a. Observasi lapangan
Observasi lapangan bertujuan memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh dengan baik, baik dengan wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Beberapa alasan mengapa observasi perlu dilakukan dalam penelitian ini: 1.
Observasi didasarkan atas pengamatan langsung 2.
Observasi merupakan salah satu jalan terbaik untuk memastikan kepercayaan yang mungkin bias
3. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya 4.
Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data
5. Observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit. Observasi dilapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi
penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat.
b. Kuisioner dan Wawancara
Kuisioner hanya diajukan kepada responden yang terpilih. Responden dilakukan kepada masyarakat kawasan hutan Batang Toru bagian Tapanuli Utara
yang memanfaatkan aren yang berasal dari hutan. Masing-masing responden diberikan pertanyaan kuisioner yang sama sesuai keperluannya. Data yang
diharapkan dari kuisioner ini antara lain adalah identitas responden, keadaan umum daerah, sosial ekonomi masyarakat dan data pemanfaatan tanaman aren.
Data tersebut diperoleh melalui tindakan wawancara yang di berikan terhadap masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
c. Inventarisasi Tanaman Aren
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode petak sampling, dengan teknik jalur berpetak. Pengambilan data sampel aren dilakukan dengan
membuat jalur berpetak berukuran 20m x 20m yang mewakili pada setiap ketinggian yang ditentukan yaitu 3 buah ketinggian dan dilakukan sebanyak 5
jalur inventarisasi sehingga di dapatkan sebanyak 500 petak contoh pengamatan. Intensitas sampling untuk inventarisasi tanaman aren adalah 1 yang sudah
dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian. Luas Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara adalah 2000 Ha.
Menurut Inventarisasi Hutan Menyeluruh dan Berkala 2007 menyatakan bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling
yang lebih tinggi dari 0,5 yang telah dan sedang dilaksanakan dapat diterima
Gambar 3. Sistematik Jalur Plot Aren
20 m 20 m
950-1100 mdpl
2000 m 20 x20 m
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data Hasil Inventarisi Potensi Tanaman Aren
Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan metode systematic Sampling. Data tersebut akan di tabulasikan
dalam bentuk tabel, yang menghimpun data ketinggian, plot, jumlah pohon dan kerapatan. Untuk menentukan potensi kesediaan tegakan aren menggunakan
metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 900-1200 mdpl. Jumlah aren dihitung berdasarkan ketinggian yang disajikan
dalam tabel.
Tabel 1. Jumlah Pohon Aren Berdasarkan Ketinggian
Ketinggian Tempat Mdpl
Nomor Plot 20 x20m
Jumlah Tanaman
Ketinggian Kerapatan Indha
950-1000 1000-1050
1050-1100 Jumlah
1 2
3 1
2 3
1 2
3
Untuk menentukan rumus kerapatan K aren pada setiap plot dan ketinggian dapat dihitung dengan rumus :
K =
∑ individu suatu jenis Luas petak conto h
Universitas Sumatera Utara
Analisis Hasil Wawancara
Setelah dilakukan pengumpulan data wawancara, akan dilakukan analisis pendekatan kualitatif. Data hasil wawancara yang terdapat di dalam kuisioner
akan di analisis untuk mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap aren. Lampira:. Daftar Pertanyaan kuisioner untuk Wawancara Dengan Responden
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Inventarisasi Tanaman Aren
Berdasarkan hasil inventarisasi aren yang dilakukan di Hutan Batang Toru meliputi Desa Banuwaji I, Banuwaji IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten
Tapanuli, tanaman aren tidak ditemukan pada semua plot pengamatan. Dengan interval ketinggian yang berbeda dari hasil inventarisasi di 500 plot, ditemukan
sebanyak 229 plot pada ketinggian 950-1000 Mdpl, 245 plot pada ketinggian 1000-1050 Mdpl, dan 26 plot pada ketinggian 1050-1100 Mdpl. Penyebaran
tanaman aren di daerah tersebut dapat dilihat pada table dibawah.
Tabel 2: Inventarisasi Tanaman Aren pada berbagai ketinggian
No. Ketinggian
Tempat Mdpl Jumlah Aren
Jumlah Plot 20x20m
Kerapatan Indha
1 950-1000
139 229
15,17 2
1000-1050 213
245 21,73
3 1050-1100
13 26
12,5 Jumlah
365 500
18,25 Dari hasil analisis vegetasi tanaman aren yang dilakukan di hutan batang
toru, di peroleh 500 plot dengan ukuran 20 x20 meter dan tidak pada semua plot di temukan tanaman aren. Dengan demikian penyebaran tanaman aren di daerah
tersebut tidak merata, hal ini disebakan oleh pertumbuhan tanaman aren yang liar atau tidak sengaja di tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indonesia Power
2007 yang menyatakan bahwa hampir seluruh tanaman aren yang ada itu berasal dari pertumbuhannya yang liar tidak sengaja ditanam orang yang mengakibatkan
penyebaranya tidak merata. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa interval kelas ketinggian 950-1000 Mdpl ditemukan sebanyak139 tanaman aren, pada
ketinggian 1000-1050 Mdplditemukan 213 tanaman aren dan pada ketinggia 1050-1100 Mdpl ditemukan sebanyak 13 tanaman aren.
Universitas Sumatera Utara
Dari 500 plot yang di lakukan kegiatan inventarisasi ditemukan sebanyak 365 tanaman aren. Sehingga pada setiap kelas interval ketinggian tersebut dapat
dikatakan tanaman aren yang mampu bertumbuh dengan baik namun pertumbuhanya jarang dan tidak merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hatta
1993 yang menyatakan bahwa di Indonesia, tanman aren dapat tumbuh baik dan berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang
memuaskan.
Gambar 4: Peta Penyebaran Tanaman Aren
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan bahwa tanaman aren banyak ditemukan di daerah berlereng yang dekat dengan aliran air dan
memiliki kelembapan yang tinggi yang tumbuh secara individu, Sunanto 1993 mengatakan di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar di seluruh
wilayah nusantara khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab dan
Universitas Sumatera Utara
tumbuh secara individu maupun berkelompok dan di daerah tepian sungai yang merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan tanaman aren.
Kerapatan tanaman aren yang tumbuh pada daerah pengamatan yang memiliki nilai kerapatan yang cukup rendah yaitu 18 individu per hektar. Nilai
kerapatan tersebut setara dengan tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 24 x 24 meter.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat penyadap aren di daerah ini, pola penyebaran tanaman aren pada lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh
perilaku satwa. Musang Paradoxorus sp merupakan jenis satwa yang sangat berperan dalam penyebaran tanaman aren. Satwa merupakan satwa pemakan biji-
bijian yang beraktivitas di malam hari yang ahbitatnya berada di dahan-dahan pepohonan yang suka berpindah tempat, sehingga tanaman aren juga
pertumbuhanya tidak merata. Hal ini sesuai dengan perilaku satwa musang yang habitatnya berpindah-pindah ke semua tempat, maka tanaman aren juga mengikuti
habitat musang.
Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat
Petani aren adalah orang yang memanfaatkan pohon aren untuk diambil nira, buah,ijuk, serta daunya yang diolah menjadi lidi. Pemanfaatan tanaman aren
oleh masyarakat di Hutan Batang Toru Blok Barat meliputi Desa Banuwaji I, Banuwaji IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten Tapanuli, hampir
memanfaatkan semua bagian dari tanaman aren mulai dari daun, bunga, ijuk dan lain-lain. Namun yang paling banyak di manfaatkan oleh masyarakat ialah air nira
yang difermentasikan menjadi tuak. Sedangkan daun aren yang diolah menjadi sapu lidi tidak terlalu laku dipasaran sehingga pemanfaatan sapu lidi oleh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, tidak untuk diperjual belikkan. Ijuk dari tanaman aren yang digunakan sebagai atap rumah juga tidak
terlalu diminati oleh masyarakat dikarenakan masyarakat sudah lebih memilih atau memanfaatakan teknologi yg lebih maju. Dalam pemanfaatan atap dari ijuk
hanyalah ditemukan pada rumah-rumah tua saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto 1993 yang menyatakan bahwa semua bagian pohon aren dapat diambil
manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya.Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan bahwa mata
pencaharian sebagai petani aren ini hanya bersifat sampingan, umumnya mata pencaharian pokok masyarakat Hutan Batang Toru Blok Barat adalah bertani.
Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat di kawasan hutan Batang toru dapat dilihat pada tabel nerikut.
Tabel 3: Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat di kawasan hutan Batang toru
No Bagian Tanaman
Aren Kegunaan
Pemanfataan Oleh Masyarakat
1 Daun
Janur Kuning Dimanfaatkan
2 Lidi
Sapu Lidi Kurang Dimanfaatkan
3 Bunga Jantan
Nira, Tuak Dimanfaatkan
4 Bunga Betina
Kolang-kaling Dimanfaatkan
5 Ijuk
Sapu Ijuk, Atap Rumah
Kurang Dimanfaatkan Berdasarkan wawancara dengan para responden, pemanfaatan tanaman
aren di daerah ini tidak terlalu di minati oleh masyarakat setempat dimana pemanfaatan aren hanya di lakukan oleh orang-orang tertentu saja. Hal tersebut
disebabkan oleh kwalitas dari hasil tanaman aren di daerah tersebut tidak baik terutama air nira. Kurangnya kualitas air nira yang di peroleh dari tanaman aren
ini di sebabkan oleh tempat tumbuh aren yang terlalu tinggi dimana ketinggian tempat dapat mempengaruhi kwalitas air nira yang dihasilkan aren tersebut. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini sesuai dengan pernyataan Hatta 1993 yang menyatakan bahwa di Indonesia, tanman aren dapat tumbuh baik dan berproduksi pada daerah yang tanahnya subur
pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun
produksi buahnya kurang memuaskan. Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa kegiatan menyadap nira
aren hanya dilakukan oleh kaum lelaki, karena untuk melalukan kegiatan nyadap ini diperlukan keahlian dan keberanian. Yang dimaksud keahlian disini adalah
keahlian untuk memanjat pohon aren dengan menggunakan sigai atau tangga dari bambu dan keberanian untuk bertahan cukup lama di atas pohon aren yang tinggi.
Sedangkan untukpembuatan kolang-kaling, sapu ijuk, dan sapu lidi, umumnya dilakukan baik oleh kaum lelaki maupun perempuan.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, menyatakan bahwa bahwa sebagian besar petani aren ini sudah berusia cukup tua. Hal ini disebabkan oleh
kuatnya tradisi dalam proses penyadapan aren yang sifatnya turun temurun, sehingga tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan sebagai petani aren
karena diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang matang. Sebagian besar pohon aren yang dimiliki para petani aren di Hutan Batang
Toru Blok Barat tumbuh secara liar di kebun, oleh karena itu pertumbuhannya menjadi tidak merata namun dari tahun ke tahun pertumbuhanya selalu
berkesenambungan atau tidak pernah habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarni 2003 yang menyatakanaren merupakan salah satu sumber daya alam di
daerah tropis, distribusinya tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat sebagai sumber daya yang
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan.. Pohon aren yang dikelola oleh setiap petani berkisar antara 1- 7 pohon dalam keadaan sedang disadap. Dalam pengelolaannya, umumnya
dilakukan oleh pemilik pohon aren itu sendiri tetapi ada juga petani aren yang mempekerjakannya pada orang lain dengan sistem bagi hasil
Gambar 5: Bagan pemanfaatan Tanaman Aren di Hutan Batang Toru
1. Buah Tanaman Aren
Bagian dari aren yang di manfaatkan oleh masyarakat di Hutan Batang Toru adalah buah tanaman aren dimana buah tanaman aren dapat di jadikan
sebagai bahan makanan yang dikenal dengan sebutan kolang kaling dan juga pengambilan air nira yang diproduksi menjadi tuak. Indonesia Power 2007
menyatakan bahwa hasil produksi aren juga dapat dimanfaatkan, misalnya: buah
AREN
Daun Bunga
Sapu lidi Jantan
Betina
Nira Kolang-kaling
Tuak Atap
RUMAH TANGGA
PASAR
Ijuk
Universitas Sumatera Utara
aren muda untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan makanan, air nira untuk bahan pembuat gula merah dan cuka. Berdasarkan
penjelasan masyarakat penyadap aren,bagian buah tanaman aren terdiri dari buah jantan dan buah betina, perbedaan buah jantan dan buah betina dapat di lihat
ketika buah tersebut masih dalam keadaan bunga. Bunga jantan pada tanaman aren dengan ciri bunga berwarna hijau kemerahan sedangkan bunga betina
mempunyai ciri bunga berwarna hijau keputihan. Bunga jantan yang disebut masyarakat lokal sebagai Arirang dan bunga betina yang disebut masyarakat lokal
Halto. Tetapi yang berproduksi menghasilkan air nira adalah bunga jantan, sedangkan bunga betina tidak menghasilkan air nira melainkan akan mrnghasilkan
buah yang akan di produksi nantinya yang diolah menjadi kolang-kaling.
Gambar 6: Bunga Jantan dan Bunga BetinaTanaman Aren