Analisis Pemasaran Produk Hutan Rakyat Bambu (Studi Kasus : Desa Telagah Kecamatan Sei Binggei Kabupaten Langkat)

ANALISIS PEMASARAN PRODUK
HUTAN RAKYAT BAMBU
(Studi Kasus : Desa Telagah Kec.Sei Binggei Kab.Langkat)

SKRIPSI

OLEH
IMMER SIMAMORA
051201004

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
IMMER SIMAMORA : Analisis Pemasaran Produk Hutan Rakyat Bambu (Studi
Kasus : Desa Telagah Kecamatan Sei Binggei Kabupaten Langkat), Dibimbing

oleh ODING AFANDI dan EVALINA HERAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil produk olahan bambu dari
masyarakat pengelola hutan bambu, teknologi yang digunakan, dan menganalisis
alur dari pemasaran produk hasil olahan bambu Di Desa Telagah Kecamatan Sei
Binggei Kabupaten Langkat. Data diambil dengan melakukan wawancara
terhadap petani bambu dan pengerajin bambu, lalu ditabulasi, kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan yang
kemudian dianalisis.
Jenis-jenis bambu yang mendominasi Di Desa Telagah adalah jenis bambu
Blangke (Gigantochola pruriens), desa telagah merupakan salah satu sentra
penghasil bahan baku bambu bagi pengerajin bambu khususnya di daerah
Kabupaten Langkat. Minimnya informasi dan masih sulitnya Desa Telagah ini
dijangkau transportasi merupakan salah satu faktor penghambat berkembangnya
kerajinan bambu di desa ini, masyarakat desa minim akan informasi pengolahan
dan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas bambu. Adapun
pendapatan yang diperoleh petani bambu dari hasil panen bambu pertahun adalah
sebesar 36.97 % , pendapatan petani bambu yang diperoleh dari hasil pertanian
sebesar 63.03 %, oleh sebab pendapatan yang diperoleh petani bambu lebih besar
dari hasil pertanian ditambah minimnya perhatian pemerintah terkait
menyebabkan petani bambu banyak mengkonversi lahan mereka menjadi lahan

perkebunan.
Kata Kunci : bambu, teknologi, pemasaran

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Immer Simamora: Analysis of Forest Products Marketing Bamboo (Case Study
the Telagah Village, Sei Binggei District, Langkat Regency). Under supervision of
ODING AFANDI and EVALINA HERAWATI.
This study aims to determine the outcome of the refined products bamboo
forest manager societies, the technology used, and analyze the flow of product
marketing of processed bamboo in the Telagah Village of Sei Binggei Langkat
District. The data has taken by an interview of bamboo farmers and bamboo
craftsmen, then tabulated, and then calculated by using the formula of marketing
margins and profit margins are then analyzed.
The types of bamboo that were dominated in Telagah Village are bambu
Blangke (Gigantochola pruriens), Telagah Village is one of the centers producing
the raw materials of bamboo for bamboo craftsmen, especially in Langkat
Regency area. The lack of information and difficulties of transportation to reach

Telagah Village are the factors of inhibiting the development of bamboo crafts in
this village, so the villagers has a litte of knowledge for processing and
technology used of information in improving the quality of bamboo. The revenue
earned of the bamboo farmer from the bamboo crops per year amounted to
36.97%, then the revenue earned of bamboo farmer from agriculture has
amounted to 63.03%, and therefore revenue earned has a greater bamboo
farmers from agriculture products plus the lack of attention from relevant
government caused bamboo farmers has converted their land into estate.
Keywords: bamboo, technology, marketing

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada
tanggal 18 Mei 1985 dari Ayah Selamat Simamora dan Ibu Rospita Sihite. Penulis
merupakan anak keempat dari enam bersaudara.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU HANDAYANI Pekan Baru Riau
dan pada tahun 2005 melanjutkan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara
Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi

kemahasiswaan, pada tahun 2009 s.d 2010 penulis menjadi penanggung jawab
organisasi Kehutanan (HIMAS) USU, Pengurus cabang Sylva Indonesia dan
GMKI Komisariat Pertanian USU. Penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan
dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada tahun 2007 di Tanjung Tiram Kab.Batubara
dan Gunung Sinabung di Kab.Karo, Provinsi Sumatera Utara dan melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BKPH Bandung Utara Unit 3 Jawa Barat. Pada
tahun 2010 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “ Analisis Pemasaran
Produk Hutan Rakyat Bambu (Studi Kasus : Desa Telagah Kec.Sei Binggei
Kabupaten Langkat)”.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkah dan Rahmat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya dan
sesuai yang diharapkan. Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Produk Hutan
Rakyat Bambu (Studi Kasus : Desa Telagah Kec.Sei Binggei Kab.Langkat).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya

yang telah banyak memberi bantuan baik moril maupun materil, kepada Bapak
Oding Affandi, S.Hut, M.P dan Ibu Evalina Herawati, S.Hut, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dan kepada teman-teman kehutanan
stambuk 2005 khususnya pada program studi Manajemen Hutan yang telah
memberi dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan dari skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ........ .................................................................................

i

ABSRTRACK ... .................................................................................


ii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................

iii

KATA PENGANTAR .........................................................................

iv

DAFTAR ISI ..... .................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...............................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................


viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................
Perumusan Masalah ......................................................................
Tujuan Penelitian ..........................................................................
Manfaat Penelitian ........................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Rakyat ................................................................................

Bambu ........ .................................................................................
Syarat Tumbuh Bambu .................................................................
Pemanfaatan Bambu .....................................................................
Produk Olahan Bambu ..................................................................
Pemasaran ... .................................................................................
Analisis Pemasaran .......................................................................
Pengertian Perilaku Konsumen......................................................

4
9
13
14
17
20
22
24

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian .........................................................
Alat dan Bahan .............................................................................

Metode Pengumpulan Data ...........................................................
Pengambilan Sampel .....................................................................
Analisis Data.................................................................................

26
27
27
27
28

Universitas Sumatera Utara

Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data .......................................

30

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Pengolahan Hutan Rakyat ..................................................
Produk Olahan Bambu ..................................................................
Teknologi Pengolahan Bambu .......................................................

Analisis Alur Pemasaran Produk Hasil Olahan Bambu ..................

32
37
43
47

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan . .................................................................................
Saran........... .................................................................................

62
62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jenis –jenis Bambu Yang Tumbuh Di Indonesia ...........................
Matrik Metodologi Yang Digunakan Dalam Penelitian .................
Minat Masyarakat dalam Pemanfaatan Usaha Bambu
Di Desa Telagah............................................................................
Persentase Pengetahuan Masyarakat Desa Telagah Dalam
Teknik Pengolahan Bambu............................................................
Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) Pada Pola
Pasar A Bambu Gelondongan........................................................
Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) Pada Pola
Pasar A Bambu Gelondongan........................................................
Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) Pada Pola
Pasar B Bambu Gelondongan ........................................................
Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) Pada Pola
Pasar B Bambu Gelondongan ........................................................
Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) Pada
Pengerajin Kursi Panjang ..............................................................
Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) Pada
Pengerajin Kursi Panjang ..............................................................
Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) Pada
Pengerajin Keranjang ....................................................................
Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) Pada
Pengerajin Keranjang ....................................................................
Rata-rata Nilai Pendapatan Bersih Petani Bambu Per Tahun .........
Perbandingan Harga Bambu Diolah dan Sebelum Diolah ..............
Pendapatan (I) Lokal Petani Bambu Per Tahun ............................

10
31
40
44
52
53
54
53
56
56
57
58
60
60
61

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
2.
3.

Rumpun Bambu Muda Di Desa Telagah .......................................
Bambu Gelondongan Baru Dipanen Dan Siap Untuk Di Jual ........
Bambu Yang Telah Dikupas Di Tempat Penampungan
Di Desa Telagah............................................................................
4. Pengerajin Keranjang Bambu Di Kabupaten Langkat ....................
5. Produk Olahan Pengrajin Bambu Gelondongan Di Kab. Langkat ..
6. Alat Yang Dipakai Pengerajin Bambu ...........................................
7. Gergaji Yang Digunakan Untuk Memotong Bambu ......................
8. Proses Pengeringan Bambu Gelondongan
Di Kabupaten Langkat ..................................................................
9. Pola Pasar A Bambu Gelondongan ................................................
10. Pola Pasar B Bambu Gelondongan ................................................
11. Pola Distribusi Bambu Olahan ......................................................

34
36
39
41
42
45
45
47
51
53
55

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1.

Kuesioner Responden Hutan Rakyat .............................................

66

2.

Kuesioner responden/pengerajin bambu ........................................

75

3.

Luas daerah menurut kecamatan...................................................

78

4.

Karakteristik responden di desa telagah kecamatan
Sei Binggei Kabupaten langkat (2010) ........................................

79

Data responden, pendapatan kotor petani bambu per tahun
per ha di desa telagah kecamatan Sei Binggei
Kabupaten Langkat (2010) ............................................................

80

6.

Bagan alur pemasaran produk hutan bakyat bambu .......................

82

7.

Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..................................................

83

5.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
IMMER SIMAMORA : Analisis Pemasaran Produk Hutan Rakyat Bambu (Studi
Kasus : Desa Telagah Kecamatan Sei Binggei Kabupaten Langkat), Dibimbing
oleh ODING AFANDI dan EVALINA HERAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil produk olahan bambu dari
masyarakat pengelola hutan bambu, teknologi yang digunakan, dan menganalisis
alur dari pemasaran produk hasil olahan bambu Di Desa Telagah Kecamatan Sei
Binggei Kabupaten Langkat. Data diambil dengan melakukan wawancara
terhadap petani bambu dan pengerajin bambu, lalu ditabulasi, kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan yang
kemudian dianalisis.
Jenis-jenis bambu yang mendominasi Di Desa Telagah adalah jenis bambu
Blangke (Gigantochola pruriens), desa telagah merupakan salah satu sentra
penghasil bahan baku bambu bagi pengerajin bambu khususnya di daerah
Kabupaten Langkat. Minimnya informasi dan masih sulitnya Desa Telagah ini
dijangkau transportasi merupakan salah satu faktor penghambat berkembangnya
kerajinan bambu di desa ini, masyarakat desa minim akan informasi pengolahan
dan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas bambu. Adapun
pendapatan yang diperoleh petani bambu dari hasil panen bambu pertahun adalah
sebesar 36.97 % , pendapatan petani bambu yang diperoleh dari hasil pertanian
sebesar 63.03 %, oleh sebab pendapatan yang diperoleh petani bambu lebih besar
dari hasil pertanian ditambah minimnya perhatian pemerintah terkait
menyebabkan petani bambu banyak mengkonversi lahan mereka menjadi lahan
perkebunan.
Kata Kunci : bambu, teknologi, pemasaran

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Immer Simamora: Analysis of Forest Products Marketing Bamboo (Case Study
the Telagah Village, Sei Binggei District, Langkat Regency). Under supervision of
ODING AFANDI and EVALINA HERAWATI.
This study aims to determine the outcome of the refined products bamboo
forest manager societies, the technology used, and analyze the flow of product
marketing of processed bamboo in the Telagah Village of Sei Binggei Langkat
District. The data has taken by an interview of bamboo farmers and bamboo
craftsmen, then tabulated, and then calculated by using the formula of marketing
margins and profit margins are then analyzed.
The types of bamboo that were dominated in Telagah Village are bambu
Blangke (Gigantochola pruriens), Telagah Village is one of the centers producing
the raw materials of bamboo for bamboo craftsmen, especially in Langkat
Regency area. The lack of information and difficulties of transportation to reach
Telagah Village are the factors of inhibiting the development of bamboo crafts in
this village, so the villagers has a litte of knowledge for processing and
technology used of information in improving the quality of bamboo. The revenue
earned of the bamboo farmer from the bamboo crops per year amounted to
36.97%, then the revenue earned of bamboo farmer from agriculture has
amounted to 63.03%, and therefore revenue earned has a greater bamboo
farmers from agriculture products plus the lack of attention from relevant
government caused bamboo farmers has converted their land into estate.
Keywords: bamboo, technology, marketing

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta turunannya dan budidayanya kecuali kayu yang berasal
dari hutan, tidak termasuk jasa lingkungan yang dihasilkan dari hutan. Paradigma
baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya alam yang
bersifat

multifungsi, multiguna dan mencakup multi kepentingan serta

pemanfatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Hal ini berarti produk hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu
sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersentuhan
dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan bukan kayu terbukti dapat
memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan
memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan devisa negara.
Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu telah lama dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pada awalnya pemanfaatan bambu masih tradisional dan terbatas
seperti untuk rumah tangga, kerajinan, penunjang kegiatan pertanian, perikanan,
perkebunan, perumahan dan lain-lain yang kebutuhannya masih dapat diperoleh
dari lingkungan sekitar. Tetapi dengan perkembangan penduduk dan kemajuan
pembangunan,

pemanfatan

bambu

sudah

memerlukan

teknologi

yang

menghasilkan produk-produk seperti pulp dan kertas, sumpit (chopstick),
flowerstick dan papan semen serat bambu. Selama ini pengetahuan budidaya
bambu oleh masyarakat masih terbatas pada pemilikan, penebangan dan
pemeliharaan

karena

tanamannya

merupakan

warisan

turun

temurun.

Universitas Sumatera Utara

Pengembangan bambu membutuhkan bibit dalam jumlah banyak dan oleh karena
itu, untuk memproduksi bibit bambu yang baik diperlukan petunjuk teknis
pembibitan bambu.
Sebagai tanaman serbaguna bambu telah dimanfaatkan untuk berbagai
macam barang, mulai dari perabot rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan dan
peralatan, dari pengolahan secara sederhana hingga pengolahan skala industri
besar. Bahan-bahan yang dibuat dari bahan baku bambu tersebut adalah: bambu
lapis, bambu lamina, papan semen, pulp dan kertas, sumpit, komponen rumah,
meubel dan perkakas rumah tangga, kerajinan dan handycraft, alat musik, serta
tunasnya (rebung) yang dapat di manfaatkan sebagai bahan makanan.
Peranan dan kegunaan bambu di Indonesia masih sangat besar, namun
sumber

daya

masih

kurang

mendapat

perhatian

yang

baik

dalam

pengembanggannya. Meskipun tanaman ini cukup dikenal masyarakat dan
merupakan tanaman serbaguna serta dapat menambah pendapatan masyarakat
yang apabila digarap secara maksimal, namun hingga saat ini bambu masih
kurang mendapat perhatian (kurang ditonjolkan). Untuk itu dianggap perlu
dilakukan penelitian mengenai produk olahan dan sistem pemasaran bambu
sehinnga dapat diketahui kontribusi yang didapatkan oleh petani hutan rakyat
bambu dalam melakukan pengusahaan bambu apakah dapat memberikan dampak
yang signifikan bagi ekonomi, kususnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu terutama jenis bambu perlu diketahui bagaimana sistem pengolahan,

Universitas Sumatera Utara

teknologi yang digunakan dan yang paling penting untuk diperhatikan adalah
bagaimana alur pemasarannya karena salah satu hal yang paling menentukan
dalam keberhasilan suatu produk adalah sistem pemasarannya.
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang memiliki hutan
rakyat bambu dengan jumlah area yang luas, tanaman ini dapat menambah
pendapatan masyarakat yang berada di sekitar hutan. Petani sangat minim akan
informasi sehingga sering terjadi monopoli harga bagi para petani di daerah.
Untuk itulah diperlukan penelitian yang berhubungan dengan sistem alur
pemasaran bambu dan teknologi yang digunakan dalam mengolah bambu untuk
menghasilkan bambu yang berkualitas baik dan bernilai tinggi, agar dapat terlihat
besarnya peranan hutan rakyat bambu tersebut terhadap pendapatan masyarakat
sekitar dan dalam menjaga kelestarian sumber daya alam.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil produk olahan bambu dari masyarakat pengelola
hutan rakyat bambu.
2. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan dalam pengolahan bambu.
3. Untuk menganalisis alur dari pemasaran produk hasil olahan bambu
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
bagi pengerajin dan petani hutan rakyat bambu dalam mengolah dan memasarkan
hasil bambu sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani hutan rakyat bambu.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Rakyat
Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan
peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
lingkungan hidup. Hutan merupakan sumber daya alam yang banyak berpengaruh
terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun
1999 tentang kehutanan menyatakan bahwa hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Awang dkk, 2001).
John A.Helms (1998) dalam Suharjito (2000), memberi pengertian hutan
suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat
dan tersebar, seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri-cirinya
seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang terkait, dan
umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, ikan, dan satwa liar.
Definisi tersebut dan beberapa defenisi lain menekankan komponen pohon yang
dominan terhadap komponen lainnya dari ekosistem itu, dan mensyaratkan adanya
(akibat dari pohon-pohon itu) kondisi iklim (iklim mikro) dan ekologis yang
berbeda dengan kondisi luarnya (UU No 41 tahun 1999). Penekanan hutan
sebagai suatu ekosistem mengandung maksud bahwa di dalam hutan terjadi
hubungan saling tergantung satu komponen dengan komponen lainnya yang
terjalin sebagai suatu sistem. Satu komponen dari sistem itu rusak (atau tidak
berfungsi) menyebabkan komponen lain terganggu, dan akibatnya sistem itu tidak

Universitas Sumatera Utara

dapat berjalan normal. Hutan itu sendiri sebagai bagian atau komponen dari
ekosistem yang lebih besar, sehingga apabila hutan rusak akan mengganggu
sistem yang lebih besar (Suharjito 2000).
Banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengenal dan
mengerti hutan rakyat. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut
pragmatisme,

geografis,

dan

sistem

tenurial

(kepemilikan).

Pandangan

pragmatisme melihat hutan yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan
kepentingan pemerintah saja. Semua pohon-pohonan atau tanaman keras yang
tumbuh di luar kawasan hutan negara langsung diklaim sebagai hutan rakyat.
Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam bentuk dan pola serta sistem
hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung letak geografis, ada yang
di dataran rendah, medium, dan dataran tinggi, dan jenis penyusunnya berbeda
menurut tempat tumbuh, dan sesuai dengan keadaan iklim mikro. Pandangan
sistem tenurial berkaitan dengan status misalnya statusnya hutan negara yang
dikelola masyarakat, hutan adat, hutan keluarga, dan lain-lain (Awang dkk, 2001).
Menurut statusnya (sesuai dengan Undang-Undang Kehutanan), hutan
hanya dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu :
1. Hutan negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah
2. Hutan hak adalah hutan yang dibebani hak atas tanah yang biasanya disebut
sebagai hutan rakyat.
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani
secara perorangan maupun bersama-sama. Ada banyak pendapat

yang

mengatakan bahwa hutan rakyat terbentuk dari kegiatan swadaya masyarakat

Universitas Sumatera Utara

dengan maksud untuk menghasilkan kayu dan hasil-hasil lainnya secara ekonomis
dengan memperhatikan unsur-unsur keberlanjutan dan perlindungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga dan sosial.
Hutan rakyat dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan
(UU No.41/1999) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan
yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dari
sudut pandang pemerintah mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hutan
rakyat karena ada dukungan progam penghijauan dan kegiatan pendukung seperti
demplot dan penyuluhan. Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang
ada di Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah,
dimiliki oleh masyarakat, proses terjadinya dapat dibuat oleh manusia, dapat juga
terjadi secara alami, dan dapat juga karena upaya rehabilitasi tanah kritis (Jaffar
1993).
Sebagian besar penulis artikel dan peneliti tentang hutan rakyat sepakat
bahwa secara fisik hutan rakyat itu tumbuh dan berkembang di atas lahan milik
pribadi, dikelola dan dimanfaatkan oleh keluarga, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan, sebagai tabungan keluarga, sumber pendapatan dan menjaga
lingkungan. Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh
organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat,
maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan
ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan,
satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam.
Bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah

Universitas Sumatera Utara

antara lain : hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, hutan
rakyat suren di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang
dkk, 2001).
Istilah hutan rakyat sudah lebih lama digunakan dalam program-program
pembangunan kehutanan dan disebut dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan
(UUPK) tahun 1967 dengan terminologi ‘hutan milik”. Di Jawa, hutan rakyat
dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pemerintah kolonial. Setelah merdeka,
pemerintah Indonesia melanjutkan pada tahun 1952 melalui gerakan “Karang
Kitri”. Secara nasional, pengembangan hutan rakyat selanjutnya berada di bawah
payung program penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an dimana
Pekan Raya Penghijauan I diadakan pada tahun 1961. Sampai saat ini hutan rakyat
telah diusahakan di tanah milik yang diakui pada tingkat lokal (tanah adat). Di
dalam hutan rakyat ditanam aneka pepohonan yang hasil utamanya bisa beraneka
ragam. Untuk hasil kayu misalnya, sengon (Paraserianthes falcataria), jati
(Tectona grandis), akasia (Acacia sp), mahoni (Swietenia mahagoni) dan lain
sebagainya. Sedang yang hasil utamanya getah antara lain kemenyan (Styrax
benzoin), damar (Shorea javanica). Sementara itu yang hasil utamanya berupa
buah antara lain kemiri (Aleuritas molucana), durian, kelapa dan bambu
(Suharjito dan Darusman, 1998).
Secara formal ditegaskan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dibangun
di atas lahan milik. Pengertian semacam itu kurang mempertimbangkan
kemungkinan adanya hutan di atas tanah milik yang tidak dikelola rakyat,
melainkan oleh perusahaan swasta. Penekanan pada kata ‘rakyat’ kiranya lebih
ditujukan kepada pengelola yaitu ‘rakyat kebanyakan’, bukan pada status

Universitas Sumatera Utara

pemilikan tanahnya. Dengan menekankan pada kata ‘rakyat’ membuka peluang
bagi rakyat sekitar hutan untuk mengelola hutan di lahan negara. Apabila istilah
hutan rakyat yang berlaku saat ini akan dibakukan, maka diperlukan penegasan
kebijakan yang menutup peluang perusahaan swasta (menengah dan besar)
menguasai tanah milik untuk mengusahakan hutan (Suharjito dan Darusman,
1998).
Hardjosoediro dalam Awang dkk (2001), menyebutkan hutan rakyat atau
hutan milik adalah semua hutan yang ada di Indonesia yang tidak berada di atas
tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang dimiliki oleh rakyat. Proses
terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa juga terjadi secara alami,
tetapi proses hutan rakyat terjadi adakalanya berawal dari upaya untuk
merehabilitasi tanah-tanah kritis. Jadi hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di
atas tanah milik rakyat, dengan jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaannya
dilakukan oleh pemiliknya atau oleh suatu badan usaha, dengan berpedoman
kepada ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah.
Menurut Jaffar (1993), sasaran pembangunan hutan rakyat adalah lahan
milik dengan kriteria :
1. areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing yang
mempunyai kelerengan lebih dari 30%;
2. areal kritis yang telah diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan
pertanian tanaman pangan semusim;
3. areal kritis yang karena pertimbangan-pertimbangan khusus seperti untuk
perlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup
dengan tanaman tahunan;

Universitas Sumatera Utara

4. lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan
bila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim.
Sedangkan tujuan pembangunan hutan rakyat adalah (Jaffar 1993) :
1. meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara
optimal dan lestari;
2. membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat;
3. membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku
industri serta kayu bakar;
4. meningkatkan

pendapatan

masyarakat

tani

di

pedesaan

sekaligus

meningkatkan kesejahteraannya;
5. memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang
berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS.
Bambu
Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 mdpl. Pada umumnya ditemukan
ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Bambu juga
tahan kekeringan dan bisa tumbuh baik di lahan curam pada keinggian 0-1.500 m
di atas permukaan laut (Widjaja, 2001)
Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanaman bereaksi masam dengan pH
3,5 dan pada umumnya menghendaki tanah yang pH nya 1,0 sampai 6,5. pada
tanah yang subur tanaman akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi
tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlian dan Estu, 1995)
Bambu termasuk jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu
tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk bulu berongga.

Universitas Sumatera Utara

Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang
menonjol (Gerbono dan Abbas, 2009)
Bambu memiliki beberapa karakteristik yang menurut Swara (1997) ada
terbagi atas lima karakteristik dari bambu :
1. Memiliki batang berbentuk pipa,
2. Mempunyai lapisan khusus pada bagian luar dan dalam pipa , bagian
luar memiliki kekuatan hamper dua kali lipat bagian dalam,]
3. Memiliki buku-uku
4. Kuat dalam arah axial, dan
5. Tidak ada ray cells, Sehingga cairan mudah bergerak.
Tanaman ditanam berderet membentuk teras pada sebuah lereng jadi sabuk
gunung maka kekuatannya luar biasa. Akar bambu akan saling terkait dan
mengikat antar rumpun. Rumpun berikut serasah dibawahnya juga akan menahan
top soil (lapisan tanah permukaan yang subur) hingga tidak hanyut dibawa air
hujan.
Adapun jenis-jenis bambu di Indonesia yang telah diketahui menurut
Sastrapradja et al.(1977) dalam Manalu (2008), dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1.Jenis-jenis Bambu yang tumbuh di Indonesia
No. Nama botanis
1.

Bambusa atra Lindley

2.

Bambusa amahussana
Lindley
Bambusa bambos (L)
Voss

3.

Sinonim
Bambusa lineata Munro
Bambusa rumphiana Kurz
Dendrocalamus latifolius
Laut & K. Shum
Arendo bambos L
Bambusa arundinaceaI
(Retz) Willd
Bambusa spinosa Roxb

Nama lokal dan
penyebaran
Loleba (Maluku,
Nena (Shanghai)

Nitu (Ambon)
Bambu duri
(Indonesia), Pring ori
(Jawa)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. (Sambungan)
No. Nama botanis
4.

Bambusa blumeana
J.A. & J.H. Schultes

5.

Bambusa forbesii
(Ridley) Holtum
Bambusa multiplex
(Lour) Raeuschel ex
J.A. & J.H. Schultes

6.

7.

Bambusa tuldoides
Munro

8.

Bambusa vulgaris
Schrad ex Wendl

9.

Dendrocalamus asper
(Roem. & Schultf.)
Backer ex Heyne.

10.

Dendrocalamus
giganteus Wallich ex.
Munro (figure-1) &
figure-2
Dendrocalamus
latiflorus Munro

11.

12.
13.
14.

15.

Dinochloa scadens
Gigantochloa
achmadii
Gigantochloa apus
Kurz

Gigantochloa
atroviolacea Widjaja

Sinonim
Bambusa spinosa Blume
ex ness
Bambusa purens Blanco
Bambuss arundo Blanco
Arundo multiplex (Lour.)
Bambusa nana (Roxb)
Bambusa glaucescens
(Willd) Sieb ex Munro

Nama lokal dan
penyebaran
Bambu duri
(Indonesia), Haur
cucuk (Sunda), Pring
gesing (Jawa)
Sasa, akoya, warire
(Irian)
Bambu krisik hijau,
Krisik putih, Bambu
pagar, Bambu cina
(Indonesia), Aor selat
(Kalimantan Barat)
Bambu krisik hijau,
krisik

Bambusa pallescens
(Doell) Hackel
Bambusa vertricosa Mc.
Clure Bambusa longiflora
W.T. Lin
Bambusa thouarsii Kunth Ampel hijau tua,
Bambusa surinamensis
Ampel hijau muda,
Ruprecht
Pring gading, Pring
tutul (Indonesia)
Bambusa asperaSchultes Bambu petung
Dendrocalamus flagelifer (Indonesia), Petung
Gigantochloa aspera
coklat (Bengkulu),
Schultes F. Kurtz
Petung hijau
Dendrocalamus
(Lampung), Petung
merrilianus (Elmer)
hitam (Banyuwangi)
Elmer
Bambusa gigantea
Bambu sembilang
Wallich
(Indonesia)

Bambusa latiflora
(Munro) Sinoca lamus
latiflorus (Munro) Mc
Clure
Bambusa apus J.A. &
Schultes
Gigantochloa Kurzii
Gamble
Gigantochloa verticillata
(Willd) sensu Backer

Bambu taiwan
(Indonesia0

Cangkoreh (Sunda)
Buluh apo (Sumatera
Barat)
Bambu tali
(Indonesia)

Bambu hitam
(Indonesia), Pring
wulung (Jawa), Awi

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. (Sambungan)

No. Nama botanis

Sinonim

Nama lokal dan
penyebaran

Bambusa thouarsii Kunth
var atter Hassk
Gigantochloa verticillata
(Wild) Munro sensu
Backer
-

Bambu ater
(Indonesia), Pring
benel, Pring jawa
(Jawa), Awi temen
(Sunda)
Buluh abe
(Kalimantan)

Awi lengka tali
(Sunda), Bulok busi
(Dayak), Buluh sorik
(Tapanuli).
Pring peting
(Banyuwangi), Buluh
suluk (Kalimantan
Selatan)

16.

Gigantochloa atter
(Hassk) Kurz ex
Munro

17.

Gigantochloa balui
K.M. Wong

18.

Gigantochloa
hasskarliana (Kurz)

Gigantochloa
hasskarlianum Kurz

19.

Gigantochloa levis
(Blanco)

20.

Gigantochloa
manggong Widjaja
Gigantochloa
nigrociliata (Buse)

Bambusa levis Blanco
Gigantochloa
scribneriana Merril
Dinochloa curranii
Gamble
-

21.

22.

Gigantochloa pruriens
Widjaja

23.

Gigantochloa
pseudoarundinacea
(Steudel) Widjaja

24.

Gigantochloa ridleyi
Holtum
Gigantochloa robusta
Kurz

25.

26.
27.

28.

Gigantochloa
scortechinii
Gigantochloa wrayi
Gamble

Nastus elegntissimus

Bambusa nigrociliata
Buse oxytenan thera
nigroci liata Buse Munro
-

Bambusa pseudoarun
dinacea Steudel
Gigantochloa verticillata
(Wild) Munro
Gigantochloa maxima
Kurz
Gigantochloa verticillata
(Willd) Munro sensu
Backer
Gigantochloa kurzii
Gamble
Gigantochloa maxima
Kurz. Var viridis Holtum
-

Pring manggong
(Banyuwangi)
-

Buluh belangke,
buluh regen (Karo),
Buluh yakyak (Gayo)
Awi andong besar,
Andong leutik,
Andong kapas,
Andong batu (Sunda),
Pring gombong, Pring
surat (Jawa)
Tiying, Tiying aya
(Bali)
Awi mayan (Sunda),
Pring serit (jawa)
Buluh kapal
(Bengkulu)
Buluh dabo
(Sumatera)

Awi eul-eul (Sunda)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. (Sambungan)

No. Nama botanis

Sinonim

29.

Phyllostachys aurea
Carr. ex A & Riviere

30.

Schizostachyum
blumei Ness

31.

Schizostachyum
brachycladun Kurz

32.

Schizostachyum
caudatum Backer

-

33.

Schizostachyum
gracile
Schizostachyum
grandle Ridley
Siraten steudel

-

34.
35.
36.

Schizostachyum
latifolium Gamble

37.

Schizostachyum lima
(Blanco)

Phyllostachys
bambusoides Sieb &
Zucc. var aurea (A&C)
Riviere Makino
Phyllostachys formosana
Hayata
Melocana zollinger
Steudel var. longispi
culata Kurz ex Munro S.
Longis piculatum (Kurz
ex Munro) Kurz
-

Nama lokal dan
penyebaran
Pring cendani (Jawa),
Awi uncue (Sunda)

Awi tamiyang
(Sunda)

Bambu lemang
kuning, Lemang hijau
(Indonesia), Buluh
tolang, Buluh sero
(Maluku), Pring
lampar (Banyuwangi)
Buluh bungkok, buluh
batu (Sumatera
selatan)
Buluh alor (Bintan)

-

Buluh lemang
(Sumatera)
Schizostachyum biflorum Awi bunar (Sunda),
McClure
Pring wuluh (Jawa)
Schizostachyum
Buluh suling
longisipiculatum (Kurz ex (Sumatera utara)
Munro) Kurz sensu,
Holtum ochlandran
ridleyi Gamble,
Schizostachyum ridleyi
(Gamble) Holtum
Bambusa lama (Blanco), Buluh toi (Maluku)
Schizostachyum hallieri
Gamble

Sumber : LBN-LIPI, Beberapa Jenis Bambu (1977)

Syarat Tumbuh Bambu
Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan,
dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat
tumbuh tanaman bambu, tanaman ini akan tumbuh dengan baik ditempat yang

Universitas Sumatera Utara

sesuai untuk pertumbuhannya. Menurut Berlian dan Estu (1995), faktor
lingkungan tersebut meliputi kondisi iklim dan jenis tanah.
1. Iklim
Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu
sekitar 8,8-360C. Suhu ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran
tinggi, dengan ketinggian 0 sampai 200 mdpl. Walaupun demikian, tidak
semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian
temapt. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum
1.020 mm per tahun dan kelembapan udara yang di kehendaki minimum
80 %.
2. Jenis Tanah
Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat
sampai ringan, tanah kering sampai basah dan dari tanah subur samapai
tanah kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yag berbukut terjal
sampai tanah yang landai. Perbedaan jens tanah dapat berpengaruh
terhadap kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh
pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan umumnya
menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. pada tanah yang subur
tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi
tanaman tersebut akan terpenuhi.
Pemanfaatan bambu
Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam
hasil hutan non kayu, meskipun demikian manfaat bambu dalam kegiatan

Universitas Sumatera Utara

konservasi sangat baik untuk menahan erosi dan sedimentasi, terutama didaerah
bantaran sungai yang banyak terdapat di wilayah Magelang. Dalam konteks tata
air, bambu juga efektif untuk menahan run off air, sehingga banyak berfungsi di
daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang
baikdan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam dipusat
pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia, 2000).
Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi
kehidupan, semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan
rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Berikut
diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya (Departemen
Kehutanan 2004).
a. Akar
Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah
bahaya banjir, takheran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di
pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan
kelestarian tempat tersebut. Bambu juga dapat berperan menangani limbah
beracun akibat keracunan merkuri, bagian tanaman ini menyaring air yang
terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akaernya. Selain itu akar
bambu melakukan penampung mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber
penyediaan air sumur (Departemen Kehutanan, 2004)
b. Batang
Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan
untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari, batang
bambu baik yang masih muda maupun yang sidah tua dapat digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

berbagai macam keperluan, namun ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak
dapat dimanfaatkan (Departemen Kehutanan, 2004)
c. Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan
kecil seperti uli dan wajik, selain itu di dalam pengobatan tradisional daun
bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas
pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung zat yang
bersifat mendinginkan, dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah
dihalau,

dari

hasil

penelitian

diketahui

cairan

bambu

juga

dapat

menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan darah tinggi
(Departemen Kehutanan, 2004)
d. Rebung
Rebung merupakan tunas bambu atau disebut uga trubus bambu merupakan
kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar
rhizome maupun buku-bukunya, rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan yang tergolong kedalam jenis-sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis
bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk pangan, karena rasanya ada yang
pahit (Departemen Kehutanan, 2004)
e. Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai
dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam
sebagai tanaman pagar dipekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu
hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas,
halaman terbatas, dan untuk pot.

Universitas Sumatera Utara

Produk Olahan Bambu
1. Bambu Lapis
Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan
sebagai bahan baku kayu lapis, berbgai macam produk bambu lapis dibuat
baik dari sayatan bambu maupun pelepuh bambunya.
2. Bambu Lamina
Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan
potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang
selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang, lapisannya umumnya 2-5 lapis,
banyak lapisan tergantung ketebalan yang diinginkandan penggunaannya.
3. Papan Semen
Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur, bambu terlebih
dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari, selanjutnya
dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada suhu 560C
dengan waktu selama 9 jam.
4. Arang Bambu
Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara
timbun skala semi pilot, bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali,
bambu ater, bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata
6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana
sifat arang yang dihasilkan relatif sama dengan arang kayu bakau.
5. Pulp
Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan
kertas, cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong

Universitas Sumatera Utara

dan diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan
suhu tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian
pulp dicuci dan disaring, kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam.
Hasil uraian disaring, dicuci dan diputihkan, setelah dicuci pulp dibuat
lembaran sebagai bahan pembuat kertas.
6. Kerajian dan Handicraft
Berbagai kerajinandan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat
pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dll.
7. Sumpit
Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup
kebutuhan peralatan makan berupa sumpit, tusuk sate dan tusuk gigi.
Perkembangannya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila
dikerjakan dengan mesin secara otomatis
8. Furniture dan perkakas Rumah tangga
Bambu yang dipergunakan untuk meubel harus memenuhi beberapa syarat,
selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai
seni yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Bambu hitam dan bambu
betung banyak digunakan untuk furniture antara lain : meja, kursi, tempat
tidur, meja makan, lemari pakaiaan dan lemari hias. Disamping itu bambu
juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan aksesoris penghias
rumah.
9. Komponen Bangunan dan Rumah
Bambu yang digunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih
dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minggu kemudian

Universitas Sumatera Utara

dikeringkan, kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar hama
yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan
kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, juga sering digunakan untuk
menutup pori-pori bambu.
10. Rebung
Bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran dalam bentuk rebung, jenis
jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama
sekali tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik.
11. Bahan Alat Musik Tradisional
Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang bambu, bambu dapat
dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang
khas, faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna
memperoleh kualitas yang memadai. Contoh yang terkenal alat musik yang
terbuat dari bambu adalah seruling, angklung, gambang, calung, kentong, dll.
Pembuatan alat musik dari bambu dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan
penanganan pekerjaan, misalnya pada pembuatan angklung, bambu dipilih
dari jenis bambu tertentu, bambu temen, bambu hitam, bambu lengka dan
bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat kerangkanya, waktu
penebangan harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim
kemarau. Setelah bambu dibentuk, kemudian distem nadanya sebelum dan
sesudah dipasang tabung-tabung nadanya (Batubara, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Pemasaran
Pengertian Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler (1997), pemasaran merupakan suatu proses
sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.
Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi
sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun
konsekuensi sosial perusahaan.
Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya,
untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai
jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan
penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan

Universitas Sumatera Utara

kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen
mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan .
Secara

definisi,

Manajemen

Pemasaran

adalah

penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk
mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa
pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan
mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan
falsafah baru ini disebut Konsep Pemasaran (Swastha, 1979 ).
Fungsi Pemasaran
Pemasaran berfokus kepada aktivitas kompleks yang harus menampilkan
tujuan yang jelas dan pertukaran yang umum. Aktivitas ini termasuk pembelian,
penjualan, transportasi, keuangan, penelitian pemasaran, dan pengambilan risiko
Konsep Pemasaran
Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan
kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal
ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada
produk, dan penjualan.
Secara definitif dapat dikatakan bahwa: Konsep Pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tiga
unsur konsep pemasaran antara lain, orientasi pada konsumen, penyusunan
kegiatan pemasaran secara integral, kepuasan konsumen .

Universitas Sumatera Utara

Analisis Pemasaran
Luas pasar
Luas pasar bagi perusahaan tidak selalu berarti penjumlahan seluruh
populasi penduduk. Populasi penduduk tidak selalu berarti populasi pasar.
Populasi pasar (Market population) atau sering disebut sebagai potensial pasar
adalah keseluruhan permintaan terhadap produk tertentu pada wilayah dan periode
waktu yang berbeda pula.
Tidak semua potensi permintaan tersebut mampu dicapai (accesable) atau
dilayani oleh industri produk tertentu (keseluruhan perusahaan sejenis). Dan juga
tidak semua total pasar tersebut sesuai dengan kapasitas total perusahaan maupun
tujuan perusahaan, bagi pasar potensial ini merupakan bagian pasar yang tersedia
(available market) bagi perusahaan.
Dari potensi pasar yang tersedia tidak semua permintaannya dapat dipenuhi
oleh perusahaan produk tertentu karena diperlukan beberapa persyaratan tertentu,
misalnya kualitas produk. Sehingga perlu dibedakan lagi pasar yang tersedia dan
sekaligus juga memenuhi persyaratan (qualified available market) tertentu.
Meskipun demikian, bagian pasar yang tersedia tersebut itupun masih pula
diperebutkan oleh pesaing-pesaing perusahaan. Sehingga dapat terjadi, bagian
pasar yang dilayani (served marked) perusahaan akan menjadi kecil. Dan juga
tidak semua bagian pasar yang dilayani akan menjadikan sasaran (target) pasar
bagi perusahaan sesuai dengan kemampuan maupun tujuan perusahaan.
Bagi pasar (target market) yang akan dilayani perusahaan adalah sasaran yang
merupakan rencana penguasaan pasar. Akan tetapi dalam realisasi, dapat terjadi
penguasaan pasar yang dicapai dapat lebih rendah dari rencana. Bagian pasar yang

Universitas Sumatera Utara

dapat dikuasai adalah pasar aktual yang direalisir. Bagian ini bila dibandingkan
dengan pasar yang dapat dipenuhi oleh keseluruhan industri adalah kemampuan
penguasaan perusahaan atas pasar (market share).
Secara ringkas beberapa pengertian tentang tingkatan luas bagian-bagian pasar
dapat ditujunkan sebagai berikut :
Permintaan pasar

Populasi pasar

Pasar yan