Anak Jalanan Kecamatan Medan Johor Kota Medan

(1)

ANAK JALANAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh:

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

IMMANUEL L SEMBIRING NIM : 060902018


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

IMMANUEL L SEMBIRING 060902018

ANAK JALANAN KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 104 halaman, 2 bagan, 54 tabel, 2 lampiran, 26 pustaka)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, menyebutkan bahwa, jumlah penduduk miskin perkotaan 2008 tercatat 47,11 persen dari 1,78 juta jiwa. Hal inilah salah satu penyebab banyaknya lahir anak jalanan, walaupun pada dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan mereka turun ke jalan. Tetapi juga, karena keinginan mereka sendiri untuk merasakan kebiasaan tanpa banyak aturan dan norma dari orangtua dan lingkungan sosialnya. Data tahun 2008 yang diperoleh dari Dinsos Sumut menunjukkan jumlah anak jalanan yang tersebar di kabupaten dan kota yang ada di sumatera utara ada sebanyak 18.741 orang anak jalanan. Dengan melihat kondisi ini, pemerintah dan pihak-pihak NGO (Non-Goverment Organization )yang berbasis dalam penanganan anak jalanan tersebut kurang profesional setidaknya dalam memberikan kualitas sumber Life Skill dan Edukasi bagi mereka dan meminimalisir lahirnya anak jalanan tersebut di daerah perkotaan khususnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan kondisi karakteristik dan sosial ekonom i keluarganya yang diberikan anak jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di sejumlah titik simpul persimpangan yang ditentukan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah anak jalanan tersebut yang menjadi responden yang telah ditetapkan secara Accidental Sampling, (teknik pengambilan sampel yang secara kebetulan atau diingini si peneliti tanpa ada pertimbangan apapun). Teknik pengumpulan data ini, melalui angket yang diberikan kepada anak jalanan, melakukan wawancara serta melakukan observasi dengan melihat kondisi mereka yang melakukan aktivitas pekerjaannya masing-masing dijalanan yang ada di Kecamatan Medan Johor.

Hasil dari penelitian yang didapat bahwa, sebagian besar anak jalanan tersebut berusia muda dan tergolong rata-rata masih anak-anak. Dan sebagian besar dari anak jalanan yang melakukan aktivitasnya seperti bekerja dengan mengamen, mengasong, jualan koran, dan sebagainya berasal dari luar Kecamatan Medan Johor, dan mereka bekerja atas kemauan sendiri. Dilihat dari kemampuan ekonomi orangtua yang kurang mampu, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sehingga tidak heran kalau rata-rata dari mereka telah putus sekolah atau bahkan tidak pernah bersekolah sama sekali. walau anak jalanan tersebut telah bekerja, tetapi mereka tidak saja cukup memenuhi kebutuhan hidupnya seperti gizi, 4 sehat 5 sempurna, sandang, dan juga tidak sanggup melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas Rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa Penulis ucapkan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini dengan baik, yang berjudul: “ Anak Jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan “. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan saya dengan sebaik mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.

5. Buat Temen ku Fenny dan Irene. Mele, Ramot dan Samri, Arjun, Nantha & Kokom, Nobel, Edho, Idhel, manTho, Nyuz, Lerry, Dear, Bobby, Dicky, Maykel, Lia, Evi, Jupri, Ade, Ollie, B’Alex, Dahran, Anwar, Anang, Rahmat, Nora, Tati, Mei, Yanti dan Mitha, Nova², Dewi³ dan semua Stambuk ’06 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Senior begitu juga dengan Junior ‘07, ‘08, ’09, ’10, SEMANGAT dan SUKSES selalu..

6. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapin terima kasih dan sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Sehingga diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK………...….i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR BAGAN………... .viii

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………....…………....….1

1.2Perumusan Masalah………....……..…...6

1.3Tujuan Penelitian...…………..………...…..…....6

1.4Manfaat Penelitian...………...…..….6

1.5 Sistematika Penulisan………...……...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak...9

2.1.1 Anak Jalanan...……….………...……...11

2.1.2 Ciri_ciri Anak Jalanan... .………...…....16

2.1.3 Indikator Anak Jalanan...16

2.1.4 Faktor-faktor Keberadaan Anak Jalanan...19

2.2 Kesejahteraan Sosial....………...………...…….21

2.2.2 Defenisi Kesejahteraan Sosial...21

2.2.2 Konsep Residual dan Institusional...23

2.2.3 Usaha Kesejahteraan Sosial... 25

2.3 Sosial Ekonomi...………....…...………26

2.4 Defenisi Konsep...………... ………28

2.5 Defenisi Operasional.………...………....……….…...…….. 29

2.6 Kerangka Pemikiran………..…....…….………...29


(6)

3.1 Tipe Penelitian………....……..…...31

3.2 Lokasi Penelitian………...….…...31

3.3 Populasi danSampel 3.3.1 Populasi...31

3.3.2 Sampel... 32

3.4 Teknik Pengumpuan Data...………...………...33

3.5 Teknik Analisis Data………...………...….34

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor...35

4.2 Batas-batas Wilayah...36

4.3 Wilayah Penelitian...38

4.4 Keadaan Kependudukan...40

4.5 Keadaan Geografis...41

4.5.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku...41

4.5.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama...42

4.5.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...43

4.5.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan...44

4.5.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...45

4.6 Sarana Dan Prasarana Kecamatan Medan Johor...45

4.6.1 Fasiitas Umum dan Sosial...45

4.6.2 Fasilitas Pemukiman...48

4.6.3 Sarana Pendidikan...48

4.6.4 Sarana Rumah Ibadah... 50

4.6.5 Sarana Kebersihan...50

4.7 Struktur Pemerintahan Kecamatan Medan Johor...52

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakterisitik Responden...………....……...…….….54

5.1.1 Umur...54

5.1.2 Jenis Kelamin...56


(7)

5.1.4 Tingkat Pendidikan...58

5.1.5 Agama...59

5.1.6 Suku Bangsa...60

5.1.7 Pendidikan Terakhir Orangtua...61

5.1.8 Mata Pencaharian Orangtua ( Ayah )...62

5.1.9 Mata Pencaharian Orangtua ( Ibu )...64

5.1.10 Penghasilan per Hari Orangtua ( Ayah )...65

5.1.11 Penghasilan per Hari Orangtua ( Ibu)...66

5.2Anak Jalanan Kecamatan Medan Johor...67

5.2.1 Jenis Pekerjaan...68

5.2.2 Lamanya Menjadi Anak Jalanan...69

5.2.3 Lamanya Bekerja dalam Satu Hari...70

5.2.4 Jenis Waktu yang Dpergunakan Untuk Bekerja...71

5.2.5 Alasan Bekerja...73

5.3 Sosial Ekonomi Keluarga...74

5.4 Pendapatan...74

5.4.1 Sumber Modal Awal...75

5.4.2 Penghasilan...76

5.4.3 Pemanfaatan Penghasilan...78

5.4.4 Jumlah Pakaian yang Dibeli Dalan Satu Bulan...79

5.5 Perumahan...81

5.5.1 Status Kepemilikan Rumah...81

5.5.2 Kondisi Fisik Bangunan Rumah...82

5.5.3 Sumber Air Bersih...84

5.5.4 Sumber Penerangan Rumah...85

5.5.5 Jumlah Kamar dalam Rumah...86

5.5.6 Kepemilikan Fasilitas MCK...88

5.6 Pangan...89

5.6.1 Intensitas makan dalam Satu Hari...89

5.6.2 Konsumsi Daging dalam Seminggu...90

5.6.3 Konsumsi Susu dalam Sehari...93


(8)

5.6.5 Jenis Makanan yang Dikonsumsi...95

5.7 Kesehatan...97

5.7.1 Intensitas Mengalami Sakit...97

5.7.2 Tempat Mengobati Penyakit...98

5.7.3 Sumber Biaya untuk Mengobati Penyakit...100

5.8 Pendidikan...101

5.8.1 Status Pendidikan...101

5.8.2 Sumber Biaya Pendidikan...103

5.8.3 Pendidkan Non Formal...104

5.8.4 Sumber Biaya Pendidikan Non Formal...105

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………... 106

6.2 Saran………...110


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran………... 30 Bagan 2 Struktur Pemerintahan Kecamatan


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL

Tabel 1.1 Ciri-ciri Anak Jalanan...16

Tabel 4.1 Kepala Wilayah Kecamatan Medan Johor...36

Tabel 4.2 Luas Wilayah...37

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Tahun 2010...40

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Suku...42

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Agama...43

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Mata Pencaharian...44

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Status Kewarganegaraan...44

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis Kelamin...45

Tabel 4.9 Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Medan Johor...46

Tabel 4.10 Fasilitas Pemukiman Kecamatan Medan Johor...48

Tabel 4.11 Sarana Pendidikan Kecamatan Medan Johor...49

Tabel 4.12 Sarana Rumah Ibadah Kecamatan Medan Johor...50


(11)

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...55

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...56

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Asal...57

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...58

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Agama...59

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa...60

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir Orangtua...61

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Orangtua ( Ayah )...62

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Orangtua ( Ibu )...64

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ayah/ Hari...65

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ibu/ Hari...66

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...68

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anak Jalanan...69

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja dalan Satu Hari...70

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Bekerja...71

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja...73 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan


(12)

Sumber Modal Awal Bekerja...75 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan

Jumlah Penghasilan per Hari...76 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan

Pemanfaatan Penghasilan...78 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan

Jumlah Pakaian yang Dibeli Dalam Satu Bulan...79 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan

Status Kepemilikan Rumah...81 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Dinding Bangunan Rumah...82 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Atap Bangunan Rumah...83 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan

Sumber Utama Kebutuhan Air Bersih...84 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan

Sumber Penerangan Rumah...85 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan

Jumlah Kamar di Dalam Rumah...86 Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan

Kepemilikan MCK...88 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan


(13)

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan

Intensitas Makan Daging dalam Satu Minggu...90 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan

Intensitas Makan Ayam dalam Satu Minggu...92 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan

Intensitas Susu Konsumsi Susu dalam Satu Hari...93 Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan

Intensitas Konsumsi Sayuran dalam Satu Hari...94 Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Makanan yang Dikonsumsi...95 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan

Intensitas Mengalami Sakit dalam Satu Bulan...97 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan

Tempat Mengobati Penyakit...98 Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan

Sumber Biaya Untuk Mengobati Penyakit...100 Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan

Status Pendidikan...101 Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Masih Bersekolah...102 Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan

Sumber Biaya Pendidikan...103 Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan


(14)

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

IMMANUEL L SEMBIRING 060902018

ANAK JALANAN KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 104 halaman, 2 bagan, 54 tabel, 2 lampiran, 26 pustaka)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, menyebutkan bahwa, jumlah penduduk miskin perkotaan 2008 tercatat 47,11 persen dari 1,78 juta jiwa. Hal inilah salah satu penyebab banyaknya lahir anak jalanan, walaupun pada dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan mereka turun ke jalan. Tetapi juga, karena keinginan mereka sendiri untuk merasakan kebiasaan tanpa banyak aturan dan norma dari orangtua dan lingkungan sosialnya. Data tahun 2008 yang diperoleh dari Dinsos Sumut menunjukkan jumlah anak jalanan yang tersebar di kabupaten dan kota yang ada di sumatera utara ada sebanyak 18.741 orang anak jalanan. Dengan melihat kondisi ini, pemerintah dan pihak-pihak NGO (Non-Goverment Organization )yang berbasis dalam penanganan anak jalanan tersebut kurang profesional setidaknya dalam memberikan kualitas sumber Life Skill dan Edukasi bagi mereka dan meminimalisir lahirnya anak jalanan tersebut di daerah perkotaan khususnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan kondisi karakteristik dan sosial ekonom i keluarganya yang diberikan anak jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di sejumlah titik simpul persimpangan yang ditentukan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah anak jalanan tersebut yang menjadi responden yang telah ditetapkan secara Accidental Sampling, (teknik pengambilan sampel yang secara kebetulan atau diingini si peneliti tanpa ada pertimbangan apapun). Teknik pengumpulan data ini, melalui angket yang diberikan kepada anak jalanan, melakukan wawancara serta melakukan observasi dengan melihat kondisi mereka yang melakukan aktivitas pekerjaannya masing-masing dijalanan yang ada di Kecamatan Medan Johor.

Hasil dari penelitian yang didapat bahwa, sebagian besar anak jalanan tersebut berusia muda dan tergolong rata-rata masih anak-anak. Dan sebagian besar dari anak jalanan yang melakukan aktivitasnya seperti bekerja dengan mengamen, mengasong, jualan koran, dan sebagainya berasal dari luar Kecamatan Medan Johor, dan mereka bekerja atas kemauan sendiri. Dilihat dari kemampuan ekonomi orangtua yang kurang mampu, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sehingga tidak heran kalau rata-rata dari mereka telah putus sekolah atau bahkan tidak pernah bersekolah sama sekali. walau anak jalanan tersebut telah bekerja, tetapi mereka tidak saja cukup memenuhi kebutuhan hidupnya seperti gizi, 4 sehat 5 sempurna, sandang, dan juga tidak sanggup melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Namun juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kota yang padat penduduk dan banyaknya keluarga yang bermasalah telah membuat makin banyaknya anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka. Bahkan banyak kasus yang menunjukkan meningkatnya penganiayaan terhadap anak-anak, mulai tekanan batin, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, baik oleh keluarga sendiri, teman, maupu n orang lain.

Kemiskinan perkotaan yang melanda kota-kota besar di Indonesia disebabkan oleh gejolak ekonomi yang semakin menyengsarakan masyarakat telah menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup kompleks seperti makin banyaknya pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, munculnya anak-anak jalanan, dan lainnya. Ini diperparah oleh keadaan birokrasi terhadap pelayanan masyarakat yang tidak berpihak kepada masyarakat bawah, bahkan lebih cenderung memojokkan masyarakat bawah.

Di zaman pembangunan dan modernisasi sekarang ini, begitu banyak persaingan global yang terus berujung dalam setiap memenuhi kebutuhan hidup di dalam rumah tangga dan keluarga. Keterlibatan anggota keluarga khususnya anak


(17)

menjadi sangat dibutuhkan dalam segala sektor dalam memenuhi serta membantu ekonomi keluarganya. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah dalam menaikkan pendapatannya menggunakan potensi seluruh anggota keluarganya termasuk anaknya sendiri, sehingga tidak memikirkan efek dari masa depan si anak yang terfokus dalam pencarian serta pemenuhan kebutuhan hidup di dalam keluarganya tersebut.

Berdasarkan hasil deklarasi hak-hak yang dicetuskan oleh PBB tanggal 20 November 1959. Menyatakan seorang anak tidak boleh dijadikan alat perdagangan dalam bentuk apapun juga, seorang anak tidak boleh dipekerjakan selama ia belum mencapai umur minimal yang layak, dalam segala hal ia tidak diperbolehkan menjadi sebab atau turut dalam suatu usaha pekerjaan yang turut merugikan kesehatan dan pendidikannya atau menghambat perkembangan jasmani, rohani, dan kecerdasaannya (www.isei.or.id).

Indonesia dinyatakan melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak Azasi Manusia (HAM) anak yang bersentuhan dengan hukum sehingga dalam waktu dekat akan disidangkan di Jenewa. Pelanggaran yang dilakukan Indonesia diantaranya Razia anak jalanan, Pengadilan Anak dan memenjarakan anak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Pelanggaran yang dilakukan ini akibat sistem yang masih belum di aplikasikan dilapangan karena menyangkut beberapa instansi terkait yang tidak hanya Depsos saja namun juga menyangkut Sepkumham, Kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, kata Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos (Analisa, 2009).

Dewasa ini pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, terutama di kota-kota besar. Medan adalah salah satu contoh, dimana kita akan


(18)

sangat mudah menemui anak jalanan di berbagai tempat, mulai dari perempatan lampu merah, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan bahkan mall. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa biasanya mereka memang dikoordinir oleh kelompok yang rapi dan profesional, yang sering disebut sebagai mafia anak jalanan. Setiap anggota kelompok ini mempunyai tugasnya. Ada yang melakukan

mapping di setiap perempatan jalan, ada yang mengatur antar jemput dan

sebagainya. Mafia ini mengeksploitasi anak-anak dan menjadikannya sebagai sebuah ladang bisnis. Dan yang lebih memprihatikan, kondisi ini seringkali atas persetujuan dari orang tua mereka sendiri, yang bahkan juga tak jarang berperan sebagai bagian dari mafia anak jalanan (harjasaputra.wordpress.com).

Dipilihnya ”profesi” anak jalanan semata-mata karena menjadi anak jalanan tidak memerlukan keahlian khusus. Asalkan mau menengadahkan tangan dengan wajah memelas, anak-anak sudah bisa menjadi pengemis jalanan. Untuk mengamen pun tidak harus hebat memainkan alat musik dan memiliki suara bagus. Asalkan bisa memetik gitar atau memainkan ”kecrekan” dari tutup botol dan bergumam, anak-anak sudah bisa menjadi pengamen jalanan dan menghasilkan uang. Kemudahan menjadi anak jalanan ini didukung pula oleh tindakan masyarakat yang ”berbaik hati” memberikan uang kepada mereka, ditambah belum optimalnya perhatian pemerintah menanggulangi persoalan ini.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk miskin perkotaan 2007 tercatat 47,11 persen dari 1,78 juta jiwa. Hal inilah salah satu penyebab banyaknya anak jalanan walaupun pada dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan mereka turun ke jalan. Tetapi juga, karena keinginan mereka sendiri untuk


(19)

merasakan kebiasaan tanpa banyak aturan dan norma dari orangtua (2007, http:// yayasan-kksp. Blogspot.com2008. akses 26 maret 2009 13:10 WIB).

Demikian halnya dengan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada tahun 2000, menunjukkan bahwa jumlah anak telantar di indonesia mencapai 3,1 juta anak (5,3%). Sedangkan kategori rawan telantar sekitar 10,3 juta anak (17,6%) dari jumlah seluruh anak indonesia 58,7 juta anak artinya: 13,4 juta atau 22,9% dari jumlah seluruh anak indonesia, memerlukan perhatian khusus untuk mencegah dan mengentaskan mereka dari ketelantaran (Untung, dalam jurnal penelitian kesejahteraan sosial, 2004: 23&24).

Secara nasional pada tahun 2002 jumlah anak jalanan sekitar 160.000 anak, anak telantar usia 6-8 tahun sekitar 3.488.309 anak dan jumlah anak yang rawan telantar 10.322.674 anak (Aminatun, sesuai data jurnal penelitian kesejahteraan sosial, 2007:14). Sesuai data Depsos, jumlah anak telantar pada tahun 2006 di Sumatera Utara 331.113 anak. (http://tempointeraktif.com. diakses 20 maret 2009 16.45 WIB).

Saat ini tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah anak jalanan di Sumatera Utara sendiri pada tahun 2007, KKSP (Kelompok Kerja Sosial Perkotaan) memperkirakan jumlah anak jalanan di seluruh kabupaten dan kota sekitar 5000 anak (http://www.kksp.or.id/ 7 maret 2009).

Data tahun 2007 yang diperoleh harian surat kabar waspada dari Dinsos Sumut menunjukkan jumlah gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak terlantar mencapai 95.791 orang. Dengan rincian 3.300 orang pengemis, 4.823 orang gelandangan, 18.741 orang anak jalanan, 68.927 orang anak telantar,


(20)

sedangkan anak balita telantar berjumlah 62.428 orang (http://yayasan kksp.blogspot.com/).

Adapun saya mengambil tertarik mengambil penelitian di Kecamatan Medan Johor, dikarenakan begitu banyak anak jalanan berada di jalur persimpangan lampu merah, Karena daerahnya yang merupakan jalur transit, jalan protokol yang penting dan akses yang cukup padat ke semua tempat-tempat tertentu dikota Medan dan begitu juga jalur lintas yang padat menghubungkan antar kota dan daerah di persimpangan jalan Kecamatan Medan Johor tersebut. Dan dalam kehidupan kesehariannya, anak-anak jalanan melakukan interaksi dengan berbagai elemen sosial yang ada dijalan, baik sesama anak maupun orang dewasa dengan berbagai latar belakang profesi. Ketika mereka sudah berada dijalan, semua sumber-sumber daya yang mereka miliki dikerahkan untuk memperoleh penghasilan berupa uang secara singkat. Mengamen, menyemir sepatu, berjualan rokok, koran hingga mengemis adalah pekerjaan favorit yang ditekuni oleh anak-anak jalanan disitu.

Sekalipun perhatian pemerintah dan masyarakat dalam menangani kesejahteraan anak sudah ada namun dianggap belumlah sebanding antara perkembangan masalah yang ada dengan upaya pemecahan maupun hasil pemecahannya (Soeadijar,1990:13).

Berdasarkan informasi dan peristiwa tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “ Anak Jalanan di Kelurahan Medan Johor Kota Medan.”


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan adalah :

“ Bagaimanakah Kondisi Anak Jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan ”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : “Untuk mengetahui gambaran yang diberikan anak jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan”.

1.4. Manfaat penelitian

Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

1) Memberikan konstribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat yang menangani anak jalanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anak tersebut.

2) Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP USU dalam menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis, serta untuk mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah dalam penelitian ini.


(22)

3) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya khususnya yang berbasis anak jalanan.


(23)

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, bagan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan untuk menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.

Menurut Atika, bahwa anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang anak. Faktor keterbatasan kemampuan karena anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum dewasa, disebabkan kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan dan mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa(Huraerah, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1/1974 pasal 47 (1) dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada dibawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Dalam


(25)

Undang-Undang No.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah.

Konvensi Hak Anak (KHA), mendefenisikan “anak” secara umum sebagai yang umumnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalm Perundangan Nasional. Namun pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam Perundangan Nasional dari tiap-tiap Negara peserta (UNICEF, 2003 : hal 3&21).

Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak juga yang masih dalam kandungan (UNICEF, 2003 : 23). Di dalam Keputusan Presiden No.36 Tahun 1990 tentang hak-hak anaka dinyatakan, anak-anak seperti juga halnya dengan orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan khusus dan kerawanannya, maka hak-hak anak perlu diperlakukan dan diperhatikan secara khusus.

Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagi berikut : 1. Hak untuk hidup layak

Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang laak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2. Hak untuk berkembang

Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, bermain bebas, mengeluarkan pendapat, setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar tanpa halangan. Memilih agama,


(26)

mempertahankan keyakinannya dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya.

3. Hak untuk dilindungi

Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekuatan, ketidakpedulian dan eksploitasi.

4. Hak untuk berperan serta

Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya termasuk kebebasan untuk berperan, berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota perkumpulan.

5. Hak untuk memperoleh kehidupan.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat lanjut harus dianjurkan dan motivasi agar dapat diikuti oleh sebanyak mungkin anak. (Atika, 2004: 94)

2.1.1. Anak Jalanan

Di tengah ketiadaan defenisi yang dapat dijadikan sebagai dasar pegangan oleh berbagai pihak, dijumpai adanya pengelompokkan anak jalanan berdasarkan hubungan mereka dengan keluarga. Pada awalnya ada dua kategori, yaitu :

1. Children on the street, dan

2. Children from families of the street.

Anak jalanan merupakan kelompok anak yang marjinal perkotaan. Fenomena keberadaan mereka semakin dirasakan ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997. Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran umum yang menunjukkan 60 % anak jalanan putus sekolah dan 80 % anak jalanan


(27)

masih tinggal dengan orangtua mereka (Departemen Sosial RI kerjasama YKAI, 1996 : 63).

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam meningkatnya anak jalanan. Meningkatnya gejala masalah keluarga seperti kemiskinan, pengangguran, perceraian, kawin muda serta kekerasan dalam keluarga sebagai akibat dari memburuknya kondisi ekonomi dan kondisi politik di Indonesia membuat keluarga tidak memiliki lagi keberadaan dalam melindungi anggota keluarganya. Semakin menyudutnya ketidakberdayaan masyarakat, kasus-kasus pengangguran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka dengan alasan “demi pembangunan” merupakan salah satu penyebab meningkatnya anak turun ke jalanan.

Kesenjangan pembangunan desa dan kota mengakibatkan banyak penduduk desa yang berduyun-duyun pergi ke kota untuk mengadu nasib, namun karena tidak cukupnya bekal pengetahuan serta keahlian membuat sebagian dari mereka terlempar dari persaingan dan terpaksa hidup ditempat-tempat kumuh, bahkan dikolong jembatan untuk mempertahankan hidup. Buruknya lagi mereka datang dengan anak-anak mereka. Dengan kondisi mereka yang buruk, mengakibatkan anak dipaksa untuk ikut menanggung beban hidup keluarga.

Pembangunan juga telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan, taman dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat berpengaruh pada daerah-daerah kumuh perkotaan dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja. Selain hal tersebut, meningkatnya anak putus sekolah juga telah banyak menyebabkan sebagian anak mencari pekerjaan dan jalanan, mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang.


(28)

Defenisi anak jalanan terus meluas. Dari anak-anak yang baik siang dan malamnya berada dijalanan, hingga anak-anak yang sebagian besar waktunya ada di jalan, tetapi malamnya beristirahat di rumah.

Departemen Sosial Republik Indonesia mendefenisikan, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berusia antara 5-18 tahun.

2. Melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan. 3. Penampilannya kebanyakan kusam.

4. Pakaiannya tidak terurus.

5. Dan mobilitasnya tinggi (high risk).

Anak jalanan mempunyai ciri khas yang berbeda dari anak biasa. Untuk memahami anak jalanan ini, berikut yang dirumuskan dalam lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselenggarakan Departemen Sosial pada tanggal 25-26 Oktober 1995, akan membantu kita dalam memahami permasalahan anak jalanan. “Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya”. Defenisi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Ferry Johannes pada seminar tentang Pemberdayaan Anak Jalanan yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung pada bulan oktober 1996, yang menyebutkan “anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya untuk bekerja ataupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan


(29)

keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan keluarga/orangtua” (Huraerah, 2006 : 80).

Saat ini ada dua macam kategori anak jalanan yang umum dibinakan oleh berbagai lembaga yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan anak jalanan. Pertama, anak yang bekerja atau mencari uang di jalanan tetapi masih pulang kerumah dan masih berhubungan dengan orangtuanya. Kedua, anak yang seluruh waktunya dihabiskan di jalanan untuk bertahan hidup, serta tidak pernah berhubungan dengan orangtuanya.

Berdasarkan hasil survei dari Departemen Sosial dan lembaga-lembaga anak yang ada di Indonesia, anak jalanan dikelompokkan kedalam 3 kategori :

1. Anak jalanan yang hidup di jalanan dengan kriteria :

1) Putus hubungan atau tidak bertemu dengan orangtuanya.

2) 8-10 jam berada di jalanan untuk “bekerja” (mengamen, mengemis, memulung) dan sisanya mengelandang/tidur.

3) Tidak bersekolah lagi.

4) Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.

2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria : 1) Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. 2) 8-16 jam berada di jalanan.

3) Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orangtua/saudara, umumnya tinggal di daerah kumuh.

4) Tidak lagi bersekolah.

5) Pekerjaan : penjual koran, pedagang asongan, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu dan lain-lain.


(30)

6) Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.

3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria :

1) Bertemu teratur setiap hari, tinggal dan tidur dengan keluarganya.

2) 4-6 jam berada di jalanan. 3) Masih bersekolah.

4) Pekerjaan : penjual Koran, penyemir sepatu, pengamen dan lain-lain.

Pada awalnya kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utamanya muncul anak jalanan. Belakangan pernyataan ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan dipandang sebagai salah satu faktor resiko yang memunculkan anak jalanan tetapi bukan satu-satunya. Ada variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga atau pengaruh lingkungan.

Seseorang bisa dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun dan menggunakan jalan sebagai tempat mencari nafkah dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari. Ada beberapa tipe anak jalanan, yaitu :

1. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua dan tinggal dengan orang tua.

2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua.

3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.


(31)

4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga.

2.1.2. Ciri-Ciri Anak Jalanan

Adapun ciri-ciri dari anak jalanan tersebut dibagi menjadi dua sifat yaitu bersifat Abstrak dan bersifat Psikis. Adapun kedua sifat tersebut dapat dilihat penjelasannya dalam daftar tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Bersifat Abstrak Bersifat Psikis

1. Warna kulit kusam

2. Rambut kemerah-merahan/ pirang

3. Kebanyakan berbadan kurus 4. Pakaian tidak terurus

5. Dirinya tidak nyaman/ Bau

1. Mobilitas tinggi

2. Acuh tak acuh penuh curiga 3. Sangat sensitif

4. Berwatak keras 5. Kreatif

6. Semangat hidup tinggi 7. Berani menanggung resiko 8. Mandiri

Sumber : KKSP, 2008.

2.1.3. Indikator Anak Jalanan

Berdasarkan data yang dihasilkan melalui survei oleh berbagai lembaga anak diperoleh bahwa indikator anak jalan adalah :

1. Usia berkisar antara 6-18 tahun. 2. Intensitas hubungan dengan keluarga.


(32)

1) Masih berhubungan maksimal sekali perminggu 2) Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga 3. Waktu yang dihabiskan dijalan lebih dari 4 jam sehari 4. Tempat tinggal :

1) Tinggal bersama orangtua

2) Tinggal berkelompok dengan teman-temannya 3) Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap 5. Tempat anak jalanan sering dijumpai :

1) Pasar

2) Terminal bus/angkot 3) Stasiun kereta api 4) Taman-taman kota 5) Daerah lokalisasi WTS

6) Perempatan jalan atau di jalan raya 7) Pusat perbelanjaan atau mall 8) Kendaraan umum (ngamen) 9) Tempat pembuangan sampah 6. Aktifitas anak jalanan :

1) Penyemir sepatu 2) Mengasong

3) Menjadi calo secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari 4) Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minimal, 5) Menjajakan majalah/Koran


(33)

7) Mencuci kendaraan 8) Menjadi pemulung 9) Menjadi kuli angkot 10) Menyewakan paying 11) Pengamen

12) Menjadi penghubung atau penjual jasa 7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan :

1) Modal sendiri 2) Modal kelompok 3) Modal majikan/patron 4) Stimulasi/bantuan 8. Permasalahan :

1) Korban eksploitasi pekerjaan dan seks 2) Rawan kecelakaan lalu lintas

3) Ditangkap petugas 4) Konflik dengan anak lain 5) Terlibat tindakan criminal

6) Ditolak masyarakat lingkungannya 9. Kebutuhan anak jalanan :

1) Aman dalam keluarga 2) Bantuan usaha

3) Pendidikan bimbingan keluarga 4) Gizi dan kesehatan


(34)

5) Hubungan harmonis dengan orangtua, keluarga dan masyarakat (Nurdin:1989).

2.1.4. Faktor-Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Secara umum ada 3 tindakan sebab masalah anak jalanan yaitu :

1. Tingkat Mikro (Immudiate Cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya. Pada tingkat mikro ini yang biasa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga biasa berdiri sendiri, yakni :

1) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus sekolah, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.

2) Sebab dari keluarga adalah terlantar. Ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orangtua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga/tetangga, terpisah dengan orangtua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial.

2. Tingkat Messo (Underlying Cause), yaitu faktor di masyarakat. Pada tingkat masyarakat, sebab yang dapat diidentifikasi meliputi : 1) Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu

peningkatan keluarga, anak-anak diajakan bekerja yang mengakibatkan drop out dari sekolah.


(35)

2) Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti.

3) Penolakan mayarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal.

3. Tingkat Makro (Basic Cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.

Pada struktur makro, sebab yang dapat diidentifikasi adalah :

1) Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian, mereka harus lama di jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.

2) Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, prilaku guru yang deskriminatif. Dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokrasi yang mengalahkan kesempatan belajar.

4. Belum seragamnya unsur-unsur Pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai

Trouble Maker/pembuat masalah (Security Approach/pendekatan


(36)

2.2. Kesejahteraan Sosial

2.2.1. Definisi Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“ Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya “.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009 dalam pasal 3 ayat 1, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;

2. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; 3. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial;

4. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam rangka penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;

5. meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;

6. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial (UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009). Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :


(37)

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat-akibat lain.

2. Meyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

Menurut UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009 Pasal 8 menegaskan bahwa, masyarakat mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial selaras dengan garis kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah.

Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial. W.A Fridlander mendefenisikan :

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial


(38)

yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”.

(Muhaidin, 1984: 1-2.)

Defenisi di atas menjelaskan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“ Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadianya secara sempurna”(Suparlan, 1989: 53)

Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa, menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional, dan ekonominya”(Wibawa, 1982: 13).

2.2.2. Konsep Residual dan Institusional

Harold L.Wilensky and Charles N. Lebeaux (1965) membagi dua konsep kesejahteraan sosial :

1. Konsep Residual dan 2. Konsep institusional.


(39)

Dalam konsep residual, lembaga-lembaga kesejahteraan sosial lainnya anak memainkan perannya apabila struktur masyarakat yang normal yang biasanya memberikan layanan sosial seperti keluarga dan pasar mengalami disfungsi. Sedangkan menurut konsep institusional bahwa kesejahteraan sosial dan lembaga-lembaganya menurut fungsi dari masyarakat untuk memberikan pelayanan-pelayanan sosial (Muhaidin, 1984 : 2 - 8).

Konsep residual didasarkan pada anggapan bahwa di dalam masyarakat ini ada dua saluran “ilmiah” dan melalui kedua saluran itulah kebutuhan-kebutuhan individu dapat terpenuhi, yaitu keluarga dan ekonomi pasar. Kedua saluran tersebut merupakan structure of supply yang biasanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Akan tetapi kedua saluran tersebut tidak selamanya dapat berfungsi secara mamadai.

Hal itu disebabkan oleh gangguan dalam fungsi keluarga dan ekonomi pasar atau karena individu itu sendiri tidak dapat memanfaatkan saluran-saluran tersebut karena adanya hambatan seperti sakit, usia tua dan hambatan-hambatan lainnya. Dalam keadaan yang demikian, maka suatu mekanisme ketiga struktur kesejahteraan sosial perlu memainkan peranan secara aktif untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Konsep institusional didasarkan pada pandangan bahwa kehidupan masyarakat modern sangat kompleks, sehingga tidak mungkin setiap individu dapat memenuhi semua kebutuhannya, baik melalui keluarga maupun lingkungan kerjanya dan hal itu dianggap sebagai suatu kondisi yang normal. Oleh karena itu kesejahteraan sosial dianggap sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat modern.


(40)

Walaupun kedua konsep di atas kelihatannya bertentangan satu sama lain, dalam prakteknya dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Konsep manapun yang ditekankan dalam praktek, tidak ada satupun dari konsep tersebut yang terjadi dalam keadaan vacum, setiap konsep lahir sebagai referensi dari kondisi sosial dan kebudayaan masyarakat pada saat tertentu. Dengan kata lain kondisi sosial dan budaya masyarakat sangat menentukan corak konsep yang paling sesuai untuk dilaksanakan.

2.2.3. Usaha Kesejahteraan Sosial

Dalam Undang-undang RI tentang Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebabkan bahwa usaha-usaha kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program dan kegiatan yang diarahkan untuk mencegah, mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosial. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa usaha-usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat.

Dalam undang-undang RI tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 pasal 3 dinyatakan :

“ Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari


(41)

kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera “.

Pernyataan tersebut di atas menegaskan bahwa anak berhak untuk mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial anak-anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

2.3. Sosial Ekonomi

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993 : 5).

Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup


(42)

dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto :

“Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak” (Soekanto, 1990 : 48).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 : 35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari

Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi


(43)

sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly dalam Susanto, 1984 : 120).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.

2.5. Definisi Konsep

Defensi konsep adalah istilah dari defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstraksi kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989 ; 33).

Konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan istilah dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tecipta suatu persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian pemakaian istilah yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk memperjelas penelitian ini, maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di jalanan, atau di tempat-tempat umum lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan, pusat perbelanjaan, atau taman kota..


(44)

2.6. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 33). Dengan defenisi operasional dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang akan diukur dan dianalisa dalam variabel yang ada.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui : 1. Aktifitas Pekerjaan.

2. Waktu dalam bekerja 3. Motivasi untuk berkerja 4. Modal yang digunakan 5. Penghasilan yang diperoleh. 6. Kondisi Kesehatan

7. Kondisi Perumahan 8. Pendidikan

2.7. Kerangka Pemikiran

Keluarga merupakan organisasi terkecil yang ada didalam masyarakat, keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, ayah adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Bila dilihat pada zaman sekarang ini, banyak anak yang bekerja dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Hal seperti ini pada umumnya dikarenakan faktor kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya


(45)

pendapatan yang diperoleh oleh kepala keluarga. Rendahnya pendapatan tersebut dapat disebabkan oleh pendidikan yang rendah, produktifitas rendah, keadaan alam yang tidak menguntungkan.

Selain kemiskinan, tradisi suatu suku, modernisasi, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, masalah disorganisasi keluarga dan lingkungan dari tempat tinggal juga merupakan faktor yang menyebabkan anak-anak terpaksa untuk bekerja dan memberikan kontribusi dalam pemenuhan ekonomi keluarga dengan cara yang mudah yaitu, menjadi anak jalanan atau bekerja dijalanan sebagai pengamen, penjual rokok & koran, penyemir sepatu, pengasong dan sebagainya.

Anak-anak yang bekerja dijalanan dapat membantu keluarga dalam perekonomiannya dan kematangan pribadi. Tetapi, anak yang bekerja dijalanan juga mempunyai efek samping, yaitu terjadinya kemunduran fisik, anak putus sekolah dan juga kemerosotan moral.

Untuk lebih jelasnya, uraian tentang kontribusi anak jalanan terhadap sosial ekonomi keluarganya, maka peneliti menggambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANAK JALANAN

Kontribusi Anak Jalanan :

1. Aktivitas Pekerjaan. 2. Waktu dalam bekerja 3. Motivasi untuk bekerja 4. Modal yang digunakan 5. Penghasilan yang diperoleh. 6. Kondisi Kesehatan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang sekedar hanya menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel (Faisal, 2008 : 20). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi anak jalanan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi tersebut dikarenakan terdapatnya banyak anak jalanan yang melakukan aktivitas di sekitar titik simpul persimpangan jalan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah Jumlah total dari keseluruhan unit atau elemen dimana peyelidk tertarik. Populasi adalah seluruh unit-unit yang darinya sampel dipilih. Populasi dapat berupa organism, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009 : 253).


(47)

Berdasarkan pra survei yang saya lakukan di lokasi Kecamatan Medan Johor di sejumlah titik simpul terdapatnya keberadaan anak jalanan seperti titik simpul persimpangan lampu merah Simpang Pos terdapatkan 19 orang anak jalanan, di titik simpul persimpangan jalan Titi Kuning mendapatkan 13 orang anak jalanan, di titik simpul simpang Karya Wisata saya mendapatkan 8 orang anak jalanan. Dan begitu juga ada beberapa di titik persimpangan lainnya di wilayah Kecamatan Medan Johor yang tidak terdapat anak jalanan, dikarenakan titik tersebut tidak mempunyai akses yang menguntungkan anak jalanan dalam menghasilkan uang bagi mereka. Setelah saya hitung dari jumlah keseluruhan populasi yang saya lakukan dalan pra survei ini adalah 40 orang anak jalanan. (pra survei tanggal 25 Mei 2010)

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004:57). Berdasarkan uraian tersebut, Maka dalam hal ini dikarenakan populasi kurang dari 100 maka semua populasi diambil sebagai sampel. Dari jumlah keseluruhan populasi yang saya lakukan dalam pra survei ini adalah 40 orang anak jalanan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel tersebut adalah accidental sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang pemilihan sampel konvenien (Convenience sampling), merupakan pemilihan sampel dari sapa saja yang kebetulan ada atau dijumpai menurut keinginan peneliti. Orang yang dipilih sebagai anggota atau bagian dari sampel adalah siapa saja mereka yang kebetulan ditemukan atau mudah dijangkau tanpa ada pertimbangan apa pun (Silalahi. 2009 : 272).


(48)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui :

1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui :

1) Wawancara, yaitu data variabel (kata-kata) sebagai data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab.

2) Angket, yaitu kegiatan mengumpul data dilakukan dengan cara menyebar suatu daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk tanya jawab oleh responden.

3) Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian


(49)

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sehingga nantinya penulis dapat mendeskripsikan informasi dan data yang diperoleh dalam penelitian, dimana pengolahan data dilakukan dengan manual, data dikumpulkan dari hasil kuesioner (angket) dan wawancara. Kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu 21 Kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 Meter dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1973 tanggl 10 Mei 1973 yang luas arealnya ± 3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140/ 4078/ K /1978 tentang Pemekaran Keluarahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah kelurahan yang tadinya ada hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991, Kecmatan Medan Johor mengalami Pemekaaran sehingga jumlah kelurahan menjadi 6 Kelurahan yaitu : Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning, elurahan Kedai Durian, Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kelurahan Kwala Bekala.

Selama terbentuknya Kecamatan Medan Johor dari tahun 1973 sampai dengan saat ini sapat dilihat daftar nama-nama Camat yang pernah menjabat sebagai Kepala Wilayah Di Kecamatan Medan Johor yaitu :


(51)

Tabel 4.1

Kepala Wilayah Kecamatan Medan Johor

No NAMA CAMAT MASA BAKTI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Adnan Ramlan

Drs. Gandhi Diapari Tambunan

B.S Parluangan

Drs. Zainal Arifin Nasution, BA Drs. H Ramli

Ahmad Husni Nasution, BA Drs.Farit Wajedi

H. Dammikrot, S.sos, Msi Nasib S.sos, M.si

Pulungan Harahap, SH, M.si Mhd. Azwarlin Nasution, SH

1974 s/d 1977

1977 s/d 1979

1979 s/d 1985 1985 s/d 1988 1988 s/d 1993 1993 s/d 1998 1998 s/d 1999 1999 s/d 2004 Feb 2004 s/d 6 Des 2006

6 Des 2006 s/d 2010 2010 s/d sampai saat ini Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

Dari beberapa mantan Camat Medan Johor yang menujukan prestasi kerja/ kinerja yang sangat dibanggakan adalah Bapak Drs.H.Ramli, MM pernah menjabat sebagai wakil walikota Medan mendampingi Drs.H.Abdillah, Ak, MBA yang terpiih dalam pemilihan Kepala Daerah secara langsung Kota Medan 2005, yang sebelumnya menjabat sebagai sekertaris Kota Medan.

4.2 Batas-batas dan Luas Wilayah


(52)

Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal keseluruhan ± 1.696 Ha yang terdiri daru 6 Kelurahan, memliki 81 Lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamata Medan Maimun dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru, dan Medan Selayang.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namorambe dan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang.

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan.

Untuk mengetahui luas wilayah Kecamatan Medan Johor secara lebih rinci berikut Jumlah penduduk sampai dengan Triwulan I Tahun 2010 per 31 Maret 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Luas Wilayah

No Nama Kelurahan Luas Wilayah (Km²)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Sukamaju Titi Kuning Kedai Durian PKL. Mansyur Gedung Johor Kwala Bekala

152 181 98 400 315 550

Total 1696


(53)

4.3 Wilayah Penelitian

Adapun yang menjadi titik kumpul anaka jalanan di Kecamatan Medan Johor yaitu :

1. Persimpangan Titi Kuning.

Simpang Titi Kuning terletak diantara tiga pertemuan tiga jalan besar yaitu jalan Brigjen Katamso, jalan A.H Nasution dan jalan Tritura. Tidak diketahui mengapa simpang ini dinamakan simpang titi kuning, namun apapun namanya untuk beberapa orang, simpang titi kuning merupakan nadi kehidupan dan salah satunya adalah kehidupan anak jalanan. Simpang Titi Kuning tersebut masuk ke dalam wilayah Kelurahan Titi Kuning.

Terdapat 2 simpang Titi Kuning yang biasa digunakan sebagai tempat untuk beraktifitas yaitu simpang atas dan simpang bawah. Simpang atas berada di jalan A.H Nasution sedangkan simpang bawah berada di jalan Brigjen Katamso dan jalan Tritura. Di simpang atas mayoritas adalah anak-anak punk yang biasanya mengamen membawakan nuansa musik yang lebih memberontak kepada sistem dan pemerintah. Sedangkan simpang bawah adalah anak-anak jalanan yang aktifitasnya mengamen, mengemis, membersihkan kaca mobil, mengasong dan yang lainnya.

Anak-anak Punk tidak mau disamakan dengan anak jalanan demikian juga anak jalanan tidak mau disamakan dengan anak punk. Alasannya karena mereka anak punk memiliki ideology tersendiri yaitu anarchy. Anarchy adalah dimana suatu negara tanpa pemerintah, sehingga semua orang adalah sama


(54)

2. Persimpangan Karya Wisata.

Adapun letak simpang ini pertemuan antara jalan A.H Nasution dan jalan Karya Cipta (Namorambe) yang wilayahnya masuk ke dalam Kelurahan Pangkalan Mansyhur. Tidak berbeda dengan simpang-simpang yang terletak di Kecamatan Medan Johor. Simpang Karya wista merupakan simpang yang mempunyai nilai hasil bagi aktivitas sehari-hari anak jalanan tersebut.

Dari beberapa anak jalanan tersebut memilih daerah titik persimpangan Karya Wisata ini dikarenakan tempat peralihan objek setting pekerjaan mereka dari persimpangan Titi Kuning yang mayoritas diambil objeknya oleh anak-anak Punk yang jaraknya begitu dekat dari simpang Karya Wisata ini. Mereka tidak mau brerurusan dengan yang namanya anak-anak Punk, karena biasanya anak-anak-anak-anak jalanan tersebut kalau tidak nurut mereka akan di pukuli, di keroyok oleh sekomunitas anak-anak punk yang berada di Simpang Titi Kuning. Dan anak-anak jalanan ini memiliki pekerjaaan seperti mengamen, menjual koran, mengasong dan lain sebagainya.

3. Persimpangan Simpang Pos.

Tidak berbeda dengan titik persimpangan yang lainnya yang ada di Kecamatan Medan Johor, Simpang Pos merupakan pertemuan antara Jalan Letjen. Jamin Ginting, jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan A.H Nasution. Titik persimpangan ini merupakan jalur lintas padat dan ramai di lalui kendaraan Mobil-mobil besara atau berkapasitas Berat di jalan raya yang masuk dalam wilayah Kelurahan Kwala Bekala yang ada di Kecamatan Medan Johor.


(55)

Kondisi simpang yang sangat padat setiap harinya memungkinkan untuk melakukan aktivitas pekerjaaan yang dapat menghasilkan uang. Aktivitas yang berlangsung tersebut msyoritas yang melakukannya adalah anak-anak. Ada banyak aktivitas yang dilakukan anak-anak jalanan yang ada di titik Simpang Pos tersebut, mulai dari mengamen yang menggunakan “Krecekan” sampai yang menggunakan gitar, ada yang mengasong atau menjual seperti makanan kecil, aqua botol dan gelas, permen dan ain sebagainya ragam aktivitas yang dilakoni oleh anak-anak jalanan yang berada di simpang pos tersebut.

4.4 Keadaan Kependudukan

Adapun Keadaan jumlah kependudukan yang terdapat di Kecamatan Medan Johor telah terlampir di bawah tabel sebagai berikut .

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Tahun 2010

No Kelurahan

Luas Wilayah Ha Jlh KK Jumlah Penduduk Jlh Lingk

RT RW

L P

Jumlah L+P 1 2 3 4 5 6 Sukamaju Titi Kuning Kedai Durian PKL. Mansyur Gedung Johor Kwala Bekala 152 181 98 400 315 550 3.048 5.217 1.459 7.355 5.266 7.159 7.981 12.566 3.651 17.800 13.022 17.329 7.617 12.454 3.364 17.134 13.085 17.417 15.598 25.020 7.015 34.934 26.177 34.746 13 15 5 15 13 20 27 47 14 46 17 47 11 15 3 13 6 16

Jumlah 1696 29.504 72.349 71.081 143.430 81 198 64


(56)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Kwala Bekala memiliki lahan yang paling luas dan jumlah penduduk yang terbanyak, namun bila dilihat dari segi kepadatan penduduk maka Kelurahan Titi Kuning merupakan Wilayah terpadat yaitu 138 jiwa/ km2.

4.5 Keadaan Geografis

Untuk mengetahui sumber daya manusia lebih lanjut, berikut ini adalah data Kependudukan Kecamatan Medan Johor berdasarkan Suku, Agama, Mata Pencaharian, Kewarganegaraan, dan jenis kelamin. Adapun semua yang tercakup di keadaan geografis ini di uraikan dalam sebagai berikut.

4.5.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Keberagamanan suku sangat dilandasi dengan kebersamaan di dalam suatu daerah atau bahkan negara itu sendiri. Karena dengan heterogenitas suku tersebut di dalam suatu daerah atau negara tersebut dapat membantu dan menunjang perbaikan dan kemajuan dalam segala sisi maupun aspek sosial, ekonomi dan budaya di dalamnya. Adapun komposisi penduduk di Kecamatan Medan Johor terdiri dari bermacam-macam suku yaitu Jawa, Melayu, Mandailing, Batak, Minang, India, Nias, Cina, dan lain-lain. Tabel berikut menunjukan data Kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan suku.


(57)

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jawa Melayu Mandailing Batak Minang Aceh Nias India Cina Lain-lain 50.201 31.555 20.080 11.474 5.594 3.873 2.869 430 12.765 4.590 35,00 22,00 14,00 8,00 3,90 2,70 2,00 0,30 8,90 3,20

Total 143.430 100,00

Sumber ; Profil Kecamatan Medan Johor 2010

4.5.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Telah jelas dalam UUD 1945 meyebutkan bahwa kebebasan beragama yg tertuang dalam pasal 29 ayat 1 dan 2. Kebebasan di dalam negara indonesia ini adalah mutlak, maka dari tiu setiap warga negara maupun rakyat indonesia diberikan kesempatan dalam kebebasan beragamanya masing-masing. Komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(58)

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 2 3 4 5

Islam Kristen Katolik Hindu Buddha

98.694 26.334 5.034

545 12.823

68,81 18,36 3,51 0,38 8,94

Total 143.430 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

4.5.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Ada beberapa dan beragamnya mata pencaharian di dalam kecamatan medan johor sendiri. Adapun mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Medan Johor adalah Pegawai Swasta atau Wiraswata. Tabel berikut menunjukan komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor berdasarkan mata pencaharian.


(59)

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah %

1 2 3 4 5 6 Buruh PNS/ABRI Pegawai Swasta/Wiraswasta Pedagang Petani Jasa-jasa 13.959 22.146 65.169 23.056 3.171 15.929 9,73 15,44 45,44 16,07 2,21 11,11

Total 143.430 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

4.5.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan

Berikut ini adalah komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor berdasarkan status kewarganegaraan

Tabel 4.7

Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Status Kewarganegaraan

No Kewarganegaraan Laki-laki Wanita Jumlah

1 2 WNI WNA 72.343 6 71.075 6 138.033 12

Total 72.349 71.081 143.430


(60)

4.5.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Kecamatan Medan Johor pada Tahun 2010 berjumlah 143.430 jiwa. Berikut ini adalah komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 4.8

Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa %

1 2

Laki-laki Wanita

72.349 71.081

50,44 49,55

Total 143.430 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Johor

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Medan Johor antara lain : fasilitas Umum dan sosial, Pemukiman, Sarana Pendidkan, Sarana Rumah Ibadah, Sarana Kebersihan.

4.6.1 Fasilitas Umum dan Sosial

Fasilitas umum dan Sosial di Kecamatan Medan Johor yang tersedia sangat bermanfaat dalam menunjang kebutuhan sekunder masyarakat. Maka dari itu segala sumber dan fasilitas yang terjaga dan diberikan oleh kita sebagai masyarakatnya harus dijaga dan dipelihara demi tercipta nya kelangsungan fasilitas umum dan sosial kelak. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(61)

Tabel 4.9

Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Medan Johor

No Jenis Fasilitas/Sarana Jumlah Keterangan

1 Telepon Umum 11 Unit 50,44

2 Wartel 51 Unit 49,55

3 Jasa PLN 20.161 Pelanggan

4 PDAM 14.123 Pelanggan

5 Pasar 2 Unit Kel.Titi Kuning dan

Kel.Kwala Bekala

6 Kantor Pos dan Giro 2 unit Kel.Pangkalan

Mansyur dan Kel.Sukamaju 7 Perbankan

Anjungan Tunai Mandiri

6 Unit 8 Unit 8 Sarana Kesehatan:

a. Puskesmas

b. Puskesmas pembantu

c. BKIA d. Poliklinik

2 Unit

4 Unit

4 Unit 9 Unit

Medan Johor dan Kel.Kedai durian Kel.Gedung Johor, Kwala Bekala, Suka maju, Titi Kuning(Titi Kuning belum berfungsi)


(62)

e. Praktek Dokter f. Praktek Bidan g. POSYANDU h. Apotik

89 Unit 25 Unit 72 Unit 15 Unit

9 Parwisata:

a. Perkemahan Pramuka

b. Restoran/ Buffet c. Warung

1 Unit

65 Unit 323 Unit

Cadika Pramuka Pangkalan Mansyur.

10 Sarana Olah Raga:

a. Lapangan Sepak Bola

b. Lapangan Bola Volly c. Lapangan Badminton d. Lapangan Kasti e. Lapangan Tennis f. Gelanggang Bela diri g. Kolam Renang

3 Unit

13 Unit 16 Unit 3 Unit 3 Unit 8 Unit 1 Unit

Kel.Pangkalan Mansyur, Kwala Bkala, dan Sukamaju

Komp.Citra Wisata Kel.Pangkalan Mansyur Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010


(63)

4.6.2 Fasilitas Pemukiman

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk dan dearah pengembangan wisata yang dalam hal ini telah terbangun berbagai jenis hunian. Untuklebih jelasnya menngenai fasilitas pemukiman yang ada di Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Fasilitas Pemukiman Kecamatan Medan Johor

No Jenis Pemukiman Jumlah Keterangan

1 2 3 4

Perumahan/ kompleks Asrama ABRI

Rumah Sehat Rumah Sederhana

40 kompleks 1 kompleks 18.125 unit 7.072 unit

Arhanudse 11 Pangkalan Mansyur

Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

4.6.3 Sarana Pendidikan

Dalam Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia di Kecamatan Medan Johor agar tercipta tenaga termpil dan handal yang berwawasan Imtaq dan Iptek yang berdaya guna dan berhasil guna, Pemerintah Kota Medan dan Yayasan Pendidikan Swasta berupaya mendirikan sarana pendidikan untuk kebutuhan masyarakat, antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(64)

Tabel 4.11

Sarana Pendidikan Kecamatan Medan Johor

No Jenis Sekolah Jumlah Keterangan

1 TK 19 unit -

2 SD

1) SD Negeri 2) SD Swasta

23 unit 14 unit

-

3 SLTP/ Tsanawiyah 1) SLTP Negeri 2) SLTP Swasta 3) Tsanawiyah

1 unit 18 unit

2 unit

SLTP 28 Pkl. Mansyur

4 SLTA

1) SLTA Negeri 2) SLTA Swasta

1 unit 13 unit

SLTA 13 – Titi Kuning

5 Akademi/ Perguruan Tinggi 1) Akademi

2) Perguruan Tinggi

1 unit 1 unit

Akuntansi Medan- G. Johor Al-Azhar-Kuala Bekala

6 Pondok Pesantren 2 unit Ta’dib Assyakirin-Titi kuning Al-Manar- Pangkalan Masyur 7 Panti Asuhan 2 unit Alwasliyah- Gedung Johor

Karya Murni- Gedung Johor Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010


(65)

4.6.4 Sarana Rumah Ibadah

Tabel 4.12

Sarana Rumah Ibadah Kecamatan Medan Johor

No Jenis Rumah Ibadah Jumlah Keterangan

1 2 3 4

Mesjid

Langgar/ mushola Gereja

Klenteng/ vihara

51 unit 28 unit 11 unit 9 unit

- - - - Sumber : Profil Kecamatan Medan Johor 2010

Karena agama mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Johor adalah Islam, oleh karena itu sarana rumah ibadah yang paling banyak adalah mesjid yaitu sebanyak 51 unit, dan langgar/ mushola sebanyak 28 unit. Seain itu, terdapat pula sarana rumah ibadah yang lainnya yaitu gereja sebanyak 11 unit, dan klenteng/vihara sebanyak 9 unit. Masyarakat Kecamatan Medan Johor hidup berdampingan dengan rukun walaupun dengan keragaman agama.

4.6.5 Sarana Kebersihan

Sebagai wilayah perkantoran dan pemukiman maka kebersihan menjadi prioritas utama, dan untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan sarana pendukung kebersihan yang berfungsi dengan baik, guna mengangkut sampah dan juga personil yang mampu bekerja dengan baik. Sarana kebersihan sangat diperlukan guna mendukung kelangsungan kebersihan di Kecamatan Medan Johor, untuk teciptanya tatanan kota yang bersih, asri dan ramah lingkungan sekitar. Adapun fasilitas kebersihan yang ada dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(66)

Tabel 4.13

Sarana Kebersihan Kecamatan Medan Johor

No Jenis sarana/ Fasilitas

Sumbangan Pemko Medan

Swadaya Masyarakat

Jumlah

Unit Keterangan

Jumlah

Unit Keterangan

1 Typer 3 Baik -

2 Kontainer 4 Baik -

3 Tong sampah 75 Baik 1292 Termasuk

keranjang sampah

4 Becak sampah 13 Rusak

sebagian

6 Baik

5 Kereta Dorong Sampah 4 Baik 1 Baik 6 Personil Bestari 11 Aktif 6 Aktif

7 Pesonil Melati 9 Aktif 2 Aktif

Kel. Gedung Johor 8 Personil Becak Sampah 7 Aktif 7 Aktif

9 Personil Kereta Dorong 1 Aktif 1 Aktif

Kel. Kuala Bekala

10 Becak Sampah Bermotor - 2 Aktif

Kel. Sukamaju Kel. Gedung Johor


(1)

8. Kebanyakan dari mereka tidak bertempat tinggal bersama orangtua, dengan kondisi bangunan fisik rumah yang mayoritas terbuat dari papan dan memiliki sebagian besar hanya satu kamar saja di dalam rumah, yang dibagi untuk beberapa anggota keluarganya dari setiap anak-anak jalanan tersebut. ada juga dari mereka yang rata-rata sebagian besar bertempat tinggal di salah satu Rumah Singgah yang telah disediakan oleh salah satu LSM atau NGO khusus dalam menangani anak-anak jalanan yang berada di setiap persimpangan lampu merah di wilayah Kecamatan Medan Johor, yang gunanya untuk menampung anak-anak jalanan tersebut agar mereka tidak tidur diluaran sana atau di jalanan. Dan rumah singgah tersebut aman dari cuaca apapun serta tindak kriminal dan trafficking bagi diri anak-anak jalanan yang ada di Kecamatan Medan Johor tersebut.

9. Hampir setengah dari segi pendidikan anak-anak jalanan tersebut yang berada di setiap titik persimpangan lampu merah Kecamatan Medan Johor tidak bersekolah lagi dan hanya sampai sebatas pendidikan tingkat SD saja. Itu pun dari mereka hanya sekitar 10 orang saja yang masih bersekolah sampai dengan saat ini yaitu masih berada di tingkat SD dan SMA saja.


(2)

6.2 Saran

Setelah menjelaskan dan Mendeskriptifkan dalam bab V dari analisis data mengenai kondisi serta gambaran anak jalanan beserta sosial ekonominya yang terdapat di titik persimpangan lampu merah di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. maka dapat peneliti berikan sedikit redaksi kata-kata dari saran saya terhadap penelitian ini, Adapun saran-sarannya sebagai berikut :

1. Mengingat bahwa anak-anak jalanan tersebut beraktivitas bekerja untuk menghasilkan uang, hendaklah mereka menabungkan atau meyisihkan uang mereka untuk melanjutkan pendidikan mereka, agar proses menuju cita-cita yang mereka impikan dapat tercapai melalui mereka kembali ke bangku sekolah dalam menuntut ilmu mereka. Dan begitu juga membantu meringankan beban dari orangtua mereka masing-masing dalm memenuhi pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.

2. Serta dengan mengingat bahwa banyaknya kriminalitas yang terjadi di jalanan, seperti berkelahi dengan teman serta Trafficking atau perdagangan anak, maka disarankan kepada setiap orangtua dari anak-anak jalanan tersebut untuk dapat mengontrol anak-anaknya dengan memberikan mereka kegiatan positif, sehingga mereka tidak rentan lagi untuk turun ke jalan. Untuk itu, maka orangtua peka terhadap psikologis dan perkembangan diri si anak menuju ke arah yang lebih baik dan dapat mengenyam pendidikannya tahap demi tahap supaya tercapai cita-cita yang diinginkan oleh diri masing-masing anak-anak tersebut agar mereka tidak kembali lagi menjadi anak jalanan.


(3)

3. Dan juga mengingat anak jalanan tersebut berada rata-rata pada usia sekolah, dan telah lama putus sekolah sehingga mereka semua telah berumur lama di jalanan, alangkah baiknya menyarankan kepada pihak pemerintah Kota Medan melalui Kecamatan Medan Johor pada umumya untuk dapat memberikan kontribusi dalam menangani pereduksian/ pengurangan anak jalanan tersebut di wilayah Medan Johor. Adapun untuk model pendidikan yang dapat menarik dan memaksimalkan pendidikan formal anak-anak jalanan yang sudah lama di jalanan yang berada di setiap titik persimpangan lampu merah di Kecamatan Medan Johor pada khususnya. Namun, pendidikan berbasis keterampilan dan lebih kepada

Life skill yang dapat digunakan anak-anak jalanan tersebut ketika mereka sudah tidak lagi di jalanan sehingga mereka dapat memberdayakan diri mereka sendiri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Soeadijar, Z.A. 1990. Penelitian Profil Anak Jalanan di DKI jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Depsos.

Atika, Tuti. 2004. Jurnal IKS, Vol 3 hlm 94.

Damanik, Ahmad Taufan. 1992. Refleksi Penanganan Anak Melalui Strategi ”Community Based Program”. Makalah pada Seminar Lokarya advokasi anak jalanan, Berastagi.

Departemen Sosial RI. Undang-Undang RI No.4 tahun 1979, Tentang Kesejahteraan Anak.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Huraerah, Abu 2004. Kekerasan terhadap Anak. Nuansa : Bandung.

Lokakarya Advokasi Anak Jalanan, Kerjasama WIM-KKSP-LBM-Kanwil Depsos-Childhope. Berastagi, 1992.

Muhaidin, Syarif, Drs. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Press; Yogyakarta.

Nurdin, M. 1989. Pengantar Kesejahteraan Sosial. STKS. Bandung.

UNICEF. 2003. Perlindungan Anak (Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).Jakarta.

UNICEF.2003. Pengertian Konvensi Hak Anak, PT Enka Parahlangeri : Jakarta. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Sosial. LP3S. Jakarta.


(5)

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya;

Bandung.

Soekanto, Soedjono. 1989. Teori Sosiologi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Wibawa, Budie, Drs. 1982. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Fisip Unpad, Bandung.

Sumber-sumber lain :

http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailBerita.php?MyID=264#. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010 pukul 17:18 wib.

http://www.depsos.go.id/unduh/Sri_Tjahjorini_Sugiharto.pdf. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010 pukul 20:02 wib.

http://harjasaputra.wordpress.com/2007/04/09/masalah-anak-jalanan-1/. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010 pukul 17:06 wib.

http://yayasan-kksp. Blogspot.com2008. akses 26 maret 2009 13:10 WIB).

Diakses pada tanggal 11 Maret 2010 pukul 17:24 wib.

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=1 1237&Itemid=697. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010 pukul 17:39 wib.

http://www.isei.or.id/page.php?id=5okt075. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010 pukul 20:45 wib.

http://mklh-aisyiyah-sumut.blogspot.com/2010/02/anak-jalanan-akarnya kemiskinan-dan.html. Diakses tanggal 11 Maret 2010 pukul 19:25wib.

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=122832.


(6)

(http://tempointeraktif.com. diakses 20 maret 2009 16.45 WIB). Diakses pada tanggal 06 Maret 2010 pukul 21:32 wib.