang buncis, hanya tumbuh pada membran yang lembab dan hangat, antara lain: anus dan genetalia.

Masa inkubasi gonore antara 2-10 (sekitar 2 minggu)hari terhitung setelah penderita terinfeksi pertama kali. Adapun gejala gonore secara umum : pengeluaran sekret (purulent), disuria, malaise, sakit kepala dan limpadenopati regional.

Pada wanita tidak menunjukkan adanya gejala fisik sampai pada fase nyeri pada punggung, nyeri abdomen dan panggul (PID), cervix dan kelenjar bartolini tampak bengkak.

Sebagian pria yang terinfeksi menunjukkan gejala sbb : bau busuk pada area genetalia, sekresi cairan pekat yang menetes ujung penis dan rasa perih ketika BAK.

Infeksi gonore terjadi melalui kontak fisik (seksual) secara langsung tanpa pemakaian “pelindung” dan mengabaikan seks yang aman. Penegakan diagnosa gonore melalui pemeriksaan sampel yang diambil dari: spesimen dari mukosa mulut, saluran kemih, cervix (pada wanita), ujung penis yang terbuka (pada pria) dan saluran anus


(26)

dengan menggunakan spons (khusus) berukuran kecil dimana spons itu akan menyerap cairan (spesimen) yang nantinya akan diperiksa dan hasil tes biasanya tersedia dalam waktu 1 minggu.

Komplikasi gonore: infertilitas, dermatitis, arthritis, endokarditis, myoperikarditis, meningitis bahkan hepatitis.

3.3.2. Klamidia

Klamidia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri -chlamidia trachomatis yang hidup dan berkembang dalam tubuh.

Pada pria : terjadi peradangan pada saluran kencing atau epididymis (saluran kecil dan panjang sebagai tempat penyimpan sperma), demam, keluarnya cairan dari penis, rasa sakit atau rasa berat pada kantong buah pelir. Pada wanita: infeksi saluran kemih dan cervix, infeksi ovarium dan tuba fallopii, sekresi cairan abnormal, iritasi (gatal) pada genetalia, rasa panas saat berkemih, sakit perut (bawah) hebat dan pendarahan diluar menstruasi.

Cara Penularannya Melalui kontak fisik (seksual) secara langsung tanpa“pelindung” dan tidak menerapkan pola hubungan seks yang sehat dan aman. Komplikasi chlamydia trachomatis yang nyata adalah : infertilitas, radang panggul (penyebaran radang cervix pada wanita) dan bisa menginfeksi mata pada kasus tertentu.


(27)

3.3.3. Sifilis

Selama berabad-abad sifilis dianggap sebagai salah satu penyakit menular yang menakutkan dan mematikan. Sifilis didefinisikan sebagai infeksi kronik menular yang disebabkan bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya sampai penderita meninggal dunia. Pada kenyataannya sifilis dapat disembuhkan, bahkan ketika telah memasuki tahap akhir sekalipun kerusakan telah terjadi pada tubuh penderita.

Masa inkubasi sifilis antara 10-90 hari, dengan gejala: 1. Tahap 1

9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit –chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak diobati (sampai tahap 1berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.

2. Tahap 2

1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.


(28)

3. Tahap 3

Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati,lumpuh dan gila. Tahap letal.

Cara Penularan

Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui selaput lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangat infeksius pada tahap 1 dan 2. selain itu, sifilis juga dapat disebarkan per-plasenta.

Ketika penderita menjumpai bintil yang dicurigai chancre, dan mendatangi dokter ahli, maka dokter akan menanyai anamnesa dan menegakkan diagnosa sifilis. Selain itu, dokter akan mengambil sampel cairan dari chancre dan memastikannya. Cara pemeriksaan yang lebih efektif adalahdengan pemeriksaan darah 4 minggu setelah chancre pertama

kali muncul. Tes laboratorium penunjang: Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) dan Fluoroscent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS).


(29)

Komplikasi sifilis: 1. Tahap 1:

Lymphadenitis timbul setelah 1 minggu berlalu pada pria sering terjadi edema meluas pada glands penis. Edema meluas dan ulserasi pada labia mayor wanita.

2. Tahap 2:

Timbul kandiloma lata basah, pipih menyebar infeksi sampai SSP, mata dan visera.

2. Tahap 3 :

Mengakibatkan stroke (neurosefipis) yang fatal, paraestesia dan perubahan kepribadian.

Pencegahan sifilis:

Jangan melakukan kontak fisik langsung dengan penderita bahkan dengan “perlindungan” sekalipun, karena kondom (salah satu “pelindung”) tidak

memberi perlindungan terhadap bintil sifilis sebab kadang bintil tersebut menyebar ke seluruh tubuih penderita. Cara yang efisien untuk mencegah kerusakan permanen yangdisebabkan sifilis tahap akhir adalah dengan melakukan pemeriksaan teratur untuk memastikan bahwa telah bebas bakteri penyebab sifilis.


(30)

3.3.4. Bacterial Vaginosis

Kondisi dimana jumlah bakteri dalam vagina berlipat dan tak terkendali, bahkan tidak lagi berperan sebagai flora normal malah menimbulkan infeksi yang serius.

Beberapa wanita tidak merasakan adanya infeksi BV ini (tidak memunculkan gejala, tampak normal). Gejala yang paling umum adalah keluarnya cairan berwarna gelap yang mengeluarkan bau tidak sedap, menimbulkan iritasi dan rasa panas pada saat berkemih (jarang).

Cara penularannya melalui kontak fisik (seksual) langsung dengan penderita tanpa mengenakan “pelindung”. Setelah didiagnosa dan menetapkan bahwa infeksi yang muncul karena BV, dokter akan meresepkan antibiotik dalam bentuk pil. Bisa dalam bentuk gel atau krim yang dimasukkan dalam vagina.

Komplikasi:

BV yang tidak diobati akan menyebabkan infeksi saluran kencing, radang panggul bahkan infertilitas.

Pencegahan:

Menjaga area genetalia agar tetap bersih dan kering. Gunakan pakaian yang memberi ventilasi udara yang adekuat, mencuci genetalia dengan air hangat menggunakan sabun lembut dan tanpa pewangi (dimaksudkan untuk menjaga PH genetalia).


(31)

3.4. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab virus 3.4.1. Human Immunodeficiency Virus

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang hidup di dalam darah manusia, tidak dalam darah setiap orang tetapi hanya dalam darah seseorang yang terinfeksi. Meskipun begitu, siapa saja bisa terinfeksi, termasuk anda. HIV tidak membedakan usia, warna kulit, orientasi seksual, agama, kebangsaan ataupun faktor pembeda lainnya. Sekali saja HIV sudah berada dalam diri anda (artinya anda telah terinfeksi HIV), tidak ada yang bisa anda lakukan untuk mengeluarkannya. Tetapi ada banyak cara agar anda bisa

menghindarinya. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut:

1. Fase 1

Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

2. Fase 2

Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa


(32)

sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau

hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang dengan HIV.

3. Fase 3

Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubuh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar


(33)

Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.

4. Fase 4

Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.

Cara Penularan HIV (AIDS):

HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua spesimen yang berupa cairan tubuh dan berasal dari tubuh penderita HIV dapat dipastikan infeksius dan sangat potensional untuk menularkan virus ini pada orang lain, termasuk ketika sorang penderita HIV positif melakukan hubungan seksual dengan pasangannya maka bukan tidak mungkin bila pasangannya nantinya akan terinfeksi virus ini juga. Baik penderita HIV wanita maupun pria sangat riskan untuk menularkan virus ini pada pasangannya ketika berhubungan seksual, yakni melalui cairan sperma (bagi penderita pria) dan darah menstruasi (bila melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi bagi penderita wanita). Diyakini bahwa jumlah HIV dalam ludah seseorang yang terinfeksi sangat sedikit, oleh karenanya anda tidak perlu khawatir dengan ludah penderita HIV. Selain melalui hubungan seksual, HIV juga bisa disebarkan melalui jarum suntik yang digunakan seseorang yang telah terinfeksi, atau bahkan bisa


(34)

juga ditularkan oleh seorang ibu dengan HIV positif kepada bayinya pada waktu hamil atau menyusui. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebaran HIV yang infeksius ini dapat

melalui perseksual, peroral (kemungkinan sangat kecil), parenteral (jarum suntik), dan perplasenta.

Tes HIV (AIDS):

Bila ada kemungkinan anda terinfeksi HIV, lakukan tes dengan segera. Hasil yang positif berarti tes berhasil mendeteksi antibodi HIV dalam tubuh anda (dapat diasumsikan antibodi HIV = HIV). Bahkan meski hasil tes anda negatif bukan berarti anda bebas HIV karena virus ini mungkin saja telah masuk ke dalam pembuluh darah anda selama tiga bulan sebelum antibodi-antibodi itu muncul (bahkan ditemui kasus periode ini berlangsung hingga enam bulan), oleh karenanya untuk mendapatkan hasil tes yang akurat sebaiknya anda menunggu maksimal sampai enam bulan terhitung sejak saat pertama kali anda merasa kemungkinan terinfeksi, untuk melakukan tes HIV. Selama rentang waktu tersebut hindari hubungan seks tanpa pelindung untuk mencegah transmisi virus ini kedalam tubuh orang lain. Tes HIV tersedia pada pusat-pusat Keluarga Berencana, klinik kesehatan, program rehabilitasi ketergantungan obat, prakter dokter dan rumah sakit. Ketika membuat janji dengan dokter (untuk pemeriksaan laboratorium), tanyakan tentang kebijakan kerahasiaan


(35)

petugas kesehatan akan menghargai hak dan privasi anda tanpa membedakan usia (akan lebih baik bila anda mengkonfirmasikan hal ini sebelumnya).

Terdapat dua jenis tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi HIV dalam darah manusia, yaitu :

1. Tes melalui sampling darah

Tes ini adalah tes yang paling mudah didapatkan. Petugas kesehatan mengambil sejumlah kecil darah dari lengan anda dengan menggunakan jarum, kemudian mengirimkan sampel darah anda ke laboratorium untuk diperiksa apakah terdapat antibodi untuk melawan virus atau tidak. Hasilnya dapat dilihat setelah 1-2 minggu, untuk memastikan apakah anda HIV positif atau negatif.

2. Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)

Tes yang dilakukan untuk memeriksa apakah ada antibodi HIV di dalam ludah anda. Pada pelaksanaan tes ini, anda perlu membuka mulut lebar-lebar dan membiarkan petugas kesehatan menyeka lidah dan rongga dalam pipi anda dengan kapas. Hasilnya baru bisa terlihat setelah 1-2 minggu. Bila hasil tes anda dinyatakan HIV positif, yang berarti terdapat virus dalam darah anda, akan sangat sulit diterima. Dan akan sangat membantu bila anda mendapatkan dukungan keluarga dan teman-teman anda. Tetapi mungkin saja bahkan orang-orang yang paling menyayangipun tidak bisa memberikan solusi terbaik untuk menghadapi situasi sulit yang sedang anda hadapi.


(36)

Disinilah peran konselor sangat diprioritaskan, untuk menjelaskan apa yang bisa dan seharusnya anda lakukan untuk mencegah virus ini menyebar dan menjelaskan pilihan-pilihan caring and curing serta memberikan informasi tentang pilihan gaya hidup yang akan menjaga kondisi anda tetap sehat selama mungkin.

Komplikasi HIV (AIDS):

Terdapat sejumlah penyakit yang umumnya berkembang dalam tubuh manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat ataupun rudak oleh HIV, diantaranya adalah : PCP (pneumonia), TBC, kaposi`s sarcoma (kanker kulit), non-Hodgkins`s lymphoma, herpes simplex, dll.

Perlindungan diri terhadap HIV (AIDS):

Dalam hal ini bersifat kondisional artinya perlindungan diri terhadap infeksi HIV ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan diri untuk menghindari dan mencegah transmisi virus, misalnya dengan tidak mengabaikan pemakaian kondom (mencegah transmisi perseksual), menggunakan jarum disposible pada tiap pemeriksaan invasif (mengantisipasi transmisi parenteral), dll.

3.4.2. Herpes Simplex Virus

Herpes Simplex merupakan salah satu penyakit menular, yang disebabkan oleh virus DNA. Virus (Herpes Simplex) ini menyerang pada kulit, mukosa dan syaraf manusia.


(37)

Gejala utama herpes simpleks adalah : munculnya bintil (kumpulan vesiculae) secara serentak pada perbatasan kulit-mukosa serta terjadi di sembarang tempat (yang terinfeksi) dan sering didapati pada : area sekitar mulut, hidung, mata, jari tangan, pantat dan genetalia. Bintil ini bertahan 2-3 minggu, kemudian pecah. Biasanya diikuti rasa terbakar, nyeri dan gatal, serta sakit kepala dan demam.

Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan serta adanya transmisi kontak langsung (misalnya berciuman)dengan penderita. Bintil herpes simplex virus ini bila ditemukan pada area sekitar genetalia, transmisi kontak langsung (melalui hubungan seksual) dengan penderita bukan tidak mungkin menyebabkan anda terinfeksi. Memakai pakaian penderita (secara bergantian) juga dapat diindikasikan sebagai media penularan herpes.

Waktu yang paling tepat menemui dokter (spesialis kulit & kelamin) adalah segera setelah muncul bintil. Herpes mungkin saja bisa diidentifikasi dengan segera, tapi kadang memerlukan tes. Serangkaian tes tersebut meliputi pengorekan bintil untuk memperoleh lapisan mukosa kulit dalam dan dapat diperoleh hasil + / - setelah 1-2 minggu. Prosesnya akan menyakitkan.

Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang adekuat dan spesifik serta vaksin pencegah infeksi berulang untuk herpes. Perawatan herpes difokuskan pada 2 hal : pemberian obat anti-virus


(38)

“ácyclovir” dan antibiotik dengan dosis tepat. Serta pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang dan tepat.

Pencegahan:

Menghindari kontak langsung dengan penderita (dalam hal ini pemakaian kondom saat melakukan hubungan seksual dengan penderita), meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan dan pemenuhan kebutuhan nutrien (gizi) yang tepat, serta menjaga agar tubuh tetap fit dan sehat, dinilai sebagai tindakan yang bijak untuk mencegah herpes.

3.4.3. Hepatitis

Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA (hepatitis B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan perasangan pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.

Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun, otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus. Gejala yang muncul antara lain: lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare dan sakit kuning.

3.5. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab Jamur


(39)

lain dari genus kandida. Infeksi biasanya bersifat lokal kecuali pada vulva dan atau vagina, juga pada hidung, mulut, tenggorok, usus, dan kulit.

Kandida mencapai liang senggama terutama dari daerah perianal. KVV banyak menyerang wanita dalam masa subur, kebanyakan dengan faktor resiko yang menyebabkan perubahan dari pembawa (carier)asitomatik menjadi KVV simtomatik. Faktor predisposisi atau faktor resiko meliputi: faktor hormonal (kehamilan, menstruasi, & kontrasepsi hormonal) meningkatnya kadar karbohidrat (diabetes mellitus), pemakaian antibiotik jangka panjang, meningkatnya suhu dan kelembaban (pakaian yang ketat dan oklusif), imuno-supresi (pemakaian steroid/imunosupresan, atau defek imunologis), dan iritasi atau trauma.

Gambaran klinis KVV adalah keluhan panas, atau iritasi pada vulva, dan keputihan yang tidak berbau. Pada pemeriksaan terdapat vulvitis, fisura perineal, dan lesi satelit papulopustular di sekitarnya; di samping itu terdapat vaginitis dan eksoservisitis pada pemeriksaan langsung. Dapat terjadi koinfeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bacte


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa sikap masyarakat terhadap jenis penyakit menular seksual yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Pengetahuan masyarakat terhadap jenis PMS dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, pengalaman (Notoadmojo 2003). Sedangkan sikap masyarakat terhadap jenis PMS mencakup kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk bertindak (Notoadmojo 2003). Adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap jenis PMS dapat di jelaskan dalam kerangka konsep di bawah ini.

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Pengetahuan masyarakat: • Baik

• Sedang • Buruk

Sikap masyarakat : • Negatif • Positif

Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS)


(41)

2. Defenisi Konseptual

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmojo, 2003).

2.2. Sikap

Menurut Adler & Rodman, 1991 yang dikutip dari (Abraham & Shanley, 1997). Sikap dalah respon terhadap sesuatu, baik dalam cara yang positif maupun negative. Sikap adalah suatu kecendrungan bertindak kearah atau menolak suatu faktor lingkungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Bogardus, 1931 dikutip dari Mucller, 1992).

2.3. Penyakit Menular Seksual

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga berarti sebagai penyaakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV dan hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin.


(42)

3. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel

Independen: Pengetahuan mahasiswa terhadap jenis penyakit menular seksual Segala sesuatu yang diketahui masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS). Kusioner sebanyak 15 pertanyaan dengan pilihan berganda. Untuk jawaban benar bernilai 2 dan untuk jawaban salah bernilai 1.

Nilai 15-20 = Pengetahuan masyarakat kurang Nilai 21-25 = Pengetahuan masyarakat sedang Nilai 26-30 = Pengetahuan masyarakat baik.

Ordinal

2. Variabel dependen: Sikap mahasiswa terhadap jenis penyakit menular seksual Repson emosional yang diberikan masyarakat dalam pengenalan terhadap jenis PMS. Kuesioner sebanyak 15 . Negatif =15-37 Positif =38-60 Ordinal

3.2. Penyakit Menular Seksual

PMS adalah suatu penyaakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.


(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Peneletian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Rancangan dalam penelitian ini mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di Puskesmas Padang Bulan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitan ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan Medan untuk mengobati penyakit atau memeriksakan kesehatannya (PHB, Jamkesmas, Masa subur, Imunisasi, Pemeriksaan gigi, Infeksi Menular Seksual,Keluarga Berencana). Adapun jumlah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan Medan, pada bulan Januari sampai bulan Februari 2560 orang (Data Kunjungan Pasien bagian Administrasi Puskesmas Padang Bulan Medan, 2010).

Penentuan besarnya jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) yaitu :

N

n = 1+N (d2)

Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi


(44)

Sehingga jumlah sampel yang akan diambil adalah : 2560

n = = 96,24= 96 masyarakat 1+2560 (0,1)2

Sehingga didapat dari 96 responden dengan d = 0,1 diperoleh responden 96 masyarakat. Dengan kriteria sampel pria dan wanita yang berumur di atas 17 tahun, bertempat tinggal di kelurahan Padang Bulan Medan, dapat berbahasa Indonesia.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel yang memadai, efisien waktu dan biaya penelitian. Penelitian ini dilakukan selama sebulan, dimulai awal bulan Januari 2010 hingga awal bulan Februari 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan, Puskesmas padang Bulan Medan. Sebelum melakukan penelitian ini terlebih dahulu peneliti meminta kesediaan responden untuk membaca informed consent dan menginformasikan makna dan tujuan dilakukannya penelitian ini. Penelitian dapat dimulai bila responden bersedia menandatangani informed consent yang telah disediakan atau bersedia secara lisan, namun jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati keputusannya. Untuk menjaga kerahasiaan responden


(45)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari tiga bagian : pertama kuesioner data demografi responden yang berisi identitas responden, kedua kuesioner tingkat pengetahuan masyarakat terhadap jenis PMS, ketiga kuesioner sikap masyarakat terhadap jenis PMS.

a. Kuesioner data demografi responden

Kuesioner data demografi responden meliputi nama (inisial), usia dan jenis kelamin,pendidikan & pekerjaan. Data demografi responden bertujuan hanya untuk mengetahui karakteristik responden.

b. Kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Keperawatan USU terhadap jenis PMS.

Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan berganda. Pertanyaan yang benar diberi nilai 2 dan pertanyaan yang salah diberi nilai 1. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30 dan terendah 15. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992).

Rentang P =


(46)

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang seperti sebesar 15 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas ada 3 (pengetahuan buruk, sedang, dan baik) maka didapatkan panjang kelas sebesar 5. Menggunakan p=5 dan nilai terendah 15 batas bawah sebagai batas kelas interval pertama, data pengetahuan mahaiswa terhadap jenis PMS dikategorikan atas interval sebagai berikut :

26-30= pengetahuan baik 21-25 = pengetahuan sedang 15-20 = pengetahuan buruk

c. Kuesioner sikap mahasiswa Fakultas Keperawatan USU terhadap jenis PMS. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan. Pernyataan positif berjumlah 12 dan pernyataan negatif berjumlah 3 pernyataan. Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Linkert dalam alternatif jawaban yaitu, sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban STS = 1, TS = 2, S = 3, SS = 4.

Rentang P =

Banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang seperti sebesar 15 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas untuk sikap ada 2 yaitu sikap positif dan sikap negatif (Purwanto, 1998). Dengan menggunakan p=8 dan nilai terendah 15 batas bawah sebagai batas kelas interval pertama, data sikap mahaiswa terhadap jenis


(47)

38-60 = Sikap positif 15-37 = Sikap Negatif

6. Pengukuran Validitas dan Realibilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Uji validitas yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen ini sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Broncopp, 1999). Pada penelitian ini, peneliti telah menunjukkan kuesioner yang telah disusun kepada dosen pembimbing. Maka dalam penelitian ini uji validitas dilakukan oleh dr. Mesiyati, Spkk.

Uji realibilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas akan dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang responden. Uji tes ini menggunakan program komputerisasi untuk analisa cronbach alpha pada item berskala. Untuk instrumen yang baru akan reliable jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995).


(48)

7. Pengumpulan Data

Pada tahap awal permohonan izin pelaksanaan peneliti diajukan pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Padang Bulan. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada setiap responden sesuai dengan kriteria dan telah bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan. Kepada responden dijelaskan tentang topik, manfaat, serta tujuan peneliti kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang sudah diberikan oleh peneliti, namun agar tidak terjadi kesalahan interpretasi pada responden, peneliti perlu untuk bersama responden selama pengisian kuesioner sehingga jika ada yang tidak dimengerti oleh responden dapat segera ditanyakan kepada peneliti. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisis data, yang secara garis besar meliputi empat langkah yaitu:

1. Persiapan yaitu mengecek kelengkapan data, dan mengecek macam isian data. 2. Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item – item yang

perlu diberi skor, memberi kode terhadap item – item yang tidak di beri skor. 3. Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan. 4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data.


(49)

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen digunakan uji Spearman karena variabel independen (Tingkat Pengetahuan masyarakat terhadap jenis PMS ) berskala Ordinal dan Variabel dependen (Sikap masyarakat terhadap jenis PMS) juga merupakan skala ordinal (Dahlan ,2004).

Uji Spearman yang digunakan ditampilkan dalam bentuk tabel hasil uji interprestasi yang terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r menginterprestasikan kekuatan hubungan dengan level 0,000 sampai 1,000. Jika r 0,00 – 0,199 kekuatan hubungan sangat lemah, r 0,20 – 0,399 kekuatan hubungan lemah, r 0,40 -0,599 kekuatan hubungan sedang, r 0,60 – 0,799 kekuatan hubungan kuat, r 0.80 – 1,000 kekuatan hubungan sangat kuat. Nilai p menginterprestasikan nilai signifikan untuk uji satu arah, jika nilai p lebih kecil dari 0,05 maka terdapat karelasi bermakna antar variabel yang diuji dan jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji. Arah korelasi diinterprestasikan dengan nilai korelasipositif (+) apabila suatu variasi suatu variabel diikuti sejajar dengan variabel lain dan korelasi negatif (-) apabila variasi suatu variabel diikuti terbalik oleh variasi variabel lainnya (Nursalam, 2003; Dahlan, 2004).


(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 15 Februari sampai 28 Maret 2010 terhadap 96 orang responden di Puskesmas Padang Bulan.

Hasil dari penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit meular seksual di Puskesmas Padang Bulan:

1.1Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

Dari 96 responden yang terkumpul, mayoritas responden berada pada rentang usia 20 – 26 tahun (n=72;75%), jenis kelamin perempuan (n=59;61,5%). Pendidikan responden lebih banyak adalah SMA (n=48;50%), Mayoritas pekerjaan responden yaitu mahasiswa (n=57;59.4%).


(51)

Table 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Puskesmas Padang Bulan Medan (N=96).

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Usia

20 – 26 tahun 27 – 33 tahun 34 – 40 tahun 41 – 48 tahun Jenis kelamin Laki – laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA Perguruan tinggi Pekerjaan

Ibu rumah tangga Wiraswasta

Pegawai negeri sipil Mahasiswa 72 16 5 3 37 59 2 17 48 29 13 19 7 57 75 16,7 5,2 3,1 38,5 61,5 2,1 17,7 50,0 30,2 13,5 19,8 7,3 59,4

1.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam kategori pengetahuan masyarakat yang baik (n=43;44,8%), dan 38 responden (39,6%) kategori pengetahuan masyarakat yang cukup, sedangkan untuk kategori penetahuan masyarakat yang kurang, ada 15 responden (15,6%).


(52)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan (N=96). Tingkat pengetahuan

Masyarakat

Frekuensi Persentase (%) Pengetahuan mayarakat baik Pengetahuan masyarakat sedang Pengetahuan masyarakat buruk 43 38 15 44.8 39,6 15,6

1.3. Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam kategori sikap positif (n=88;91,7%), dan hanya 8 responden (8,3%) berada pada sikap negative.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan (n=96).

Sikap masyarakat terhadap PMS

Frekuensi Persentase (%) Sikap positif Sikap negatif 88 8 91,7 8,3

1.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan sikap Masyarakat Terhadap Penyakit

Menular Seksual

Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi didapatkan kekuatan korelasi (r) = 0,263 Angka tersebut menunjukkan korelasi antara pengetahuan dan


(53)

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat akan semakin besar sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,010 dimana nilai ini kurang dari level of significance (α) yaitu 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual

Tabel 4. Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan (N=96).

2. PEMBAHASAN

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas padang Bulan Medan.

2.1Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Menular seksual.

Pengetahuan Sikap Pengetahuan Correlation

Coefficient

1.000 .263**

Sig. (2-tailed) . .010

N 96 96

Sikap Correlation Coefficient

.263** 1.000

Sig. (2-tailed) .010 .

N 96 96


(54)

Pengetahuan masyarakat adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat tersebut ( Keraf dan Mikhael ). Pada penelitian ini, pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual meliputi jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat berpengetahuan baik 43 responden atau 44%, responden berpengetahuan cukup 38 responden atau 39,6% dan berpengetahuan kurang 15 responden atau 15,6%. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman ( Notoadmojo, 2003). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal dan semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan ( Notoadmojo, 2003). Dari hasil data demografi diperoleh bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA 48 responden atau 50%. Dari hasil peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan SMA mendukung tingkat pengetahuan baik, pada masyarakat terhadap penyakit menular seksual, sesuai yang di sampaikan oleh Rohana (1999) bahwa sebagian besar tingkat pendidikan yang berpengetahuan baik adalah adalah pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Adi Sarininggar (2001) yang dilakukan di Kota Semarang tentang pengetahuan remaja terhadap penyakit menular seksual yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap


(55)

Dari hasil kuesioner pengetahuan pada jawaban responden dengan persentase di bawah 50, di dapat rata – rata responden menjawab salah pertanyaan berkaitan dengan penyebab dari penyakit menular seksual (pertanyaan 4), masa inkubasi sifilis (pertanyaan 9), bahan uji pada pemeriksaan gonore (pertanyaan 11), dan sifilis dapat di tularkan pada janin di dalam kandungan (pertanyaan 12) seharusnya tidak salah karena bakteri sifilis dapat masuk ke plasenta, sedangkan pertanyaan yang sulit di lapangan yaitu mengenai faktor resiko dari kandidiasis dan sifilis (pertanyaan 14) yang rata – rata masyarakat bertanya ulang pada peneliti menghasilkan persentase di atas 50% yaitu sebesar 54,4%. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual pada penelitian ini hanya sampai pada tahap mengetahui dimana masyarakat mengetahui mengenai penyakit menular seksual tapi tidak sampai pada tahap memahami apa itu penyakit menular seksual dan bagaimana tanda dan gejala dari setiap jenis penyakit menular seksual (Subidio, 2008).

2.2Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Sikap merupakan sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan ada kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun dan Acocella, 1990). Sikap dapat bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu dan dapat bersifat negatife yaitu kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, dan tidak mempercayai atau menyakini objek tertentu (Purwanto, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat bersikap positif sebanyak 88 responden atau 91,7% dan masyarakat bersikap negatif sebanyak 8 responden atau 8,3%. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sikap


(56)

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kemampuan daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruh – pengaruh yang datang dari luar (selectivity) dan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi social di luar kelompok, misalnya : interaksi antar manusia, dalam bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).

Pada penelitian ini di dapat hasil bahwa mayoritas responden setuju sudah paham tentang penyakit menular seksual sebanyak 42 responden, 39 responden setuju harus menjauhi teman yang terkena HIV, 41 responden sangat setuju bahwa gejala PMS dapat muncul dan menyerang seluruh organ tubuh, 57 responden sangat setuju untuk menjauhi narkoba, 36 responden sangat setuju bahwa gonore , sifilis, HIV bukan merupakan PMS yang tidak berbahaya, 34 responden setuju bahwa PMS diakibatkan oleh virus, 45 responden sangat setuju tes sampel darah adalah tes paling mudah untuk mendeteksi HIV, 53 responden sangat setuju harus berolah raga dan kegiatan positif dari pada menjadi pecandu narkotik, 39 responden sangat setuju bahwa homoseksual merupakan kelompok resiko tinggi PMS, 35 responden setuju bahwa HIV, herpes dan hepatitis merupakan akibat dari infeksi virus DNA, 42 responden sangat setuju PSK sebagian besar terkena PMS, 42 responden sangat setuju gejela tahap 3 sifilis (lumpuh dan gila) merupakan tahap yang paling fatal, 61 responden sangat setuju AIDS merupakan perkembangan HIV, dan harus menjauhi pergaulan bebas, 62 responden sangat setuju penting belajar PMS, untuk menghindari dampak yang terjadi di dalamnya, 70 responden sangat setuju harus menjauhi semua


(57)

(selectivity) yang mempengaruhi sikap responden yang mayoritas positif. Pembentukan sikap pada masyarakat ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melewati suatu proses yang secara bertahap diserap, berkembang dengan bertambahnya pengalaman dan akhirnya meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa masyarakat seingga menyebabkan terbentuknya sikap (Purwanto, 1999). Maka pada penelitian ini mayoritas responden bersikap positif dipengaruhi oleh kemampuan daya pilih responden terhadap pengaruh – pengaruh dari luar. Dari hasil kuesioner peneliti mendapatkan bahwa masyarakat yang memiliki persentase paling rendah pada pertanyaan sikap mengenai penyakit menular seksual yang tidak berbahaya (24%). Dari hasil penelitian ini peneliti berasumsi bahwa sikap yang sudah terbentuk dan berkembang dalam diri seseorang dan sudah menjadi bagian dalam dirinya dalam kehidupan sehari – hari akan cenderung di pertahankan dan akan berubah sesuai dengan ilmu yang didapat (Perosi, 2007). Karena mengubah sikap yang dasar berarti mengadakan penyesuaian baru terhadap objek atau ilmu baru yang didapat, harus memilih kembali respon dan memberi makna baru kepada objek yang dihadapi.

2.3 Hubungan pengetahuan dan sikap mayarakat terhadap penyakit

menular seksual terhadap penyakit menular seksual

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 96 orang yang datang di puskesmas padang Bulan Medan di dapatkan nilai kekuatan korelasi (r) = 0,263, nilai signifikansi (p) 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat akan semakin besar sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. Begitu juga


(58)

sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan masyarakat maka semakin rendah sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. Maka hipotesis peneliti ini diterima (terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular sesual di Puskesmas Padang Bulan). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adi Sarininggar (2001) ada pengaruh yang sangat signifikan (F=1,003; sig=0,523) antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Hasil penelitian juga menunjukkan secara deskriptif dapat dianalisa bahwa pada responden dengan tingkat pengetahuan yang baik maka akan mempunyai sikap yang positif, sedangkan tingkat pengetahuan yang buruk maka akan mempunyaai sikap yang diterima dalam kategori negatif.

Sikap dapat bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu dan dapat bersifat negatif yaitu kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, dan tidak mempercayai atau menyakini objek tertentu (Purwanto, 1999).


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan.

1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 96 responden yang diteliti, masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan baik (n=43;44,8%) dan sebesar (n=38;39,6%) responden dikategorikan pada tingkat pengetahuan sedang dan (n=15;15,6%) pada tingkat pengetahuan yang kurang. Dari 96 responden masyarakat 88 responden atau 91,7 % memiliki sikap positif dan 8 responden atau 8,3% memiliki sikap negatif terhadap penyakit menular seksual.

Pengetahuan masyarakat berpengaruh secara positif dengan pengaruh yang sedang terhadap sikap masyarakat terhadap penyakit menular sksual (r = 0,263) dengan nilai signifikansi yang dapat diterima (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian dapat diterima, artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Adanya pengaruh yang sedang dengan nilai signifikansi yang dapat diterima antara kedua variabel tersebut, kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause itu sendiri.


(60)

2. SARAN

2.1Untuk praktik Keperawatan Komunitas

Dalam praktik keperawatan komunitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan atau seminar bagi masyarakat dalam upaya mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan penyakit menular seksual dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi yang diberikan dapat menggantikan ketidaktahuan masyarakat menghadapi tanda dan gejala penyakit menular dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang jenis – jenis penyakit menular seksual berdasarkan penyebabnya.

2.2Untuk Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya disarankan agar variabel bebas yang diteliti mencakup semua faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap terhadap PMS (pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, dan lingkungan) dan sangat perlu memperhatikan bias yang mungkin muncul dalam penelitian. Selain itu disarankan untuk menggunakan metode pengumpulan data yang lain seperti wawancara dan observasi untuk memperoleh data yang lebih mendalam, sehingga dapat mengatasi kelemahan metode pengumpulan data dengan skala pada umumnya.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian. Jakarta: PT Binarupa Aksara. Daili, dkk. (2007). Infeksi menular seksual. Balai penerbit FKUI: Jakarta Faiza, A. (2008). Membangun negeri bebas PMS, jakarta: Griya ilmu.

Hartono, (2009). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) Pada

Komunitas Gay Mitra Strategis Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia

(PKBI) . Dibuka dari webside:

2010

Israwati, T.V. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap penyakit

menular seksual. Dikutip dari website: http://. Kalbe.co.id/files/145-145eks

PMS pdf/145-14 seks.html pada tanggal 15 September 2009

Murtiastutik, (2007). Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, RinetteCipta: Jakarta .

Novita, N. Et.al. (2005). Sains kesehatan, jurnal paska sarjana ilmu kesehatan UGM, Jakarta.

PKBI (2000). Lokakarya strategis nasional kesehatan reproduksi remaja. Dikutip dari webside: http///www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma 44 perilaku.html pada tanggal 15 September 2009

Prasetyo. (2005) . Protozologi kedokteran, Surabaya: Airlangga University Press. Polit & Hungler. (1995). Nursing research 5th edition: principals and methods,

Philadhelphia: JB Lippincott.

Ryan (2007). Mitos Dan Perilaku Seksual Remaja. Di buka dari webside:

tanggal 23 maret 2010.

Riftikasari (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Bagi Wanita

Penghuni Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta tentang Pencegahan

HIV/ AIDS. Di kutip dari weside:

februari 2010


(62)

Subidio, (2009). Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1

Medan mengenai Seks Bebas. Di buka dari webside:

2 April 2010

Wahyirini, (2007). Program kesehatan remaja, lokakarya strategis nasional

kesehatan reproduksi remaja indonesia. Dikutip dari webside: http:bkkbn.go.id/hqqweb/ceria/ma 35.htm. pada tanggal 10 0ktober 2009

Wikipedia, (2004). Ensiklopedia bebas berbahasa indonesia.di buka dari webside http//wikipedia.or.id. dibuka pada tanggal 18 oktober 2009.

Sarwanto, (2004). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Remaja Terhadap PMS

Serta Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadi Hubungan Seksual Pranikah. Dikutip dari webside : http: //www.kalbe.coid/

files/cdk/files/145_14Seks Pranikah.pdf/145.14 SeksPranikah.html. pada tanggal 24 Maret 2010


(63)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)

di Puskesmas padang Bulan

Oleh: Aria Pranata

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan jalur A Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat apakah adanya hubungan tingkat Pengetahuan dan Sikap masyarakat terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS). Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan jalur A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, kami mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya kami mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner dengan jujur dengan pendapat saudara/i sendiri. Informasi yang saudara/i berikan nantinya akan digunakan untuk pengembangan pendidikan mahasiswa Fakultas Keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela, saudara/i bebas untuk ikut atau menolak untuk menjadi peserta dalam penelitian ini tanpa ada sangsi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara/i.

Atas partisipasi saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Tanda Tangan :

Tanggal :


(64)

Lampiran 2

KUISIONER

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Jenis Penyakit Menular Sekual (PMS) di Pukesmas Padang Bulan

Kuisioner ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : (A) Data demografi, (B) Kuisioner Pengetahuan, dan (C) Kuisioner sikap.

(A) Kuisioner Pengkajian Data Demografi

Petunjuk : Silahkan saudara/i isi titik-titik di bawah ini. Jika ada pertanyaan yang kurang jelas, silahkan bertanya kepada peneliti !

1. Nama (Inisial) :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Pekerjaan :

(B) Kuisioner Pengetahuan

Petunjuk Pengisian: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda silang (x) atau lingkari pada pilihan yang tersedia.

1. Penyakit menular seksual adalah:

a. infeksi atau penyakit yang ditukarkan melalui hubungan seksual b. infeksi yang disebabkan oleh parasit

c. penyakit yang terjadi karena polusi udara

2. Pekerja Seks Komersial (PSK) tergolong kedalam resiko tinggi terkena Penyakit Menular Seksual:

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

3. Kelompok resiko tinggi dalam Penyakit Menular Seksual: a. Usia 20-34 tahun pada laki-laki

b. Usia 16-24 tahun pada wanita c. a dan b benar

4. Penyakit Menular Seksual dengan penyebab virus: a. Sifilis

b. Gonore c. HIV

5. Bau busuk pada daerah kelamin, keluar cairan pekat yang menetes diujung penis dan rasa perih ketika buang air kecil merupakan gejala:


(65)

6. Bacterial Vaginosis,terjadi pada jenis kelamin: a. Wanita

b. Pria

c. Pria dan wanita

7. Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh virus: a. Sifilis

b. Gonore

c. Human Immunodeficiency virus (HIV)

8. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu:

a. Gonore b. Kandidiasis c. AIDS

9. Masa terjadinya penyakit Sifilis dari awal terkena hingga terdeteksinya penyakit tersebut

a. 3-15 hari b. 10-90 hari c. 7-30 hari

10.Virus herpes simpleks menyerang pada a. Kulit

b. Syaraf c. a dan b benar

11. Bahan uji yang digunakan untuk pemerisaan Gonore a. Ujung penis yang terbuka (pria)

b. Darah c. Ujung kuku

12.Sifilis dapat di tularkan pada janin di dalam kandungan a. Ya.

b. Tidak c. Tidak tahu

13.Penyakit Menular seksual dengan penyebab jamur a. HIV

b. Kandidiasis c. Gonore

14.Faktor resiko dari kandidiasis dan sifilis yaitu: a. Faktor hormonal (kehamilan)

b. Meningkatnya kadar Karbohidrat (diabetes mellitus) c. Jawaban benar semua.

15.Untuk mendeteksi HIV dilakukan: a. Tes laju pernafasan

b. Tes melalui darah c. Tes aktivitas otot.


(66)

(C) Kuesioner Sikap

Petunjuk pengisian: Berilah tanda silang () pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami, dimana SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju.

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya sudah paham tentang penyakit menular seksual (PMS)

2 Saya harus menjauhi jika ada diantara teman saya yang terkena HIV

3 Gejala PMS dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

4 Saya harus menjauhi narkoba karena tergolong kelompok resiko tinggi PMS.

5 Menurut saya, gonore, sifilis, HIV bukan merupakan penyakit menular seksual yang tidak berbahaya. 6 Bagi saya, semua jenis penyakit menular seksual

diakibatkan oleh virus.

7 Tes melalui sampel darah adalah tes yang paling mudah didapatkan untuk mendeteksi HIV

8 Saya harus berolah raga dan kegiatan positif lainnya dari pada menjadi pecandu narkotik.

9 Menurut saya homoseksual merupakan kelompok resiko tinggi PMS

10 HIV, Herpes Simpleks Virus dan hepatitis merupakan akibat dari infeksi virus DNA

11 Menurut saya, pekerja seksual komersial sebagian besar terkena penyakit PMS.

12 Gejala pada tahap 3 sifilis (lumpuh dan gila) merupakan tahap yang paling fatal.

13 AIDS merupakan perkembangan dari HIV, jadi saya harus menjauhi pergaulan bebas.

14 Penting belajar PMS bagi saya, untuk menghindari dampak yang terjadi di dalamnya.


(67)

Lampiran 2

JADWAL PENELITIAN

No. Aktivitas Penelitian

September 2009 Oktober 2009 November 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul penelitian

dan menyusun Bab 1

2 Menyusun Bab 2

3 Menyusun Bab 3 4 Menyusun Bab 4 5

Menyerahkan Proposal

Penelitian

6

Mengajukan sidang proposal

penelitian

7 Revisi proposal penelitian 8 Pengumpulan data responden 9 Analisa data 10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang skripsi 13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan skripsi

Diketahui oleh,

Dosen Pembimbing (Ismayadi S.Kep, NS)


(1)

setuju 33 34.7 34.7 41.1

sangat setuju 56 58.9 58.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

menurut saya, gonore, sifilis, HIV bukan merupakan penyakit menular seksual yang tidak berbahaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 23 24.2 24.2 24.2

tidak setuju 15 15.8 15.8 40.0

setuju 22 23.2 23.2 63.2

sangat setuju 35 36.8 36.8 100.0

Total 95 100.0 100.0

bagi saya, semua jenis penyakit menular seksual diakibatkan oleh virus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 8 8.4 8.4 8.4

tidak setuju 20 21.1 21.1 29.5

setuju 34 35.8 35.8 65.3

sangat setuju 33 34.7 34.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

tes melalui sampel darah adalah tes yang paling mudah didapatkan untuk mendeteksi HIV

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 3.2

tidak setuju 6 6.3 6.3 9.5


(2)

sangat setuju 44 46.3 46.3 100.0

Total 95 100.0 100.0

saya harus berolahraga dan kegiatan positif lainnya daripada menjadi pecandu narkotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 5 5.3 5.3 5.3

tidak setuju 15 15.8 15.8 21.1

setuju 23 24.2 24.2 45.3

sangat setuju 52 54.7 54.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

menurut saya homoseksual merupakan kelompok resiko tinggi PMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 9 9.5 9.5 9.5

tidak setuju 14 14.7 14.7 24.2

setuju 34 35.8 35.8 60.0

sangat setuju 38 40.0 40.0 100.0

Total 95 100.0 100.0

HIV, herpes simpleks virus dan hepatitis merupakan akibat dari infeksi virus DNA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 8 8.4 8.4 8.4

tidak setuju 19 20.0 20.0 28.4

setuju 35 36.8 36.8 65.3

sangat setuju 33 34.7 34.7 100.0


(3)

menurut saya, pekerja seksual komersial sebagian besar terkena penyakit PMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 10 10.5 10.5 10.5

tidak setuju 11 11.6 11.6 22.1

setuju 32 33.7 33.7 55.8

sangat setuju 41 43.2 43.2 98.9

41.00 1 1.1 1.1 100.0

Total 95 100.0 100.0

gejala pada tahap 3 sifilis (lumpuh dan gila) merupakan tahap yang paling fatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 8 8.4 8.4 8.4

tidak setuju 17 17.9 17.9 26.3

setuju 29 30.5 30.5 56.8

sangat setuju 41 43.2 43.2 100.0

Total 95 100.0 100.0

AIDS merupakan perkembangan dari HIV, jadi saya harus menjauhi pergaulan bebas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 5 5.3 5.3 5.3

tidak setuju 3 3.2 3.2 8.4

setuju 27 28.4 28.4 36.8

sangat setuju 60 63.2 63.2 100.0

Total 95 100.0 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 4 4.2 4.2 4.2

tidak setuju 6 6.3 6.3 10.5

setuju 24 25.3 25.3 35.8

sangat setuju 61 64.2 64.2 100.0

Total 95 100.0 100.0

saya harus menjauhi semua resiko tinggi yang menyebabkan PMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 3.2

tidak setuju 1 1.1 1.1 4.2

setuju 22 23.2 23.2 27.4

sangat setuju 69 72.6 72.6 100.0


(5)

Lampiran 3

Taksasi Dana

1.

Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas print proposal

Rp. 100.000,-

- Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka

Rp. 50.000,-

- Perbanyak Proposal

Rp. 70.000,-

- Biaya Internet

Rp. 30.000,-

- Sidang Proposal

Rp. 45.000,-

2.

Pengumpulan Data

- Izin Penelitian

Rp. 50.000,-

- Transportasi

Rp. 100.000,-

- Penggandaan Kuesioner

Rp. 100.000,-

3.

Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

- Biaya kertas dan tinta print

Rp. 100.000,-

- Penjilidan

Rp. 100.000,-

- Penggandaan laporan penelitian

Rp. 200.000,-

4.

Biaya Tak Terduga

Rp. 100.000,-


(6)

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Aria Pranata

Tempat/Tanggal Lahir

: Aceh Tamiang, 8 Agustus 1988

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Agama

: Islam

Alamat Rumah

: Jln. Tambang, Gang Bunga, No.42 Aceh Tamiang

Riwayat Pendidikan

:

1. SD INPRES Kejuruan Muda (1994-2000)

2. SLTP Negeri 2 Aceh Tamiang (2000-2003)

3. SMA Negeri 2 Aceh Tamiang (2003-2006)