Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENGGUNAAN

TETES MATA YANG BAIK DAN BENAR

DI POLIMATA RS HAJI MEDAN TAHUN 2012

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

UMUL SYARIFAH

090100305

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENGGUNAAN

TETES MATA YANG BAIK DAN BENAR

Oleh :

UMUL SYARIFAH

090100305

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul:

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penggunaan

Tetes Mata yang Baik dan Benar

Yang dipersiapkan oleh:

UMUL SYARIFAH

NIM 090100305

Laporan hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

Medan, 08 Desember 2012

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M

NIP 197604222005012002 )


(4)

Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

Nama : Umul Syarifah

NIM : 090100305

Pembimbing Penguji I

(dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M) (dr. Joko S. Lukito, Sp.PA)

NIP. 197604222005012002 NIP. 194603081978021001

Penguji II

(dr. Ali Nafiah Nasution, SpJP) NIP. 198104142006041002

Medan, 08 Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan. Mengingat pentingnya organ mata, sangat diharapkan dalam setiap penggunaan obat pada mata baik itu tetes mata maupun salep mata, sebaiknya dilakukan dengan cara yang benar dan tepat untuk menghindari efek samping yang bisa terjadi pada obat tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan populasinya adalah masyarakat yang berobat ke poli mata rumah sakit haji Medan dengan besar sampel sebanyak 100 responden. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2012. Data diperoleh dari wawancara menggunakan media kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan, 6 pertanyaan untuk pengetahuan dan 8 pertanyaan untuk sikap. Data diolah secara komputerisasi menggunakan program SPSS for windows.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan sebanyak 52 responden (52%) memiliki pengetahuan baik dan untuk 57 responden (57%) memiliki sikap cukup dari 100 responden.

Berdasarkan penelitian ini, disarankan bagi petugas kesehatan dapat memberikan informasi baik berupa brosur maupun penyuluhan langsung kepada masyarakat luas mengenai tata cara penetesan obat tetes mata yang baik dan benar agar efek obat bisa bekerja maksimal dan pada akhirnya daopat mempercepat penyembuhan penyakit.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan dan sikap, masyarakat, tetes mata, yang baik dan benar.


(6)

ABSTRACT

Eyes are organs that are sensitive and important in life. Considered the importance of the health of the eye, it is expected in any drug use in the eye both of eye drops and eye ointment, should be done properly to avoid the side effect that can be showed.

This research was conducted in order to determine the level of knowledge and attitudes of the society about the use of eye drops properly.

This research was conducted by descriptive method with cross-sectional design. The sampling techniques of this research is by using purposive sampling and the population are people who came to the poly eye hospital of Rumah Sakit Haji Medan with 100 respondents as the samples. The data collection process was conducted in September 2012. The data obtained using questioner as the media consisting of 14 questions, 6 questions for knowledge and 8 questions for attitude. The data are processed in a computerized using SPSS for windows program.

The result of descriptive statistic analysis showed that 52 respondents (52%) have a good knowledge and 57 respondents (57%) have an enough good attitude from 100 respondents.

Based in this research, it is suggested to the medical workers, to give the good knowledge such as brochures or health education directly to the society about how to drop the eyes drop properly in order to maximize the effect of the drug and finally can axelerate the healing of the disease.

Keywords: level of knowledge and attitudes, society, eye drops, good and properly


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, yang merupakan langkah awal dari pembuatan karya tulis ilmiah, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar ini, dalam penyelesaiannya penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebasar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibuk dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis, sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Joko S. Lukito, Sp.PA dan dr. Ali Nafiah Nasution, SpJP selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Terima kasih kepada Responden dan Staf Rumah Sakit Haji yang telah banyak membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

6. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Yurdi, Ibunda Melawati, dan saudara-saudara penulis, Syukriady, Muhardi, Lukmanul Hakim, dan Nuria Fitri, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis. 7. Terima kasih kepada rekan-rekan satu bimbingan, Mentari dan Tiwi, atas


(8)

8. Terima kasih kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan bantuannnya kepada penulis.

Untuk seluruh bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan balasan yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya tulis ini memberi manfaat kepada kita semua.

Medan, Desember 2012

Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSEJUTUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Konsep Pengetahuan ... 4

2.2. Sikap ... 7

2.3. Masyarakat ... 10

2.4.Informasi tentang Obat ... 11

2.4.1. Pengertian Obat ... 11

2.4.2. Penggolongan Obat ... 11

2.4.3. Cara Penggunaan Obat ... 13

2.4.4. Cara Pemilihan Obat ... 17

2.4.5. Efek Samping ... 17


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2. Defenisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1.Jenis Penelitian ... 21

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.5.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

4.6.Pengelolaan dan Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3. Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pengeta- huan ... 27

5.1.4. Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Sikap ... 28

5.1.2. Hasil Analisis Statistik ... 29

5.2. Pembahasan... 35

5.1.1. Analisa Karakteristik Responden ... 35

5.1.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penggunaan Te- tes Mata yang Baik dan Benar ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

26

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 27 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 27 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan

Responden tiap Pertanyaan Pengetahuan mengenai Cara Penggunaan Tetes

28

5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Tiap Pertanyaan Sikap mengenai Cara Penggunaan Tetes

29

5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Pengetahuan

29

5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Sikap 30 5.8 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat

Pengetahuan terhadap Jenis Kelamin

31

5.9 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Jenis Kelamin

31

5.10 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Umur

32

5.11 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Umur

33

5.12 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Pekerjaan

34

5.13 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Pekerjaan


(12)

DAFTAR GAMBAR/ BAGAN

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar persetujuan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Validitas

Lampiran 6 Reliabilitas

Lampiran 7 Tabel Frekuensi

Lampiran 8 Master Data

Lampiran 9 Ethical Clearance Lampiran 10 Surat Penelitian


(14)

ABSTRAK

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan. Mengingat pentingnya organ mata, sangat diharapkan dalam setiap penggunaan obat pada mata baik itu tetes mata maupun salep mata, sebaiknya dilakukan dengan cara yang benar dan tepat untuk menghindari efek samping yang bisa terjadi pada obat tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan populasinya adalah masyarakat yang berobat ke poli mata rumah sakit haji Medan dengan besar sampel sebanyak 100 responden. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2012. Data diperoleh dari wawancara menggunakan media kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan, 6 pertanyaan untuk pengetahuan dan 8 pertanyaan untuk sikap. Data diolah secara komputerisasi menggunakan program SPSS for windows.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan sebanyak 52 responden (52%) memiliki pengetahuan baik dan untuk 57 responden (57%) memiliki sikap cukup dari 100 responden.

Berdasarkan penelitian ini, disarankan bagi petugas kesehatan dapat memberikan informasi baik berupa brosur maupun penyuluhan langsung kepada masyarakat luas mengenai tata cara penetesan obat tetes mata yang baik dan benar agar efek obat bisa bekerja maksimal dan pada akhirnya daopat mempercepat penyembuhan penyakit.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan dan sikap, masyarakat, tetes mata, yang baik dan benar.


(15)

ABSTRACT

Eyes are organs that are sensitive and important in life. Considered the importance of the health of the eye, it is expected in any drug use in the eye both of eye drops and eye ointment, should be done properly to avoid the side effect that can be showed.

This research was conducted in order to determine the level of knowledge and attitudes of the society about the use of eye drops properly.

This research was conducted by descriptive method with cross-sectional design. The sampling techniques of this research is by using purposive sampling and the population are people who came to the poly eye hospital of Rumah Sakit Haji Medan with 100 respondents as the samples. The data collection process was conducted in September 2012. The data obtained using questioner as the media consisting of 14 questions, 6 questions for knowledge and 8 questions for attitude. The data are processed in a computerized using SPSS for windows program.

The result of descriptive statistic analysis showed that 52 respondents (52%) have a good knowledge and 57 respondents (57%) have an enough good attitude from 100 respondents.

Based in this research, it is suggested to the medical workers, to give the good knowledge such as brochures or health education directly to the society about how to drop the eyes drop properly in order to maximize the effect of the drug and finally can axelerate the healing of the disease.

Keywords: level of knowledge and attitudes, society, eye drops, good and properly


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007).

Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata (Lukas, 2006). Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas (Muzakkar, 2007).

Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan ketidaknyamanan pada mata (American Academy of Ophthalmology, 2011). Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi. Sediaan pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya pada mata (Vaughan & Asbury, 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tetes mata (oculoguttae) merupakan cara pemberian obat


(17)

pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata (Aziz, 2011) .

Sangatlah penting untuk diingat bahwa seluruh obat-obatan termasuk tetes mata memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh tetes mata bersifat lokal, artinya hanya berefek pada mata saja. Seperti mata merah, iritasi, dan penglihatan yang kabur. Sebagian besar bahan medikasi pada tetes mata dapat tertinggal didalam atau disekitar mata. Tetapi dalam jumlah kecil, dapat juga berefek pada tubuh (American Academy of Ophthalmology, 2011).

Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran mukosa pada permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan hidung. Ketika diabsorbsi pada aliran darah, tetes mata dapat menyebabkan efek samping pada bagian tubuh lainnya. Beberapa efek samping diantaranya adalah: denyut jantung melemah, rasa pusing, dan sakit kepala. Walaupun demikian, umumnya obat tetes mata memiliki resiko efek samping yang lebih kecil daripada jenis obat-obatan lain yang dikonsumsi secara oral (American Academy of Ophthalmology, 2011).

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar. Diharapkan dengan meneteskan tetes mata yang baik dan benar, masyarakat mendapatkan hasil yang maksimal, tidak sia-sia, tidak mubazir, dan dapat mengurangi beban masyarakat dikarenakan kebanyakan obat tetes mata harganya mahal.

Peneliti telah melakukan survei awal di Rumah Sakit Haji Medan dan mendapatkan informasi bahwa pasien yang berobat di Rumah Sakit Haji Medan rata-rata telah menggunakan tetes mata. Dengan informasi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar di Rumah Sakit Haji Medan. Dengan adanya pengetahuan yang cukup maka akan menumbuhkan rasa kesadaran dan berlanjut pada kemauan yang diterapkan dalam perubahan perilaku pengguna tetes mata menjadi perilaku pengguna tetes mata yang baik dan benar. Dengan promosi


(18)

kesehatan yang dilakukan diharapkan pengetahuan dan sikap masyarakat akan bertambah dengan edukasi yang tepat guna sehingga masyarakat bisa kembali meningkatkan kualitas hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara penggunaan tetes mata yang sering dilakukan oleh masyarakat.

2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan tetes mata yang baik dan benar.

3. Untuk mengetahui pada kondisi apa saja masyarakat menggunakan tetes mata.

4. Untuk mengetahui apakah masyarakat ada memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan pada kemasan obat sebelum masyarakat menggunakan obat tersebut.

5. Untuk mengetahui apakah masyarakat ada memperhatikan tata cara penyimpanan tetes mata.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar.


(19)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Heri, 2009).

2.1.2 Fungsi Pengetahuan

Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Watloly, 2005).

2.1.3 Sumber-sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada daya inderawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan inderawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan inderanya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indera memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan inderawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indera. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya (Watloly, 2005).


(21)

2.1.4 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1. Tahu (know). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan mengatakan.

2. Memahami (comprehension). Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.

3. Aplikasi / penerapan (application). Aplikasi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi nyata. 4. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau

objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Sebagai contoh, dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria atau kriteria yang telah ada (Heri, 2009).


(22)

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.

3. Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang didapat.

4. Sumber informasi

Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba salah “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi berikutnya.


(23)

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

4. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2005).

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Sikap juga dikatakan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2005).

Sikap mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek.


(24)

2. Sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang memudahkan sikap orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari data-data tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, antara lain:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Natoatmodjo, 2003).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap. 3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Sikap mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari, yakni sebagai fungsi instrumental, fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat, pertahanan ego, pernyataan nilai, pengetahuan, dan fungsi penyesuaian.


(25)

1. Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yakni fungsi yang menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian, individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannnya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan dirinya.

2. Fungsi pertahanan ego yakni sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa mengancam egonya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya. 3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

4. Media masa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh


(26)

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

2.3 Masyarakat

Masyarakat menurut batasan bebas adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasan-batasan tertentu. Sekelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerjasama, seringkali berakibat untuk beberapa masalah tertentu akan menimbulkan persepsi yang sama dan diyakini oleh masyarakat tersebut. Misalnya persepsi masyarakat yang berbeda antara daerah X dan daerah Y tentang penyakit karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut (Adnani, 2011).

Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Syani, 1987), dijelaskan bahwa diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musayarak yang kemudian berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam bahasa Indonesia, yaitu Masyarakat". Musyarak artinya bersama-sama, lalu musyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah disepakati dengan sebutan Masyarakat.

Menurut Soleman B. Taneko (1984), secara sosiologis masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Ringkasnya,masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan.


(27)

2.4 Informasi Umum Obat 2.4.1 Pengertian Obat

Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).

2.4.2 Penggolongan Obat

Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Obat bebas. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol.

Tanda khusus obat bebas:

2. Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM.

Tanda khusus obat terbatas:

3. Obat Keras dan Psikotropika. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.Contoh : Asam Mefenamat. Sedangkan obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital.

Tanda khusus obat keras dan psikotropika:

K


(28)

4. Obat narkotika. Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

Tanda khusus obat narkotika:

Selain tanda khusus obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, dan obat narkotika, terdapat pula tanda peringatan. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat

P. No. 1 Awas! Obat keras bacalah aturan memakainya

P. No. 2 Awas! Obat keras Hanya untuk kumur jangan ditelan

P. No. 4 Awas! Obat keras Hanya untuk luka bakar P. No. 3

Awas! Obat keras Hanya untuk bagian luar badan

P. No. 5 Awas! Obat keras Tidak boleh ditelan

P. No. 6 Awas! Obat keras Obat wasir, jangan ditelan


(29)

bebas dan bebas terbatas agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan:

• Nama obat • Komposisi • Indikasi

• Informasi cara kerja obat • Aturan pakai

• Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) • Perhatian

• Nama produsen • Nomor batch/lot

• Nomor registrasi. Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.

• Tanggal kadaluarsa (Muchid, 2006).

2.4.3. Cara penggunaan obat

• Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

• Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. • Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,

hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.

• Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. • Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap,

tanyakan kepada Apoteker (Muchid, 2006).

Cara penggunaan obat tetes mata yang benar adalah sebagai berikut: 1. Posisikan kepala pasien mendongkak ke atas.

2. Pegang palpebra inferior dibawah bulu mata dan tarik palpebra menjauhi mata dengan hati-hati (Gambar 1).

3. Berikan 1 tetes obat ke dalam cul-de-sac inferior yang paling dekat dengan daerah yang “sakit.” Usahakan jangan sampai ujung botol penetes


(30)

menyentuh bulu mata atau palpebra untuk mencegah kontaminasi (Gambar 2).

4. Agar cul-de-sac inferior menjadi lebih dalam, tarik palpebra inferior dengan hati-hati ditarik ke atas sampai menyentuh palpebra superior sambil mata melihat ke bawah (Gambar 3).

5. Palpebra harus tetap ditutup selama 3 menit agar tidak berkedip, yang akan memompa obat ke dalam hidung dan meningkatkan absorpsi sistemik. Kepada pasien diperagakan cara menutup sistem drainase lakrimal dengan menekan kuat sudut-dalam palpebra yang sedang ditutup; bahkan tindakan ini lebih penting dibandingkan penutupan palpebra (Gambar 4).

6. Kelebihan obat di kantus medialis harus dihapus sebelum penekanan dihentikan atau palpebra dibuka. Pasien yang mendapatkan beberapa macam obat tetes mata harus menunggu 10 menit antar-dosis sehingga obat pertama tidak terbilas keluar oleh obat yang kedua (Vaughan & Ashbury, 2010).

Gambar 1. Kepala pasien didorongkan ke atas; pegang palpebra inferior di bawah bulu mata dan tarik menjauhi mata dengan hati-hati.


(31)

Gambar 2. Pasien harus melihat ke atas untuk mencegah obat langsung menetes tepat ke kornea, yang akan merangsang pengeluaran air mata dan menyebabkan delusi obat. Satu tetes larutan diletakkan di cul-de-sac inferior, tanpa menyentuhkan botol ke bulu mata atau palpebra (untuk mencegah kontaminasi).

Gambar 3. Pasien diminta ke bawah, tarik palpebra inferior dengan hati-hati sampai menyetuh palpebra superior.


(32)

Gambar 4. Selama 2 menit atau lebih, tekan kuat sudut dalam palpebra yang tertutup dengan jari telunjuk dan ibu jari. Penekanan saccus lacrimalis lebih penting daripada penutupan palpebra dalam mengurangi absorpsi sistemik. Kelebihan obat yang ada harus diusap sebelum penekanan dilepaskan atau sebelum membuka mata (Vaughan & Ashbury, 2010).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan tetes mata:

• Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.

• Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.

• Cucilah tangan sebelum dan sesudah pemberian tetes mata untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

• Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan >30 hari untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi dengan kuman.

• Sebelum menggunakannya perhatikan tanggal kadaluarsa obat. Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan


(33)

tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan seperti: cairan menjadi keruh atau timbul endapan, konsistensi berubah, warna atau rasa berubah, botol plastik rusak atau bocor.

• Jika terlupa memakai atau minum obat, maka gunakanlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal sesuai aturan. Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.

• Mengetahui kontraindikasinya, bila ragu tanyakan kepada apoteker bila sakit berlanjut hubungi dokter (Badan Fom, 2004).

2.4.4 Cara Pemilihan Obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : 1. Gejala atau keluhan penyakit.

2. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus dan lain-lain.

3. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.

4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.

6. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada apoteker (Muchid, 2006).

2.4.5. Efek Samping

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.


(34)

Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :

• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul

• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.

• Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.

• Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-apoteker (Muchid, 2006).

2.4.6. Cara Penyimpanan Obat

1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.

3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.

4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

5. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak. 6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Muchid, 2006).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Heri, 2009).

b. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmojo, 2003).

c. Tetes mata (oculoguttae) adalah sediaan steril, umumnya isotonis dan isohidris yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk mata atau ke permukaan selaput bening mata (Lukas, 2006).

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan metode angket. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat adalah kuesioner dengan cara pengukuran menggunakan skala nominal. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 14 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban, dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Pengetahuan Penggunaan Tetes Mata

yang Baik dan Benar


(36)

Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pengetahuan dan sikap baik apabila jawaban responden yang benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

b. Pengetahuan dan sikap sedang apabila jawaban responden yang benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.

c. Pengetahuan dan sikap kurang apabila jawaban responden yang benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah:

a. Skor 11 hingga 14 : Baik b. Skor 6 hingga 10 : Sedang c. Skor 0 hingga 5 : Kurang


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar yang dilakukan dengan cara pengumpulan data pada saat itu juga.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012. 4.2.2 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik mata Rumah Sakit Haji Medan, berlokasi di jalan Rumah Sakit Haji Medan Estate, kode pos 20237, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu (Mukhtar, 2011). Pada penelitian ini populasinya adalah masyarakat yang berobat di poliklinik mata Rumah Sakit Haji Medan.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2008). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dimana setiap sampel yang ada dan memenuhi syarat kriteria pemilihan dan sampel yang bersangkutan pernah menggunakan tetes mata dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan tercapai (Sastroasmoro, 2008).


(38)

a. Responden adalah masyarakat yang berobat di poliklinik mata Rumah Sakit Haji Medan.

b. Usia responden antara 20-60 tahun. c. Responden bersedia mengikuti penelitian.

Kriteria eksklusi yaitu:

a. Responden belum pernah menggunakan tetes mata.

Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini (Sastroasmoro, 2008):

n =(��)

2��

d2

Dimana:

n = jumlah subjek Zα= tingkat kemaknaan P = proporsi

Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut

Pada penelitian ini tingkat kepercayaan dikehendaki sebesar 95% sehingga untuk Zα = 1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0,5 karena penelitian belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan p = 0,5 maka nilai Q = 0,5. Untuk ketepatan absolut yang diinginkan adalah 10%.

Berdasarkan rumus diatas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

n =(��)

2��

d2

n =(1,96)

2 x 0,5 x 0,5 0,12


(39)

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 100 orang (dibulatkan dari hasil jumlah sampel minumum 97 orang).

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer adalah data yang langsung diambil oleh objek penelitian (Mukhtar, 2011). Data primer ini dikumpulkan dengan metode angket dengan menggunakan intrumen kuesioner. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan media kuesioner yang dilakukan uji reliabilitasnya, kemudian dijawab langsung oleh responden setelah ditanyakan responden tersebut telah pernah menggunakan tetes mata.

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner yang telah disusun sebelumnya dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Sampel untuk uji validitas dan reliabilitas adalah masyarakat yang telah menggunakan tetes mata sebanyak 40 orang. Uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 40 orang dengan taraf signifikansi 0.05 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

Hasil validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah.


(40)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 . Invalid

2 0,430 Valid 0,616 Reliabel

3 0,779 Valid Reliabel

4 0,386 Valid Reliabel

5 0,076 Invalid

6 0,400 Valid Reliabel

7 0,502 Valid Reliabel

8 0,216 Invalid

9 -0,035 Invalid

10 0,438 Valid Reliabel

Sikap 11 0,783 Valid 0,722 Reliabel

12 0,376 Valid Reliabel

13 0,377 Valid Reliabel

14 . Invalid

15 0,426 Valid Reliabel

16 0,149 Invalid

17 0,502 Valid Reliabel

18 0,403 Valid Reliabel

19 0,632 Valid Reliabel

20 0,732 Valid Reliabel

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wahyuni, 2008). 1. Editing


(41)

2. Coding

Data yang telah terkumpul diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk dianalisis. 6. Analisa data

Analisa data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer SPSS.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2012 di Rumah Sakit Haji Medan. Dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 100 orang. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Rumah Sakit Haji Medan Estate.

5.1.2` Deskripsi Karakteristik Responden

Berikut adalah tabel-tabel yang mendiskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 42 42

Perempuan 58 58

Total 100 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah perempuan dengan total 58 orang (58%), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki didapati sebanyak 42 orang (42%).


(43)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

20-25 tahun 9 9

26-35 tahun 13 13

36-45 tahun 27 27

46-55 tahun 30 30

56-60 tahun 21 21

Total 100 100

Dari Tabel 5.2, terlihat bahwa usia 46-55 tahun merupakan usia terbanyak dari total responden (30%), usia 36-45 tahun dengan total 27 orang (27%), usia 56-60 tahun sebanyak 21 orang (21%), usia 26-35 tahun sebanyak 13 orang (13%) dan usia di atas 20-25 tahun sebanyak 9 orang (9%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Bekerja 76 76

Tidak bekerja 24 24

Total 100 100

Dari Tabel 5.3, terlihat bahwa responden yang terbanyak adalah bekerja 76 orang (76%), sedangkan responden yang tidak bekerja didapati sebanyak 24 orang (24%).

5.1.3 Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pengetahuan

Data lengkap distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai pengetahuan masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar dapat dilihat pada Tabel 5.4 dibawah ini:


(44)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan mengenai Cara Penggunaan Tetes Mata

No Item Pertanyaan

Pengetahuan

Benar Salah

N (%) N (%)

1. Pengetahuan tentang penggunaan tetes mata 96 96 2 2 2. Sumber informasi tentang penggunaan tetes

mata

55 55 45 45

3. Cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar

67 67 33 33

4. Pengetahuan setelah penggunaan tetes mata 81 81 19 19 5. Bentuk sediaan obat pada mata 39 39 61 61 6. Informasi dokter mengenai penggunaan tetes

mata

71 71 29 29

Berdasarkan tabel diatas pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1 yaitu sebesar 96%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 5 yaitu sebesar 61%.

5.1.4 Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Sikap

Data lengkap distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(45)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Tiap Pertanyaan Sikap mengenai Cara Penggunaan Tetes Mata

No Item Pertanyaan

Sikap

Benar Salah

N (%) n (%)

1. Cara yang dilakukan masyarakat saat meneteskan tetes mata

19 19 81 81

2. Ujung tetes mata tidak boleh tersentuh dengan benda apapun

91 91 9 9

3. Lama penggunaan tetes mata 88 88 12 12

4. Lama penyimpanan tetes mata 79 79 21 21

5. Penggunaan tetes mata milik orang lain 64 64 34 34

6. Informasi pada kemasan obat 89 89 11 11

7 Efek samping tetes mata 18 18 82 82

8 Sikap penggunaan tetes mata 23 23 77 77

Berdasarkan tabel diatas pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 2 yaitu sebesar 91%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 7 yaitu sebesar 82%.

5.1.5 Hasil Analisa Statistik

5.1.5.1 Hasil Analisis Univariat

Distribusi responden berdasarkan hasil ukur pengetahuan akan diterangkan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Pengetahuan

Hasil Ukur Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 52 52

Cukup 30 30

Kurang 18 18


(46)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6, diperoleh hasil distribusi responden dengan 52 responden (52%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 30 responden (30%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, dan 18 responden (18%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

Sedangkan distribusi responden berdasarkan hasil ukur sikap akan diterangkan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Sikap

Hasil Ukur Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 25 25

Cukup 57 57

Kurang 18 18

Total 100 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7, diperoleh hasil distribusi responden dengan 25 responden (25%) memiliki tingkat sikap yang baik, 57 responden (57%) yang memiliki tingkat sikap yang cukup, dan 18 responden (18%) yang memiliki tingkat sikap yang kurang.

5.1.5.2 Hasil Analisis Bivariat

Distribusi responden berdasarkan tabulasi silang hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap terhadap jenis kelamin, umur, dan pekerjaan akan diterangkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % n % n %

Laki-laki 20 47,6 12 28,6 10 23,8 42 100


(47)

Dari tabel 5.8 diperoleh bahwa dari responden yang berjenis kelamin laki-laki yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 20 responden (47,6%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (28,6%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (23,8%), dan dari responden yang berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 32 responden (55,2%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (31,0%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (13,8).

Tabel 5.9 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % n % n %

Laki-laki 9 21,4 23 54,8 10 23,8 42 100

Perempuan 16 27,6 34 58,6 8 13,8 58 100

Dari tabel 5.9 diperoleh bahwa dari responden yang berjenis kelamin laki-laki yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 9 responden (21,4%), sedangkan yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 23 responden (54,8%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 10 responden (23,8%). Dan dari responden yang berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 16 responden (27,6%), sedangkan yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 34 responden (58,6%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 8 responden (13,8%).


(48)

Tabel 5.10 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Umur

Umur

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % n % n %

20-25 tahun 5 55,6 3 33,3 1 11,1 9 100

26-35 tahun 9 69,2 3 23,1 1 7,7 13 100

36-45 tahun 15 55,6 7 25,9 5 18,5 27 100

46-55 tahun 15 50,0 10 33,3 5 16,7 30 100

56-60 tahun 8 38,1 7 33,3 6 28,6 21 100

Dari tabel 5.10 diperoleh bahwa dari semua responden yang berumur 20-25 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden (55,6%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (33,3%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (11,1). Untuk responden yang berusia 26-35 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 responden (69,2%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (23,1%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (7,7%). Untuk responden yang berumur 36-45 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 15 responden (55,6%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (25,9%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (18,5%). Untuk yang berumur 46-55 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 15 responden (50,0%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (33,3%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,7%). Untuk yang berumur 56-60 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (38,1%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (33,3%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang ada sebanyak 6 responden (28,6%).


(49)

Tabel 5.11 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Umur

Jenis Kelamin

Tingkat Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % n % n %

20-25 tahun 0 ,0 5 55,6 4 44,4 9 100

26-35 tahun 3 23,1 8 61,5 2 15,4 13 100

36-45 tahun 5 18,5 19 70,4 3 11,1 27 100

46-55 tahun 8 26,7 16 53,3 6 20,0 30 100

56-60 tahun 9 42,9 9 42,9 3 14,3 21 100

Dari tabel 5.11 diperoleh bahwa dari semua responden yang berumur 20-25 tahun yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 5 responden (55,6%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 4 responden (44,4). Untuk responden yang berusia 26-35 tahun yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 3 responden (23,1%), yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 8 responden (61,5%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 2 responden (15,4%). Untuk responden yang berumur 36-45 tahun yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 5 responden (18,5%), yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 19 responden (70,4%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 3 responden (11,1%). Untuk yang berumur 46-55 tahun yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 8 responden (26,7%), yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 16 responden (53,3%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 6 responden (20,0%). Untuk yang berumur 56-60 tahun yang memiliki tingkat sikap baik sebanyak 9 responden (42,9%), sedangkan yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 9 responden (42,9%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang ada sebanyak 3 responden (14,3%).


(50)

Tabel 5.12 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Pekerjaan

Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % N % n % n %

Bekerja 42 55,3 21 27,6 13 17,1 76 100

Tidak bekerja 10 41,7 9 37,5 5 20,8 24 100

Dari tabel 5.12 diperoleh bahwa dari responden yang bekerja memiliki tingkat pengetahuan baik ada sebanyak 42 responden (55,3%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 21 responden (27,6%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (17,1%). Dan dari responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 10 responden (41,7%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 9 responden (37,5%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (20,8).

Tabel 5.13 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Sikap terhadap Pekerjaan

Jenis Kelamin

Tingkat Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

N % N % n % n %

Bekerja 20 26.3 43 56.6 5 17.1 76 100

Tidak bekerja 5 20.8 14 58.3 5 20.8 24 100

Dari tabel 5.13 diperoleh bahwa dari responden yang bekerja memiliki tingkat sikap baik sebanyak 20 responden (26,3%), sedangkan yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 43 responden (56,6%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 5 responden (17,1%). Dan dari responden yang tidak bekerja memiliki tingkat sikap baik sebanyak 5 responden (20,8%), sedangkan


(51)

yang memiliki tingkat sikap cukup sebanyak 14 responden (58,5%), dan yang memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 5 responden (20,8%).

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Analisa Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Karakteristik seseorang seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan lainnya termasuk dalam faktor predisposisi, dan menurut Lawrence Green bahwa perilaku kesehatan akan dipengaruhi oleh faktor predisposisi tersebut.

Dari hasil penelitian ini sebanyak 30 responden (30%) berumur 46-55 tahun, dengan responden berjenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 58 responden (58%), dan responden terbanyak adalah bekerja sebanyak 76 responden (76%).

5.2.2 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pertanyaan yang menilai pengetahuan diperoleh gambaran pengetahuan adalah baik yaitu sebanyak 52 orang (52%) dari total responden 100 orang. Sedangkan pada pertanyaan yang menilai sikap diperoleh gambaran sikap adalah cukup yaitu sebanyak 57 orang (57%) dari total responden 100 orang.

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 96 responden (96%) mengetahui cara menggunakan tetes mata yang baik dan benar, sebanyak 55 responden (55%) sudah mendapat informasi tentang penggunaan tetes mata, sebanyak 67 responden (67%) mengetahi cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar, sebanyak 81 responden (81%) mengetahui bentuk sediaan obat pada mata, dan 71 responden mendapat informasi dari dokter mengenai penggunaan tetes mata, dan hasil penelitian menunjukkan 71 responden (71%) memperoleh informasi dari dokter mengenai penggunaan tetes mata. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat rata-rata responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 52


(52)

orang (52%) dari total responden 100 orang. Hal ini didukung oleh sumber informasi yang diterima responden dari dokter dalam penggunaan tetes mata, bahwa sumber informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2005).

Untuk tabel 5.5, dapat dilihat bahwa sebanyak 19 responden (19%) mengaplikasikan cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar, sebanyak 91 responden (91%) tidak menyentuh ujung tetes mata ke benda apapun, sebanyak 88 responden (88%) menggunakan tetes mata sesuai dengan indikasi, sebanyak 79 responden (79%) menyimpan tetes mata ditempat yang tidak terkena cahaya matahari, sebanyak 64 responden (64%) tidak menggunakan tetes mata milik orang lain, sebanyak 89 responden mengetahui informasi pada kemasan obat, sebanyak 18 responden merasakan efek samping tetes mata, dan sebanyak 23 responden yang tidak menggunakan tetes mata tanpa resep dokter. Dari hasil tersebut, dapat dilihat rata-rata responden bersikap cukup yaitu sebanyak 57 responden(57%) dari jumlah total responden 100 orang.

Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan baik terdapat pada responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 responden (32%). Sedangkan untuk tingkat sikap yang paling banyak adalah tingkat pengetahuan cukup pada responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 34 responden (34%).

Berdasarkan umur, ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan baik pada kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 15 responden (15%), dan 46-55 tahun sebanyak 15 responden (15%). Ini sesuai dengan teori, bahwa semakin tua umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Biarpun di umur tertentu, daya ingat tidak seperti umur belasan tahun (Notoadmojo, 2003), selain itu juga dikatakan bahwa semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin banyak pengetahuannya (Notoadmodjo, 2005).

Berdasarkan pekerjaan, ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan baik pada responden yang bekerja yaitu sebanyak 42 responden (42%). Sedangkan untuk tingkat sikap cukup pada pekerja yaitu sebanyak 43 responden (43%). Ini dapat dikaitkan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin lama


(53)

seseorang bekerja maka akan semakin banyak pengetahuan yang diperoleh (Notoadmodjo, 2005).


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Medam, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan masyarakat yang berobat di poli mata Rumah Sakit Haji Medan mengenai penggunaan tetes mata yang baik dan benar tergolong kedalam tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 52%. Dengan diantaranya responden laki-laki sebanyak 47,6% dan sisanya perempuan sebanyak 55,2%. Dimana kelompok usia 36-45 paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 55,6% dan dari kelompok responden yang bekerja ditemukan sebanyak 55,3% dari jumlah responden.

2. Tingkat sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar dapat digolongkan kedalam tingkat sikap cukup yaitu sebanyak 57% responden. Dengan diantaranya responden laki-laki 54,8% dan sisanya perempuan sebanyak 58,6%. Dimana kelompok usia 36-45 paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 70,4% dan dari kelompok responden yang bekerja ditemukan sebanyak 56,6% dari jumlah responden.

3. Tata cara penggunaan tetes mata yang sering digunakan responden adalah langsung meneteskannya ke mata yaitu sebanyak 81%, sehingga cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar tidak aplikasikan atau diterapkan.

4. Responden yang membaca tentang informasi yang tertera pada kemasan obat sebanyak 89%. Sehingga dalam penggunaannya bisa menjadi lebih tepat dan dapat menambah pengetahuan.


(55)

6.2 Saran

1. Bagi pembaca terutama pengguna tetes mata dapat menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti sehubungan dengan pengobatan pada mata, dan petugas kesehatan (dokter atau apoteker) dapat memberi informasi sehubungan dengan pengobatan agar dapat memaksimalkan efek kerja obat dimana hal ini penting dalam mempercepat penyembuhan penyakit dan kondisi pada mata.

2. Petugas kesehatan dapat memperagakan bagaimana cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar, dan dapat memperhatikan apakah pasiennya sudah mengerti dengan penjelasan yang sudah diberikan agar pasien yang menggunakan tetes mata bisa mengaplikasikan atau menerapkan cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar secara mandiri.

3. Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti meyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan tetes mata yang baik dan benar. Peneliti berharap agar pada penelitian selanjutnya bisa diperdalam pertanyaaannya lagi agar lebih spesifik dalam memperoleh informasi.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza., 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Bedika. American Academy of Ophthalmology, 2011. The Amecican Ophthalmology, the

Eye M.D. Association and the American logo are registered trademarks of the American Academy of Ophthalmology.

Arikunto, Suharsimi., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, A.A.H., 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Surabaya: Health Books Publishing.

Azwar, A., 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binapura Aksara. Badan Fom, 2004. InfoPom Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Heri, D.J.M., 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Lukas, Stefanus., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Muchid, Abdul., 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

Mukhtar, Zulfikri., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.

Muzakkar, 2007. Uji Sterilitas Tetes Mata yang Beredar di Kota Palu Setelah Satu Bulan Penggunaan. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Pengetahuan Alam (STIFA) Pelita Mas, Palu.

Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penilaian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(57)

Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penilaian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sastroasmoro, S, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Vaughan & Asbury, 2010. Oftalmologi Umum / Paul Riordan-Eva, John P. Witcher. Edisi 17. Jakarta: ECG.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Watloly, 2005. Tanggung Jawab Pengetahuan : Mempertimbangkan Estimiology secara Cultura. Jakarta: Balai penerbit FKUI.


(58)

Frequencies

Statistics

jeniskelamin

N Valid 100 Missing 0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 42 42.0 42.0 42.0

perempuan 58 58.0 58.0 100.0 Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

pekerjaan

N Valid 100 Missing 0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak bekerja 24 24.0 24.0 24.0

bekerja 76 76.0 76.0 100.0


(59)

Frequencies

Statistics

umur.klmpk

N Valid 100 Missing 0

umur.klmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid remaja akhir 9 9.0 9.0 9.0

dewasa muda 13 13.0 13.0 22.0 dewasa akhir 27 27.0 27.0 49.0 lansia awal 30 30.0 30.0 79.0 lansia akhir 21 21.0 21.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0 Excludeda 0 .0 Total 40 100.0


(60)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0 Excludeda 0 .0 Total 40 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .616 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N p2 .8500 .36162 40 p3 .6000 .49614 40 p4 .7750 .42290 40 p6 .7250 .45220 40 p7 .7000 .46410 40 p10 .8250 .38481 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p2 3.6250 1.881 .297 .590

p3 3.8750 1.394 .569 .463

p4 3.7000 1.908 .189 .631


(61)

p7 3.7750 1.615 .404 .547

p10 3.6500 1.823 .323 .581

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 4.4750 2.307 1.51890 6

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0 Excludeda 0 .0 Total 40 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .722 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N p11 .4750 .50574 40 p12 .9000 .30382 40 p13 .8250 .38481 40


(62)

p15 .8750 .33493 40 p17 .6750 .47434 40 p18 .8750 .33493 40 p19 .5500 .50383 40 p20 .6000 .49614 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p11 5.3000 2.523 .712 .617

p12 4.8750 3.446 .341 .708

p13 4.9500 3.587 .128 .745

p15 4.9000 3.374 .354 .706

p17 5.1000 3.169 .313 .717

p18 4.9000 3.477 .267 .719

p19 5.2250 2.743 .555 .660

p20 5.1750 2.661 .627 .641

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 5.7750 3.922 1.98051 8

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

p1 Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 40 40 40 40 40 40 40


(63)

Sig. (2-tailed) . .156 .719 .328 .001 .257

N 40 40 40 40 40 40 40

p3 Pearson Correlation .a .229 1 .293 -.154 .297 .356* Sig. (2-tailed) . .156 .066 .342 .063 .024

N 40 40 40 40 40 40 40

p4 Pearson Correlation .a -.059 .293 1 -.204 .070 .170 Sig. (2-tailed) . .719 .066 .208 .666 .295

N 40 40 40 40 40 40 40

p5 Pearson Correlation .a -.159 -.154 -.204 1 -.233 -.247 Sig. (2-tailed) . .328 .342 .208 .148 .124

N 40 40 40 40 40 40 40

p6 Pearson Correlation .a .525** .297 .070 -.233 1 .086 Sig. (2-tailed) . .001 .063 .666 .148 .600

N 40 40 40 40 40 40 40

p7 Pearson Correlation .a .183 .356* .170 -.247 .086 1 Sig. (2-tailed) . .257 .024 .295 .124 .600

N 40 40 40 40 40 40 40

p8 Pearson Correlation .a -.159 .154 -.023 .314* .106 -.082 Sig. (2-tailed) . .328 .342 .890 .048 .516 .613

N 40 40 40 40 40 40 40

p9 Pearson Correlation .a -.210 -.281 -.120 .567** -.308 -.191 Sig. (2-tailed) . .193 .079 .462 .000 .053 .238

N 40 40 40 40 40 40 40

p10 Pearson Correlation .a -.009 .430** .067 -.174 .011 .416** Sig. (2-tailed) . .955 .006 .681 .283 .946 .008

N 40 40 40 40 40 40 40

p11 Pearson Correlation .a .119 .674** .393* .057 .137 .404** Sig. (2-tailed) . .464 .000 .012 .728 .398 .010

N 40 40 40 40 40 40 40

p12 Pearson Correlation .a .327* .238 .020 .126 -.019 .145 Sig. (2-tailed) . .040 .139 .903 .439 .909 .370


(1)

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 12 12.0 12.0 12.0

benar 88 88.0 88.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 21 21.0 21.0 21.0

benar 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 36 36.0 36.0 36.0

benar 64 64.0 64.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 11 11.0 11.0 11.0

benar 89 89.0 89.0 100.0


(2)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 82 82.0 82.0 82.0

benar 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 77 77.0 77.0 77.0

benar 23 23.0 23.0 100.0


(3)

Lampiran 7

Tabel Frekuensi

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 42 42.0 42.0 42.0

perempuan 58 58.0 58.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Status Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak bekerja 24 24.0 24.0 24.0

bekerja 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kelompok Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17-25 tahun 9 9.0 9.0 9.0

26-35 tahun 13 13.0 13.0 22.0

36-45 tahun 27 27.0 27.0 49.0

46-55 tahun 30 30.0 30.0 79.0

56-65 tahun 21 21.0 21.0 100.0


(4)

Lampiran 8

Master Data

NO NAMA UMUR JK S.PEKERJAAN

P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13

1 SAM 35 P tidak bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

2 SNT 58 P tidak bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

3 DHL 33 P bekerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 JCK 27 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

5 SYR 38 P bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

6 HMD 56 P tidak bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

7 RNI 58 P tidak bekerja 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0

8 RSH 50 P bekerja 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

9 SKT 45 L bekerja 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1

10 SSL 52 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1

11 SVN 49 P bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 ANL 72 L bekerja 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1

13 ANW 71 L bekerja 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1

14 SPJ 53 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

15 SHM 42 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1

16 NRN 57 P bekerja 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1

17 BHR 24 L bekerja 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1

18 YLF 44 P bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

19 DKY 25 L tidak bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

20 KRH 43 P bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 RNS 37 L tidak bekerja 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1

22 MSR 55 L bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

23 AZZ 43 P tidak bekerja 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1

24 AWL 40 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

25 RSM 50 P bekerja 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1

26 ANG 29 P tidak bekerja 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1

27 DRM 39 L bekerja 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1

28 DDY 37 L bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

29 RMS 59 P tidak bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

30 RSH 50 P bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1

31 KML 53 P bekerja 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0

32 DNL 28 P bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

33 HRM 24 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1

34 ZNM 23 P bekerja 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

35 MSD 60 L bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(5)

37 SMY 69 P tidak bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

38 RTN 43 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

39 SWD 63 L bekerja 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1

40 LLR 23 P tidak bekerja 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1

41 SRJ 50 L bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

42 HLM 62 L tidak bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

43 MRW 54 P bekerja 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

44 MHM 54 L bekerja 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

45 BKT 57 L tidak bekerja 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1

46 DLN 26 P bekerja 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1

47 FRY 32 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

48 MTR 61 P tidak bekerja 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0

49 JLN 42 P tidak bekerja 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

50 SLM 63 L tidak bekerja 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1

51 RDH 56 P tidak bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1

52 YSR 64 L tidak bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1

53 PRH 67 P tidak bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

54 ZLK 37 L bekerja 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

55 MHD 59 P bekerja 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1

56 RBD 59 P bekerja 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1

57 MSL 56 L tidak bekerja 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

58 MRT 51 L bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1

59 DNL 56 L tidak bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1

60 FGT 38 L bekerja 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1

61 SYS 52 P tidak bekerja 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0

62 HMD 21 L bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0

63 BHR 60 L bekerja 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

64 ZLF 32 L bekerja 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1

65 NMH 58 P bekerja 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1

66 MND 60 P bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1

67 SRM 29 P bekerja 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

68 SPN 38 P bekerja 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0

69 RZG 43 P bekerja 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1

70 RLN 33 P bekerja 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1

71 JML 52 P bekerja 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1

72 NMN 39 L bekerja 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

73 DRM 39 L bekerja 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

74 ZNL 52 L bekerja 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1

75 MRT 58 L bekerja 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1

76 RMK 21 P bekerja 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1


(6)

78 GSW 26 L bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1

79 RNT 37 L bekerja 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

80 HMD 53 L bekerja 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1

81 MSH 43 P bekerja 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

82 GST 60 P tidak bekerja 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0

83 NRE 59 P tidak bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

84 DPK 50 L bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

85 DML 44 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

86 RTW 53 P bekerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

87 DSM 25 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

88 SYD 44 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

89 SRM 37 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

90 KHT 38 L bekerja 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1

91 MSK 60 L bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

92 MND 48 P bekerja 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1

93 DTR 24 P bekerja 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1

94 YST 48 P bekerja 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1

95 BHY 39 P bekerja 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

96 NJU 43 P bekerja 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

97 MKU 40 P bekerja 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1

98 RHM 33 P bekerja 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0

99 RTS 49 P bekerja 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0