Unit-Unit Pengolahan Air TINJAUAN PUSTAKA

2. Intake Pemasukan Air Baku Intake berfungsi untuk pengambilanpenyadapan air baku. Bangunan ini merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen saringan kasar berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen saringan halus, berfungsi untuk mencegah masuknyah kotoran- kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air sluice gate dan penggerak elektromotor. Pemerikksaan maupun pembersih saringan dilakukan secara periodic untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk Gani, 2006. 3. Raw Water Tank RWT atau Tangki Air Baku Raw Water Tank bak pengendap merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit 4 sel. Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, dua buah outlate gate, sluice gate dan pintu bilas 2 buah Gani, 2006. Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan pertikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi pengendapan. Di Instalasi Pengolahan Air IPA Sunggal volume air baku pada 2 RWT memiliki ± 1.400 m 3 . Waktu pengendapan untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar meghasilkan air baku dengan turbidity yang lebih rendah Gani, 2006. 4. Raw Water Pump RWP atau Pompa Air Baku Raw Water Pump Pompa Air Baku berfungsi untuk memompa air dari RWT ke cleator. RWT ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 1detik dengan rata-rata 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump RWP dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut alga juga menghilangkan polutan-polutan lainnya Gani, 2006. 5. Clearator atau Clarifier Proses Penjernihan Air Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 1detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent hasil olahan. Hasil clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis Gani, 2006. Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut: 1. Primary Reaction Zone 2. Secondary Reaction Zone 3. Return Reaction Zone 4. Clarification Reaction Zone 5. Concentrator 6. Filter Penyaringan Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan lolos dari clearator. Filter yang dipakai dengan pengolahan air di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan surface filter. Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, mengunakan jenis saringan cepat rapid sand filter berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter Gani, 2006. Dimensi tiap filter yaitu lebar 4,00 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta tebal media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut: 1. Pasir kwarsa, diameter 0,50 mm - 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm 3. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 6. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan clogging media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu buah filter adalah 200-300 m dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan Gani, 2006. 7. Reservoir Tempat Menampung Air Bersih Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum air olahan setelah melewati media filter. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir R1 dan R2 dengan kapasitas total 12.000 m 3 . Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air Gani, 2006. 8. Finish Water Pump FWP atau Pemompa Air Akhir Finish Water Pump FWP Inslasi Pengolahan Air IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa tansmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 ldetik Gani, 2006. 9. Sludge Lagoon Empang Lumpur Air buangan limbah cair dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m 3 Gani, 2006. 10. Monitoring System Sistem Pengawasan Metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku Gani, 2006.

2.5 Syarat–syarat Air Minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum PAM di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum Ryadi, 1984. Menurut Sutrisno 2004, dari segi kualitas air minum harus memenuhi: 1. Syarat Fisik - Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak boleh berbau - Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk ± 25 ° C - Air harus jernih 2. Syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. 3. Syarat Bakteriologik Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit patogen sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah: - Bakteri Thysum - Vibrio colerae - Bakteri Dysentriae - Entamoeba hytolotica - Bakteri Enteritis penyakit perut Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi berhubungan dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. Menurut Gabriel 2001, syarat air minum Standar Internasional ditunjukkan dalam tabel 2.5: