3.2 Pada tahun 2013 jumlah penerimaan PPh Pasal 21 sebesar Rp 55.815.105.920 dari rencana pencapaian sebesar Rp 74.401.299.000 menunjukkan target tidak
tercapai sebesar Rp 18.586.193.080 atau 75. 3.3 Pada tahun 2014 jumlah penerimaan PPh Pasal 21 sebesar Rp 56.671.174.995dari
rencana pencapaian sebesar Rp 59.082.588.000 menunjukkan target tidak tercapai sebesar Rp 2.411.413.005 atau 95,9.
B. Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan salah satu sumber pendapatan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Dalam hal ini, Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 harus diperhatikan dalam perkembangannya, setidaknya harus terjadi peningkatan setiap tahunnya. Kantor Pelayanan Pajak melakukan berbagai
usaha agar terjadi peningkatan sehingga memaksimalkan penerimaannya. Berbagai upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:
1. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak
Merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lainnya, terutama dalam hubungannya dengan usaha penegakan Peraturan Perundang –
undangan Perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Pengawasan yang dilakukan tersebut antara lain :
a. Pengawasan terhadap pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan SPT Masa. Dalam hal ini setiap badan hukum wajib membayar dan
melaporkan pajak terutangnya. Apabila badan hukum mangkir dari kewajibannya dalam membayar pajak maka Direktorat Jenderal Pajak
akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak STP. b. Pengawasan terhadap Wajib Pajak yang melakukan kegiatantransaksi
namun tidak melaporkan kegiatan transaksinya dalam SPT Tahunan.
2. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak
a. Himbauan ini dilakukan karena adanya momentum tertentu yang akan datang misalnya Hari Raya Idul Fitri dimana Wajib Pajak menerima
Tunjangan Hari Raya THR dan akhir tahun dimana Wajib Pajak menerima bonus. THR dan bonus tersebut dipotong PPh Pasal 21.
b. Petugas Pajak mengirim himbauan kepada para pemotong pajak agar mendaftarkan subjek pajak yang telah mempunyai penghasilan diatas
PTKP sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21. Masalah ini biasanya terjadi ketika adanya perubahan struktur di sebuah perusahaan yakni adanya
karyawan baru di perusahaan tersebut. Dalam hal ini Pemotong Pajak dihimbau untuk mendaftarkan dan melaporkan karyawan baru tersebut
sebagai Wajib Pajak Yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21.
3. Melakukan Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak
Pemeriksaan pajak dapat merupakan instrumen untuk menentukan tingkat kepatuhan formal dan material yang tujuan utamanya adalah untuk
menguji dan meningkatkan tax compliance atau kepatuhan Wajib Pajak.
Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap berada pada koridor ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pemeriksaan dilakukan dalam rangka upaya untuk :
a. Memelihara agar proses dan pelaksanaan self assessment system dimana Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak terutangnya dapat berjalan secara efektif dan tetap berada pada jalurnya.
b. Menciptakan keadilan melalui penerapan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan secara konsisten, fair, dan konsekuen.
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Dalam pencapaian suatu tujuan terkadang terdapat hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan dari berbagai segi. Adapun kendala-kendala yang menghambat
dalam pencapaian tujuan tersebut adalah: 1. PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawai tetap langsung dipotong
oleh perusahaan. Namun pemotong pajak di perusahaan tersebut kurang memahami tentang tata cara perhitungan, pemotongan, dan pelaporan PPh
Pasal 21 pegawai tetap. 2. Kurangnya data untuk melakukan pengujian terhadap data Wajib Pajak. Maka
dari itu pihak Direktorat Jenderal Pajak melakukan kolaborasi dengan instansi lain seperti Kementerian Dalam Negeri, Bank Indonesia, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, dan lain-lain. Kolaborasi tersebut dilakukan dalam hal pertukaran data untuk mendukung basis data perpajakan yang lengkap dan
akurat. Kolaborasi yang dijalankan DJP ini semakin kuat dengan diterbitkannya PeraturanMenteri Keuangan dengan Nomor 16PMK.032013
tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan PPh Pasal 21 dan Cara Menanggulanginya