TINJAUAN PUSTAKA
S. litura
Lepidoptera: Noctuidae Biologi
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun kadang- kadang tersusun 2 lapis, berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok
masing-masing berisi 25 - 500 butir yang pada daun atau bagian tanaman lainnya Gambar 1. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu
tubuh bagian ujung ngengat betina Deptan, 2010. Setelah telur menetas, ulat tinggal untuk sementara waktu di tempat telur
diletakkan, kemudian beberapa hari setelah itu ulat berpencar. Stadium ulat terdiri atas enam instar dan berlangsung selama 13-17 hari Prayogo
et al.
, 2005.
Gambar 1 : telur
Spodoptera litura
Larva berkepompong dalam tanah atau pasir. Membentuk pupa tanpa rumah pupa kokon berwarna coklat kemerahan dan berkisar 1.6 cm Gambar 2. Lama stadium
larva 10 – 14 hari Erwin, 2000.
Lama stadia larva 17 - 26 hari, yang terdiri dari larva instar 1 antara 5 - 6 hari, instar 2 antara 3 - 5 hari, instar 3 antara 3 - 6 hari, instar 4 antara 2 - 4 hari, dan instar 5
antara 3 - 5 hari Cardona
et al.
, 2007 Lama stadia larva 17 - 26 hari, yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
larva instar 1 antara 5 - 6 hari, instar 2 antara 3 - 5 hari, instar 3 antara 3 - 6 hari, instar 4 antara 2 - 4 hari, dan instar 5 antara 3 - 5 hari Cardona
et al.
, 2007
Gambar 2 : larva
Spodoptera litura
Pupa berada di dalam tanah atau pasir. Pupa berbentuk oval memanjang dan berwarna cokelat mengkilat Gambar 3. Tubuh pupa memiliki panjang dan lebar antara
22,29 + 0,7 mm dan 7,51 + 0,36 mm. Lama stadia pupa 9-14 hari Cardona
et al.
, 2007 . Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa kokon
berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 - 60 hari lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari,
pupa 8 - 11 hari Marwoto dan Suharsono, 2008.
Gambar 3: Pupa
S. litura
Universitas Sumatera Utara
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam Gambar 4. Kemampuan terbang
ngengat pada malam hari mencapai 5 km Marwoto dan Suharsono, 2008
Gambar 4: Imago
S. litura
Gejala Serangan
Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan
tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun Tenrirawe dan Talanca, 2008.
Gambar 5: Gejala serangan
S. litura
Universitas Sumatera Utara
Jamur entomopatogen
Beauveria bassiana
Jamur
B. bassiana
dikenal sebagai penyakit
white muscardine
karena miselium dan konidium spora yang dihasilkan berwarna putih, bentuknya oval, dan tumbuh secara
zig zag pada konidiofornya Soetopo dan Indrayani, 2007.
Beauveria bassiana
menghasilkan racun toksin yang dapat mengakibatkan paralis secara agresif pada larva dan imago serangga. Beberapa jenis racun yang telah
berhasil diisolasi dari
B. bassiana
antara lain
beauvericine, beauverolide, isorolide
dan zat warna serta asam oksalat Mahr, 2003.
Karakteristik
B. Bassiana
Miselia jamur
B. Bassiana
bersekat dan berwarna putih, di dalam tubuh serangga yang terinfeksi terdiri atas banyak sel dengan diameter 4
��, sedang diluar tubuh serangga ukurannya lebih kecil dari 2
��Utomo dan Pardede, 1990 Jamur
entomopatogen
B. Bassiana
memproduksi beauvericin
yang mengakibatkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan inti sel serangga inang. Seperti
umumnya jamur,
B. bassiana
menginfeksi serangga inang melalui kontak fisik, yaitu dengan menempelkan konidia pada integumen. Perkecambahan konidia terjadi dalam 1-
2 hari kemudian dan menumbuhkan miselianya di dalam tubuh inang. Serangga yang terinfeksi biasanya akan berhenti makan sehingga menyebabkan imunitasnya menurun,
3-5 hari kemudian mati dengan ditandai adanya pertumbuhan konidia pada integumen Deciyanto dan Indrayani, 2009
Pada konidia
B. bassiana
akan tumbuh suatu tabung yang makin lama makin panjang mirip seuntai benang dan pada suatu waktu benang itu mulai bercabang.
Cabang-cabang yang timbul selalu akan tumbuh menjauhi hifa utama atau hifa yang pertama. Cabang-cabang tersebut akan saling bersentuhan. Pada titik sentuh akan terjadi
Universitas Sumatera Utara
lisis dinding sel anastomosis sehingga protoplasma akan mengalir ke semua sel hifa. Miselium yang terbentuk akan makin banyak dan membentuk suatu koloni Gandjar
dkk
, 2006.
Gambar 6. Konidia
Beauveria bassiana
Sumber : www.mycology.adelaide.edu.au...beauveria1.htm
Ciri-Ciri Serangga Yang Terinfeksi
B. bassiana
Toksin yang dihasilkan
B. bassiana
diantaranya beauverizin yang dapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan permeabilitas sel yang dapat
menghancurkan ion spesifik sehingga dapat menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi sel atau organel sel larva. Pada permukaan tubuh
serangga yang telah mati dan menjadi mumi muncul miselium yang berwarna putih, mula-mula hifa muncul pada permukaan tubuh yang lunak atau pada antar segmen. Ciri
khas serangga
hama mati
terinfeksi cendawan
B . bassiana
tampak hifa atau spora berwarna putih yang tumbuh dipermukaan kulit kutikulaWahyudi ,2002
Mekanisme Infeksi dan Penyebaran
B. bassiana
Terdapat empat tahap etiologi penyakit serangga yang disebabkan oleh jamur. Tahap pertama adalah inokulasi, yaitu kontak antara propagul jamur dengan tubuh
Universitas Sumatera Utara
serangga inang. Tahap kedua yaitu proses penempelan dan perkecambahan propagul jamur pada integumen serangga. Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi pada tubuh
serangga. Keempat adalah destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang kemudian beredar ke dalam hemolimf dan membentuk hifa sekunder untuk
menyerang jaringan lainnya Prayogo dan Suharsono, 2005.
B. bassiana
masuk ke tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora dan kutikula. Hifa fungi mengeluarkan
enzim kitinase, lipase, dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula seragga. Di dalam tubuh, hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh
darah. Disamping
itu,
B. Bassiana
juga menghasilkan
toksin seperti
beauverisin,beauverolit, bassianalit, isorolit, dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan, dan terhentinya peredearan darah serta merusak
saluran pencernaan , otot, sistem syaraf, dan pernafasan yang akhirnya meyebabkan kematian Mahr, 2003
Secara morfologis, semua konidia homogen dengan berbagai ukuran dari konidia tunggal sampai konidia yang bergerombol selain adanya kelompok hifa yang
menunjukkan tahapan perkembangan konidia pada kutikula serangga. Tanda adanya hifa yang menetrasi tubuh serangga banyak dijumpai pada bagian abdomen Suryadi
dan Kadir, 2007.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
S. litura