Karakterisasi Patogen Fungi dari lapangan moisture chamber method
Sampel dicelupkan ke dalam kloroks 0,3 selama 3 menit untuk sterilisasi permukaan, lalu dipindahkan ke dalam cawan petri dengan menggunakan pinset
steril. Sampel dikeringkan di atas kertas tisu steril untuk diletakkan di atas kawat persegi yang telah diberi tisu basah di dalam masing- masing kotak tray. Bagian
pinggiran kotak tray ditutup rapat menggunakan selotip lalu diinkubasi selama beberapa hari pada suhu ruang sampai fungi terlihat tumbuh dan berkembang.
Fungi dari media media PDA Fungi yang ada pada media agar dapat diketahui ciri makroskopik maupun
mikroskopiknya. Adapun untuk mengetahui ciri-ciri dari fungi tersebut dapat dilakukan dalam dua tahap berikut:
1. Isolasi fungi Sampel yang telah disporulasi dipindahkan ke dalam cawan petri yang
telah berisi PDA, lalu diinkubasi selama beberapa hari pada suhu ruang 23 °C - 26 °C sampai fungi terlihat tumbuh dan berkembang.
2. Identifikasi fungi
Ciri- ciri makroskopik fungi yang diamati yaitu ciri koloni seperti warna koloni kemudian diameter koloni. Sampel daun diinkubasi pada media PDA
dengan suhu ruang selama beberapa hari. Setelah fungi terlihat tumbuh dan berkembang, diamati ciri- ciri mikroskopiknya. Adapun yang diamati adalah ciri
dari hifa seperti ada tidaknya sekat pada hifa, tipe percabangan hifa, dan ciri- ciri konidia berupa bentuk dan rangkaian konidia. Identifikasi fungi ini dilakukan
berdasarkan beberapa buku pedoman.
Universitas Sumatera Utara
Parameter Pengamatan
Pengamatan Gejala Penyakit Daun Pengamatan gejala dilakukan pada tiap tanaman eukaliptus. Pengamatan
dilakukan hanya pada daun yang terserang penyakit. Semua tanaman yang diamati berumur 5 bulan. Gejala yang diamati berupa bintik-bintik, bercak-bercak dan
hawar pada daun. Identifikasi Patogen
Pengambilan contoh tanaman dilakukan pada tiap plot secara sistematis. Pengambilan sampel daun sebanyak 20 dari tiap plot.
Persentase Perhitungan Tingkat Intensitas Serangan dan Luas Serangan Intensitas serangan
Menurut Towsend dan Heiiberger 1943 diacu Sinaga 2003, bahwa intensitas serangan dapat diamati berdasarkan tingkat kerusakan, yang ditentukan
dengan rumus :
Σ n x v I = x 100
Z x N
Dengan Keterangan : I
= Intensitas serangan n
= Jumlah daun dari setiap kategori serangan v
= Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi nilai skala terbesar 4
Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi nilai
skala terbesar 4 N
= Jumlah daun tanaman yang diamati
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman Berdasarkan Intensitas Serangan
Intensitas Serangan Skor Reaksi Tanaman
0 0 Imun 1-25 1 Resisten R
26- 50 2 Agak Resisten AR 51- 75 3 Agak Rentan Ar
76- 100 4 Rentan r
Sumber : Sembiring 1985 dalam Sinaga 2003.
Menurut Yang 1977 dalam Sinaga 2003, untuk menentukan skala dari tiap kategori serangan ditentukan dengan mengetahui kedudukan kerapatan bercak
pada daun yang dapat diamati secara makroskopik: 1.
Tidak ada bercak 0 bercak cm² 2.
Bercak sedikit 1- 8 bercak cm² 3.
Bercak sedang 9- 16 bercak cm² 4.
Bercak banyak 16 bercak cm² Luas serangan
Menurut Towsend dan Heiiberger 1943 diacu Sinaga 2003, kedudukan luasan serangan penyakit ditentukan dengan rumus:
n A =
x 100 N
Dengan Keterangan : A = Luasan serangan
n = Jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-i N = Jumlah seluruh tanaman yang diamati
Karakterisasi Patogen Fungi dari lapangan Moisture chamber method
Perkembangbiakan sampel fungi dari lapangan hanya pada gejala serangan yang terlihat jelas secara visual view. Setiap sampel ini akan dikembangbiakan
pada media berikutnya, untuk mengetahui fungi apa yang menyerang sampel daun tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Fungi dari media media PDA Pengamatan dilakukan secara makroskopik maupun mikroskopik. Dengan
melakukan dua tahapan berikut : 1. Isolasi fungi
Fungi yang akan di isolasi adalah fungi yang telah mengalami sporulasi, fungi yang bersporulasi di isolasi didalam wadah PDA sebagai media tumbuh
fungi. Pertumbuhan dan perkembangan fungi dipantau hingga pencapaian maksimal sekitar kurang dari 2 Minggu.
2. Identifikasi fungi Fungi akan di amati dengan menggunakan mikroskop. Penentuan jenis
fungi dilihat dari bentuk dan ciri-ciri mikroskopiknya. Adapun penentuannya menggunakan panduan pedoman dari berbagai keterangan tentang fungi yang
khusus menyerang daun tanaman eukaliptus.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Line plot sampling ECT79 stand Aek Nauli ditanam dengan 47 jenis klon eukaliptus. Pada saat melakukan pengamatan pada tiap klon eukaliptus
keseluruhannya berumur 5 bulan. Rata-rata tingginya sudah mencapai ± 60-120 cm. Pertumbuhan tiap klon baik dari tinggi dan banyaknya jumlah daun yang
tumbuh memang berbeda-beda, ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan tinggi diatas 100 cm dengan jumlah daun paling maksimal dibanding dengan klon
eukaliptus lainnya. Terdapat juga yang pertumbuhannya lambat dengan tinggi ±60 cm dan jumlah daun yang cukup sedikit, sebagian daunnya pun berwarna tidak
normal. Pengamatan secara visual terhadap gejala serangan penyakit menunjukkan cukup banyak bentuk serta warna bahkan efek berbeda pada
masing-masing daun. Namun warna dan bentuk paling dominan yang menyerang daun klon eukaliptus berupa bercak dan bintik dengan warna ungu tua, bahkan ada
yang menyerang seluruh bagian daun klon eukaliptus, namun pertumbuhannya tetap berjalan dengan baik.
Gejala Serangan Penyakit Pada daun Eukaliptus
Gejala serangan yang terdapat pada 47 plot pada tiap plot mempunyai 2 sampai 3 gejala serangan berbeda. Pada tiap klon dengan gejala serangan berbeda
namun memungkinkan disebabkan oleh fungi yang sama. Tabel 2. Gejala serangan dan Luas Serangan
Gejala Ke-
Symptomps gejala serangan Plot
Jlh tnmn Luas Serangan
1 Bercak kecil berwarna merah
1;5 6
0,042
2 Bercak berwarna merah kecoklatan
1;7;10;19 6
0,042
3 Hawar daun pada pinggiran daun
berwarna merah hati 1
1 0,0007
4
Bercak berwarna oranye kecoklatan
2;4;22 5
0,035
5 Bintik-bintik berwarna krem,
2;3 4
0,028
Universitas Sumatera Utara
bentuk daun menciut abnormal
6 Bercak berwarna ungu tua
3;43;8;23;24;4 6;11;22;32;33;
34;45 22
0,156
7 Bercak yang relatif besar berwarna
merah bagian inti kuning 5;24
2 0,014
8 Bercak ungu kekuningan
6;40 3
0,021
9
Bercak berwarna coklat muda kemerahgelapan
6;7;24;35;42;4 7
11 0,078
10 Bintik berwarna hitam
kekuningmudaan 8;
1 0,0007
11
Bintik berwarna coklat kekuningan 9;21;28
5 0,035
12 Daun berwarna kuning seperti
nekrosis 9;16;25
5 0,035
13 Bintik berwarna ungu
10;13;15;17;18 ;20;21;26;40
21 0,148
14 Bintik berwarna merah keunguan
11 3
0,021
15
Daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan
11;26 2
0,014
16 Bintik berwarna coklat kekuningan
15;29;13 5
0,035
17 Bintik berwarna kuning muda
kemerahtuaan pada pinggiran daun 15
1 0,0007
Pada saat melakukan pengamatan setiap bentuk gejala serangan yang ditemukan harus diperhatikan dan diamati dengan sangat teliti agar dapat
menentukan dengan jelas tiap klon yang mempunyai gejala serangan yang sama atau tidak. Menurut Djafaruddin 2001 bahwa gejala pokok, tanda-tanda, maupun
gejala lapangan sangat perlu diketahui guna menetapkan jenis penyakit, penyebab, serta jenis tanaman inangnya, dan jenis hasil tanaman inang yang diharapkan.
Pada kebun percobaan ECT79 stand Aek Nauli ditanam sebanyak 47 jenis klon eukaliptus yang berasal dari jenis Eucalyptus grandis, Eucalyptus pellita,
Eucalyptus urrophylla, Eucalyptus alba, Eucalyptus braciana. Penyakit yang menyerang eukaliptus paling banyak di persemaian, dan pada tanaman muda
eukaliptus di kebun percobaan. Penyakit yang paling umum menyerang tanaman muda eukaliptus adalah bercak daun leaf spot disease. Menurut Siregar 2005
penyakit bercak daun leaf spot disease merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi di persemaian, pada tanaman muda, dan pada tanaman di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit tersebut banyak menimbulkan kerugian pada tanaman Eucalyptus urophylla Ampupu dan Eucalyptus deglupta Leda di hutan-hutan.
A B
Gambar 3. Gejala serangan penyakit paling banyak ditemukan berupa bercak ungu tua. Daun muda A daun tua B
Gejala serangan penyakit berupa bercak-bercak berwarna ungu tua paling banyak ditemukan pada tiap plot menyerang jenis klon eukaliptus berikut klon
19375 Eucalyptus grandis, klon 19358 Eucalyptus grandis, klon E GRA Eucalyptus grandis, klon 19193 Eucalyptus urrophylla, klon 19461 Eucalyptus
urophylla, klon 19194 Eucalyptus urophylla, klon 19481 Eucalyptus urophylla x Alba, klon 18791 Eucalyptus urophylla x braciana, klon 19475 Eucalyptus
grandis x pellita, klon 19182 Eucalyptus pellita, klon 19111 IND 1. Gejala serangan ini terdapat sebanyak 22 dan terdapat di 12 plot.
A B
Gambar 4. Gejala serangan penyakit terbanyak kedua berupa bintik berwarna ungu tua. Pada daun tua A daun muda B
Universitas Sumatera Utara
Gejala serangan paling banyak menyerang jenis klon eukaliptus berikut klon 18452 Eucalyptus urophylla, klon 19458 Eucalyptus urophylla, klon 18413
Eucalyptus urophylla, klon 18800 Eucalyptus urophylla, klon 19364 Eucalyptus grandis, klon 19366 Eucalyptus grandis, klon 19369 Eucalyptus grandis, klon
19047 Eucalyptus grandis x urophylla, klon 19234 Eucalyptus urophylla x braciana. Gejala serangan penyakit berupa bintik-bintik berwarna ungu tua
menyerang klon eukaliptus ditanam pada line plot ECT79 ini sebesar 21 dan terdapat di 11 plot Gambar 7.
Gejala serangan berupa bercak oranye kecoklatan menyerang klon-klon eukaliptus sebesar 5 terdapat di 3 plot. Klon tanaman eukaliptus yang diserang
adalah klon 19372 Eucalyptus grandis, klon E GRA Eucalyptus grandis dan klon 19075 Eucalyptus pellita Gambar 8.
A B
Gambar 5. A Gejala serangan berupa bercak oranye kecoklatan. B Gejala serangan penyakit berupa hawar daun pada
bagian pinggir
Gejala serangan penyakit berupa hawar ini hanya terdapat pada satu klon tanaman eukaliptus saja, yaitu klon 18741 Eucalyptus urophylla yang ditanam
pada plot satu. Gejala serangan penyakit berupa bercak relatif besar berwarna merah bagian inti kuning menyerang klon tanaman eukaliptus di 2 plot sebesar
Universitas Sumatera Utara
2, klon yang diserang adalah klon 19840 Eucalyptus urophylla x alba, klon 19111 IND 1 Gambar 9.
Gambar 6. Bercak yang relatif besar merah bagian inti kuning.
Beberapa gejala yang ditemukan paling dominan pada kebun percobaan ECT79 stand Aek Nauli berupa nekrotik, bercak-bercak daun yang berbentuk
bulat, motifnya tidak beraturan, hawar daun maupun bintik-bintik dengan warna bervariasi dari berwarna ungu, cokelat, kuning, bahkan seperti gosong dan
gangguan pertumbuhan daun abnormal, maupun kerontokan pucuk maupun daun muda lampiran 4.
Siregar 2005 gejala serangan penyakit bercak daun berupa nekrotik pada daun, berbentuk bulat, lonjong atau tidak teratur, dan berwarna kuning sampai
cokelat. Gejala lebih lanjut adalah nekrotis berkembang membentuk hawar blight, dan akhirnya daun menjadi kuning dan rontok. Gejala serangan ini
umumnya dimulai dari bagian bawah tajuk pada daun-daun yang lebih tua, kemudian berkembang ke bagian atas tajuk hingga seluruh daun penyusun tajuk
menjadi kering, rontok dan akhirnya tanaman kering dan mati . Kondisi dari kebun percobaan ECT79 stand Aek Nauli ini mempunyai
kondisi cuaca dan iklim yang fluktuasinya cukup besar sepanjang hari, kondisi tanah pada kebun percobaan cenderung lembab, bahkan kondisi tanah basah dan
Universitas Sumatera Utara
adanya genangan air pada semak-semak yang berada disekitar tanaman muda, namun cuaca di siang hari cukup terik karena kebun percobaan tidak mempunyai
naungan, sehingga sinar matahari sangat menyegat, hal ini menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit karena cukup membantu perkecambahan spora atau
konodia jamur gambar 1. Menurut Siregar 2005 jamur- jamur penyebab penyakit bercak daun pada
dasarnya merupakan parasit fakultatif yang hanya menyerang tanaman pada kondisi tertentu saja. Perkecambahan spora ataupun konodia pada jamur sangat
dibantu oleh kelembaban yang tinggi dan kondisi terang di hutan tanaman khususnya Eucalyptus urophylla yang dibangun di dataran rendah kurang dari
100 mdpl. Penyakit ini berkembang sangat intensif dan dapat menimbulkan kerugian yang besar.
Pada tanggal 8 Desember 2009 dilakukan penanaman sampel penyakit yang diambil dari daun terserang gejala penyakit pada media PDA. Pengamatan
dilakukan setiap minggu dengan pengamatan visual pada cawan petri. Sampel daun yang memiliki gejala serangan penyakit yang dikembangkan pada media
PDA sebanyak 21 cawan petri yang mewakili 17 gejala serangan penyakit yang terdapat pada line plot ECT79 stand Aek Nauli.
Terdapat 7 buah cawan petri yang ditumbuhi oleh fungi secara tunggal dan bertumbuh dengan maksimal hampir menutupi seluruh permukaan media PDA
pada cawan petri. Terdapat juga 7 buah cawan petri yang ditumbuhi 2 hingga 3 jenis fungi dengan warna dan koloni yang berbeda. Pada 4 cawan petri lainnya
sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan fungi dari sampel daun yang ditanamkan pada media PDA di dalam cawan petri. Pada 7 buah cawan petri yang
Universitas Sumatera Utara
ditumbuhi oleh fungi secara tunggal. Berikut adalah hasil pengamatan secara visual setelah tampak pertumbuhan dan perkembangan fungi.
1. Isolasi fungi
Dilakukan isolasi fungi pada sampel daun terserang gejala penyakit, dan ada 6 jenis fungi tumbuh secara tunggal pada media PDA di cawan petri.
Pengamatan yang dilakukan di laboratorium bioteknologi pada fungi dari daun klon 18800 Eucalyptus urophylla Gambar 10. Fungi dari sampel daun klon
19358 Eucalyptus grandis Gambar 11. Fungi dari sampel daun klon 19182 Eucalyptus pellita Gambar 12. Fungi dari sampel daun klon 18452 Eucalyptus
urophylla Gambar 13. Fungi dari sampel daun klon 19111 IND1 Gambar 14. Fungi dari sampel daun klon 18800 Eucalyptus urophylla Gambar 15.
Namun terdapat 7 media PDA pada cawan petri yang ditumbuhi dengan 2 hingga 3 jenis fungi berbeda, berikut adalah beberapa fungi tersebut. Fungi dari
sampel daun klon 18791 Eucalyptus urophylla x braciana Gambar 16. Fungi dari sampel daun klon 19475 Eucalyptus grandis x pellita Gambar 17. Fungi
dari sampel daun klon 19179 Eucalyptus pellita Gambar 18. Fungi dari sampel daun klon 18413 Eucalyptus urophlla Gambar 19. Fungi dari sampel daun klon
19358 Eucalyptus grandis Gambar 20. Fungi dari sampel daun klon 19372 Eucalyptus grandis Gambar 21. Fungi dari sampel daun klon 18791 Eucalyptus
urophylla x braciana Gambar 22. Pada beberapa sampel daun klon eukaliptus dengan gejala serangan
penyakit yang diisolasi pada media PDA ada yang tidak tumbuh, bahkan sisa-sisa daun masih terlihat. Fungi dari sampel daun klon 19480 Eucalyptus urophylla x
alba Gambar 23 A. Klon 19297 Eucalyptus grandis x pellita Gambar 23 B.
Universitas Sumatera Utara
Klon 19047 Eucalyptus grandis x urophylla Gambar 23 C. Klon 18413 Eucalyptus urophylla Gambar 23 D.
2. Identifikasi fungi
Dari hasil isolasi fungi yang tumbuh pada media PDA di cawan petri dilakukan identifikasi mikroskopik fungi menggunakan mikroskop, hasil
identifikasi ada beberapa fungi mempunyai ciri mikroskopik sama namun pada pengamatan secara visual makroskopik gejala serangan penyakit pada daun tidak
sama, bahkan jenis klon eukaliptus dan plot berbeda. Pada hasil pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh salah satu
mahasiswi kehutanan, ditemukan 5 spesies fungi yang menyerang tanaman klon eukaliptus di lokasi pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea, yakni
Cylindrocladium reteaudii, Mycosphaerella spp., Cryptosporiopsis spp., dan 2 spesies dari Phaeophleospora spp.
Pada hasil pengamatan yang diperoleh dari ECT79 stand Aek Nauli, terdapat perbedaan hasil pengamatan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
di pembibitan Porsea, bibit yang dikirim ke Porsea secara keseluruhan berasal dari pembibitan yang dilakukan di bagian kultur jaringan sektor Aek Nauli. Setiap
klon yang dinyatakan dapat tumbuh dengan baik dan sehat dikirim ke setiap sektor untuk dikembangbiakan di lapangan. Ada 5 jenis spesies fungi diantaranya
adalah Cryptosporiopsis spp., Cladosporium spp., Teratosphaeria spp. Cylindrocladium spp., dan Phaeophleospora spp. Adapun 5 spesies fungi ini
merupakan fungi yang menyerang tanaman muda eukaliptus di kebun percobaan. Ciri-ciri mikroskopik fungi yang diamati adalah bentuk hifa, konodiaspora,
organ fungi, yang lainnya serta panjang dan diameter fungi. Menurut Widyastuti,
Universitas Sumatera Utara
dkk 2004 kelompok fungi Ascomycota membentukk spora seksual yang disebut ascospora dalam askus dan kelompok fungi Deuteromycota menghasilkan spora
aseksual diantaranya klamidospora, konodia dan oidia. Menurut Sinaga 2003 miselium fungi dari kelas Deuteromycetes berkembang sempurna, bersepta dan
bercabang. Spora aseksual konodia dibentuk pada konodiaspora secara tunggal atau berkelompok dalam struktur khusus.
Pada kondisi lantai hutan kebun percobaan ECT79 stand Aek Nauli berupa daun-daun yang telah kering dan gulma yang lembab yang merupakan tempat
perkembangan piknidia jamur Gambar 2A. Menurut Siregar 2005 penyakit bercak daun disebabkan oleh beberapa jenis jamur dari anggota kelas
Deuteromycetes yang jenisnya bervariasi tergantung pada situasi lokasi dan sumber inokulum yang ada. Jamur tersebut membentuk badan buah berupa
piknidium di permukaan daun. Piknidia berbentuk bulat dan berwarna gelap berisi konodia spora dengan konodiofor tangkai spora, yang agak memanjang
dan memiliki ostiole lubang pengeluaran spora, piknidium jamur dapat bertahan sebagai saprofit pada gulma dan juga daun-daun kering di lantai hutan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Fungi Cryptosporiopsis spp. a: macro conidia single-celled.
Fungi Cryptosporiopsis spp. dari cawan petri 2.2 B klon 19372 Eucalyptus grandis dan cawan petri 24.1 sampel daun klon IND 1 gejala serangan berupa
bercak berwarna ungu tua pada permukaan daun, dan pada cawan petri terdapat pertumbuhan fungi berupa kapas putih pada bagian permukaannya kapas tebal
berwarna putih krem kekuningan menyeluruh dengan bagian dasar fungi berwarna kuning telur. Pada umumnya fungi Cryptosporiopsis spp. menunjukkan
pertumbuhan fungi seperti yang tumbuh pada media PDA di cawan petri 24. 1. Fungi Cryptosporiopsis spp. mempunyai makrokonida dengan panjang
antara 5-8 µ m dan diameternya 2-3 µ m Gambar 25. Bentuk konidia fungi berbentuk lonjong memanjang dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut Old,
dkk 2003 makrokonidia fungi berdinding tebal dan berbentuk lonjong sampai lonjong memanjang, dengan ukuran yang berbeda-beda. Gejala dari
Cryptosporiopsis spp. berkembang pada daun dan tunas tanaman eukaliptus,
Universitas Sumatera Utara
bercak daun terlihat pada kedua permukaan daun dan banyak terlihat dalam banyak ukuran, bentuk dan warna hingga antar spesies eukaliptus.
Menurut Old 2003, Cryptosporiopsis leaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan daun tanaman. Penyakit ini biasanya tersebar secara
menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar berukuran 1-2 cm.
Gambar 8. Fungi Cryptosporiopsis spp. a: hypha Fungi Cladosporium spp. Berasal dari cawan petri 8.2 A sampel daun klon
19358 Eucalyptus grandis dengan gejala serangan berupa bercak warna ungu, berasal juga dari cawan petri 26.2 sampel daun klon 18800 Eucalyptus urophylla
dengan gejala serangan berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan, dan fungi Cladosporium spp. juga berasal dari cawan petri 11.1
sampel daun klon 18791 Eucalyptus urophylla x braciana dengan gejala serangan berupa bintik berwarna merah keunguan, juga berasal dari cawan petri
10.1 sampel daun klon 18452 Eucalyptus urophylla dengan gejala serangan
Universitas Sumatera Utara
berupa bercak berwarna merah kecoklatan, dan dari cawan petri 26.1 sampel daun klon 18800 Eucalyptus urophylla dengan gejala berupa bintik berwarna ungu.
Fungi Cladosporium spp. merupakan fungi yang berasal dari kelas Deutromycetes. Fungi ini sangat mudah dikenali karena bentuk dan warnanya
yang sangat khas. Bentuk hypha dengan yang bersepta dengan ukuran panjang 5- 10 µm dengan diameter 0,5-2 µm, dan ukuran spore sangat kecil sekitar 1-3 µ m
dengan diameter 0,5 µm Gambar 27. Fungi Cladosporium spp. berkembang karena faktor cuaca yang cukup
lembab dan hari hujan yang sering terjadi pada kebun percobaan ECT79 stand Aek Nauli. Namun dipengaruhi juga oleh sinar matahari yang sangat besar pada
siang hari Gambar 1. Menurut Peternel 2004 dari hari ke hari variasi pada konsentrasi spora Altenaria dan spora Cladosporium disebabkan terutama juga
karena efek dari terjadinya hujan. Perbedaan yang sangat tampak pada konsentrasi spora telah tercatat sebelum dan sesudah terjadi presipitasi.
Perkembangan fungi ini semakin cepat menyebar ke seluruh hutan tanaman, karena kondisi pertumbuhan dan tempat tumbuhnya yang sama rata, dan
juga kodisi yang tidak memiliki naungan Gambar 1. Menurut Peternel 2004 spora jamur adalah komponen yang selalu ada di atmosfir dengan konsentrasi
yang diketahui berfluktuasi sesuai dengan kondisi meteorologi. Perbedaannya sangat tampak antara spora kering udara dan spora cuaca udara basah. Spora
udara kering meliputi Cladosporium, Alternaria, Epicoccum, Drechslera, Pithomyces dan Curvularia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Anamorphs dari spesies Cladosporium sp. a. Conodiophores
Menurut Hatcher 2008 Cladosporium herbarum memiliki dimensi konodia 5-23 x 3-8 mikron. Hal ini ditemukan pada tanaman mati, tanaman
berkayu, makanan, jerami, tanah, cat dan tekstil. Rahayu 1999 penyakit pohon eukaliptus antara lain berupa bercak daun leaf spot disease, disebabkan oleh
kelas Deutromycetes, Macrophoma sp., Curvularia sp., Pestalotia, Gleosporium, Helmintosporium sp., bercak daun umum terjadi pada persemaian atau tanaman di
lapangan. Fungi Cladosporium spp. merupakan fungi yang berasal dari kelas Deutromycetes.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. a. Asci of Teratosphaeria sp. Famili Capnodiales. Fungi Teratosphaeria sp. ini berasal dari cawan petri 11.1 B 3 yang
merupakan fungi dari sampel daun klon 18791 Eucalyptus urophylla x braciana. Pada fungi B seperti tumpukan bulat berwarna kuning telur berserabut polanya tak
beraturan. Pada fungi B terlihat perubahan warna menjadi merah muda keoranyean bagian tengahnya berwarna abu-abu bagian pinggir intinya berwarna
hitam. Pada fungi B menunjukkan warna putih seperti kapas bertumpuk dan tebal namun sangat halus.
Pada cawan petri 8.2 pertumbuhan fungi ini sangat lambat, tidak terlihat pertumbuhan fungi menyebar dan melebar hingga bagian pinggir cawan petri.
Pada gejala serangan penyakitnya di lapangan terlihat berupa bercak berwarna ungu, dan ukuran bercak tidak besar. Menurut Clegg 2009 pada gejala serangan
berupa bercak berwarna ungu yang menyerang klon 19358 Eucalyptus grandis akan segera menghilang dari permukaan daun setelah tanaman eukaliptus
mencapai umur diatas 12 bulan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, dapat dibuktikan pada pengamatan di laboratorium bahwa fungi ini memang sangat
Universitas Sumatera Utara
lambat pertumbuhannya pada media PDA, dan pada gejala serangan yang berasal dari fungi ini intensitas serangan dan luas serangannya rendah, dan reaksi tanaman
dinyatakan imun. Pada cawan petri 11.1 B tampak fungi bertumbuh dengan 3 fungi lainnya,
pada minggu kedua 3 fungi masih terus tumbuh dalam bentuk morfologi berbeda, yaitu fungi A, B dan C. Setelah diteliti diketahui bahwa fungi ini berasal dari
famili Capnodiales, dari spesies Mycosphaerella dan spesies Teratosphaeria. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Crous yang menunjukkan bahwa terdapat gejala
serangan pada daun dengan warna yang sama, dan hasil pertumbuhan pada media agar yang sama, namun media proliferasi yang digunakan oleh Crous
menggunakan Oatmeal Agar, dan menunjukkan bentuk asci sama persis dengan hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium gambar 28.
Menurut Crous 2009 yang membedakan dengan jelas spesies Teratosphaeria dengan Mycosphaerella adalah sering kali adanya bekas atau sisa
dari hamathecial, adanya ascal endotunica yang berlapis-lapis, dan ascospores yang bersarung seperti pelepah yang seringkali berubah warna menjadi cokelat
ketika masih berada di dalam asci. Crous 2009 antara spesies Mycosphaerella yang menginfeksi
Eucalyptus, beberapa spesies seperti Teratosphaeria cryptica syn. M. cryptica mempunyai jarang tanaman inang dan penyakit yang disebabkan persilangan 38
spesies Eucalyptus
genus Monocalyptus
dan Symphyomyrtus.
Ketika Teratosphaeria nubilosa menunjukkan hampir semua tanaman inang, hanya 12
spesies Eucalyptus yang diserang dan beberapa jenis hybrid tanpa subgenus symphyomyrtus. Mycosphaerella dan Teratosphaeria sekarang ini membatasi
Universitas Sumatera Utara
jumlah perwakilan banyaknya genus berbeda, banyak yang dapat dikenal dari sifat dasar morfologi dari 30 banyaknya gabungan spesies genus anamorph ini.
Fungi Cylindrocladium spp. berasal dari cawan petri 11.3 A sampel daun klon 18791 Eucalyptus urophylla x braciana dengan gejala serangan berupa daun
gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan dan juga berasal dari cawan petri 19.1 sampel daun klon 19179 Eucalyptus urophylla dengan gejala serangan
berupa bercak berwarna merah kecoklatan, fungi Cylindrocladium spp. ini juga berasal dari cawan petri 8.3 sampel daun klon 19358 Eucalyptus grandis pada plot
8 dengan gejala serangannya berupa bercak-bercak berwarna ungu. Pada cawan petri 34.1 ini fungi yang berkembang merupakan fungi yang berbentuk seperti
kapas putih yang berserabut dan menebal pada bagian permukaannya. Gejala serangan penyakit yang tampak pada daun di lapangan berupa bercak berwarna
ungu, gejala serangan ini menyerang klon 19475 Eucalyptus grandis x pellita.
Gambar 11. Fungi Cylindrocladium spp. a:hypha, b:chlamydospore
Universitas Sumatera Utara
Fungi Cylindrocladium reteaudii mempunyai konodiospora yang bercabang dengan panjang antara 30-45 µ m dan diameternya 1-2 µ m.
Chlamydospore dengan ukuran antara 45-100 µm dengan panjang antara 15-20 µ m dan diameternya 3-5 µ m. Patogen ini banyak menyerang tanaman pembibitan
eukaliptus dengan gejala hawar daun dan bercak daun pada daun muda sampai dengan daun tua yang dapat mengakibatkan daun mati.
Menurut Old 2003, Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight penyakit ini disebabkan oleh Cylindrocladium spp. yang menyebabkan penyakit
pada pembibitan, pada bagian akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun. Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar
terjadi di atas permukaan daun. Rahayu 1999 penyakit pohon eukaliptus antara lain berupa bercak daun leaf spot disease, disebabkan oleh kelas Deutromycetes,
Macrophoma sp., Curvularia sp., Pestalotia, Gleosporium, Helmintosporium sp., bercak daun umum terjadi pada persemaian atau tanaman di lapangan. Fungi
Cladosporium spp. merupakan fungi yang berasal dari kelas Deutromycetes. Menurut Old 2003 gejala awal dari penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak berwarna keabu-abuan dan bersifat basah pada daun muda. Bercak-bercak tersebut bersatu dan berkembang menjadi bercak nekrotik yang besar. Pancaran
spora-spora yang berwarna putih dapat terlihat meluas pada bagian daun dan tunas-tunas yang baik. Fungi yang paling umum penyebab hawar daun di Asia
Tenggara adalah Cylindrocladium reteaudii, penyakit ini endemik di negara- negara seperti Australia, Vietnam, Laos dan Sebagian dari Thailand. Menurut Old
2003 fungi Cylindrocladium spp. menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada tanaman termasuk akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak
Universitas Sumatera Utara
daun. Patogen ini akan berkembang apabila cuaca dalam keadaaan lembab yang diakibatkan cuaca lokal lembab ataupun penyiraman tanaman yang berlebihan.
Seperti pengamatan yang dilakukan di lapangan, yang menunjukkan gejala serangan penyakit berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan,
hal ini diungkapkan oleh Old 2003 bahwa pada kondisi cuaca dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan yang tinggi, bercak nekrotik menutupi
seluruh permukaan daun dan pada ujung tunas muda yang mematikan mengakibatkan gejala hawar pada daun dan tunas. Konidia fungi Cylindrocladium
spp. berbentuk silindris mempunyai septa antara satu sampai dengan tiga. Menurut Old 2003 bahwa struktur pembuahan yang dihasilkan terdiri
atas 6 sel makrokonidia, 2 sel mikrokonidia. Fungi ini juga membentuk Chlamydospore yang berpigmen, sel hypha membesar yang mengembangkan
pigmentasi dan tahan terhadap kerusakan biologi yang membantunya bertahan hidup dalam tanah.
Menurut Old 2003, penyakit daun Phaeophleospora biasanya terdapat pada pembibitan dan menyerang tanaman jenis tertentu. Gejala yang ditunjukkan
berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada permukaan daun, jamur yang menyerang adalah
Phaeophleospora spp. Menurut Old 2003 Phaeophleospora destructant diinfeksikan pada tunas muda seperti pohon Eucalyptus grandis yang
mengakibatkan dieback pucuk layu yang besar dan kerusakan pada pertumbuhan tunas. Seperti pohon yang mati ketika pohon tersebut diluar batas persaingan
sehingga mudah terpengaruh oleh individu lain. Tegakan dari klon mudah
Universitas Sumatera Utara
terpengaruh tersebut dapat menjadi epidemik yang tidak tahan terhadap hawar daun Phaeophleospora destructant.
Menurut Old 2003, penyakit daun Phaeophleospora biasanya terdapat pada pembibitan dan menyerang tanaman jenis tertentu. Gejala yang ditunjukkan
berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada permukaan daun, jamur yang menyerang adalah
Phaeophleospora spp.
Gambar 12. Fungi Phaeophleospora spp. a: konidia bersepta
Menurut Crous et al 1997 dalam Taylor 1999 Phaeophleospora menunjukkan bercak-bercak daun dan dikarakterisasikan oleh subepidermal,
piknidia berdinding gelap, yang mana akan terbuka dan berbentuk cangkir pada saat tumbuh tahap maksimal. Di bawah kondisi kelembaban tinggi, conidiomata
ini meneteskan banyak sekali konidia yang panjang, berwarna coklat hingga hitam. Konidia berwarna coklat, bersepta, subcylindrical hingga obclavate,
verruculose hingga yang nyaris halus, berdinding tebal dan mempunyai satu hingga banyak septa. Ciri dari konidia adalah berwarna coklat, verruculose,
bentuknya ada yang bulat telur hingga cylindrical atau memanjang, dan biasanya perkembangbiakannya konidia selnya dari dalam.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Old 2003 bahwa fungi Phaeophleospora epiccoides biasa berada di bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan kerusakan yang terlihat
nyata pada semai di pembibitan. Fungi Phaeophleospora spp. adalah patogen penyakit yang biasanya terdapat pada pembibitan dan menyerang jenis tanaman
tertentu. Spora dari fungi Phaeophleospora spp. bervariasi dalam ukurannya, biasanya memiliki satu buah sekat pada tiap sporanya, dan menyerang bagian
permukaan atas daun dan bagian bawah daun. Phaeophleospora spp. mempunyai hifa dengan panjang antara 30-150 µ m
dan diameternya 2 µ m. Sedangkan konidianya dengan panjang antara 20-120 µ m dan diameternya dan diameternya 2-5 µ m. Konidianya berbentuk batang agak
melengkung dan memiliki sekat rata-rata diatas 4. Menurut Old 2003 spora- spora fungi Phaeophleospora spp. berbentuk silindris ataupun berbentuk batang
ramping spora secara berkelompok. Pada setiap spora terdapat berupa dinding- dinding kasar yang terdiri dari beberapa buah sekat.
Hasil Perhitungan Persentase Tingkat Intensitas dan Luas Serangan
Hasil persentase perhitungan tingkat intensitas serangan dan reaksi tanaman telah menunjukkan bahwa klon eukaliptus yang terdapat pada line plot
sampling ECT79 Stand Aek Nauli ini sudah sangat teruji. Kualitas hidupnya terhadap serangan penyakit maupun kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan
dapat dikatakan baik karena mampu beradaptasi di habitat yang bukan asalnya native habitat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Grafik persentase tingkat intensitas serangan pada klon eukaliptus di ECT79 stand Aek Nauli
Intensitas serangan penyakit pada 47 klon eukaliptus pada ECT79 stand Aek Nauli menunjukkan 10 klon eukaliptus pada 10 plot kondisinya sehat, dan 1
plot dinyatakan resisten dengan persentase 2,417 yaitu terdapat pada plot ke-3 Klon EG 19375 dengan 2 klon mempunyai gejala serangan berupa bintik-bintik
krem dengan bentuk abnormal menciut dan 1 klon mempunyai gejala serangan berupa bercak ungu tua. Sedangkan 36 plot lainnya dinyatakan imun dengan
persentase 0,042-0,729. Persentase tingkat intensitas serangan dapat disimpulkan bahwa kondisi 47 klon menunjukkan kemampuan tumbuh yang baik
dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Manager plantation Mr. Paul Clegg komunikasi lisan dalam
pembicaraannya tentang jenis klon eukaliptus yang dibudidayakan dengan
0,5 1
1,5 2
2,5 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041424344454647 Klon
I n
t e
n s
i t
a s
s e
r a
n g
a n
STAND ECT79 AEK NAULI
Intensitas Serangan
Keterangan : = Imun
= Resisten
Universitas Sumatera Utara
menyilangkan kemampuan unggul dari tiap klon eukaliptus, sehingga menghasilkan klon eukaliptus yang teruji. Pada tingkat luas serangan
menunjukkan ada 17 gejala serangan penyakit berbeda pada tiap klon, gejala serangan paling tinggi luas serangannya adalah gejala serangan berupa bercak
berwarna ungu tua dengan total persentase 22, dengan luas serangan 0,156 jenis klon yang paling tinggi tingkat luas serangannya adalah klon Eucalyptus
grandis dan klon Eucalyptus urophylla. Dengan mengetahui tingkat intensitas serangan dan luas serangan yang
rendah, dapat kita ketahui bahwa ketahanan mekanis dari klon-klon eukaliptus terhadap gejala serangan penyakit symptomp sangat tinggi. Menurut Semangun
2003, bahwa tumbuhan mempunyai ketahanan mekanis pasif memiliki struktur- struktur morfologi yang menyebabkannya sukar diinfeksi oleh patogen, sedangkan
ketahanan mekanis aktif tumbuhan merupakan hasil sifat-sifat fisika dan kimia tumbuhan yang membatasi perkembangan patogen. Seperti yang diungkapkan
langsung oleh Jonggi komunikasi lisan klon eukaliptus yang dikembangkan di ECT79 stand Aek Nauli merupakan klon dari tanaman eukaliptus yang dipilih
tahan terhadap penyakit serta dapat tumbuh dengan cepat dan baik, hal ini terbukti dengan pengamatan langsung dilapangan.
Gambar 14. Persentase grafik reaksi tanaman eukaliptus Stand Aek nauli ECT79
98 2
Reaksi tanaman
Sehatimun Resisten
Universitas Sumatera Utara
Tiap-tiap klon yang dikembangkan di ECT79 ini mempunyai kekebalan terhadap serangan penyakit dari lingkungan tempat tumbuhnya. 21 klon
eukaliptus dari seluruh plot dinyatakan sehat dengan tanda-tanda tidak ada gejala penyakit yang terdapat pada daun eukaliptus. Hal ini merupakan nilai yang cukup
baik bagi tanaman yang sedang bertumbuh lanjut di ruang tumbuh tanaman yang homogen seperti pada hutan tanaman industri ini. Reaksi tanaman yang
dinyatakan bersifat imun sebanyak 77. Pada reaksi tanaman yang dinyatakan bersifat resisten sebanyak 2. Kemampuan adaptasi jenis klon eukaliptus sudah
terbukti baik, karena mampu beradaptasi pada habitatnya di ECT stand Aek Nauli. Pada pengamatan langsung di lapangan ada sebanyak 17 gejala serangan
berbeda yang menyerang klon-klon eukaliptus di ECT79 stand Aek Nauli. Karakterisasi patogen di lapangan menunjukkan cukup banyak gejala serangan
penyakit berbeda-beda, namun gejala serangan yang paling mendominasi berupa bercak ungu tua, bintik ungu tua dan bercak berwarna coklat muda
kemerahgelapan, gejala serangan penyakit yang paling sedikit berupa hawar daun pada pinggiran daun berwarna merah hati dan bintik berwarna kuning muda
kemerahtuaan pada pinggiran daun. Dari perhitungan luas serangan yang dilakukan diperoleh luas serangan paling tinggi adalah sebesar 0,156 dengan
serangan spesies menunjukkan gejala penyakit sypmtomps daun dipenuhi dengan bercak berwarna ungu tua Lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 15. Grafik persentase luas serangan pada klon-klon eukaliptus di line plot ECT79 Sektor Aek Nauli.
Dengan penyajian data grafik berikut diketahui luas serangan gejala ke-6 adalah luas serangan paling besar dengan nilai persentase 22, dengan gejala
serangan penyakit daun berwarna ungu tua, sedangkan gejala serangan terbesar kedua adalah gejala ke-13 dengan nilai persentase 21, gejala serangan penyakit
daun bintik-bintik berwarna ungu tua. Gejala serangan terkecil persentase luas serangannya sebesar 0 yang menunjukkan 3 gejala serangan berbeda yaitu
berturut-turut ditandai dengan gejala serangan penyakit berikut hawar daun pada pinggiran daun berwarna merah hati, bintik berwarna hitam kekuningmudaan,
bintik berwarna kuning muda kemerahtuaan pada pinggiran daun.
1 6 2 6
3 0 4 5
5 4
6 22
7 2 8 3
9 11 10 0
11 5 12 5
13 21 14 3
15 2 16
5 17 0
Luas Serangan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17
Gejala ke-
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pengamatan gejala penyakit daun pada klon eukaliptus pada ECT79 stand Aek Nauli terdapat 17 jenis gejala penyakit daun yang berbeda. Intensitas
serangan penyakit menunjukkan 46 klon eukaliptus imun, 1 klon resisten. Reaksi tanaman imun 79 dan resisten 21. Luas serangan penyakit paling besar berupa
gejala serangan bercak berwarna ungu tua sebesar 22. Fungi patogen yang menyerang klon tanaman eukaliptus pada ECT79 stand Aek Nauli yang telah
diamati ciri makroskopik dan mikroskopiknya diperoleh adalah Cryptosporiopsis spp., Cladosporium spp., Teratosphaeria spp. Cylindrocladium spp., dan
Phaeophleospora spp.
Saran
Penelitian sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan pengujian virulensi untuk mengetahui derajat kemampuan patogen dalam menyebabkan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, N. G. 2005. Plant Pathology- Fifth Edition. Departemen of Plant
Pathology. University of Florida. United States of America. Akin, M. H. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.
Crous, P.W. 2009. Taxonomy and Phylogeny of the Genus Mycosphaerella and
Its Anamorphs. Fungal Biodiversity Centre, Netherlands. Crous, P.W. and A. Peerally, 1996. Gliocladiopsis Irregularis sp. Nov. and Notes
on Cylindrocladium spathiphylli. Mycotaxon Vol LVIIIII, pp.119-128. Department of Plant Pathology. University of Stellenbosch, South Africa.
Departemen Kehutanan, 1994. Eucalyptus. Pedoman Teknis Penanaman Jenis- jenis Kayu Komersial. Badan Litbang Departemen Kehutanan.
http:www.indonesiaforest.comtanaman_andalaneucalyptus.PDF [9 Maret 2009]
Djafaruddin. 2001. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Hatcher, G. 2008. Plant Pathology . Cornell University.
http:ppathw3.cals.cornell.eduglossaryGlossary.htm Khaeruddin, 1999. Pembibitan Tanaman Hutan Tanaman Industri HTI. Cetakan
kedua. Penebar Swadaya. Jakarta. Laksono, B dan Mashudi. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih
Eucalyptus pellita. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Latifah, S. 2004. Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri.
http:www.libraryusu.ac.id . [7 Maret 2009]
Matnawy, H. 1998. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Nair, K. S. S. 2000. Insects Pest and Diseases in Indonesian Forest an Assessment
of the Major Threats, Research Efforte and Literature. Center for International Forestry Research CIFOR. Bogor.
Old, M.K., Wingfield, J.M and Z.Q. Yuan, 2003. A Manual of Diseases of Eucalypts in South-East Asia. Center for International Forestry Research
CIFOR, Bogor.
Universitas Sumatera Utara
Peternel, R., C. Josip and H. Ivana , 2004. Atmospheric Concetrations of Cladosporium spp. and Alternaria spp. Spores in Zagreb Croatia and
Effects of Some Meteorological Factors. Zagreb Institute of Public Health. Croatia.
Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: Gejala, Penyebab dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.
Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU-Press. Medan. Satrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional. Surabaya.
Semangun, H. 2003. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Silalahi, N.R., 2008. Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman
Eucalyptus spp. Studi Kasus Di Pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea Sumatera Utara. Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera
Utara.
Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta. Siregar, E. B. M. 2005. Perlindungan Hutan Bagian Penyakit Pohon. Buku Ajar
Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan Tainter, F.H and F.A. Baker, 1996. Principles of Forestry Pathology. John Wiley
and Sons, Inc. New York. Taylor, J.E. and P. W. Crous. Phaeophleospora faureae comb. nov. Associated
with Leaf Spots on Faurea saligna Proteaceae, with a Key to the Species of Phaeophleospora. Department of Plant Pathology, University
of Stellenbosch, South Africa.
Widarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Widyastuti, S.M, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada Univertsity- Press. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Prosedur Pembuatan PDA Potatoe Dextose Agar
Bahan-bahan Potongan kentang 200 gram, Dextose 10 gram, Agar 15 gram, Akuades 1000
Kentang di rebus hingga l
k Di
saring Diperoleh Esktrak
cairan kentang Dipanaskan hingga mendidih
Ditambahkan Dextrose dan Agar
Dimasukkan ke Erlenmeyer Erlenmeyer ditutup dengan
alumunium foil dan plastik perekat Disterilkan di dalam
Autoclave selama 15 menit Potatoe Dextrose Agar siap untuk
digunakan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar Fungi dalam media PDA
Gambar 10. Fungi dari daun klon 18800 Gambar 11. Fungi dari sampel daun Eucalyptus urophylla. klon 19358 Eucalyptus
Grandis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12. Fungi dari sampel daun klon Gambar 13. Fungi dari sampel daun 19182 Eucalyptus pellita. klon 18452 Eucalyptus
urophylla
Universitas Sumatera Utara
Gambar 14. Fungi dari sampel daun klon Gambar 15. Fungi dari sampel daun 19111 IND 1. Klon 18800 Eucalyptus
urophylla.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16. Fungi dari sampel daun klon Gambar 17. Fungi dari sampel daun
18791 Eucalyptus urophylla x klon 19475 Eucalyptus braciana. Grandis x pellita.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 18. Fungi dari sampel daun klon Gambar 19. Fungi dari sampel daun klon
19179 Eucalyptus pellita. 18413 Eucalyptus urophylla
Universitas Sumatera Utara
Gambar 20. Fungi dari sampel daun klon Gambar 21. Fungi dari sampel daun 19358 Eucalyptus grandis. klon 19372 Eucalyptus
grandis.
Gambar 22. Fungi dari sampel daun
klon 18791
Universitas Sumatera Utara
Eucalyptus urophylla
x braciana.
A B
C D
Gambar 23. Klon 19480 Eucalyptus urophylla x alba A. Klon 19297 Eucalyptus grandis x
pellita B. Klon 19047 Eucalyptus grandis x urophylla C, klon 18413
Eucalyptus urophylla D
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Daftar Kategori Serangan Pada ECT79 Stand Aek Nauli Skala
Jumlah daun Terserang Total Daun di
amati
1 3-4.; 2 1.;3 4. 1 39. ; 2 3.; 3 26.
350 1 4.; 2 4.
1 74. ; 2 14 380
1 4.; 2 2. 1 268.; 2 12
335 1 4.
1 82. 160
1 1.; 2 4. 1 7. ; 2 211
300 1 3-4.; 2 4.
1 229.; 2 41 370
1 2-3.; 2 2. 1. 60.; 2 35
290 1 3-4.; 2 2-3.; 3 2.
1 67.; 2 57.; 3 25 285
1 1-2.; 2 4. 1 10.; 2 350
900 1 4.; 2 2.
1 45.; 2 50 700
1 4.; 2 4.; 3 4. 1 430.; 2 8.; 3 45
700 SEHAT
SEHAT SEHAT
1 3.; 2 3. 1 70.; 2 25
315 SEHAT
SEHAT SEHAT
1 2.; 2 3. ; 3 2. 1 80.; 2 20.; 3 50.
475 1 3
1 150. 400
1 2 1 50.
300 1 4.
1 130. 460
1 4. 1 50
50 1 3.
1 100. 810
1 4. 1 60.; 2 20
280 1 4.; 2 4.
1 38 380
1 4. 1 75.
360 1 3-4.; 2 1.; 3 4.
1 126.; 2 8.; 3 32. 425
1 4. 1 28.
375 1 4.; 2 3.
1 135.; 2 23. 481
1 2. 1 24.
390 1 4.
1 95. 638
1 4. 1 113.
944 SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT 1. 3-4.; 2 4.
1 39.; 2 52 790
1 4. 1 128.
503 1 4.
1 113. 348
1 4. 170
403 SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT SEHAT
SEHAT 1 4.; 2 3.
1 50.; 2 31 907
SEHAT SEHAT
SEHAT 1 4.
1 120 354
Universitas Sumatera Utara
1 3. 1 29
690 SEHAT
SEHAT SEHAT
1 3. 1 77
185 1 3.
1 96 425
1 4. 1 51
166
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Data Intensitas Serangan Pada ECT79 Stand Aek Nauli
No. Plot Klon
Intensitas Serangan Reaksi Tanaman
1 18741 EU
0,187 Imun
2 19372 EG
0,231 Imun
3 19375 EG
2,417.00 Resisten
4 19075 EP
0,513 Imun
5 19480 UxAlba
0,709 Imun
6 19477 UxAlba
0,729 Imun
7 18894 GU
0,287 Imun
8 19358 EG
0,428 Imun
9 IND 47
0,394 Imun
10 18452 EU
0,1 Imun
11 18791 UB
0,69 Imun
12 19448 EU
SEHAT SEHAT
13 19364 EG
0,301 Imun
14 19483 UxAlba
SEHAT SEHAT
15 19366 EG
0,224 Imun
16 18485 EP
0,375 Imun
17 19047 GU
0,166 Imun
18 19234 UB
0,282 Imun
19 19179 EP
- Imun
20 19458 EU
0,123 Imun
21 18413 EU
0,267 Imun
22 E GRA
0,210 Imun
23 19461 EU
0,208 Imun
24 IND 1
0,376 Imun
25 19478 UxAlba
0,074 Imun
26 18800 Ux?
0,316 Imun
27 19204 EU
0,061 Imun
28 18896 GP
0,148 Imun
29 18874 GP
0,200 Imun
30 19255 EP
SEHAT SEHAT
31 19479 UxAlba
SEHAT SEHAT
32 19149 EU
0,115 Imun
33 19297 GP
0,254 Imun
34 19475 GP
0,324 Imun
35 19445 EP
0,173 Imun
36 19048 GU
SEHAT SEHAT
37 19363 EG
SEHAT SEHAT
38 19365 EG
SEHAT SEHAT
39 19476 UxAlba
SEHAT SEHAT
40 19369 EG
0,080 Imun
Universitas Sumatera Utara
41 19468 EU
SEHAT SEHAT
42 19395 Ux?
0,338 Imun
43 19193 EU
0,042 Imun
44 18475 EU
SEHAT SEHAT
45 19182 EP
0,416 Imun
46 19481 UxAlba
0,225 Imun
47 19482 UxAlba
0,307 Imun
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Data Luas Serangan Pada ECT79 Stand Aek Nauli
Gejala ke-
Symptomps gejala serangan Jlh tnmn
Luas Serangan
1 Bercak kecil berwarna merah
6 0,042
2 Bercak berwarna merah kecoklatan
6 0,042
3 Hawar daun pada pinggiran daun berwarna merah hati
1 0,0007
4 Bercak berwarna oranye kecoklatan
5 0,035
5 Bintik-bintik berwarna krem, bentuk daun menciut
abnormal 4
0,028 6
Bercak berwarna ungu tua 22
0,156 7
Bercak yang relatif besar berwarna merah bagian inti kuning
2 0,014
8 Bercak ungu kekuningan
3 0,021
9 Bercak berwarna coklat muda kemerahgelapan
11 0,078
10 Bintik berwarna hitam kekuningmudaan
1 0,0007
11 Bintik berwarna coklat kekuningan
5 0,035
12 Daun berwarna kuning seperti nekrosis
5 0,035
13 Bintik berwarna ungu
21 0,148
14 Bintik berwarna merah keunguan
3 0,021
15 Daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan
2 0,014
16 Bintik berwarna coklat kekuningan
5 0,035
17 Bintik berwarna kuning muda kemerahtuaan pada
pinggiran daun 1
0,0007
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Clone ECT79 Stand Aek Nauli
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Penghitungan Tingkat Intensitas Serangan Pada ECT79 Stand Aek Nauli
Σ n x v I = x 100
Z x N
Dengan Keterangan : I
= Intensitas serangan n
= Jumlah daun dari setiap kategori serangan v
= Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi nilai skala terbesar 4
Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi nilai
skala terbesar 4 N
= Jumlah daun tanaman yang diamati
1. PLOT 1 18741 EU