PROSES PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN PARTISIPASI PEREMPUAN

merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz Co, tanah seluas 4.000 bahu 1 bahu = 0,74 ha secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

BAB III PROSES PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN PARTISIPASI PEREMPUAN

DI DAERAH PEMILIHAN SUMATERA UTARA I 3.1.Peserta Pemilu dan Pencalonan Jika pada pemilu-pemilu sebelumnya para pemilih tidak mengetahui calon anggota legislatif yang akan duduk di lembaga legislatif maka di pemilu 2009 Universitas Sumatera Utara setiap pemilih dapat memilih dengan bebas partai sekaligus calon yang dianggap sesuai bagi harapan mereka. Berdasarkan UU Partai Politik No.2 Tahun 2008 bahwa salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap partai politik yang terkait dengan pencalonan anggota legislatif adalah setiap partai harus menyertakan calon perempuan sebanyak 30 dari keseluruhan calon yang diajukan. Kebijakan yang diatur dalam Undang-undang tersebut merupakan suatu bentuk kemajuan dalam sistem politik dan demokrasi di Indonesia. Perempuan kini diberikan kesempatan lebih untuk turut terlibat dalam pencalonan sebagai anggota legislatif. Gambaran data yang jelas mengenai keikutsertaan perempuan dalam proses pencalonan sebagai anggota legislatif adalah sebagai berikut : Tabel.3.1 Calon anggota Legislatif Perempuan Berdasarkan partai politik Daerah Pemilihan Sumatera Utara I Pemilu 2009 Kota Medan No Partai Politik Perempuan Persen Laki-Laki Persen Jumlah 1 HANURA 7 49 8 51 15 2 Partai Karya Peduli Bangsa 1 30 3 70 4 3 Partai Pengusaha Dan Pekerja Indonesia 3 30 5 70 8 Universitas Sumatera Utara 4 Partai Peduli Rakyat Nasional 7 31,8 15 68,2 22 5 Partai Gerakan Indonesia Raya 4 40 6 60 10 6 PARTAI BARISAN NASIONAL 2 18,2 9 81,8 11 7 Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia 3 23 10 77 13 8 Partai Keadilan Sejahtera 10 55,6 8 44,4 18 9 Partai Amanat Nasional 3 21,5 11 78,5 14 10 Partai Perjuangan Indonesia Baru 4 28,6 10 71,4 14 11 Partai Kedaulatan 3 60 2 40 5 12 Partai Persatuan Daerah 1 25 3 75 4 13 Partai Kebangkitan Bangsa 2 40 3 60 5 14 Partai Pemuda Indonesia 1 30 2 70 3 15 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 1 30 2 70 3 16 Partai Demokrasi Pembaruan 3 37,5 5 62,5 8 17 Partai Karya Perjuangan 3 50 3 50 6 18 Partai Matahari Bangsa 2 40 3 60 5 19 Partai Penegak Demokrasi Indonesia - 3 100 4 20 Partai Demokrasi Kebangsaan 2 22 7 78 9 21 Partai Republika Nusantara 2 25 6 75 8 22 Partai Pelopor 2 50 2 50 4 23 Partai Golongan 7 29 14 71 24 Universitas Sumatera Utara Karya 24 Partai Persatuan Pembangunan 6 27 12 73 22 25 Partai Damai Sejahtera 5 26 14 74 19 26 Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 3 33 6 67 9 27 Partai Bulan Bintang 5 26 14 74 19 28 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 4 23,5 13 76,5 17 29 Partai Bintang Reformasi 5 36 9 64 14 30 Partai Patriot 4 44,5 5 55,5 9 31 Partai Demokrat 8 35 14 65 24 32 Partai Kasih Demokrasi Indonesia 4 35 8 65 12 33 Partai Indonesia Sejahtera 3 43 4 57 7 34 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 2 50 2 50 4 41 Partai Merdeka 2 25 6 75 8 42 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 2 100 2 43 Partai Sarikat Indonesia 1 30 2 70 3 44 Partai Buruh 2 40 3 60 5 Sumber: Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Tahun 2009 Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan jumlah calon legislatif perempuan sebanyak 38 orang. Artinya tingkat partisipasi perempuan secara kuota aturan belum mencapai 30. Bahkan ada dua partai politik yag tidak Universitas Sumatera Utara mencalonkan perempuan di wilayah Sumut I yaitu Partai Penegak Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia Berikut ini adalah tabel anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 Untuk Daerah Pemilihan Sumut I : Tabel 3.2 Daftar Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Pemilihan Umum Tahun 2009 Provinsi Sumatera Utara Daerah Pemilihan Sumatera Utara I No Partai Politik No.Urut DCT Daftar Calon Tetap Nama Calon Terpilih Suara Sah Peringkat Suara Sah 1 Partai Keadilan Sejahtera 1 Sigit Pramono Asri 49.059 1 2 Partai Keadilan Sejahtera 5 Taufik Hidayat 6.762 2 3 Partai Keadilan Sejahtera 3 Siti Aminah 6.300 3 4 Partai Keadilan Sejahtera 12 Muhammad Nasir 3.740 1 5 Partai Amanat Nasional 1 Ir.H.Kamaluddin Harahap, MSI 8.649 1 6 Partai Golongan Karya 1 H.M.Ali Umri, SH, M.KN 10.043 1 7 Partai Damai Sejahtera 1 Tonnies Sianturi, SP 6.931 1 8 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 4 Ir.Tagor Pandapotan Simangunsong 9.762 1 9 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 7 Brilian Moktar, SE 8.772 2 10 Partai Demokrat 1 H.Arifin Nainggolan, SH., Msi 35.006 1 Universitas Sumatera Utara 11 Partai Demokrat 6 Hj.Meilizar Latif, SE.,MM 15.258 2 12 Partai Demokrat 4 M.Yusuf Siregar 12.702 3 13 Partai Demorat 3 Nurhasanah, S.Sos 10.978 4 14 Partai Demokrat 2 Drs.Tunggul Siagian 10.029 5 15 Partai Demokrat 8 Enda Mora Lubis, SH 7.012 6 16 Partai Demokrat 5 Robert Nainggolan, SE.Ak 6.376 7 17 Partai Hati Nurani Rakyat 1 Musdalifah, BSC 3.148 1 18 Partai Peduli Rakyat Nasional 4 Ir.Washington Pane, MSc 4.898 1 19 Partai Gerakan Indonesia Raya 1 Iman B Nasution, SE 3.889 1 20 Partai Perjuangan Indonesia Baru 1 Sonny Firdaus, SH 10.592 1 21 Partai Persatuan Pembangunan 1 Drs.H.Rizal Sirait 6.875 1 Sumber: Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Tahun 2009 Berikut ini adalah tabel anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Perempuan hasil pemilu tahun 2009 Tabel 3.3 Daftar Nama Keterwakilan Perempuan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pemilihan Umum 2009 No Nama Partai Politik No.Urut DCT Daerah Pemilihan 1 Siti Aminah Amd, SpdI Partai Keadilan Sejahtera 3 Sumut 1 Universitas Sumatera Utara 2 Hj.Meilizar Latif, SE.,MM Partai Demokrat 6 Sumut 1 3 Nurhasanah, S.Sos Partai Demokrat 3 Sumut 1 4 Hj.Syafrida Fitrie, SP, M.SP Partai Golongan Karya 1 Sumut 2 5 Mulyani, SH Partai Gerakan Indonesia Raya 2 Sumut 2 6 Arlene Manurung Partai Damai Sejahtera 1 Sumut 2 7 Hj.Evi Diana Partai Golongan Karya 2 Sumut 3 8 Helmiati Partai Golongan Karya 4 Sumut 4 9 Hj.Ida Budiningsih, SH Partai Demokrat 3 Sumut 5 10 Nur Azizah Tambunan, SS Partai Keadilan Sejahtera 1 Sumut 5 11 Tiaisah Ritonga Partai Demokrat 2 Sumut 6 12 Hj.Rahmianna Delima Pulungan Partai Peduli Rakyat Nasional 4 Sumut 6 13 Rooslynda Marpaung Partai Peduli Rakyat Nasional 1 Sumut 8 14 Megalia Agustina Partai Demokrat 3 Sumut 9 15 Rinawati Sianturi Partai Peduli Rakyat Nasional 1 Sumut 9 16 Ristiwati Partai Demokrat 3 Sumut 11 Sumber: Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Tahun 2009 Universitas Sumatera Utara

3.1.1. Kendala Pada Tahap Penetapan Dan Pendaftaran Calon Legislatif 2009

Tahapan pelakanaan pemilu legislatif 2009 seperti pendafataran dan penetapan calon legislatif pada pemilu legislatif 2009 partai politik peserta pilkada. Di dalam partai Golkar proses ini dilakukan dengan mengadakan rapat mulai dari pengurus keluarahan, kecamatan hinga pengurus daerah untuk menetapkan siapa yang bakal dimajukan sebagai calon legislatif 2009. Pertimbangan untuk menjadi calon legislatif 2009 adalah loytalitas dari kader partai terhadap partai Golkar. Dalam hal ini Partai Golkar memperhatikan aspirasi dari masyarakat untuk menjadi calon legislatif dalam pemilu 2009 Di PDI P proses rekruitmen calon kepala daerah dilakukan dengan cara setiap anak cabang maupun ranting mengirimkan masing-masing calon legislatifnya untuk kemudian dikirimkan ke pusat untuk diambil keputusan oleh pusat, mana yang berhak maju sebagai calon legislatif dalam pemilu legislatif dari PDIP. Tampak disini bahwa pengurus pusat di partai ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam meloloskan bakal calon yang diajukan dari pengurus daerah. Meskipun dalam proses ini mengajukan calon kader perempuan, namun tetap saja keputusan berada di tangan pengurus pusat. Disini lobi-lobi terhadap pimpinan juga sangat menentukan proses seleksi ini akan tetapi tidak semua kader perempuan mau melakukannya karena mereka menganggap bahwa mereka tidak punya kemampuan untuk melakukan lobi-lobi seperti itu. Universitas Sumatera Utara Selain itu masalah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh kader perempuan untuk dapat terlibat penuh dalam kegiatan partai juga merupakan kendala yang sangat mereka rasakan dan sangat menghambat aktivitas mereka dalam partai, sehingga menyebabkan mereka tidak dapat hadir dalam pertemuan-peretemuan ataupun rapat partai yang umumnya dilakukan pada malam hari dan membuat mereka tidak bias menghadiri rapat dan mempengaruhi keputusan rapat tersebut, karena memang mereka kesulitan membagi waktu antara mengikuti kegiatan partai atau tetap berada ditengah-tengah keluarganya. Faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan kader perempuan dalam partai yakni karena rendahnya pengetahuan perempuan tentang hak-hak politiknya dankurangnya wawasan dan pemahaman perempuan tentang politik sehingga menyebabkan perempuan jauh tertinggal dari laki-laki. Selain itu untuk bisa maju dalam suatu pemilihan kader perempuan harus dihadapkan pada masalah dana yang menjadi modal awal bagi kita untuk bisa maju baik itu sebagai caleg maupun sebagai calon kepala daerah. Apalagi dalam pemilu legislatif 2009 menggunakan dana pribadi, bukan dari partai, maka secara otomatis bagi calon yang hendak maju dalam pemilu legislatif 2009 harus menyiapkan sejumlah dana yang cukup besar untuk mendanai kampanye dan kegiatan lainnya dalam rangka penggalangan suara sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Sedangkan kader perempuan pada umumnya adalah seorang istri atau ibu rumah tangga yang tidak semuanya bekerja, dalam hal ini tentu saja kader perempuan tersebut kesulitan untuk dapat mengumpulkan sejumlah dana yang besar untuk bisa maju dalam pemilihan. karena bagi perempuan masih banyak hal Universitas Sumatera Utara lain didalam rumah tangga yang harus dipikirkan soal materi ini, mereka harus bisa berpikir logis untuk bisa mengorbankan sejumlah materi yang besar untuk bisa maju dalam suatu pemilihan. Hal ini menunjukkan bahwa kader perempuan tersebut belum memiliki kesiapan mental untk mengambil resiko dalam setiap usaha politik yang dilakukannya. Selain itu kendala psikologis yang juga kerap kali dirasakan oleh kader perempuan yaitu diantaranya seperti kesulitan untuk menghilangkan perasaan malu, tidak percaya diri dan merasa rendah dir, dan hal tersebut sangat sulit untuk mereka hilangkan. Seorang kader perempuan dari PDIP mengakui bahwa untuk melakukan suatu usaha politik pada tahap penetapan calon dari partai lobi-lobi dengan pimpinan partai sangat menentukan hasilnya nanti, dan untuk dapat melakukan usaha tersebut mereka mengaku tidak suka melakukan hal seperti itu.

3.1.2. Kendala Pada Tahap Pelaksanaan Kampanye

Setelah masing-masing daftar calon legislatif dari masing-masing parpol peserta Pemilu legislatif 2009 didaftarkan ke KPUD, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh partai politik yaitu menggalang dukungan suara sebanyak- banykanya dari masyarakat melalui kegiatan kampanye dalam berbagai bentuk, seperti tatap muka dan dialog, penyebaran melalui media cetak dan elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum, rapat umum, debat public dan lainnya yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Kendala lain yang juga dirasakan sangat menghambat kader perempuan untuk dapat beraktivitas penuh dalam kegiatan parpol terutama dalam kegiatan kampanye yaitu masalah waktu. Perempuan kesulitan dalam membagi waktu Universitas Sumatera Utara antara kegiatan rumah tangga, kerja dan kegiatan di aprtai. Sekali waktu muncul persolan dilematis dalam diri kader perempuan tersebut untuk memilih mana yang harus didahulukan antara keluarga dan kegiatan partai. Dalam hal ini dukungan dari keluarga diraakan sangat dibutuhkan sekali untuk diri perempuan itu dapat melangkah mengikuti kegiatan partai yang kadang tidak mengenal waktu dan tempat. Kadang sebagai pengurus mereka harus hadir dalam rapat-rapat partai yang dilakukan pada malam hari. Hal senada juga disampaikan oleh keder perempuan dari Kelompok Perempuan Partai Golkar KPPG yang memiliki dilema untk memilih mengikuti kegiatan di partai dan rumah tangga. Selain itu sebagai seorang warga masyarakat lingkungan sangat berpengaruh sekali dalam pemberntukan prilaku seseorang sehari-hari. Ada sebagian masyarakat yang memandang buruk terhadap aktivitas seorang perempuan didalam partai. Mereka menganggap patai adalah dunia laki-laki dan tidak pantas bagi seorang perempuan bergaul dan beraktivitas dalam dunia lakilaki tersebut. Ada juag sebagian daerah yang tidak ingin perempuan itu maju, karena mereka menganggaptidak baik melangkahi laki-laki dan menjadi pemimpin bagi laki-laki. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat membentuk persepsi tersendiri bagi masing-masing kader perempuan untuk dapat melangkah dan beraktivitas dalam partai politik. Tabel l Gender Modalitas Pemilu dari Kuota Gender Modalitas Pemilu Modalitas Pemilu Keuntungan Kerugian Universitas Sumatera Utara Zipper System Menjamin keterwakilan 30 persen Perempuan 1. Tidak mempertimbangkan pilhan pemilih 2. Memaksakan kekuasaan dan dominasi pimpinan politik Wajib bagi parpol untuk memilih 30 persen perempuan sebagai perwakilan di DPR - Menjamin keterwakilan 30 persen Perempuan Tidak adil bagi mereka yang benar- benar terpilih - Mungkin akan ada kemarahan dari mereka yang terpilih oleh pemilih namun tidak oleh partai politik mereka. Konstituensi Anggota Ganda 1. Menjamin 30 persen keterwakilan perempuan 2. Anggota legislatif perempuan akan memiliki konstituen langsung 1. Jumlah Anggota Legislatif akan meningkat 2. Belanja Pemerintah untuk Parlemen akan membengkak 3. Metode berbeda untuk perempuan mungkin akan mengecilkan legitimasi politik mereka Sistem daftar terbuka dengan sangsi bagi parpol yang tidak patuh 1. Pilihan pemilih 2. Menciptakan basis kekuasaan 3. Mengurangi monopoli pimpinan parpol 1. Mungkin tidak bisa menjamin keterwakilan 30 persen 2. Kompetisi antara calon legsilatif masing-masing Universitas Sumatera Utara parpol Sistem zipper yang dilaksanakan dengan peraturan bahwa calon legislatif yang akan mendapatkan suara terbanyak akan terpilih tidak peduli posisinya didaftar calo 1. Memastikan 30 keterwakilan perempuan 2. Memperlemah pengaruh pimpinan parpol terhadap nominasi 3. Memberikan pilihan bagi para pemilih Tidak Ada 3.2.Partisipasi Perempuan Hasil pemilu tahun 2009 yang menempatkan 3 anggota perempuan di lembaga legislatif untuk daerah pemilihan Sumatera Utara I mengundang penilaian berbagai kalangan. Walaupun aturan kuota 30 perempuan diterapkan pada kenyataannya tetap saja tidak mampu mendongkrak perolehan kursi perempuan di legislatif. Hal ini dikarenakan sebagian besar partai politik menempatkan calon perempuan berada pada nomor bawah, sehingga kesempatan perempuan untuk terpilih sebagai anggota legislatif menjadi kecil kemungkinannya. Mengenai hal tersebut tersebut, salah seorang informan dari KPU Sumut yaitu Pak Manurung mengungkapkan bahwa : “Keterwakilan perempuan di tiap-tiap partai yang mengajukan itu masih kurang, karena kebanyakan perempuan itu ditempatkan di nomor buntut atau kunci, jarang yang berada di nomor urut satu kalaupun ada biasanya mereka adalah orang-orang yang lama berkecimpung di partai politik tersebut, jadi bukan orang-orang baru” Wawancara tanggal 15 Mei 2010 Selain itu pencalonan perempuan sebagai anggota legislatif tidak terlepas dari peran partai politik sebagai penentu kebijakan. Bagaimanapun juga partai Universitas Sumatera Utara politik merupakan pemegang otoritas dalam memutuskan calon-calon yang akan diajukan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pengurus partai politik PDI Perjuangan yaitu Ibu Saurma Napitupulu yang mengungkapkan sebagai berikut : “Kemarin ada cuman kita tidak menempatkan beliau sebagai calon utamanya, karena sekali lagi posisi Ketua Partai itu dalam arti orang yang punya kekuatan dalam hal ini kami masih melihat bahwa laki-laki masih memiliki kekuatan di sana. Di partai kami kekuatan laki-laki masih besar sehingga kemarin kami lebih mengutamakan laki-laki yang nomor satu, hampir sekarang yang di dewan semuanya laki-laki. Wawancara tanggal Mei 2010. Mengenai pertimbangan-pertimbangan partai dalam menentukan calon legislatif tidak bisa diputuskan secara prematur, namun juga memperhatikan aspirasi yang berkembang dari kalangan bawah Grass Root. Hal ini dipertegas lagi oleh ibu saurma napitupulu yang bertugas dibagian pemberdayaan perempuan di Partai PDI Perjuangan.: “Kita tidak bisa menentukan sendiri, bahkan ketika kita memutuskan siapa yang akan calon, maka seluruh kader kita kumpulkan atau kita minta aspirasi kader disuruh untuk milih siapa calon anggota dewan dengan adanya pemilu internal, terus dilihat suara terbesar terus di dirapatkan dengan majelis pertimbangan dan memutuskan siapa yang jadi calon, barangkali kemarin sudah pertimbangan yang matang. Sehingga perempuan tidak ada wakilnya. Artinya secara tidak langsung perempuan juga menentukan karena sebagian besar kader kita perempuan, banyak perempuan dan mereka sendiri yang memilih calonnya sendiri, mereka paham sekali siap yang harus jadi pemimpin” Wawancara Mei 2010 Selain partai dan keinginan kuat dari individu yang mencalonkan, dukungan masyarakat juga menjadi penentu dalam memberikan penilaian atas pencalonan perempuan sebagai calon anggota legislatif. Dengan begitu perempuan tersebut layak mendapat amanah atau tidak. Ketika ditanya tentang bagaimana dukungan masyarakat atas pencalonan perempuan dalam pemilu tahun Universitas Sumatera Utara 2009, salah seorang kontestan calon anggota legislatif saudari Siti Aminah yang sekarang telah terpilih menjadi calon legislatif dari partai PKS mengungkapkan sebagai berikut : “Alhamdulillah, lumayanlah walaupun mungkin pandangan masyarakat kalau ditempat saya kebanyakan caleg-caleg itu sudah betul-betul mapan dan biasanya diutamakan seorang laki-laki, kedua dia yang memiliki jabatan yang sangat penting dalam partai , kalo saya hanya seorang kader partai yang tidak memiliki jabatan yang penting dalam sebuah partai, namun alhamdulillah saya diberi kepercayaan oleh partai dan masyarakat sangat mendukung maka saya akan menjalankan amanah yang telah diberi” Wawancara Mei 2010 Meskipun statusnya sebagai perempuan bukan berarti dalam pencalonan anggota legislatif tidak memiliki strategi untuk menarik simpati massa. Justru dengan statusnya tersebut merasa memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan kontestan dari kalangan laki-laki. Berikut ini adalah penuturannya : “Justru karena saya seorang perempuan, itu kalau bagi saya sebuah kelebihan bagaimana kalau dimasyarakat itu kan secara hitunghitungan angka perempuan lebih banyak, jadi salah satunya mengadakan bazar, sering sharing, terus mengadakan pertemuan dengan masyarakat” 1 1 Wawancara dengan Dra.Hj.Darma Taksiah YWR, Pengurus Partai Golkar Sumatera Utara Wawancara Mei 2010

3.2.1 Menjadi Anggota Partai Politik

Dengan adanya beragam pilihan politik yang tersedia, masyarakat kota Medan khususnya para kaum perempuan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam bidang politik melalui partai politik baik sebagai anggota pasif maupun sebagai anggota aktif. Universitas Sumatera Utara Di kota Medan keberadaan 38 partai politik tidak dapat dipisahkan dari adanya kontribusi perempuan didalamnya. Kepengurusan di seluruh partai politik di Kota Medan ada unsur perempuannya. Secara umum struktur organisasi partai terdiri atas majelis pertimbangan partai dan pengurus harian. Jumlah pengurus harian untuk masing-masing partai tidaklah sama karena berkisar antara 14 – 18 orang dan hampir 20 dari semua pengurus harian dari unsur perempuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu pengurus partai politik yang menyampaikan bahwa 2 “Karena memang spesifikasi saya di kehumasan, publik relation dan media center, maka keterlibatan saya lebih banyak dalam forum-forum diskusi seminar, kemudian konferensi pers, phone Friend, dokumentasi media, analisa media” : “Ada departemen khusus dalam partai kami yakni Departemen Kewanitaan yang berfungsi sebagai media aspirasi perempuan dan pengkaderan kewanitaan. Bagi partai kami wanita itu sangat penting karena wanita adalah pilar negara. Sehingga wanita perlu diberdayakan, sehingga salah satu hal yang dibutuhkan oleh partai kami departemen kewanitaan memiliki nilai positif. Secara struktural Persentase kader perempuan di kepengurusan partai adalah lebih 30 Wawancara Mei 2010 Keberadaan perempuan dalam kepengurusan partai politik bukan hanya menjadi pelengkap atau pemanis partai saja melainkan perempuan juga turut terlibat dalam aktivitas-aktivitas kepartaian. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh salah seorang pengurus dari kalangan perempuan dalam partai politik sebagai berikut : 3 Keberadaan perempuan sebagai pengurus partai tidak menjadikan kinerja- kinerja partai menjadi lemah atau bahkan berkurang produktifitasnya. Justru Wawancara tanggal Mei 2010 2 Wawancara dengan Mayang Sari, Wakil Sekretaris Bidang Pemberdayaan Perempuan, periode 2004-2009 3 Wawancara dengan Ir.Hj.Syafrida Fitrie, Bendahara Partai Golkar Sumatera Utara periode 2004- 2009 Universitas Sumatera Utara perempuan pada sisi-sisi tertentu memiliki kelebihan yang lebih dari pada laki- laki. Tentang kinerja dan kontribusi perempuan sebagai pengurus partai politik diungkapkan oleh salah seorang pengurus Partai Keadilan Sejahtera Sumatera Utara: “Kontribusi perempuan dalam hal pengkaderan terutama, perempuan ini mempunyai talenta pengkaderan yang bagus. Jadi kader partai kita ini memang “perempuan sangat banyak” karena memang memiliki ghirah yang cukup luar biasa. Perempuan ini bermain perasaan dan perasaan yang muncul dari pengurus- pengurus kami adalah ghiorah, semangat untuk memperjuangkan partai kita. Karena berasas Islam maka perempuan-perempuan ini menganggap berpartai itu sebagai suatu bentuk ibadah, sehingga mereka bersemangat dalam hal ini dan ini cukup bagus bagi perkembangan partai ke depan. Dan kontibusi sangat banyak, teluran-teluran ide sangat banyak, tidak sedikit dari partai kami yang perempuannya memiliki kapasitas di bidang hukum, bidang politik, dan dari pemikiran mereka keluar beberapa ide-ide yang bagus bagi perkembangan partai 4 Orang-orang yang berkecimpung dalam kegiatan partai politik dinamakan kader parpol. Yang dimaksud dengan kader parpol yaitu sekelompok warga negara yang dididik dalam suatu pendidikan kader dalam organisasi partai politik agar dapat menjadi kekuatan bagi parpol untuk dapat mencapai tujuan parpol tersebut. Kader-kader parpol tersebut tidak lain adalah manusia-manusia baik laki- laki maupun perempuan yang mempunyai commitment kepada dasar-dasar dan cita-cita bangsa. Seorang kader harus mempunyai kemampuan untuk mendorong terjadinya berbagai perubahan, pembaharuan dan peningkatan kinerja dalam organisasipartai serta sekaligus dapat berfungsi sebagai penggerak, pemimpin yang ahli dan bertanggung jawab terhadap keberadaan partai dan posisi kader ” 3.2.2.Kader Perempuan Partai Politik 4 Wawancara dengan Dra.Nani Susilawati Nurdin Universitas Sumatera Utara sebagai anggota masyarakat yang berusaha turut andil dalam kehidupan masyarakat serta berperan sebagai anggota masyarakat yang proaktif. Begitu juga halnya dengan kader perempuan. Keberadaan kader perempuan dalam partai politik memiliki fungsi antara lain yaitu: 1. Dapat mengubah prioritas politik parpol dan budaya internal dalam parpol. Keberadaan perempuan dalam parpol yang turut mentransformasikan agenda-agenda yang dibicarakan memperlihatkan adanya perubahan budaya internal partai.Pendapat dari kader perempuan keluar dengan karakter khas dalam rapatrapat partai dan justru masukan dari perempuan yang sering didengar dan dijadikan solusi atas permasalahan yang dihadapi. 2. Keterlibatan perempuan sebagai pengurus harian partai akan mampu mempengaruhi pembuatan keputusan dalam partai. 3. Pencapaian dan hasil partisipasi perempuan secara aktif tidak saja dalam merubah demokrasi internal dalam partai tetapi juga dalam program- program yang dilakukan oleh parpol terutama dalam arena kesejahteraan keluarga, anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, lapangan kerja ekonomi, dst. 4. Perempuan sebagai pembuat keputusan politik juga dapat mencegah terjadinya diskriminasi terhadap perempuan yang selama ini terjadi dalam masyarakat seperti diskriminasi di tempat kerja, diskriminasi di hadapan hukum, dan berbagai bentuk diskriminasi yang lain. Universitas Sumatera Utara Negara dan masyarakat yang tidak melibatkan kalangan perempuan dalam proses pengambilan keputusan sebetulnya mereka telah mencabut atau menyia- nyiakan diri mereka sendiri atas aset kemampuan serta gaya pengambilan keputusan yang berbeda. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dan keterwakilan perempuan di bidang politik masih sangat rendah. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi dan keterwakilan perempuan diantaranya : 1. Kondisi sosial budaya, dan psikologis yang masih sangat kuat menganggap perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga dengan ideologi pembagian peran publik dan domestik. 2. Birokrat partai yang didominasi oleh laki-laki cenderung tidak memberi peluang kepada perempuan dalam penetapan nomor urut caleg. Penetapan nomor urut ditentukan oleh pimpinan partai yang pada umumya laki-laki. 3. Adanya tafsir agama yang melarang perempuan berkecimpung di ruang publik. 4. Faktor internal perempuan itu sendiri terkait dengan kualitas SDM, pengetahuan, kecakapan berorganisasi, pendidikan, sikap mental, dan pemahaman tentang hak-hak politik yang masih rendah. 5. Kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan aspirasi dan kepentingan perempuan. Kalaupun ada, masih sangat lemah dalam sosialisasi, dan implementasinya. 6. Kurangnya penyajian, dan promosi aktivitas perempuan di bidang politik dibandingkan aktivitas politik laki-laki. Universitas Sumatera Utara Sikap mental merupakan salah satu kendala perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam politik Sehubungan dengan itu terdapat juga sejumlah kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri serta kelompok perempuan dalam perubahan sosial antara lain sebagai berikut: 1. Kesulitan perempuan untuk menghilangkan perasaan malu dan takut salah yang merupakan akibat dari struktur budaya. Akibatnya, perempuan sukar menemukan identitas dirinya sebagai pribadi. 2. Ambisi pribadi yang didorong oleh emosi yang tidak terkendali akan mewujudkan persaingan yang tidak sehat di kalangan perempuan itu sendiri. 3. Pandangan stereotip telah merasuk ke dalam mental perempuan, menyebabkan perempuan kurang mampu berpikir tajam dan jernih, sehingga perempuan kerap ditinggalkan dalam pengambilan keputusan. 4. Kurang berani menerima kekuasaan, apalagi merebut kekuasaan. 5. Lingkungan menciptakan perempuan sebagai makhluk pemelihara yang melayani segala kebutuhan hidup, khususnya lewat lingkungan keluarga. Oleh karena itu, perempuan bermental sebagai makhluk yang dependen. 6. Berbagai kelainan jiwa mudah hinggap dalam diri perempuan, seperti keterasingan diri, rendah diri yang berlebihan, sikap tertutup yang ekstrem, dan sebagainya. 7. Ketidakmampuan menjalin persatuan yang solid karena tidak dapat mengendalikan rasa iri dan cemburu, sehingga mudah tercerai berai. 8. Kurang berminat dalam meningkatkan kemampuan berpikir dan lebih tertarik pada keterampilan motorik. Universitas Sumatera Utara 9. Kurang menyadari kekuatan perempuan sebagai kelompok yang sebenarnya dapat membuat gerakan-gerakan perubahan dalam masyarakat. 10. Cenderung menciptakan dunianya sendiri yang tertutup, karena merasa lebih aman. Kelemahan-kelemahan yang ada pada diri perempuan tersebut kemungkinan disebabkan oleh struktur biologisnya. Laki-laki dan wanita masing- masing memiliki hormon khusus dan ciri biologis tertentu. Berkaitan dengan kelemahan fisik wanita, maka dipastikan bahwa struktur biologis wanita memiliki kekuatan yang lebih lemah dan lebih halus dibanding laki-laki. Selain itu, perempuan pada umumnya bersifat labil instabilite sehingga tidak mampu melaksanakan berbagai kegiatan yang ingin ia wujudkan karena ketidakmampuannya menguasai diri sendiri dan mempertahankan aktivitasnya. Hilangnya kepercayaan diri wanita telah menghalangi dirinya untuk produktif di berbagai bidang. Selain itu wanita hanya bermiat pada kerja lapangan yang tidak membutuhkan aktivitas akal. Menurut Heymans, hal itu disebabkan karena berfikir abstrak dan serius merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi wanita pada umumnya. Mereka biasanya hanya puas dengan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan perasaan dan sifat instinktifnya. Fungsi keibuan wanita membuatnya harus berlaku lebih perasa dan cepat tanggap terhadap stimulus perasaan dibanding laki-laki. Kemampuan instuisi banyak mendorong wanita untuk mengambil keputusan cepat yang tidak berlandaskan akal atau perasaan. Perasaan kewanitaan atau logika khusus wanita menggerakkan sifat kehidupan psikisnya, karena kedudukannya sebagai makhluk yang biasanya berinteraksi dengan manusia, Universitas Sumatera Utara bukan dengan pikiran dan prinsip umum. Laki-laki pada umumnya senang menerapkan prinsip umum, sedangkan wanita hanya tahu tentang situasi khusus. Logika wanita adalah logika yang tidak mengingkari realitas, atau sebagaimana pendapat banyak orang, adalah logika yag lebih banyak memperhatikan individu dibanding realitas. Jadi, untuk menafsirkan perilaku wanita, kita tidak cukup dengan menganalisis organ tubuhnya atau menafsirkan hubungannya dengan berbagai fungsi tubuh. Perilaku moral wanita dipengaruhi lingkungan dan pendidikan. Struktur biologis berperan penting karena merupakan dasar bagi sebagaian besar perilaku wanita. Sebagian besar perbedaan yang ada antara laki-laki dan wanita baik dari sisi kemampuan rasional dan produk pemikiran, disebabkan oleh tidak seimbangnya kesempatan dan kebutuhan wanita terhadap dirinya serta masyarakat.

3.2.3. Pemberdayaan Perempuan Partai Golkar

• Rencana Kerja Bidang Pemberdayaan Perempuan Partai Golkar Adapun sasaran rencana kerja ini adalah: 1. Mengkondisikan terwujudnya perluasan pendidikan, kesehatan, dan perekonomian bagi kelompokm perempuan serta peningkatan kesadaran gender dalam masyarakat Universitas Sumatera Utara 2. Sukses Pemilu 2009 dimana kader-kader terbaik Partai Golkar, keterwakilan perempuan di Legislatif tercapai melalui pemilihan para kandidat perempuan Pokok Kegiatan di Bidang Pemberdayaan Perempuan 1. Meningkatkan berbagai usaha dalam kegiatan perempuan partai serta rekrutmen politik bagi kader peremppuan 2. Memposisikan dan menstrategikan penguatan kader perempuan unggulan, untuk caleg jadi pada Pemilu 2009 3. Untuk wilayah tertentu melakukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi perempuan 4. Untuk wilayah strategis tertentu mengkondisikan perluasan akses pendidikan bagi perempuan dan memotivasi perempuan untuk meningkatkan minat kader. 5. Mensosialisasikan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT 6. Mensoalisasikan Undang-undang Bidang Politik tentang Keterwakilan Perempuan 7. Ikut serta dalam mempercepat terwujudnya UU tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi, serta Undang-Undang tentang Penghapusan Perdagangan Manusia 8. Menyiapkan kebijakan-kebijakan lain tentang program pemberdayaan perempuan termasuk menyiapkan kebijakan dalam rangka operasionalisasi Universitas Sumatera Utara

BAB IV TANTANGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PEREMPUAN