Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Di PD Pasar Kota Medan Sebagai Sarana Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(1)

PENDAPATAN ASLI DAERAH

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

YUDHI ARISTYA NIM.060200353

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD PASAR KOTA

MEDAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

YUDHI ARISTYA NIM.060200353

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

196002141987032002 Suryaningsih, SH. M.Hum

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Suryaningsih, SH. M.Hum

196002141987032002 197003171998031001

Amsali Sembiring, SH. M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis diberi kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

sebuah sukacita besar dari kesempatan yang luar biasa manakala penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.Seperti yang kita ketahui bahwa skripsi merupakan slah satu persyarayan bagi mahasiswa pada umumnya dan khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana.Adapun judul penulisan skripsi ini adalah"PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD PASAR KOTA MEDAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH".

Diatas semuanya,perkenankan dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yaitu ayah saya Dr.Herwanto SPB.Ibunda saya tersayang Mardelia Desfrida S.E Msi yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus,semangat,pengorbanan,tetasan keringat,ketulusan dan kesabaran yang tidak pernah berhenti diberikan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini penulis juga secara khusus menyampaikan terima kasih atas segala bantuannya baik moril maupun materil yang penulis sadari berjasa,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini kepada

1.Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH.M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2.Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3.Bapak Syafruddin Hasibuan,SH. M.H,DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4.Bapak Muhammad Husni,SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5.Ibu Surianingsih SH.M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang


(4)

dengan penuh kesabaran menghadapi penulis juga menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6.Bapak Amsali Sembiring SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang sangat membantu penulis baik dalam meluangkan tenaga,waktu pikiran serta ide-ide demi selesainya skripsi ini.

7.Kepada abang saya Eka novriandy SE dan Kakak saya tersayang dr.Amelia yang selalu mendengarkan kesah dan memberikan saya perhatian walaupun terkadang dengan cara yang sedikit keras.

8.Sahabat penulis dalam bermain dan Belajar yaitu Indra rikandra dan Muhammad mikhail yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai

9.Kepada teman-teman di Community Sabrom yang selalu memberikan semangat yang secara tidak langsung dapat memotivasi penulis untuk dapat bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 terima kasih atas pertemanannya.

11.Semua pihak dan rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut memberikan sumbangsihnya baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya Penulis menyadari akan ketidak sempurnaan hasil penulisan skripsi ini karena kesempurnaan hanya Tuhan Yang Maha Esa yang punya,sebab itu besar harapan penulis kepada semua pihak yang membrikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna,baik dari segi materi maupun penulisannya di masa mendatang

Medan Januari 2013


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Pengertian dan Penegasan Judul ... 3

B. Alasan Pemilihan Judul ... 4

C. Permasalahan ... 6

D. Hipotesa ... 6

E. Tujuan Pembahasan ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 8

G. Sistematika Penulisan. ... 9

BAB II TINJAUAN TENTANG PEDAGANG PADA UMUMNYA ... 11

A Pengertian Pedagang dan Jenis-Jenisnya ... 11

B. Kewajiban-Kewajiban Pedagang Dihubungkan Dengan Retribusi 13 C. Hak dan Kewajiban Pedagang Kaki Lima ... 18

D. Instansi Yang Berwenang MengeIola Pedagang Kaki Lima . 22 BAB III. PENDAPATAN DAERAH YANG DIKELOLA OLEH PD. PASAR 23 A. Kedudukan Tugas dan Fungsi ... 23

B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 24

C. Pasar-Pasar Yang DikeIola Oleh PD. Pasar D. Jenis-Jenis Pendapatan Yang DikeIola PD. Pasar ... 36


(6)

BAB IV. PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD. PASAR KOTA MEDAN . . . 4 2

A.Pelaksanaan Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Untuk Meningkatkan

Pendapatan Daerah ... 42

B.Pengelolaan Pasar Bagi Sumber Pendapatan Daerah ... 48

C.Kendala-Kendala Dalam Pengelolaan Pedagang Kaki Lima oleh PD. Pasar 54 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A . Kesimpulan ... 61

B . Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(7)

ABSTRAK

PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD. PASAR KOTA MEDAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PENDAPATAN

ASIA DAERAH

Pedagang dalam aktivitasnya di pasar adalah untuk memperdagangkan barang-barang yang dimilikinya kepada konsumen. Untuk hal yang demikian maka konsumen harus memiliki minat beli. Salah satu jenis pedagang yang terdapat dalam prakteknya adalah pedagang kaki lima. Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait yang dalam hal ini PD. Pasar. sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang, ditetapkan.

Dari segi hukum administrasi negara tentang pedagang kaki lima khususnya peran dari PD. Pasar Kota Medan dalam hal melakukan pengelolaannya, khususnya kegiatan PD. Pasar Kota Medan dalam memberikan sumber Pendapatan Asli Daerah, serta meredam gejolak-gejolak yang ditimbulkan dari aktivitas pedagang kaki lima yang ditertibkan, layak untuk diangkat menjadi alasan pemilihan judul dalam penelitian ini.

Adapun permasalahan yang berkenaan dengan judul skripsi ini adalah :

1. Sejauh manakah pelaksanaan pengelolaan pedagang kaki lima di PD. Pasar Kota Medan.

2. Bagaimanakah pengelolaan pasar sebagai sumber pendapatan daerah.

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi PD. Pasar Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki lima

Setelah dilakukan penelitian maka diketahui :

1. Pedagang adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan berjualan baik si penjual bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari maupun juga bahan-bahan tambahan yang tidak merupakan kebutuhan bahan pokok.

2. Pasar adalah semua tempat baik yang didirikan/disediakan oleh pemerintah maupun swasta yang khusus kegunaannya untuk berjualan/berusaha seperti bangsal-bangsal, loods-loods, gudang-gudang, toko-toko, stand-stand/kios-kios dan lapangan-lapangan dan termasuk semua sarana yang berada di kompleks tersebut.

3. Belum berhasilnya penyuluhan yang dilaksanakan di PD. Pasar Kota Medan terhadap para pedagang kaki lima karena kurang koordinasi dengan instansiinstansi pemerintah atau dengan aparat keamanan ketertiban masyarakat yang terkait.

4. Tidak berhasilnya Pemerintah Kota Medan dalam menertibkan para pedagang kaki lima di Kota Medan, karena kurangnya koordinasi terhadap aparat keamanan/ketertiban masyarakat, seperti ketertiban umum Kota Medan, Kepolisian, Kodim, Camat dan kelurahan dan juga kurang tersedianya tempattempat penampungan para pedagang kaki lima.

5. Dengan kurang berhasilnya menertibkan pedagang kaki lima di Kota Medan, berakibat kurangnya pendapatan retribusi pasar.


(8)

ABSTRAK

PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD. PASAR KOTA MEDAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PENDAPATAN

ASIA DAERAH

Pedagang dalam aktivitasnya di pasar adalah untuk memperdagangkan barang-barang yang dimilikinya kepada konsumen. Untuk hal yang demikian maka konsumen harus memiliki minat beli. Salah satu jenis pedagang yang terdapat dalam prakteknya adalah pedagang kaki lima. Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait yang dalam hal ini PD. Pasar. sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang, ditetapkan.

Dari segi hukum administrasi negara tentang pedagang kaki lima khususnya peran dari PD. Pasar Kota Medan dalam hal melakukan pengelolaannya, khususnya kegiatan PD. Pasar Kota Medan dalam memberikan sumber Pendapatan Asli Daerah, serta meredam gejolak-gejolak yang ditimbulkan dari aktivitas pedagang kaki lima yang ditertibkan, layak untuk diangkat menjadi alasan pemilihan judul dalam penelitian ini.

Adapun permasalahan yang berkenaan dengan judul skripsi ini adalah :

1. Sejauh manakah pelaksanaan pengelolaan pedagang kaki lima di PD. Pasar Kota Medan.

2. Bagaimanakah pengelolaan pasar sebagai sumber pendapatan daerah.

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi PD. Pasar Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki lima

Setelah dilakukan penelitian maka diketahui :

1. Pedagang adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan berjualan baik si penjual bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari maupun juga bahan-bahan tambahan yang tidak merupakan kebutuhan bahan pokok.

2. Pasar adalah semua tempat baik yang didirikan/disediakan oleh pemerintah maupun swasta yang khusus kegunaannya untuk berjualan/berusaha seperti bangsal-bangsal, loods-loods, gudang-gudang, toko-toko, stand-stand/kios-kios dan lapangan-lapangan dan termasuk semua sarana yang berada di kompleks tersebut.

3. Belum berhasilnya penyuluhan yang dilaksanakan di PD. Pasar Kota Medan terhadap para pedagang kaki lima karena kurang koordinasi dengan instansiinstansi pemerintah atau dengan aparat keamanan ketertiban masyarakat yang terkait.

4. Tidak berhasilnya Pemerintah Kota Medan dalam menertibkan para pedagang kaki lima di Kota Medan, karena kurangnya koordinasi terhadap aparat keamanan/ketertiban masyarakat, seperti ketertiban umum Kota Medan, Kepolisian, Kodim, Camat dan kelurahan dan juga kurang tersedianya tempattempat penampungan para pedagang kaki lima.

5. Dengan kurang berhasilnya menertibkan pedagang kaki lima di Kota Medan, berakibat kurangnya pendapatan retribusi pasar.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

Kehidupan manusia tidaklah terlepas dari usaha-usaha, ekonomi, dimana usaha ekonomi merupakan tanda-tanda adanya kehidupan. Semakin maju kebudayaan mengakibatkan tingkah laku perekonomian akan semakin sulit dan rumit. Dengan demikian untuk menjalankan suatu kegiatan usaha akan penuh dengan tantangan dan rintangan baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun dan luar.

Pemerintah dalam menanggulangi perekonomian bagi masyarakat membuat pasar-pasar agar ditata dengan baik agar terwujud seperti yang dirumuskan dalam tujuan negara kita untuk mencapai kehidupan masyarakat yang adil dan makmur : seperti halnya Pemerintah Kota Medan memberikan kesempatan bagi masyarakat khusus pedagang melakukan aktivitasnya.

Salah satu sisi yang potensial dalam pengembangan pasar sebagai sarana tempat berdagang para pedagang adalah Pemerintah Daerah dimana pasar tersebut terdapat. Karena dalam hal ini para pedagang yang menempati pasar dapat memberikan konstribusi pemasukan bagi kas Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam Peraturan Daerah Tingkat II Kotamadya Medan No. 3 Tahun 1987 tentang Susunan Organisasi PD. Pasar Kota Medan yang di dalam Pasal 2 —nya menetapkan : " PD. Pasar adalah pelaksana teknis pemerintah daerah dalam bidang perencanaan, pelaksana dan pengembangan pasar-pasar dalam Kota Medan ".

Selanjutnya di dalam Pasal 4 — nya ditetapkan : PD. Pasar mempunyai tugas :


(10)

pengawasan dan penertiban pasar serta menyelenggarakan pemungutan. segala jenis pendapatan pasar.

2. Melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Kepala Daerah.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan retribusi pasar dan juga pasar sebagai tempat para pedagang berjualan untuk menjualkan barang dagangannya, dan pasar tempat membeli kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat besar manfaatnya kepada masyarakat, di samping itu pasar juga menampung tenaga kerja yang bersifat non formal. Maka dalam hal ini Pemerintah Kota Medan melalui PD. Pasar sebagai pengelola pasar, berusaha meningkatkan pelayanan dan pengawasan terhadap para pedagang.

Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis kemukakan di atas, maka dengan ini dapat dilihat betapa pentingnya peranan para pedagang dalam menunjang Pembangunan Daerah pada umumnya dan Pembangunan Nasional pada khususnya.

Mengingat dalam mengelola pasar-pasar termasuk fokusnya pada PD. Pasar merupakan hal yang tidak mudah, karena jumlah para pedagang adalah sangat banyak maka sudah barang tentu mengakibatkan suatu permasalahan terhadap Pemerintah Kota Medan, baik permasalahan pedagang yang terdapat di dalam pasar-pasar maupun para pedagang kaki lima yaitu pedagang yang berjualan di luar pasar, seperti di pinggir-pinggir jalan umum dan lain sebagainya dan bersifat tidak menetap.

Pedagang kaki lima dari hasil wawancara penulis dengan tata usaha PD. Pasar adalah merupakan istilah bagi pedagang yang melakukan aktivitasnya di luar sarana dan prasarana berjualan, seperti di pinggir jalan atau emperan toko. Dalam Peraturan Daerah Pemerintah Kota Medan tidak terdapat istilah pedagang kaki lima.

Dengan demikian maka pengertian pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitas di tempat-tempat yang bukan tempat berdagang sebagaimana mestinya.


(11)

A. Pengertian dan Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul " Pengelolaan Pedagang Kaki Lima di PD. Pasar Kota Medan Sebagai Sarana Peningkatan Pendapatan Asli Daerah ".

Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu karya ilmiah harus diberi judul, karena ia dapat menggambarkan apa yang menjadi intisari karya ilmiah dimaksud.

Untuk mengetahui pengertian judul skripsi ini lebih mendalam, di bawah ini penulis akan menguraikan kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu :

− Pengelolaan, berarti pengaturan, penataan.1

− Pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya bertransaksi di luar sarana berdagang, seperti di pinggir-pinggir jalan atau sarana-sarana lainnya.

− Pedagang adalah "orang yang berjualan".2

− Di merupakan kata sambung yang akan menerangkan kata berikutnya.

− PD. Pasar Kota Medan adalah singkatan dari Perusahaan Daerah Pasar yang mengelola dan mengawasi pasar-pasar yang ada di wilayah hukum Pemerintah Kota Medan. − Sebagai sarana diartikan sebagai alat.

− Peningkatan merupakan perubahan dari sesuatu keadaan dengan hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya.

− Pendapatan Asli Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 6 yaitu : Pendapatan Asli Daerah, yaitu

1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah,

3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 453.

2

J. Supranto, Metode Riset dan Ap/ikasinya di Dalam Riset Pemasaran, Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi


(12)

dipisahkan, dan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.3

Dengan uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pembahasan yang dilakukan adalah di sekitar penataan oleh PD. Pasar Kota Medan terhadap aktivitas dari Pedagang Kaki Lima, dimana fungsi yang dijalankan oleh PD. Pasar adalah sebagai alat Pemerintah Daerah dalam memberikan masukan dari sektor Pendapatan Asli Daerah melalui hasil retribusi daerah.4

B. Masalah Pemilihan Judul

Dalam suatu karya ilmiah alasan pemilihan judul merupakan suatu hal yang mutlak karena tanpa alasan pemilihan judul yang melandasi penelitian maka karya ilmiah tersebut sama saja dengan tulisan biasa. Oleh karena itu penulis akan menggambarkan alasan pemilihan judul yang melandasi penulisan karya ilmiah ini.

Salah satu tujuan dari seorang pedagang adalah mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidupnya serta untuk memperoleh laba dari kegiatan usahanya yaitu perdagangan.

Pedagang dalam prinsipnya adalah orang yang secara langsung bertemu dengan konsumen, mereka memiliki barang dan juga menanggung rugi maupun untung atas kegiatan perdagangannya tersebut.

Sedangkan pasar sebagai suatu wadah tempat dimana berkumpulnya para pedagang tersebut dan juga bertemunya mereka dengan konsumen. Pada sebuah pasar banyak kepentingan yang harus dijalankan baik itu pihak pengelola pasar sendiri maupun juga

3

Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4

Josef Riwu Kaho,analisis Pemerintah Pusat dan Daerah Indonesia/Jakarta, Bina Aksara 1998 hal. 88


(13)

pedagang dan konsumen itu sendiri. Keberadaan pasar dengan keanekaragaman kegiatan perdagangan di dalamnya sangat memberikan andil yang besar bagi konsumen. Karena pada lembaga inilah kepentingan mereka untuk memiliki sesuatu barang dapat dicari, dibeli dan dimiliki.

Pedagang dalam aktivitasnya di pasar adalah untuk memperdagangkan barang-barang yang dimilikinya kepada konsumen. Untuk hal yang demikian maka konsumen harus memiliki minat beli. Salah satu jenis pedagang yang terdapat dalam prakteknya adalah pedagang kaki lima. Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait yang dalam hal ini PD. Pasar, sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang ditetapkan.

Melihat hal di atas adalah sangat menarik untuk ditarik suatu telaah dari segi hukum administrasi negara tentang pedagang kaki lima ini khususnya pesan dari PD. Pasar Kota Medan dalam hal melakukan pengelolaannya, khususnya kegiatan PD. Pasar Kota Medan dalam memberikan sumber Pendapatan Asli Daerah, serta peredaman dari gejolak-gejolak yang ditimbulkan dari aktivitas pedagang kaki lima yang ditertibkan, layak untuk diangkat menjadi alasan pemilihan judul dalam penelitian ini.

C. Permasalahan

Dalam penulisan suatu karya ilmiah atau skripsi maka untuk mempermudah pembahasan perlu dibuat suatu permasalahan yang disesuaikan dengan judul yang diajukan penulis, karena permasalahan inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan pembahasan selanjutnya.


(14)

1. Sejauh manakah pelaksanaan pengelolaan pedagang kaki lima di PD. Pasar Kota Medan.

2. Bagaimanakah pengelolaan pasar sebagal sumber pendapatan daerah.

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi PD. Pasar Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki lima

D. Hipotesa

Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diajukan. Sebelum permasalahan-permasalahan dibahas dalam bab per bab, maka permasalahan-permasalahan ini akan dijawab sementara dalam rumusan hipotesa, karena hipotesa merupakan suatu jawaban sementara dari suatu permasalahan, maka harus diuji kebenarannya dengan jalan penelitian".5

Jadi hipotesa dapat diartikan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dalam pembahasan-pembahasan berikutnya. Dengan demikian yang menjadi hipotesa penulis dalam skripsi ini adalah :

1. PD. Pasar Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki lima belum dapat memenuhi target dari realisasi penerimaan pendapatan daerah dari sektor pasar, karena banyaknya pedagang kaki lima yang tersebar dan sukar didata dalam membayar retribusi kepada PD. Pasar Medan.

2. Pengelolaan pasar sebagai sumber pendapatan daerah dilakukan oleh PD. Pasar dengan cara membangun pasar sesuai dengan kebutuhan jumlah pedagang serta dari para pedagang tersebut akan dikutip iuran berupa retribusi pemakaian kekayaan daerah berupa gedung.

3. Adapun kendala-kendala yang dihadapi PD. Pasar Kota Medan dalam hal pengelolaan

5

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Methode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali versi 2006 ) hal. 118


(15)

pedagang kaki lima adalah belum adanya kerjasama yang baik khususnya dalam penempatan pedagang pada los-los penjualan yang baik.

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembahasan ini adalah :

1. Melalui pembahasan ini penulis ingin melengkapi tugas sebagai mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Hukum Administrasi Negara.

2. Di samping itu pula penulis membahas materi skripsi ini untuk memberikan sedikit sumbangan pemikiran ilmiah kepada almamater penulis perihal Hukum Administrasi Negara apabila dihubungkan dengan pengelolaan pedagang kaki lima.

3. Kepada masyarakat luas juga diharapkan dapat mengambil manfaat dan mengetahui lebih jauh mengenai fungsi PD. Pasar Kota Medan dalam hal pengelolaan pedagang kaki lima.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sedaya upaya untuk mengumpulkan data-data guna melengkapi kesempurnaan pembahasan skripsi ini, dimana dalam hal ini digunakan dua metode penelitian yaitu :

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Disini penulis melakukan penelitian dengan cara mempelajari bahan-bahan bacaan yang ada, baik itu karangan-karangan ilmiah maupun beberapa literatur-literatur yang mendukung penulisan dan pembahasan skripsi penulis ini.

2. Held Research (Penelitian Lapangan)


(16)

Pasar Kota Medan dan pedagang kaki lima , dengan pengamatan secara langsung maupun mengadakan wawancara kepada yang berwenang memberikan informasi di instansi tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam pembahasan skripsi ini disusun penulis sedemikian rupa, yang memuat 5 (lima) buah bab dan masing-masing bab mempunyai beberapa sub bab, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

Bab I. PENDAHULUAN.

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas hal-hal yang umum dalam sebuah tulisan ilmiah yaitu : Pengertian dan Penegasan Judul, Alasan Pemilihan Judul, Permasalahan, Hipotesa, Tujuan Pembahasan, Metode Pengumpulan Data serta Sistematika Penulisan.

Bab II TINJAUAN TENTANG PEDAGANG PADA UMUMNYA

Dalam bab ini akan dibahas tentang : Pengertian Pedagang dan JenisJenisnya, Kewajiban-Kewajiban Pedagang Dihubungkan Dengan Retribusi, Hak dan Kewajiban Pedagang Kaki Lima, Instansi Yang Berwenang mengelola Pedagang Kaki Lima.

Bab III. PENDAPATAN DAERAH YANG DIKELOLA OLEH PD, PASAR

Dalam bab yang kedua ini akan diuraikan tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi dan Uraian Tugas, Pasar-Pasar Yang Dikelola Oleh PD. Pasar serta Jenis-jenis Pendapatan Yang Dikelola PD. Pasar.


(17)

Bab IV. PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD. PASAR.

Yang diuraikan dalam pembahasan ini adalah tentang : Pelaksanaan Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, Pengelolaan Pasar Bagi Sumber Pendapatan Daerah serta Kendala-Kendala Dalam Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Oleh PD. Pasar.

Bab V. PENUTUP

Dalam bab yang terakhir ini penulis akan memberikan Kesimpulan dan juga Saran-Saran.


(18)

BAB II

TINJAUAN TENTANG PEDAGANG PADA UMUMNYA

A. Pengertian Pedagang dan Jenis-Jenisnya

Apabila kita berbicara tentang masalah pedagang, kita akan ingat kepada jual beli khususnya, dan pada ekonomi umumnya, karena setiap kali kita pergi berbelanja ke pasar kita berjumpa dengan pedagang, sebab pedagang ini adalah orang yang berjualan.

Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan, khususnya di dalam Peraturan Daerah tentang pengelola pasar tidak dapat dijumpai pengertian daripada pedagang, namun bagi kita pengertian pedagang ini bukanlah suatu hal yang baru karena dalam perkataan sehari-hari ataupun secara umum selalu kita artikan orang yang berjualan.

WAS. Poerwadarminta di dalam bukunya Kamus Urnurn Bahasa Indonesia memberikan pengertian tentang pedagang yaitu Orang yang berjualan".

Dan pengertian yang diberikan WJ.S. Poerwadarminta ini maka dapat dilihat bahwa setiap orang yang pekerjaannya berjualan, balk ia berjualan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari (primer) maupun bahan-bahan kebutuhan tambahan (sekunder) adalah disebut pedagang.

Menurut H.M.N. Purwosutjipto " pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan (daden van koolDhandel) sebagai pekerjaannya sehari-hari.”6

6

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Pengetahuan Dasar Hukum


(19)

Sedangkan perbuatan perniagaan pada umum adalah perbuatan pembelian barang-barang untuk dijual lagi.7

Pedagang kaki lima disebut juga pedagang liar atau pedagang eceran yaitu pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan, emperan toko- toko, di halaman bangunan pasar, lapangan-lapangan terbuka dan tempat-tempat lain yang sifatnya sementara, dan belum mendapat izin resmi dari pemerintah

Dan pengertian diatas, jelas bahwa pedagang kaki lima ini adalah bersifat sementara, dan belum mendapat izin dari Pemerintah Kota Medan, sebagai mana kita lihat tempat-tempat pedagang kaki lima ini belum mendapat tempat-tempat berjualan seperti para pedagang yang di tempat kan di dalam suatu pasar tetapi tidak di dalam sarana pasar tersebut, mereka hanya menempati tanah kosong yang biasanya diperuntukkan untuk parking.

Adapun jenis-jenis pedagang maka dapat dilihat dari proses pemasaran sebuah produk yaitu :

1. Perantara pedagang (merchant middleman)

Perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Perantara pedagang (merchant middleman) terdiri dari :

a. Pedagang besar (wholesaler) b. Pengecer (retailer).

2. Perantara Agen (Agent middleman)

Perantara Agen ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani, mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu :

a. Agen penunjang 7


(20)

b. Agen pelengkap.8

B. Kewajiban-Kewajiban Pedagang Dihubungkan Dengan Retribusi

Sehubungan dengan judul sub bab di atas maka sebelum pembahasan dilakukan ada baiknya terlebih dahulu diuraikan pengertian retribusi.

Retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang khusus disediakan dan/atau diberikan izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.9

Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksanakan dan tidak ada balas jasanya, sedangkan retribusi ialah pembayaran oleh rakyat kepada pemerintah dengan adanya balas jasa secara langsung.10

Retribusi sebagaimana halnya pajak merupakan salah satu Pendapatan Asli diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.11

Adapun subjek retribusi dan wajib retribusi meliputi :

Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

1. Subjek retribusi umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek retribusi jasa umum ini dapat merupakan wajib retribusi jasa umum.

8

Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, Liberty, Yogyakarta, 1987, hal. 190.

9Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 55.

10Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 201.

11


(21)

2 . Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa usaha.12

3 . Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa perizinan tertentu.13

Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah. tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu.

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.14

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dengan demikian daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang akan dicapai daiam menetapkan tarif retribusi jasa umum, seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

12Marihot P.Siahaan

, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006, hal.67

13M. Manullang, Pengantar Ekonoad Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 71.

14Agus Salim Nasution


(22)

Jadi, prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi jasa umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa yang bersangkutan dan golongan pengguna jasa.15

1. Tarif retribusi persampahan untuk golongan masyarakat yang mampu dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutup biaya pengumpulan, transportasi dan pembuangan sampah, sedangkan untuk golongan masyarakat yang kurang mampu ditetapkan tarif lebih rendah.

Sebagai contoh :

2. Tarif rawat inap kelas tinggi bagi retribusi pelayanan rumah sakit umum dapat ditetapkan lebih besar daripada biaya pelayanannya, sehingga memungkinkan adanya subsidi silang bertarif rawat inap kelas yang lebih rendah.

3. Tarif retribusi parkir di tepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat ditetapkan lebih tinggi daripada di tepi jalan umum yang kurang rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan tingkat penggunaan jasa parkir sehingga tidak menghalangi kelancaran lalu lintas.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Prinsip dan sasaran adalah penetapan tarif retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruhnya biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.16 Biaya penyelenggaraan izin ini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut. Tarif retribusi di atas ditinjau paling lama 5 tahun sekali.17

15Agus Salim Nasution

, op.cit. hal 4. 16Panca Kurniawan dan Agus Purwanto

, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayu Media

Malang, 2006, hal 80 17Tjip Ismail :


(23)

Sebagaimana telah diketahui bahwa Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kota Medan bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, serasi dan seimbang, mampu mengurus rumah tangga sendiri, sebagai pelaksana otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab menjamin perkembangan pembangunan nasional yang tersebar di daerah Kota Medan.

Khususnya Kota Medan, untuk memperlancar pembangunan kota, Pemerintah Kota harus didukung oleh peningkatan pendapatan daerah, dalam hal ini Pemerintah Kota Medan mengharapkan peranan dan partisipasi masyarakat dalam menunjang peningkatan pendapatan daerah.

Masyarakat dalam hubungannya dengan kegiatan pasar mempunyai peranan yang sangat penting, dalam kaitannya masyarakat sebagai pemakai jasa/pelayanan dalam kegiatannya berdagang yang sudah tentu menggunakan fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintah balk berupa fasilitas gedung/toko, kebersihan, keamanan dan sebagainya, di lain pihak masyarakat pedagang berkewajiban membayar kepada Pemerintah Daerah berupa retribusi sebagai balas jasa langsung atas penggunaan fasilitas-fasilitas yang diberikan Pemerintah Daerah kepadanya.18

Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 1988, disebutkan bahwa para pedagang diwajibkan membayar retribusi yang terdiri dari :

1. Retribusi tempat berjualan.

Yaitu retribusi atas pemakaian tempat-tempat berjualan yang disediakan oleh Pemerintah maupun swasta. Dalam pembayaran retribusi tempat berjualan para pedagang dapat membayarnya dengan dua cara yaitu dibayar setiap hari dan dibayar setiap bulannya.

2 . Retribusi bongkar muat barang dagangan.

18Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hokum Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1988, hal. 76.


(24)

Yaitu retribusi yang dikutip dari pedagang yang melakukan kegiatan membongkar/memuat barang-barang dagangan.

3 . Retribusi pemakaian toilet/kamar mandi/WC.

Yaitu retribusi pemakaian jasa toilet, kamar mandi/WC dan pembayarannya ditentukan untuk setiap kali masuk.

4. Surat-surat berharga.

Yaitu pembayaran uang jasa atau uang administrasi surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kepala PD. Pasar, yaitu:

a. Surat keterangan sementara izin pemakaian tempat-tempat berjualan. b. Kartu pemakaian izin tempat berjualan

c. Surat-surat izin :

1. Izin mengerjakan pekerjaan upah menyorong/menyewakan kereta sorong roda dua. 2. Izin mengelola/menjaga kamar mandi/toilet/WC dan izin jaga malam/siang.

3. Izin memperbaiki stand/kios membuat peti. 4. Pemeriksaan kereta sorong roda dua. 5. Surat keterangan harga pasar

6. Surat keterangan sebagai pedagang 7. Kartu sewa bulanan kios

8. Surat keterangan izin tukar jenis jualan, izin cabut bulu ayam, izin kukuran kelapa, cabe, kopi.

9. Berbagai surat keterangan lainnya. 5 . Bea Balik nama.

Yaitu pembayaran setiap pemindahan pemegang hak sewa tempat berjualan pada orang lain dikenakan biaya yang harus dibayar pemegang hak sewa yang baru.


(25)

6 . Pengembalian kredit.

Yaitu setiap pengembalian kredit oleh para pedagang, baik kredit inpres pasar maupun kredit bentuk lain untuk keperluan pembangunan pasar/memperoleh tempat berjualan.

7 . Retribusi sewa toko.

8 . Retribusi penerangan/listrik. 9 . Retribusi sampah.

C. Hak dan Kewajiban Pedagang Kaki Lima

Sebagaimana pengertian pedagang kaki lima secara umum bahwa Pedagang kaki lima disebut juga pedagang liar atau pedagang eceran yaitu pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan, emperan toko- toko, di halaman bangunan pasar, lapangan-lapangan terbuka dan tempat-tempat lain yang sifatnya sementara, dan belum mendapat izin resmi dari pemerintah.

Menarik hak dan kewajiban pedagang kaki lima yang pada dasarnya melakukan aktivitas berdagang di tempat-tempat yang bukan diperuntukkan bagi pedagang di sekitar lingkungan suatu pasar, maka membicarakan hak dan kewajiban pedagang kaki lima maka dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Adapun alasan mengapa pedagang kaki lima tidak memiliki hak maupun kewajiban adalah dikarenakan mereka melakukan aktivitas berjualan bukan pada tempat-tempat yang disediakan oleh pengelola pasar.

Sebelum lebih jauh membahas judul sub bab di atas ada baiknya dimengerti terlebih dahulu istilah pasar itu sendiri menurut Peraturan Pemerintah.

Menurut Peraturan Kota Medan No. 8 Tabun 1988, tentang Pengelolaan Pasar, di dalam Bab I Pasal 1, huruf g, yang berbunyi sebagai berikut : Pasar adalah semua tempat baik yang didirikan atau disediakan oleh Pemerintah maupun swasta yang khusus kegunaannya untuk


(26)

tempat berjualan/berusaha seperti bangsal-bangsal, loods-loods, gudang-gudang, toko-toko, stand-stand/kios-kios dan lapangan-lapangan dan termasuk semua sarana yang berada di kompleks tersebut.

Di dalam Peraturan Daerah ini lebih lanjut diterangkan tentang pengertian Pasar ini sebagai berikut :

Pasar Pemerintah adalah pasar yang didirikan/disediakan dan dikelola oleh Pemerintah. Pasar swasta adalah pasar yang didirikan/disediakan dan dikelola swasta yang telah mendapat izin dan di bawah pengawasan pemerintah daerah. Pasar sementara adalah pasar yang terdiri, dari bangunan-bangunan, lapangan-lapangan, jalan-jalan umum, trotoar atau tempat-tempat lainnya milik Pemerintah Daerah atau yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah yang menurut fungsinya bukan untuk tempat berjualan/berusaha akan tetapi untuk sementara telah digunakan oleh pedagang untuk sebagai tempat berjualan/berusaha.

Dari pengertian pasar yang diuraikan di atas berarti tidak hanya semata-mata bangunan-bangunan khusus yang dijadikan sebagai tempat berjualan, tetapi termasuk lapangan-lapangan yang digunakan para pedagang tempat-tempat berjualan sepanjang tidak dilarang oleh Pemerintah.

Berarti dalam hal ini semua tempat-tempat baik yang didirikan pihak Pemerintah maupun disediakan pihak swasta dan lapangan-lapangan yang digunakan para pedagang melakukan kegiatan berjualan di sebut pasar.

Untuk memperdalam pengertian pasar ini penulis mengemukakan pengertian pasar kalau ditinjau dari sudut secara ekonomis yaitu Pasar tidak lain tempat bertemunya di antara para pedagang dengan pembeli, terjadinya para pedagang menawarkan dagangannya kepada pembeli sehingga membawa kelancaran distribusi barang-barang


(27)

serta mendorong untuk mempercepat proses produksi barang-barang pada umumnya.19 Menurut pandangan secara ekonomis pasar mempunyai arti yang berbeda dengan pengertian pasar yang diberikan oleh pemerintah, karena menurut paham Pemerintah hanya dipandang dari segi tempatnya saja ataupun yang dikenal dengan bantuan khusus yang dijadikan sebagai tempat berjualan para pedagang, sedangkan menurut pandangan secara ekonomi tidak mempersoalkan tempat bangunannya, artinya bahwa pasar itu suatu tempat bertemunya para pedagang dan pembeli tanpa mempersoalkan letak dan tempatnya asalkan mendorong untuk mempercepat proses produksi barang secara umum.20

Dengan memperhatikan dari dua pendapat di atas yang memberikan pengertian tentang pasar, kalau kita pegang dua pendapat ini maka dapatlah kita katakan bahwa pasar tidak lain bangunan khusus yang didirikan oleh Pemerintah maupun pihak swasta asalkan diperuntukkan kepada pedagang sebagai tempat melakukan kegiatan berjualan sehingga mampu membawa kelancaran proses produksi barang dan membawa kelancaran distributif, karena sifat pasar itu sendiri adalah untuk melayani segala kebutuhan atau kepentingan masyarakat.21

Pengertian pasar memang bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat kita, karena mulai dari kecil kita telah berhubungan dengan pasar atau telah mengunjunginya pada saat-saat yang tertentu, karena itulah pasar tidak hanya dikenal dalam masyarakat tertentu saja akan tetapi semua orang sudah mengenal dan mengerti tentang pasar, karena pada umumnya setiap orang terus berhadapan dengan soal pasar (marketing) sekalipun ia seorang konsumen.22

Hal ini dapat kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari seorang ibu rumah

19Prayudi Atmosudirjo, Administrasi Niaga (Business Administration), Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 45.

20

Suljus A. Natorajo, Unsur-Unsur Marketing, Alumni, Bandung, 1991,hal. 56. 21

ibid : hal 70 22


(28)

tangga memerlukan berbagai kebutuhan hidup seperti beras, gula, kopi, garam dan lain-lain sebagainya, ia hanya memperoleh dengan mudah di pasar atau warung di sekitarnya dimana ia bertempat tinggal.

Untuk itulah pasar yang dapat dijadikan sebagai tempat para pedagang bertemu dengan pembeli dirasakan oleh setiap orang baik di kota-kota besar, kecil maupun di pelosok-pelosok sangat penting artinya terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ataupun dalam menjual segala hasil bumi dan laut oleh warga desa.

Melihat pengertian pasar khususnya pasar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah maka penempatan pedagang kaki lima yang mengisi tempat-tempat yang bukan tempat berjualan dan bahkan dilarang maka dalam kegiatan selanjutnya pedagang kaki lima tidak memiliki hak untuk melakukan aktivitasnya berjualan pada tempat dimana dilarang berjualan. Dengan kondisi tersebut maka kewajiban mereka juga tidak terbit.

D. Instansi Yang Berwenang Mengelola Pedagang Kaki Lima

Sebagaimana diketahui bahwa instansi yang berwenang mengadakan pengaturan, mengawasi serta mengelola pasar di Kota Medan adalah PD. Pasar. Pengelolaan pasar yang sedemikian memberikan kondisi bahwa PD. Pasar memiliki wewenang untuk melakukan penertiban dan pengaturan atas bangunan-bangunan pasar yang dibangun oleh Pemerintah Kota Medan kepada para pedagang yang melakukan aktivitasnya.

Menilik kondisi yang terjadi dewasa ini dimana pada dasarnya pedagang tidak saja berjualan di lokasi-lokasi yang telah disediakan oleh PD. Pasar tetapi juga menempati ruang-ruang yang bukan tempat berjualan. Sehingga dengan demikian PD. Pasar berhak mengambil tindakan terhadap penyalahgunaan tempat-tempat berjualan tersebut serta melakukan penertiban atas kegiatan-kegiatan tersebut.


(29)

Pada dasarnya PD. Pasar dapat memberikan toleransi terhadap aktivitas pedagang kali lima ini selama pedagang kaki lima tidak mengganggu aktivitas lainnya, seperti pemakai jalan raya maupun juga aktivitas keindahan dan kebersihan pasar.

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan No. 16 Tahun 2002 Tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan maka instansi yang berwenang dalam pengelolaan Pasar di Kota Medan adalah PD. Pasar sebagaimana diterakan dalam Pasal 1 huruf h Keputusan Walikota di atas yaitu " Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan ".


(30)

BAB III

PENDAPATAN DAERAH YANG DIKELOLA OLEH PD. PASAR

A. Kedudukan Tugas dan Fungsi

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 1992 tanggal 6 Juli 1992 tentang "pembentukan Perusahaan Daerah Kota Medan". Berdasarkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 1992 tersebut, modal perusahan ditetapkan sebesar Rp. 26.202.660.000,00 yang bersumber dari harta bersih PD. Pasar Kota Medan dan merupakan harta kekayaan yang dipisahkan dari milik pemerintah daerah.

Kedudukan PD. Pasar Kota Medan berada di Kota Medan serta memiliki wewenang dalam pengelolaan pasar di lingkungan pemerintahan Kota Medan. Dengan kedudukan tersebut maka PD. Pasar Kota Medan memiliki tujuan yaitu :

− Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang sarana dan prasarana daerah.

− Meningkatkan pendapatan asli daerah.

Tugas pokok PD. Pasar Kota Medan diatur berdasarkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 1992 pada Pasal 3 mengatur tentang tugas pokok PD. Pasar Kota Medan yaitu

1. Melaksanakan sebagian utusan rumah tangga daerah dalam bidang perencanaan pengawasan dan penertiban pasar serta menyelenggarakan pemungutan segala jenis pendapatan pasar. 2. Melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh kepada daerah.

Dalam Pasal 4 Peraturan Daerah tersebut, mengatur tentang penyelenggaraan tugas tersebut maka PD. Pasar Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut :


(31)

data wajib retribusi pasar di Kota Medan.

2. Merencanakan pengembangan dan perluasan pasar-pasar untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.

3. Melakukan kegiatan pengutipan retribusi pasar dan pungutan lainnya berdasarkan peraturan yang berlaku.

4. Melakukan usaha-usaha penagihan tunggakan retribusi pasar dan pungutan lain berdasarkan peraturan yang berlaku.

5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dalam pengutipan dan penyetoran uang retribusi, 6. Melakukan usaha penertiban tempat berjualan dan keamanan di seluruh pasarpasar

dalam Kota Medan,

7. Menyelenggarakan usaha-usaha kebersihan di seluruh pasar-pasar Kota Medan.

8. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi pemungutan retribusi dar, pungutan lainnya berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan daerah.

9. Melaksanakan kegiatan dalam penentuan/penunjukan penyewaan dan penentuan hak.

B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Peranan Struktur Organisasi sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu Perusahaan, karena dengan tidak sempurnanya suatu organisasi Perusahaan akan sulit untuk dapat mencapai tujuan Perusahaan tersebut.

Struktur organisasi disusun dari beberapa fungsi-fungsi sehingga menjadi suatu susunan yang hierarchi mulai dari fungsi pokok, fungsi bahagian sampai kepada fungsi pelengkap, sehingga bahagian-bahagian dari suatu oragnisasi akan memperlihatkan unit, hubungan serta garis autoritas.


(32)

PD. Pasar Kota Medan dalam usaha mencapai tujuannya yang telah digariskan mempunyai struktur organisasi, struktur ini berfungsi untuk menentukan bahagian-bahagian yang ada serta menentukan tugas-tugas serta tanggung jawab dari masing-masing bahagian tersebut, dengan demikian akan dapat memperlancar serta mempermudah jalannya segala kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.

Sebagaimana halnya perusahaan-perusahaan lainnya, maka struktur organisasi PD. Pasar Kota Medan relatif agak luas.


(33)

GAMBAR 1


(34)

(35)

Dari gambaran struktur organisasi PD. Pasar Kota Medan terdiri dari :

1 . Badan pengawas 2 . Unsur Pimpinan

− Direktur Utama

− Direktur Umum

− Direktur Operasi. 3. Unsur Staf

− Satuan Pengawasan Intern

− Bagian Umum

− Bagian Hukum dan Humas

− Bagian Keuangan

− Bagian Akuntansi

− Bagian Pendapatan

− Bagian Penertiban dan Keamanan

− Bagian Perencanaan dan Evaluasi

− Bagian Kebersihan dan Perawatan 4. Unsur Pelaksana Cabang I

− Cabang II

− Cabang III

Adapun tugas masing-masing bagian dari gambaran struktur organisasi PD. Pasar Kota Medan adalah :

1. Badan Pengawas bertugas :

a. Memberi pendapatan dan sarana kepada kepala daerah atas rencana kerja dan anggaran belanja perusahaan daerah.


(36)

b. Mengawasi pelaksanaan kerja dan, anggaran perusahaan daerah dan mengyampaikan hasil penilaian kepada kepala daerah.

c. Mengawasi perkembangan kegiatan perusahaan daerah.

d. Badan pengawas dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada daerah. 2. Direktur Umum mempunyai tugas :

a. memimpin pelaksanaan tugas perusahaan daerah sesuai peraturan yang berlaku.

b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan/usaha perusahaan daerah/staf dan unsur pelaksanaan perusahaan daerah.

c. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pengawasan intern.

d. Mewakili perusahaan perusahaan daerah baik didalam maupun diluar pengadilan ataupun mengatur penyerahan kuasa direksi.

Direktur Utama didalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 ( dua ) orang direktur yakni Direktur Umum dan Direktur Operasi.

Bilamana direktur utama berhalangan melaksanakan tugasnya salah seorang direktur dapat ditunjuk mewakili direktur utama atas persetujuan kepala daerah. Direktur Utama dalam melaksankan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui badan pengawas.

3. Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan pengawasan pembinaan atas pelaksanaan management

b. perusahaan.

c. Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas kegiatan perusahaan.

d. Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas kegiatan bidang keuangan.

e. Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas bidang kepegawaian dan material.


(37)

g. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada direktur utama.

Satuan Pengawas Intern dipimpin oleh seorang kepala yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Satuan Pengawas Intern dibantu oleh :

a. Seksi Pengawas Umum dan Keuangan.

b. Seksi pengawas Pendapatan dan Pembangunan.

Tiap-tiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala satuan pegawas intern.

Seksi Pengawas Umum dan keuangan mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengawasan pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi umum, kerumah tanggaan dan dokumen perusahaan, serta kepegawaian.

b. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan halhal yang berhubungan dengan administrasi keuangan perusahaan meliputi prosedur penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan beserta bukti-bukti yang ada.

c. Memeriksa dan menilai posisi kas serta memeriksa dan menganalisa laporan keuangan.

d. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penilaian atas kekayaan administrasi materil perusahaan yang meliputi prosedur pengadaan, penyimpanan dan penyaluran material.

e. Menyusun usul, saran dan perbaikan sesuai hasil pemeriksaan dan penilaian di bidang umum, material dan keuangan

f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Seksi Pengawasan Pendapatan dan pembangunan mempunyai tugas :


(38)

perusahaan.

b. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan pembangunan fisik di lingkupnya perusahaan termasuk pemeliharaan perawatan dan peruntukan tempat berjualan.

c. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan perizinan dan peruntukan tempat berjualan di Iingkungan perusahaan.

d. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan

e. inventarisasi pedagang untuk pembangunan pasar.

f. Menyusun usul dan saran perbaikan sesuai hasil pemeriksan dan penilaian sesuai dengan tugasnya.

g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai dengan tugasnya.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4. Bagian Keuangan mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengolahan uang dan surat berharga.

b. Menyelenggarakan pengurusan, penyimpanan dan pengamanan yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

c. Mengusahakan dan menyalurkan bantuan kredit/permodalan kepada para pedagang di pasar-pasar.

d. Menyelenggarakan perencanaan dan pengendalian anggaran.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Bagian keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang di dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Umum.

Bagian Keuangan dibantu oleh :


(39)

b. Sub Bagian Anggaran.

Tiap-tiap sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang di dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala bagian keuangan.

Sub Bagian Kas mempunyai tugas :

a. Memeriksa hasil pendapatan perusahaan daerah.

b. Melaksanakan pembayaran yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

c. Menghitung, memotong dan membayar pajak.

d. Menyiapkan dokumen-dokumen penerimaan dan membuat laporan posisi kas/bank.

e. Membuat rekonsiliasi bank.

f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan dalam hal yang menyangkut bidang tugasnya.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Keuangan. Sub Bagian Anggaran mempunyai tugas

a. Menyiapkan dan menyusun anggaran Perusahaan Daerah.

b. Menghimpun dan menganalisa anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja Perusahaan Daerah.

c. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan anggaran.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai dengan bidang tugas.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian keuangan.

5. Bagian Akuntansi mempunyai tugas :

a. Melaksanakan kegiatan akuntansi umum.

b. Melaksanakan kegiatan akuntansi biaya.


(40)

asuransi.

d. Menyelenggarakan pembukuan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi dan ketentuan yang berlaku serta menyiapkan laporan keuangan perusahaan.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

f. Bagian akuntansi dipimpin oleh seorang kepala bagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung kepada Direktur Umum.

Bagian Akuntansi dibantu oleh :

a. Sub Bagian pembukuan

b. Sub Bagian Laporan.

Tiap-tiap Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang di dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bagian akuntansi.

Sub Bagian Pembukuan mempunyal tugas :

a. Menyusun pembukuan perusahaan daerah atas transaksi-transaksi sesuai dengan sistem administrasi berdasarkan bukti-bukti yang ada.

b. Meneliti, menyusun dan menyimpan bukti-bukti laporan penerimaan dan pengeluaran kas.

c. Mencatat, membukukan dan menyusun laporan segala kekayaan dan hutang piutang Perusahaan Daerah.

d. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dan asuransi.

e. Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan dalam hal yang menyangkut bidang tugasnya,

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Akuntansi.


(41)

a. Melaksanakan neraca dan laporan rugi/laba perusahaan daerah secara berkala.

b. Melaksanakan kegiatan pembuatan laporan keadaan keuangan sesuai dengan data dan ketentuan yang ada.

c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan dalam hal yang menyangkut bidang tugasnya.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Akuntansi. 6. Bagian Pendapatan mempunyai tugas :

a. Melaksanakan penagihan atas hasil jasa yang ditimbulkan oleh pelayanan Perusahaan Daerah dalam menyediakan sarana pasar.

b. Menyusun rencana kerja, anggaran pendapatan dan pengendalian penagihan.

c. Menyelenggarakan pengendalian atas pemberian izin tempat usaha.

d. Mengadakan analisa dan evaluasi pendapatan Perusahaan Daerah.

e. Mengadakan perhitungan iuran pembangunan pasar dan pungutan lainnya.

f. Menyelenggarakan monitor pendapatan dan pengendalian pelaksana tagihan piutang yang tertunggak.

g. Menyelenggarakan semua kegiatan dalam bidang penetapan tarif konstribusi, pencatatan pendapatan pasar dan mengusahakan kredit/modal bagi pedagang.

h. Melaksanakan kegiatan pengutipan konstribusi pasar dan pungutan lainnya.

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur operasi.

Bagian Pendapatan dibantu oleh

a. Sub Bagian Pemasaran.

b. Sub Bagian penagihan.

Tiap-tiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bagian pendapatan. Sub Bagian Pemasaran mempunyai tugas :


(42)

a. Menyelenggarakan administrasi tempat usaha.

b. Melaksanakan inventarisasi pedagang di pasar-pasar.

c. Menetapkan besarnya tarif konstribusi berdasarkan jenis jualan dan mengusulkan tarif kostribusi pasar sesuai dengan ketentuan.

d. Melaksanakan perhitungan iuran pembayaran dan syarat-syarat pembayarannya.

e. Mengajukan harga penjualan tempat berjualan.

f. Menyelenggarakan promosi atas pasar-pasar yang akan dan yang telah ada.

g. Memonitor dan mengendalikan pemberian Surat Izin Pemakaian Tempat (SIPT) dan Surat Penunjukan Tempat Berjualan (SPT) yang telah dikeluarkan.

h. Menyelenggarakan administrasi perizinan dan surat-surat yang berkenaan dengan perizinan.

i. Menyelenggarakan pengendalian dan pengeluaran atas pemberian Surat Izin Pemakaian Tempat berjualan (SIPT) dan Surat Penunjukan tempat Berjualan (SPT) dan surat lainnya yang berkenaan dengan pengeluaran izin termasuk Bea Balik Nama (BBN).

j. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

k. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Pendapatan. Sub Bagian penagihan mempunyai tugas

a. Mengendalikan pelaksanaan penagihan.

b. Mempersiapkan dan mendistribuskan Surat Perintah Pembayaran (SPP).

c. Menyelenggarakan, mengendalikan dan memonitor pelaksanaan tagihan piutang yang masih tertunggak.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan dalam hal yang menyangkut bidang tugasnya.


(43)

C. Pasar-Pasar Yang Dikelola oleh PD. Pasar

Pasar-pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Kota Medan melingkupi 18 (delapan belas) kecamatan di Kota Medan. Adapun pasar-pasar tersebut adalah :

1. Kecamatan Medan Timur :

a. Pasar Pendidikan

b. Pasar TPI Cemara

c. Pasar Sambu

d. Pasar Jalan Buntu. 2. Kecamatan Medan Perjuangan :

a. Pasar Jalan Beruang Gajah b . Pasar Aksara

c. Pasar Sentosa Baru. d . Pasar Firdaus. 3. Kecamatan Medan Kota :

a. Pasar Pusat Pasar Medan

b. Pasar Inp. Jalan Halat

c. Pasar Kemiri

d. Pasar Sambas

e. Pasar Pandu Baru

f. Pasar Jalan Salak

g. Pasar Hongkong

h. Pasar Keg. Malam Semarang. 4. Kecamatan Medan Maimun :


(44)

b. Pasar Jalan Mahkamah

c. Pasar Jalan Puri 5. Kecamatan Medan Denai.

a. Pasar Perguruan.

6. Kecamatan Medan Petisah :

a. Pasar Petisah Medan

b. Pasar Jangka

c. Pasar Meranti

7. Kecamatan Medan Helvetia :

a. Pasar Inp. Helvetia

b. Pasar Inp. Sel. Sikambing. 8. Kecamatan Medan Tembung

a. Pasar Komp. TVRI.

9. Kecamatan Medan Sunggal :

a. Pasar Desa Lalang

b. Pasar Suriggal

c. Pasar T. Rejo.

10. Kecamatan Medan Deli : a . Pasar Martubung b . Pasar Tj. Mulia. 11. Kecamatan Medan Labuhan :


(45)

b. Pasar Titi Papan

c. Pasar Simp. Atap

d. Pasar Pagi Pekong

e. Pasar Yuka

12. Kecamatan Medan Belawan :

a. Pasar Jalan Pisang

b. Pasar Jalan Kapuas

c. Pasar Jalan Jawa

d. Pasar Jalan Paus

e. Pasar Marelan. 13. Kecamatan Medan Area :

a. Pasar Inp. Jalan Bald'

b. Pasar Ramai Utama

c. Pasar Jalan Timah

d. Pasar Suka Ramai. 14. Kecamatan Medan Johor :

a. Pasar Titi Kuning

b. Pasar Kuala Bekala.

15. Kecamatan Medan Baru :

a. Pasar Peringgan

b. Pasar Padang Bulan.

16. Kecamatan Medan Tuntungan :

a. Pasar tembakau Raya


(46)

17. Kecamatan Medan Barat

a. Pasar Iklan Lama

b. Pasar Jalan Hindu

c. Pasar Medan Deli

d. Pasar Glugur Kota. 18. Kecamatan Medan Polonia :

a. Pasar Malam Pagaruyung

b. Pasar Temak

c. Pasar Muara Takus.

Dengan demikian ada sekitar 58 buah pasar yang tersebar di seluruh penjuru Kota Medan yang dikelola oleh PD. Pasar Kota Medan.

D. Jenis-Jenis Pendapatan Yang Dikelola Pd. Pasar.

Adapun jenis-jenis pendapatan yang dikelola oleh PD. Pasar Kota Medan adalah :

1. Retribusi tempat berjualan.

Yaitu retribusi atas pemakaian tempat-tempat berjualan yang disediakan Pemerintah maupun swasta. Dalam pembayaran retribusi tempat berjualan pedagang dapat membayarnya dengan dua cara yaitu dibayar setiap hari dan dibayar setiap bulannya.

2. Retribusi bongkar muat barang dagangan.

Yaitu retribusi yang dikutip dari pedagang, yang melakukan kegiatan membongkar/memuat barang-barang dagangan.

3. Retribusi pemakaian toilet/kamar mandi/WC.

Yaitu retribusi pemakaian jasa toilet, kamar mandi/WC dan pembayarannya ditentukan untuk setiap kali masuk.


(47)

4. Surat-surat berharga.

Yaitu pembayaran uang jasa atau uang administrasi surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kepala PD. Pasar, yaitu :

a. Surat keterangan sementara izin pemakaian tempat-tempat berjualan.

b. Kartu pemakaian izin tempat berjualan

c. Surat-surat izin :

1) Izin mengerjakan pekerjaan upah menyorong/menyewakan kereta sorong roda dua. 2) Izin mengelola/menjaga kamar mandi/toilet/WC malam/siang.

3) Izin memperbaiki stand/kios membuat peti, 4) Pemeriksaan kereta sorong roda dua dan izin jaga

5) Surat keterangan harga pasar

6) Surat keterangan sebagai pedagang

7) Kartu sewa bulanan kios

8) Surat keterangan izin tukar jenis jualan, ijin cabut bulu ayam, izin kukuran kelapa, cabe, kopi.

9) Berbagai surat keterangan lainnya. 5 . Bea Balik nama.

Yaitu pembayaran setiap pemindahan pemegang hak sewa tempat berjualan pada pedagang lain dikenakan biaya yang harus dibayar pemegang hak sewa yang baru.

6 . Pengembalian kredit.

Yaitu setiap pengembalian kredit oleh para pedagang, baik kredit inpres pasar maupun kredit bentuk lain untuk keperluan pembangunan pasar/memperoleh tempat berjualan. 7 . Retribusi sewa toko.

8 . Retribusi penerangan/listrik. 9. Retribusi sampah.


(48)

BAB IV

PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PD. PASAR KOTA MEDAN

A. Pelaksanaan Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Untuk Meningkatkan Pendapatan Daerah

Sebagaimana penulis uraikan dalam bab yang terdahulu bahwa pembangunan Kota Medan tidak terlepas dari dukungan dana dan peran serta masyarakat. Dimana sumber-sumber pendapatan harus digunakan untuk kelancaran pembangunan.23

Sebelum penulis melanjutkan uraian ini ada baiknya penulis memberikan pengertian dari pedagang kaki lima. Di dalam bab terdahulu penulis telah mengemukakan pengertian dari pedagang kaki lima. Untuk lebih jelas kembali memberikan pengertian pedagang kaki lima secara umum yaitu ; Pedagang kaki lima disebut juga pedagang liar atau pedagang eceran yaitu pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan, emperan toko-toko, di halaman bangunan pasar, lapangan-lapangan terbuka dan tempat-tempat lain yang sifatnya sementara, dan belum mendapat izin resmi dari pemerintah .

Adapun sumber sumber pendapatan daerah adalah pungutan retribusi pasar yang di kutip dari para pedagang. Dengan demikian sudah selayaknya Pemerintah Kota Medan, memperhatikan nasib para pedagang dengan jalan meningkatkan pembangunan pasar.

Dari pengertian diatas, jelas bahwa pedagang kaki lima ini adalah bersifat sementara, dan belum mendapat izin dari Pemerintah Kota Medan, sebagaimana kita lihat tempat-tempat pedagang kaki lima ini belum mendapat tempat-tempat

berjualan seperti para pedagang yang di tempat kan di dalam Pasar Helvetia.

23

Josef Riwo Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia (Jakarta :CV.Rajawali, 1991), hal. 60.


(49)

Memang sudah menjadi lumrah disetiap kota yang berkembang pesat, disitu juga maju kegiatan perekonomian, dalam hal ini tidak ketinggalan pedagang kaki lima yang kadang kala bisa menimbulkan masalah-masalah yang negatif terhadap Pemerintah Daerah.24

Tetapi namun begitu kehadiran pedagang kaki lima di sisi lain dapat membantu Pemerintah, khususnya mengurangi ledakan tenaga kerja atau pengangguran.25

Dan hasil penelitian di PD. Pasar Kota Medan dapat diketahui suatu kenyataan bahwa pedagang kaki lima dapat menampung atau rnenyerap tenaga karja sebanyak 8,5 persen dari jumlah pencari kerja di Kota Medan. Lebih lanjut dikatakan oleh PD. Pasar Kota Medan bahwa jumlah tenaga kerja yang di serap oleh pedagang kaki lima lebih besar apabila di bandingkan degan tenaga kerja yang di serap perusahaan - perusahaan yang ada di Kota Medan.

Dari uraian dan pendapat tersebut di atas, berarti dari segi program pemerintah dalam Upaya menguranggi pengangguran di Indonesia maka pedagang kaki lima pantas mendapat perhatian dari pihak Pemerintah Kota Medan pada masa-masa mendatang, agar dapat dibina, sehingga tidak membawa hasil yang negatif terhadap Pemerintah Kota Medan.

Memang harus di sadari bahwa pedagang kaki lima ini membawa dampak negatif terhadap Pemerintah Kota Medan, khususnya ditinjau dan segi keindahan kota, kebersihan, keamanan, kemacatan lalulintas dan kelancaran pengutipan retribusi pasar.

Menurut pengamatan penulis, bahwa para pedagang yang berjualan di sekitar Pasar di Kota Medan atau di jalan umum misalnya pedagang yang berjualan ditaman-taman, emperan-emperan toko atau sekitar Pasar, pada umum nya rnereka ingin berjualan di tempat tempat yang paling depan di mana yang banyak dilalui pejalan kaki, sehingga daganganya dapat dengan mudah dijangkau oleh para pembeli, dengan para pedagang kaki lima memakai

24

Ekonomi, Pedagang Kaki Lima, Somber Devisa yang Terabaikan, Pikiran Rakyat, Edisi Pebruari, 2002,

Bandung, hal. II. 25


(50)

tempat sesuai dengan keinginannya, dan di sesuaikan dengan barang dagangannya, yang akan di jual tanpa menghiraukan keamanan, ketertiban dan tujuan dari Pemerintah Daerah, sehingga dapat rnenimbulkan akibat yang kurang baik, sebab dapat mengakibatkan keselamatan para pejalan kaki dan kebersihan tidak dapat terpelihara dengan baik.

Dengan merajalelanya para pedagang kaki lima berjualan di pinggir-pinggir jalan atau halaman bangunan pasar, maka para pedagang yang telah mempunyai kios/stand di pasar cenderung ingin meninggalkan kios/standnya dan mereka saling berlomba-lomba berjualan di luar pasar, ataupun dengan adanya para pedagang kaki lima maka para konsumen yang berbelanja tidak lagi masuk kedalam pasar, sehingga mengakibatkan kurangnya pemasukan retribusi pasar yang di kutip para petugas PD. Pasar Kota Medan

Sebagai contoh hal ini dapat kita lihat di Pasar yang dikelola PD. Pasar Kota Medan dimana di dalam kenyataannya tentang akibat bertambahnya pedagang kaki lima di sekitar pasar, sehingga para konsumen yang berbelanja tidak lagi masuk kedalam pasar, dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan.

Dari kenyataan tersebut diatas nampak jelas bahwa akibat para pedagang kaki lima dapat menimbulkan kelancaran / mengurangi retribusi pasar.

Dari uraian tersebut di atas, apabila di tinjau dari satu sisi maka para pedagang kaki lima membawa hasil yang baik yaitu membantu program pemerintah tentang mengatasi ledakan pengangguran, tetapi di lain sisi maka para pedagang kaki lima menbawa akibat yang negatif terhadap Pemerintah Kota Medan, yaitu dalam hal ke indahan kota, kebersihan, keamanan, perlalulintasan dan kelancaran pemasukan pendapatan daerah.

Dengan demikian Kota Medan dalam membenahi dirinya untuk mensukseskan kota yang aman, tertib, lancar dan sentosa dalam hal mencapai tujuan tersebut di atas Pemerintah Kota Medan, harus mampu mengatasi ledakan para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir-pinggir jalan umum.


(51)

Peningkatan pendapatan daerah yang dihasilkan oleh pedagang kaki lima pada dasarnya berupa pemakaian kekayaan daerah atas tanah milik Pemerintah Kota Medan yang berada di dalam suatu lokasi pasar.26

Adapun jenis-jenis pendapatan daerah menurut Perda No. 11 Tahun 2000 tentang Retribusi pemakaian kekayaan daerah yang meliputi kekayaan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Medan meliputi tanah, bangunan, gedung, jalan dan kendaraan/alat-alat berat milik daerah.27

Hal ini seperti bunyi Pasal 1 Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2000 diterangkan :

− Tanah adalah tanah tanah yang dikuasal oleh Pemerintah Kota Medan.

− Alat-alat besar adalah :

1. Mesin Gilas adalah alat penggilas bermotor milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan yang digunakan untuk menggilas atau meratakan jalan.

2. Traktor adalah alat pengelola tanah milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan yang digunakan untuk mengelola tanah pertanian.

3. Loader Stovel adalah alat bermotor untuki menyodok tanah batu atau sejenisnya milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan yang digunakan untuk mengelola tanah pertanian, 4. Coltanier (Spayger) adalah alat untuk memasak aspal yang ditarik mobil, milik atau di

bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan

5. Mesin pemecah batu (aturs gruster) adalah alat untuk memecah batu-batu milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan,

Kendaraan bermotor adalah :

1. Tap Car sejenisnya adalah gerobak bermotor yang muatannya dapat dibalikkan milik atau di bawah Pemerintah Kota Medan

2. Truck adalah gerobak yang tempat muatannya tidak dapat dibalikkan milik atau di bawah

26

Undang-undang No.34 Tahun 2000, Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, hal.59. 27


(52)

penguasaan Pemerintah Kota Medan

3. Micro Bus adalah Mobil Bus milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan.

− Gedung-gedung adalah gedung /wisma, atau sejenisnya milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan,

− Tanah atau lapangan terbuka adalah tanah atau lapangan atau lapangan terbuka milik atau di bawah penguasaan Pemerintah Kota Medan

Jadi, apabila ada seseorang melakukan aktivitas pada bidang-bidang sebagaimana diterangkan di atas maka kepadanya akan dipungut retribusi oleh pernerintah yang menguasai bidang-bidang tersebut.28

Berikut ini akan diuraikan jumlah pedagang kaki lima di seluruh Pasar yang dikelola oleh PD. Pasar yaitu :

Demikian juga halnya dengan pedagang kaki lima, yang melakukan aktivitas berjualan bukan pada gedung tetapi memakai badan-badan jalan, atau memakai sebidang tanah yang dikuasai oleh Permerintah Daerah, rnaka Pernerintah Daerah tersebut berwenang melakukan pcmungutan retribusi atas pedagang kaki lima tersebut.

No. Wilayah Pasar/Kecamatan

Jumlah Pedagang Kaki lima Jumlah Retribusi (Rp. 1700)/hari

1 . Kecamatan Medan Timur 96 163.200

2 . Kecamatan Medan Perjuangan 530 901.000

3 . Kecamatan Medan Kota 640 1.088.000

4 . Kecamatan Medan Maimun 32 54.400

5 . Kecamatan Medan Denai 86 146.200

6 . Kecamatan Medan Petisah 152 258.400

7. Kecamatan Medan Helvetia 193 328.100

8. Kecamatan Medan Tembung 107 181.900

9. Kecamatan Medan Sunggal 220 374.000

10. Kecamatan Medan Deli 165 280.500

11. Kecamatan Medan Labuhan 350 595.000

12. Kecamatan Medan 3elawan 562 955.400

13. Kecamatan Medan Area 427 725.900

14. Kecamatan Medan Johor 12 20.400

15. Kecamatan Medan Baru 20 34.000

16. Kecamatan Medan Tuntungan 15 25.500

28


(53)

17. Kecamatan Medan Earat 242 411.400

18. Kecamatan Medan Polonia. 112 190.400

Jumlah 3961 6.733.700

Sumber : PD. Pasar Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah pedagang hampir semua kecamatan di Kota Medan memiliki pasar hanya tiga kecamatan yang tidak memiliki pasar. Dari seluruh pasar tersebut maka semua pasar memilki pedagang kaki lima yang keseluruhannya berjumlah 3961 orang pedagang kaki lima. Untuk setiap pedagang kaki lima dikutip setiap harinya Rp. 1700, sebagai retribusi pemakaian kekayaan tanah berupa tanah dimana pedagang kaki lima tersebut berjualan, sehingga secara keseluruhan, total penerimaan pendapatan asli daerah dari segi retribusi pemakaian kekayaan daerah oleh pedagang kaki lima setiap harinya berjumlah Rp. 6.733.700.

Bagi setiap pedagang dalam suatu wilayah pasar ada 3 jenis kutipan, dan berlaku baik itu untuk pedagang kaki lima maupun pedagang yang menempati sebuah gedung. Pedagang kaki lima memakai badan jalan atau tanah di lingkungan pasar sehingga tempatnya berjualan bukan merupakan tempat resmi bagi melakukan aktivitas perdagangan, sedangkan bagi pedagang yang sesungguhnya menempati bangunan yang dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi tempat berjualan.

Adapun ketiga jenis kutipan tersebut adalah :

1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah yang dikutip oleh PD. Pasar. 2. Retribusi kebersihan yang dikutip oieh dinas kebersihan

3. Uang jaga malam yang dikutip oleh suatu organisasi tertentu.

Dari ketiga jenis kutipan tersebut hanya satu yang dikelola oleh PD. Pasar dan 2 jenis merupakan pendapatan asli daerah.


(54)

Pengelolaan pasar ditujukan bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan sumber pendapatan asli daerah melalui retribusi yang dikutip kepada para pedagang.

Untuk mengetahui sektor penerimaan pendapatan daerah melalui sektor pengelolaan pasar maka berikut ini akan diuraikan realisasi dan rencana penerimaan Pemerintah Kota Medan dari sektor pengelolaan pasar, yaitu ;

Tabel 1

Rencana dan Realisasi Penerimaan Pendapatan asli Daerah Dari Pengelolaan Pajak Tahun 2008 s/d 2011

Tahun Rencana Realisasi %

2008 9.085.885.000 8.500.835.000 93,56 2009 10.335.702.000 9.952.189.000 96,29 2010 12.007.323.000 11.751.646.000 97,87 2011 12.485.943.000 12.275.455.000 98,31 Sumber : PD. Pasar Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan PD. Pasar Kota Medan dari sektor retribusi pasar setiap tahunnya meningkat dan dapat menopang pendapatan asli daerah.

Sebagaimana diketahui dalam pengertian umum tentang pasar adalah bangunan yang didirikan pemerintah atau pihak swasta yang dipergunakan sebagai tempat-tempat berjualan.

Dari pengertian tersebut di atas berarti di dalam bangunan Pasar dibuat tempat-tempat para pedagang meletakkan atau melakukan kegiatan jual beli di dalam pasar. Sebagai mana kita ketahui kios/stand dan meja-meja dibuat dan. digunakan para pedagang sebagai tempat berjualan serta tempat menunggu para konsumen pembeli ke dalam pasar. Hal ini sudah barang tentu para pedagang ini di dalam pasar mengharapkan pengunjung/pembeli agar barang dagangannya dapat laku. Tetapi sebagian para pedagang tidak dapat laku barang


(55)

dagangannya sebagai mana yang diharapkan, dimana para konsumen atau pembeli berkurang masuk ke dalam pasar, hal ini disebabkan para pedagang kaki lima masih merajalela berjualan di sekitar pasar, atau di pinggir-pinggir jalan umum, sehingga pasar menjadi sunyi, dan tidak dikunjungi para pembeli.

Dari hal-hal tersebut di atas berarti mengakibatkan permasalahanpermasalahan terhadap pengelolaan pasar bagi sumber pendapatan daerah yaitu sebagai berikut :

1 . Kosongnya kios/stand di dalam pasar. 2 . Terjadinya tunggakan retribusi pasar. ad. 1. Kosongnya kios/stand di dalam pasar.

Sebagaimana yang diutarakan di atas bahwa dengan tidak dapatnya ditertibkan para pedagang kaki lima di sekitar pasar atau jalan-jalan umum, maka adanya tendensi para pedagang yang telah memiliki kios / stand di dalam pasarpasar cenderung meninggalkannya dan mereka saling berlomba-lomba berjualan di luar pasar.

Hal ini membawa dampak negatif terhadap Pemerintah Kota Medan, karena dengan tidak ditempatinya kios/stand di dalam pasar, berarti menimbulkan kekosongan. Dan efek yang lebih jauh lagi terhadap Pemerintah Kota Medan pada umumnya dan PD. Pasar Kota Medan pada khususnya yaitu menimbulkan retribusi pasar tidak tercapai sebagaimana yang ditetapkan di dalam anggaran pendapatan Kota Medan.

Dengan demikian berarti kosongnya/tidak ditempatinya kios/stand di dalam pasar sebagai tempat-tempat berjualan para pedagang adalah menimbulkan permasalahan terhadap Pemerintah Kota Medan.

Menurut hemat penulis permasalahan kosongnya kios/stand di dalam pasarpasar dalam Kotamadya Medan perlu secepatnya ditanggulangi, agar jangan sempat pembangunan pasar tidak berhasil guna.


(56)

ditingkatkannya dalam menertibkan para pedagang kaki lima, juga Pemerintah Daerah pada umumnya dan PD. Pasar pada khususnya dapat melaksanakan Peraturan Pemerintah Kota Medan yang berhubungan atau berkaitan dengan pengelolaan Pasar secara konsekwen dan tegas.

ad. 2. Terjadinya Tunggakan Retribusi Pasar

Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa para pedagang yang menempati kios/stand di dalam pasar cenderung ingin berjualan di luar pasar atau di pinggir-pinggir jalan umum, hal ini disebabkan tidak masuknya para konsumen/pembeli berbelanja ke dalam pasar, karena para konsumen/pembeli telah mendapat barang-barang yang dibutuhkan mereka di pinggir-pinggir jalan atau di sekitar pasar, yang dijual oleh para pedagang kaki lima, dan harga yang lebih rendah dibanding dengan barang-barang yang dijual oleh para pedagang di kios/stand yang berada di dalam pasar. Hal ini sudah barang tentu terjadi, karena para pedagang kaki lima yang berada di luar pasar tidak membayar kewajiban-kewajiban, sebagaimana yang dibebankan kepada para pedagang yang berjualan di dalam pasar, seperti kewajiban membayar retribusi kebersihan, retribusi tempat dan lain- lain.

Dengan hal tersebut di atas sudah barang tentu para pedagang yang masih tetap mempertahankan kios/standnya di dalam pasar tidak mampu mernbayar kewajiban-kewajibannya seperti retribusi tempat berjualan, retribusi kebersihan (sampah) dan lain-lain kewajiban kepada pemerintah, hal ini disebabkan karena hasil/keuntungan penjualan para pedagang tidak mencukupi dalam membayar kewajiban-kewajiban tersebut.

Dengan terjadinya tunggakan-tunggakan pembayaran retribusi pasar ini, sudah barang tentu membuat suatu permasalahan terhadap pemerintah daerah pada umumnya dan khususnya PD. Pasar Kota Medan. Keadaan ini sangat perlu secepatnya ditanggulangi agar retribusi pasar dapat tercapai sebagaimana yang ditetapkan di dalam anggaran pendapatan


(57)

daerah.

Dalam menanggulangi hal tersebut di atas di dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 1988, tentang Pengelolaan Pasar-Pasar di Kota Medan dapat dilihat bahwa denda, penyitaan barang-barang dagangan dapat dijadikan jalan keluar dari pada penanggulangan masalah tunggakan retribusi.

Menurut pengamatan penulis Pasar di bawah pengelolaan PD. Pasar KotaMedan, dalam melaksanakan tindakan-tindakan serta menanggulangi terjadinya tunggakan retribusi pasar adalah terlebih dahulu membuat dan menunjuk suatu team yang bertugas mencairkan tunggakan retribusi.

Dalam team ini biasanya beranggotakan dari semua seksi-seksi yang berada di lingkungan PD. Pasar Kota Medan. Hal ini nampak jelas hubungan koordinasi antara seksi-seksi dalam melaksanakan tugas di PD. Pasar, dan menimbulkan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai terlaksananya tugas-tugas pokok dan fungsi PD. Pasar Kota Medan.

Didalam melaksanakan pengutipan tunggakan retribusi pasar, team pencair tunggakan ini mendatangi para pedagang di tempat-tempat atau kios/stand yang masih menunggak pembayaran retribusi, berdasarkan data-data yang berada di seksi Pendapatan PD. Pasar Kota Medan.

Apabila dalam hal ini juga para pedagang tidak mau membayar tunggakan retribusinya maka anggota team membuat surat panggilan kepada para pedagang yang belum membayar retribusi tersebut, dan apabila panggilan tersebut tidak juga diindahkan dilanjutkan dengan panggilan kedua dan selanjutnya ketiga. Apabila ternyata panggilan ketiga belum juga dipenuhi maka petugas anggota team akan membuat laporan kepada Kepalá PD. Pasar untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.


(1)

b. Bahwa dalam pelaksanan penggusuran pedagang kaki lima kurang mendukung sarana dalam melaksanakan penggusuran sehingga penggusuran tidak dapat terlaksana tepat dan tegas.

c. Masih kurangnya koordinasi terhadap instansi-instansi pemerintah yang terlibat dalam ketertiban dan keamanan masyarakat di lingkungan pasar-pasar di Kota Medan.

Oleh sebab itu sudah selayaknya penertiban para pedagang kaki lima mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Medan dalam hal ini PD. Pasar Kota Medan untuk dapat meningkatkan penggusuran dalam menunjang tugas pokok dan fungsi PD.

Pasar dalam meningkatkan pengelolaan pasar-pasar di kota Medan.

Menurut hemat penulis usaha usaha yang di tempuh oleh PD. Pasar Kota Medan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan dalam penggusuran para pedagang kaki lima yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :

1. Dimana para tempat para perdagang kaki lima yang digusur di jaga oleh para petugas terus menerus sehingga para pedagang kaki lima tidak mendapat kesempatan membuka barang dagangannya kembali .

2. meningkatkan hubungan koordinasi atau kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah yang ada hubungannya dengan keamanan masyarakat, sehingga dalam hal ini dapat meminta bantuan baik bantuan sarana maupun personil / tenaga dalam pelaksanan penggangguran.

Menurut hemat penulis usaha-usaha tersebut di atas sebagian sudah dapat terlaksana, hal ini dapat di lihat dalam penertiban para pedagang kaki lima di sekitar Pasar Kota Medan, dimana Pemerintah Kota Medan pada umumnya dan PD. Pasar Kota Medan telah membuat hubungan koordinasi atau kerja sama yaitu koordinasi dengan KODIM dan Ketertiban Umum Kota Medan, dimana mendapat bantuan personil dalam melaksanakan penertiban baik dalam mengadakan penyuluhan maupun dalam melaksanakan penggusuran para pedagang kaki


(2)

lima, di sekitar Pasar di Kota Medan.

ad. 3. Masalah Penempatan Pedagang Kaki Lima

Sebagaimana yang diutarakan di atas dalam menertibkan para pedagang kaki lima terlebih dahulu diadakan penyuluhan dan penggusuran terhadap para pedagang dengan tujuan agar para pedagang dapat meninggalkan/mengosongkan atau dapat teratur tempat-tempat yang mengganggu kelancaran lalu lintas, kebersihan, dan keindahan kota.

Dalam hal pelaksanaan tersebut di atas agar dapat berhasil dengan baik, maka harus didukung oleh tempat-tempat yang tersedia sebagai tempat penampungan para pedagang dalam menjual barang dagangannya. Tanpa disediakan tempat-tempat penampungan para pedagang kaki lima setelah dilakukan penggusuran, hal ini dapat mengakibatkan penertiban pedagang kaki lima baik dengan jalan penyuluhan maupun dengan pelaksanaan penggusuran, tidak dapat berhasil dengan baik, sebab setelah digusur para pedagang kaki lima berjualan kembali di tempat-tempat yang sama sebagai mana biasanya. Hal ini dilakukan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan punya sendiri maupun kebutuhan hidup para keluarganya. Dalam hal ini maka para pedagang kaki lima tidak lagi memperdulikan kepentingan Pemerintah Daerah pada khususnya dan kepentingan keamanan masyarakat pada umumnya.

Dalam hal tempat-tempat penampungan para pedagang kaki lima ini, PD. Pasar sebagai pengelola Pasar-Pasar dalam daerah Kota Medan, membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk menanggulangi tempat para pedagang kaki lima, setelah diadakan penggusuran sebagai berikut :

1. Kios / stand yang kosong (yang telah dicabut hak sewanya) di pasar yang dikelola PD. Pasar. 2. Pasar-pasar dengan pembangunan baru.

3. Tempat/lapangan-lapangan terbuka yang ditetapkan oleh Kepala PD. Pasar. Dengan tempat-tempat tersebut para pedagang kaki lima dapat ditampung dalam melakukan


(3)

kegiatan berjualan.

Zaman telah berubah, kebijakan untuk menghilangkan pedagang kaki lima bukanlah pilihan tepat. Sebab, jika proses pelenyapan pedagang kaki lima dilakukan, lalu ke mana lagi mereka akan menggantungkan hidup mereka yang memang sudah tak beruntung itu. Saat ini, yang mereka butuhkan adalah pembinaan berkelanjutan dari pihak yang berkompeten sehingga mereka dapat sedikit demi sedikit keluar dari jurang yang mengurung kehidupan mereka. Bagi pemerintah, hendaknya permasalahan itu dimasukkan ke dalam program jangka panjang untuk merumuskan suatu solusi yang terbaik. Hasilnya, akan terciptakan output yang mampu mandiri dalam menyelesaikan problema hidupnya. Adalah tepat jika kreativitas dan keteguhan pelaku usaha pinggiran ini mulai diarahkan kepada suatu pengembangan, tentunya melalui kebijakan-kebijakan yang juga dapat mereka cerna. Bukan mustahil dari tangan-tangan mereka akan bersemi small industry/yang mampu menghasilkan devisa berbentuk dolar bagi Kota Medan tercinta ini. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan dan mengadakan pembahasan atas judul yang dimaksud maka sampailah penulis pada bagian akhir penulisan skripsi ini dimana akan diberikan kesimpulan dan juga saran.

A. Kesimpulan

1. Pedagang adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan berjualan baik penjualan bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari maupun juga bahan-bahanbahan-bahan tambahan-bahan yang tidak merupakan kebutuhan bahan pokok.

2. Pasar adalah semua tempat baik yang didirikan/disediakan oleh pemerintah maupun swasta yang khusus kegunaannya untuk berjualan/berusaha seperti bangsal-bangsal, loods-loods, gudang-gudang, toko-toko, stand-stand/kioskios dan lapangan-lapangan dan termasuk semua sarana yang berada di kompleks tersebut.

3. Belum berhasilnya penyuluhan yang dilaksanakan di PD. Pasar Kota Medan terhadap para pedagang kaki lima karena kurang koordinasi dengan instansiinstansi pemerintah atau dengan aparat keamanan/ketertiban masyarakat yang terkait.

4. Belum berhasilnya Pemerintah Kota Medan dalam menertibkan para pedagang kaki lima di Kota Medan, karena kurangnya koordinasi terhadap aparat keamanan/ketertiban masyarakat, seperti ketertiban umum Kota Medan,

5. tempat penampungan para pedagang kaki lima.

6. Dengan kurang berhasilnya menertibkan pedagang kaki lima di Kota Medan, berakibat kurangnya pendapatan retribusi pasar.

7. Keberadaan pedagang kaki lima mampu meningkatkan pendapatan retribusi, pasar bagi 62


(5)

daerah yang bersangkutan dengan dasar pemakaian kekayaan daerah dimana mereka melakukan aktivitas perdagangan.

B. Saran

1. Agar pelaksanaan penyuluhan terhadap pedagang kaki lima dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah Kota Medan, melakukannya dengan mernakai alat mass media seperti TV, Radio, Koran dan majalah-majalah.

2. Untuk menunjang kelancaran penggusuran pedagang kaki lima, maka sebaiknya terlebih dahulu disediakan tempat-tempat penampungan.

3. Untuk meningkatkan pendapatan retribusi pasar, para pedagang kaki lima harus ditertibkan secara tuntas dan berhasil.

4. Dalam menertibkan para pedagang kaki lima harus dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi-instansi atau dengan aparat keamanan/ketertiban masyarakat. 5. Dalam melakukan penggusuran para pedagang kaki lima sebaiknya dilakukan dengan

penjagaan di tempat-tempat yang digusur secara terus-menerus.

6. Agar tunggakan pada pedagang yang memiliki kios/stand dapat dicairkan, maka peraturan daerah Kota Medan hendaknya dapat dilaksanakan secara konsekwen dan murni terutama dalam menjalankan sanksi-sanksi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, Diterbitkan Oleh Fak. Hukum USU, Medan, 1990.

2. Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dnt Daerah di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

3. Bask, Swastha, Azas-Azas Marketing, Liberty, Yogyakarta, 1987.

4. Ekonomi, Pedagang Kaki Lima, Sumber Devisa yang Terabaikan, Pikiran Rakyat, Edisi Pebruari, 2002, Bandung.

5. Thou Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. 6. Pim wosuljipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1

7. Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta, 1999.

8. J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran, Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 1991.

9. NI. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

10.Prayudi Atmosudirjo, Administrasi Niaga (Business Administration), Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

11.Samsir Hutagalung, Emu Administrasi (Pengantar), ASM Harapan, Medan, 2000. 12. Suljus A. Natorajo, Unsur-Unsur Marketing, Alumni, Bandung, 1991.

13.Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1988.

14.W.J.S. Poervadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PM. Balai Pustaka, Jakarta, 1976.