GAMBARAN UMUM DAERAH PEMILIHAN SUMATERA UTARA I

7. Teknik Analisa Data

Data yang telah di kumpulkan kemudian disusun, di analisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada. Data- data tersebut diolah dan di eksplorasi secara mendalam yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah di teliti.

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PEMILIHAN SUMATERA UTARA I

Universitas Sumatera Utara 2.1.Lokasi dan Jumlah Pemilih Secara umum penyelenggaraaan pemilu tahun 2009 di Kota Medan tergolong sukses, aman, tertib, dan lancar, artinya pelaksanaan Pemilu telah sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 sampai tahun 2004 telah memberikan dampak yang berarti terhadap perubahan pola pikir dan sikap sebagian besar warga Kota Medan dalam partisipasi politiknya. Sikap warga masyarakat dalam berpolitik ada yang apatis, yaitu tidak berminat, sinis, bersikap curiga, alienasi yaitu merasa terasing dari kehidupan politik dan pemerintahan masyarakat, dan ada yang anomi yaitu perasaan kehilangan nilai dan arah hidup, sehingga tidak memiliki motivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidup ini, seperti tidak ada niat dalam pemilihan sehingga terkadang tidak peran aktif dalam pemilihan atau sama sekali tidak tahu siapa yang akan dipilih. Pemilu tahun 2009 bagi warga Kota Medan secara umum dianggap sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, yang terpenting mereka datang ke TPS pada saat pemungutan suara dilakukan. Akan tetapi, dalam pemilu tahun 2009 ada perbedaan yang signifikan daripada pemilu sebelumnya yakni masyarakat memilih secara langsung calon legislatif dengan suara terbanyak yang akan duduk di lembaga legislatif. Pemilu tahun 2009 oleh Komisi Pemilihan Umum KPU Sumatera Utara memberikan tahapan-tahapan Peraturan pemilihan umum yang terdiri dari 9 tahap sebagai berikut : 1. Pendaftaran Pemilih 2. Pendaftaran, Penelitian, dan Penetapan Peserta Pemilu Universitas Sumatera Utara 3. Penetapan Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan 4. Pencalonan Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota. 5. Kampanye 6. Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara. 7. Penetapan Hasil Pemilu. 8. Penetapan Perolehan Jumlah Kursi dan Calon Terpilih 9. Pengucapan SumpahJanji Sumber : KPU Kota Medan, Dalam pemilu tahun 2009 tidak luput dari dinamika yang terjadi. Hal ini terlihat dari aktivitas-aktivitas politik dalam pemilu seperti kesertaan warga dalam kampanye partai politik maupun pada saat pelaksanaan pemilu. Terjadinya perbedaan-perbedaan pilihan politik juga merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari sistem politik dan demokrasi yang semakin terbuka. Sehingga dapat diketahui dari jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya golput pada Pemilu legislative berkisar 53 dari jumlah Daftar Pemilih Tetap DPT Kota medan berkisar 1.849.602 pemilih. Hal ini diketahui dari masyarakat yang menggunakan hak pilihnya pada pemilu legislative 9 april 2009 dimedan berkisar 870.976 orang 47 saja yang ikut memilih. Perbedaan-perbedaan pilihan tersebut menjadi sangat wajar sebab masing- masing individu memiliki pemahaman dan kesadaran yang berbeda. Apalagi tingkat intelektualitas, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal turut menjadi faktor pendorong atas perbedaan-perbedaan tersebut. Namun, secara umum perbedaan-perbedaan itu tidaklah mengakibatkan pada suatu kondisi yang mengarah pada sifat destruktif. Artinya warga Kota Medan telah mulai memahami Universitas Sumatera Utara demokrasi dengan menghargai perbedaan-perbedaan pilihan politik masing- masing individu Lain halnya dengan pemilu yang berada di daerah-daerah lain di Sumatera Utara suasana pertikaian dan konflik menjadi suatu tontonan yang sebenarnya tidak pantas terjadi. Konflik antar pendukung, pembakaran faslitas-faslitas pemerintahan, dan demontstrasi massa yang anarkis adalah suatu bentuk ketidakpuasan atas penyelenggaraan pemilu.Tetapi di Kota Medan meskipun ada gejolak atau riak-riak kecil yang muncul tidaklah membuat hasil dari pelaksanaan pemilu berubah atau masyarakat menjadi risau. Terbukti sampai dengan saat ini hasil pemilihan umum 2009 diakui secara legitimate oleh semua pihak dan semua pihak menerima dengan lapang dada. 2.1.1.Kependudukan Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta Universitas Sumatera Utara pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Tabel. 2.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2001 – 2007 T a h u n Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Luas Wilayah KM² Kepadatan Penduduk JiwaKM² [1] [2] [3] [4] [5] 2001 1.926.052 1,17 265,10 7.267 2002 1.963.086 1,94 265,10 7.408 2003 1.993.060 1,51 265,10 7.520 2004 2.006.014 0,63 265,10 7.567 2005 2.036.018 1,50 265,10 7.681 2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798 2007 2.083.156 0,77 265,10 7.858 Universitas Sumatera Utara INDIKATOR SATUAN TAHUN 2006 2007 [1] [2] [3] [4] Jumlah Penduduk Jiwa 2.067.288 2.083.156 Laju Pertumbuhan Penduduk Persen 1,53 0,77 Luas Wilayah KM² 265, 10 265,10 Kepadatan Penduduk Jiwa 7.798 7.858 Sumber BPS Kota Medan Keterangan : Angka Sementara Tabel 2.2 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara GOLONGAN UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH JIWA PERSEN JIWA PERSEN JIWA PERSEN [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] 0 - 4 89.206 8,62 92.853 8,86 182.059 8,74 5 - 9 96.559 9,33 91.885 8,76 188.444 9,05 10 - 14 98.519 9,52 100.590 9,59 199.109 9,56 16 - 19 111.263 10,75 105.426 10,06 216.689 10,40 20 - 24 116.164 11,23 121.385 11,58 237.549 11,40 25 - 29 99.499 9,62 102.041 9,73 201.540 9,67 30 - 34 83.325 8,05 75.926 7,24 159.251 7,64 35 - 39 75.482 7,30 83.180 7,93 158.662 7,62 40 - 44 70.091 6,77 75.926 7,24 146.017 7,01 45 - 49 57.837 5,59 53.680 5,12 111.517 5,35 50 - 54 47.054 4,55 47.393 4,52 94.447 4,53 55 - 59 30.879 2,98 31.434 3,00 62.313 2,99 60 - 64 26.468 2,56 22.246 2,12 48.714 2,34 65 + 32.350 3,13 44.495 4,24 76.845 3,69 Jumlah 1.034.696 100,00 1.048.460 100,00 2.083.156 100 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2007 Berdasarkan tabel - tabel diatas diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007. Laju pertumbuhan berkisar 1,53 pada Universitas Sumatera Utara tahun 2006 dan 0,77 pada tahun 2007. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan penduduk cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Faktor alami yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana KB perlu terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran. Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka pada tahun 2006 menjadi 7.858 jiwaKM² pada tahun 2007. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan luas lahan yang relatif terbatas, sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : 1 bekerja di kota lebih bergengsi 2 di kota lebih gampang mencari pekerjaan, 3 Tidak ada lagi yang dapat diolah dikerjakan di daerah asalnya, dan 4 upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan. Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006 - 2007 adalah peningkatan derajat Universitas Sumatera Utara pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan semakin meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur PUS cenderung mengikuti konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS. Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi bekerja ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya. a. Komposisi penduduk Kota Medan berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya. Proporsi anak-anak berusia di bawah lima tahun balita dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 9 dari jumlah penduduk. Relatif besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan Universitas Sumatera Utara prasarana dan sarana kesehatan usia balita, dan sarana pendidikan usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan yang ditempuh diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini diharapkan dapat terus dilakukan untutk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja sehingga mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas. Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa komposisi penduduk terbesar berada pada kelompok usia 15-64 tahun sebagai kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis. Diluar kelompok usia produktif terdapat kelompok usia tidak produktif yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok Universitas Sumatera Utara usia produktif, yang biasa disebut dengan angka beban tanggungan ABT. Untuk Kota Medan angka beban tanggungan berkisar 45, atau sekitar setiap 45 orang ditanggung oleh 100 orang produktif. Jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan berjumlah 2,083 juta lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif.Disamping itu, pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhanekonomi wilayah, sangat diperlukan pada masa datang. Beberapa masalah kependudukan dapat diringkas sebagai berikut : • Kecenderungan adanya penurunan flukturasi laju pertumbuhan penduduk. • Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan. • Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global. • Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman. 2.2.Penyelenggara Pemilu Pemilu legislative 2009 membuat para penyelenggara Pemilu harus selalu bersikap adil, jujur dan Netral dalam menyikapi masalah yang terjadi pada Pemilu, penyelenggara Pemilu juga harus bisa mengawasi perjalanan kertas suara Universitas Sumatera Utara kedaerah-daerah tujuan pemilihan hingga sampai kertas suara yang berisi nama- nama anggota calon legislative dan partai politik tersebut dipilih oleh measyarakat sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada kecurangan. Proses pemilu pada tanggal 9 april 2009 membuat penyelenggara Pemilu atau KPU Sumut menyediakan 21 PPK disetiap kecamatan, 151 PPS Pemantau Pemunguan Suara dan 4593 Tempat Pemungutan Suara TPS yang didatangi masyarakat untuk memilih salah satu calon legislative dan Partai politik yang dianggap betul-betul bisa membangun Kota medan. 2.3.Sejarah Kota Medan Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang SalingSei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli Medan–Deli. Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular Deli Serdang sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari Universitas Sumatera Utara tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu sekarang Medan Tenggara atau Menteng orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober sd bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari sd September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mmjam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan Universitas Sumatera Utara memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara. Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ terbitan Edinburg 1826 bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa. Pesatnya perkembangan Kampung Medan Putri, juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang Universitas Sumatera Utara merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz Co, tanah seluas 4.000 bahu 1 bahu = 0,74 ha secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

BAB III PROSES PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN PARTISIPASI PEREMPUAN