Tarif PPh Pasal 21 Final Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

dengan Penghasilan Suami Tambahan untuk Setiap Anggota Keluarga Sedarah Semenda dalam Garis Keturunan Lurus serta Anak Angkat yang Menjadi Tanggungan Sepenuhmya Maksimal 3 Orang Rp 2.025.000 Sumber : Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162PMK.011thn 2012 mengenai Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak 2013

10. Tarif PPh Pasal 21 Final

Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final. 10.1 Atas Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan tarif sebagai berikut : 10.1.1 Tarif PPh 21 atas Uang Pesangon 1. Atas jumlah penghasilan bruto sampai dengan Rp. 50.000.000 dikenakan tarif 0. 2. Atas jumlah penghasilan bruto diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp.100.000.000 dikenakan tarif 5. 3. Atas jumlah penghasilan bruto diatas RP. 100.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000 dikenakan tarif 15. 4. Atas jumlah penghasilan bruto diatas Rp. 500.000.000 dikenakan tarif 25. 10.2 Tarif PPh Pasal 21 atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua 1. Atas jumlah penghasilan netto sampai dengan Rp. 50.000.000 dikenakan tarif 0. 2. Atas jumlah penghasilan netto diatas Rp. 5.000.000 dikenakan tarif 5. 10.3 Penghasilan bersumber dari APBND yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNIPolri dan Pensiunannya dipotong PPh 21 yang bersifat Final atas penghasilan tidak teratur dengan ketentuan tarif sebagai berikut: 1. PNS Golongan IId kebawah dan Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya dipotong PPh Pasal 21 Final dengan tarif 0. 2. PNS Golongan III dan Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya dipotong PPh Pasal 21 Final dengan tarif 5. 3. Pejabat Negara, PNS Golongan IV dan Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya dipotong PPh Pasal 21 Final dengan tarif 15.

11. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan teratur bagi Pegawai Tetap a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur overtime dan pembayaran sejenisnya. b. Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, premi Jaminan Kematian JK dan premi jaminan Pemeliharaan Kecelakaan JPK yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaankerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai. c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, iuaran pensiun, iauran Jaminan hari Tua, iuran Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiunan yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Jamsostek. d. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12. e. Dalam hal seseorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetap mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengelikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa- masa sebelumnya dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 Form 1721 A1, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain. f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar Penghasilan neto setahun pada huruf a dan b diatas, dikurangi PTKP. g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasialn Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan tau ke kas Negara, yaitu sebesar : 1. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12, atau 2. Jumlah PPh Pasal 21 setahun setelah dikurangi dengan PPh yang terutang dan telah diperhitungkan pada pemberi kerja sebelumnya sesuai yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, dibagi dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja, atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

C. Contoh Kasus