Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009

(1)

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TENTANG

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DI RSU KABANJAHE KAB. KARO TAHUN 2009

LENNY LESTRYANI Br. BANCIN NIM : 085102001

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Pernyataan

Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009


(3)

Judul : Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009 Nama : Lenny Lestryani Br Bancin

NIM : 085102001

Program Studi : D IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

……… ...Penguji I (Diah Lestari Nasution, SST., M.Keb) (dr. Zulkifli, MSi)

...Penguji II

(dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK)

...Penguji III (Diah Lestari Nasution, SST., M.Keb)

Program D – IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai bagian dari prasyarat kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan untuk D – IV Bidan Pendidik

……… ………

(Nur Asnah Sihotang, S.Kep, M.Kep) (dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK) NIP. 132 299 794 NIP. 130 810 201

Koordinator Karya Ketua Pelaksana


(4)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Lenny Lestryani Br Bancin

Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009

Abstrak

Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan manajemen kebidanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan banyak sampel 30 orang, metode pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai bulan Februari 2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas sikap responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 28 orang (93,33%). Mayoritas tindakan responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 25 orang (83,33%). Dari hasil penelitian ini diharapkan para bidan sebagai pemberi asuhan untuk melakukan pemeriksaan dan pendokumentasian asuhan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Diharapkan kepada pimpinan RS agar mengadakan pelatihan-pelatihan kepada bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal agar kualitas pelayanan dan pendokumentasian asuhan terus meningkat lebih baik, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal.

Kata kunci : Sikap, Tindakan, Bidan, Manajemen asuhan kebidanan antenatal Daftar pustaka : 20 (1998-2008)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009 “.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan di Fakultas Kedokteran Jurusan D-IV Bidan Pendidik FK USU.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan yang berharga ini penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik FK USU. 2. Prof. Dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(k), selaku Ketua Departemen Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK, selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Nur Asnah , S.Kep. Ns,.M.Kep, selaku koordinator Mata Kuliah Metodologi Penelitian Karya Tulis Ilmiah.

5. Diah Lestari Nasution, SST., M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

6. Dr. Suara Ginting, Sp.PD, selaku direktur Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kab. Karo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Kabanjahe.

7. Orang tuaku yang sangat kusayangi Bapak W. Bancin (+) dan Ibu R br Siboro beserta saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan dukungan baik berupa moril dan materil serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kepada teman-teman D-IV Bidan Pendidik yang telah banyak menbantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada seluruh orang-orang yang saya cintai yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kasih dan Anugerah-Nya atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Juni 2009

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka A. Sikap ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Unsur/komponen sikap ... 6

3. Berbagai kategori sikap ... 8

4. Cara pembentukan sikap ... 9

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap ... 10

6. Pengukuran sikap ... 10

7. Pengukuran sikap model likert ... 11

B. Tindakan ... 12

1. Pengertian ... 12

2. Tingkatan tindakan ... 12

3. Pengukuran tindakan ... 13

C. Pengertian bidan ... 13

D. Manajemen kebidanan ... 15

1. Pengertian Manajemen Kebidanan ... 15

2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan ... 15

E. Asuhan antenatal ... 19


(8)

2. Tujuan Asuhan Antenatal ... 19

3. Kebijakan Program Pemerintah ... 20

BAB III Kerangka Konsep dan Defenisi Operasional A. Kerangka Konsep ... 22

B. Defenisi Operasional ... 23

BAB IV Metodologi Penelitian A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 25

C. Lokasi dan waktu penelitian ... 25

1. Lokasi penelitian ... 25

2. Waktu penelitian ... 26

D. Pertimbangan etik ... 26

E. Instrumen penelitian ... 27

F. Validitas Instrumen ... 28

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 29

H. Rencana Analisis Data ... 30

1. Pengolahan data ... 30

2. Analisa data ... 30

BAB V Hasil Penelitian ... 31

BAB VI Pembahasan ... 34

BAB VII Kesimpulan dan Dasar A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 5.1. Karakteristik responden ... 31 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi sikap bidan tentang manajemen asuhan kebidanan

antenatal ... 32 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan


(10)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Lenny Lestryani Br Bancin

Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009

Abstrak

Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan manajemen kebidanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan banyak sampel 30 orang, metode pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai bulan Februari 2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas sikap responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 28 orang (93,33%). Mayoritas tindakan responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 25 orang (83,33%). Dari hasil penelitian ini diharapkan para bidan sebagai pemberi asuhan untuk melakukan pemeriksaan dan pendokumentasian asuhan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Diharapkan kepada pimpinan RS agar mengadakan pelatihan-pelatihan kepada bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal agar kualitas pelayanan dan pendokumentasian asuhan terus meningkat lebih baik, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal.

Kata kunci : Sikap, Tindakan, Bidan, Manajemen asuhan kebidanan antenatal Daftar pustaka : 20 (1998-2008)


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat. Profesi ini telah menduduki peran dan posisi bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. ( PP IBI, 2005).

Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Hal ini sesuai dengan surat keputusan menteri kesehatan tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, dalam SK tersebut diatur tentang pelayanan kesehatan yang wajib dilakukan oleh kabupaten dan dibuat target 2010. Adapun SPM yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan ibu hamil K4 (ibu hamil yang mendapat pelayanan kesehatan paling sedikit 4 kali dalam hamil) target 2010 : 95%. Cakupan pertolongan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, target 2010 : 90% ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk, target 2010 : 100%, cakupan kunjungan neonatus (pelayanan


(12)

kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari), target 2010 : 90%, cakupan kunjungan bayi (pelayanan kesehatan bagi bayi umur 1-12 bulan), target 2010 : 90%, cakupan BBLR yang ditangani target 2010 : 100%, cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah, target 2010:90%, cakupan peserta KB aktif target, 2010:70% (Dinkes Kab Karo,2007).

Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan pelayanan kesehatan utama yang diberikan kepada ibu, anak, keluarga,dan masyarakat. Setiap ibu hamil akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya (asuhan antenatal).(Salmah, 2006).

Asuhan dan konseling selama kehamilan kompetensi ke-3 adalah bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama hamil yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu (Permenkes, 2007). Di mana tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan. (Pusdiknakes, 2003).

Bidan sebagai pemberi asuhan harus mampu memegang prinsip pelaksanaan pelayanan kebidanan dengan pola pikir yang benar, asuhan yang benar dan pendokumentasian asuhan yang benar. Pola pikir yang benar adalah pola pikir yang


(13)

sistematis dan berdasarkan fakta. Bidan yang terlatih menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam tiap aspek kehidupannya juga dapat menerapkannya dalam memberikan asuhan. Pemberian asuhan yang dilakukan bidan juga berdasarkan langkah-langkah yang sistematis sesuai manajemen pada umumnya dimulai dari pengumpulan data sampai tindakan evaluasi. (Juliana, 2008).

Namun pada kenyataannya berdasarkan apa yang dilihat oleh peneliti selama ini masih banyak bidan yang belum mengimplementasikan manajemen asuhan kebidanan antenatal dalam memberikan pelayanan kebidanan salah satunya adalah di rumah sakit umum kabanjahe sewaktu peneliti menjadi siswa bidan.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka dirumuskan masalah bagaimanakah sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sikap bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009.


(14)

b. Untuk mengetahui tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan ilmu kebidanan khususnya manajemen asuhan kebidanan antenatal.

2. Peneliti

Sebagai pengalaman yang berharga dan dapat menambah pengetahuan penulis. 3. Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian dapat digunakan untuk bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya mengenai sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal.

4. Bidan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap 1. Pengertian

Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli lainnya.Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:

Thrustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbol, frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan ( Zuriah ,2003 ).

Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan (tendensy) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif maupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep .

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi


(16)

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau objek (Notoadmodjo, 2003).

Paul Massen, dkk., dan David Krech berpendapat sikap itu merupakan suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling (perasaan), dan action tendency (kecenderungan untuk bertindak)( Yusuf, 2006).

Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu ( Azwar, 2007).

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kondisi mental relatif menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak.

2. Unsur (Komponen) Sikap

Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu :

a) Komponen kognitif ( komponen perceptual ), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi


(17)

dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial.

b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapi. Adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Triadic Scheme)( Yusuf, 2006 ).


(18)

3. Berbagai Kategori Sikap

a) Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari :

1. Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

2. Sikap Negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu ( Zuriah, 2003 )

b) Menurut Azwar, sikap terdiri dari : a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.


(19)

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri ( Azwar, 2007 ).

4. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yakni ;

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

2) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3) Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

4) Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007 ).


(20)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

a) Faktor intern yaitu : faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita.

b) Faktor ekstern : yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu : 1.Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

2.Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut. 3.Sifat orang / kelompok yang mendukung sikap tersebut.

4.Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. 5.Situasi pada saat sikap dibentuk ( Purwanto, 1998 ).

6. Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu masalah atau hal yang diharapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survey ( misal Public Option Survey). Sedangkan secara langsung yang berstuktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti ( Arikunto, 2002 ).


(21)

7. Pengukuran Sikap Model Likert

Dalam skala Likert, item ada yang bersifat favorable (baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat unfavorable (tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama ( Machfoedz, 2007 ).

Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut :

Alternatif penilaian terhadap item yang positif terhadap masalah penelitian : Sangat setuju : 4

Setuju : 3

Tidak setuju : 2 Sangat tidak setuju : 1

Alternatif penilaian terhadap item yang negatif terhadap masalah peneliti : Sangat setuju : 1

Setuju : 2

Tidak setuju : 3 Sangat tidak setuju : 4 (Hidayat, 2007).

Corak khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh oleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya ( Zuriah, 2003 ).


(22)

B. Tindakan 1. Pengertian

Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

2. Tingkatan tindakan a. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin ( guided response )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

c. Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi ( adoption )

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007).


(23)

3. Pengukuran tindakan

Skala menunjuk pada sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Peneliti ingin mengungkapkan bagaimana seseorang mempunyai suatu kebiasaan, alternatif yang diajukan berupa frekuensi orang tersebut dalam melakukan suatu kegiatan. Gradasi frekuensi dibagi atas :

Selalu : 3

Sering : 2

Jarang : 1

Tidak pernah : 0 (Arikunto,2005).

C. Pengertian Bidan

Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian Bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan defenisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian Bidan adalah:

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan


(24)

masa pasca persalinan (postpartum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana, dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya. (PP IBI, 2005).

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan. (Permenkes, 2007).

Bidan adalah seorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program pendidikan kebidanan yang diakui negara. Program tersebut diselenggarakan dan telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang ditetapkan dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa didaftarkan dan secara hukum memperoleh ijin untuk melakukan praktek kebidanan. (Helen Varney, 2007).

Bidan menurut WHO adalah seorang yang telah diakui secara reguler dalam pendidikan diakui secara yuridis, ditempatkan dan mendapat kualifikasi, serta terdaftar di sektor dan memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan ( Salmah, 2006).

Demikian luas dan dalamnya profesi bidan maka dapat dikatakan bahwa bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku.


(25)

Jika melakukan praktek yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek. (PP IBI, 2005).

D. Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Permenkes, 2007).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien. (Juliana, 2008).

Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. (Soepardan, 2007).

2. Langkah Langkah Manajemen Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan yang dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa sesuai dengan kebutuhan klien.


(26)

Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney adalah sebagai berikut :

a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :

- Riwayat kesehatan

- Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhannya

- Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

- Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.

b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.

c. Langkah III (Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati


(27)

klien bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

d. Langkah IV (Evaluasi Kebutuhan Segera)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V (Perencanaan)

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.

f. Langkah VI (Pelaksanaan)

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.


(28)

g. Langkah VII (Evaluasi)

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi kebutuhan terhadap masalah yang diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.

Manajemen kebidanan tujuh langkah ini merupakan proses berpikir dalam pengambilan keputusan klinik. Ketika memberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan / dan ditetapkan dalam setiap situasi untuk pendokumentasian / pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP yaitu :

S : Subjektif data, menurut perspektif klien data ini diperoleh melalui auto anamnese atau allo anamnese

O : Objektif data yaitu hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medik yang lalu

A : Analisis / Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat diidentifikasi seperti:

1). Diagnosa / masalah

2). Antisipasi prognosa / masalah potensial

3). Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi dan rujukan (langkah II, III, IV).

P : Planning / perencanaan merupakan gambaran pendokumentasian dari Tindakan (implementasi) dan evaluasi rencana berdasarkan langkah V, VI, VII pada manajemen Varney.


(29)

Yang termasuk planning yaitu : 1) Asuhan mandiri oleh bidan 2) Kolaborasi

3) Tes diagnostik 4) Konseling 5) Follow up (PPKC, 2003).

E. Asuhan Antenatal

1. Pengertian Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba,1998).

2. Tujuan Asuhan Antenatal

Tujuan asuhan antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif


(30)

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Prawirohardjo, 2001).

3. Kebijakan Program Pemerintah Kebijakan program pemerintah

a. Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali selama kehamilan - Satu kali dalam triwulan pertama

- Satu kali dalam triwulan kedua - Dua kali dalam triwulan ketiga (Prawirohardjo, 2001).

b Standart kompetensi bidan, kompetensi ketiga yaitu bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu seperti :

- Pengetahuan dasar antara lain mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan

- Pengetahuan tambahan - Keterampilan dasar - Keterampilan tambahan


(31)

Pelayanan / Asuhan standart minimal termasuk 7T b. Timbang BB

c. Ukur tekanan darah d. Ukur tinggi fundus uteri e. Pemberian imunisasi TT f. Pemberian tablet zat besi

g. Tes terhadap penyakit menular seksual h. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Kebijakan pelayanan Asuhan Kehamilan

a. Mengupayakan kehamilan yang sehat

b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal, serta rujukan bila diperlukan

c. Penerapan persalinan yang bersih dan aman

d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan bila terjadi komplikasi


(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo adalah :

Sikap

Tindakan

Bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal


(33)

B. Defenisi Operasional

No Variabel

Defenisi Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1. Sikap bidan tentang manajemen asuhan kebidanan Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari bidan tentang manajemen asuhan kebidanan

Kuesioner Angket Baik

apabila responden mendapat skor 60-80 Cukup apabila responden mendapat skor 40-59 Kurang apabila responden mendapat skor 20-39 Ordinal 2 Tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan Tindakan adalah perbuatan nyata yang dilakukan

Kuesioner Angket Baik apabila responden mendapat skor 31-45


(34)

secara langsung

oleh bidan tentang

manajemen asuhan kebidanan

Cukup apabila responden mendapat skor 16-30 Kurang apabila responden mendapat skor 0-15


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif untuk mengetahui sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bekerja di RSU Kabanjahe Kab.Karo

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel sebanyak 30 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Kabanjahe Kab.Karo dimana rumah sakit ini merupakan salah satu tempat bidan dalam menerapkan manajemen asuhan kebidanan


(36)

antenatal, berdasarkan beberapa pertimbangan bahwa di RSU Kabanjahe sampel mencukupi dan belum pernah dilakukan penelitian tentang sikap dan tindakan bidan 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Februari 2009

D. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin dari ketua program DIV bidan pendidik fakultas kedokteran USU. Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur RSU Kabanjahe Kab.Karo, setelah permohonan izin diluluskan, kuesioner diberikan kepada sampel yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitian yang dilakukan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data serta dijelaskan juga bahwa partisipasi responden yang diteliti bersifat sukarela. Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dan peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Setelah responden memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani lembaran persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisian lembar kuesioner.

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembaran kuesioner tetapi menggunakan nomor kode masing-masing lembar kuesioner tersebut. Dalam hal ini hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.


(37)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat peneliti dengan mengacu pada teori dan kerangka konsep. Kuesioner yang dibuat berisikan tentang data demografi yang meliputi umur , pendidikan serta lama bekerja,.

Pertanyaan untuk sikap sebanyak 20 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pertanyaan no 1-10 merupakan pertanyaan positif (favorable) dan pertanyaan no 11-20 merupakan pertanyaan negatif (unfavorable). Untuk pertanyaan positif skor Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Untuk pertanyaan negatif (SS) = 1, (S) = 2, (TS) = 3, (STS) = 4. Total skor diperoleh nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 80. Jadi semakin tinggi skor semakin baik sikap bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal. Maka berdasarkan statistik dapat diukur nilainya berdasarkan rumus Sudjana (1992) dengan rumus P= Rentang

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 60 dan 3 kategori kelas dalam sikap yaitu baik, cukup dan kurang (Arikunto, 2005). Maka didapatkan panjang kelas atau P = 20 dan nilai terendah = 20 sebagai batas kelas bawah interval pertama. Maka sikap bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah sebagai berikut :

60 – 80 = Baik 40 – 59 = Cukup 20 – 39 = Kurang


(38)

Pertanyaan untuk tindakan sebanyak 15 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : Selalu, Sering, Jarang, Tidak pernah. Skor selalu = 3, sering = 2, jarang = 1, tidak pernah = 0. Total skor diperoleh nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 45. Semakin tinggi skor maka semakin baik tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal. Maka berdasarkan statistik dapat diukur nilainya berdasarkan rumus Sudjana (1992) dengan rumus

P= Rentang Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 45 dan 3 kategori kelas dalam tindakan yaitu baik, cukup dan kurang (Arikunto, 2005). Maka didapatkan panjang kelas atau P = 15 dan nilai terendah = 0 sebagai batas kelas bawah interval pertama. Maka tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah sebagai berikut :

31 – 45 = Baik 16 – 30 = Cukup 0 – 15 = Kurang

F. Validitas Instrumen

Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya hendak mengukur sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal maka pertanyaan itu benar-benar menanyakan mengenai sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal, jika


(39)

telah sesuai antara teori dengan pertanyaan yang ada pada kuesioner maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan mempunyai validitas isi yang tinggi. Dan dalam validitas isi ini, dilakukan konsultasi kepada yang lebih ahli dalam hal ini dilakukan konsultasi dengan Master Kebidanan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah :

1. Mendapat surat permohonan melakukan penelitian dari program DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Mengajukan permohonan izin kepada direktur RSU Kabanjahe Kab.Karo

3. Peneliti akan menjelaskan tentang tujuan dari penelitian yang dilakukan, serta menanyakan kepada calon responden apakah bersedia

4. Setelah calon responden bersedia, maka diminta untuk menandatangani lembaran persetujuan (informed consent) dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembaran kuesioner

5. Jika peneliti dibutuhkan oleh responden, maka peneliti akan mendampingi responden selama pengisian kuesioner

6. Peneliti mengambil kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden pada hari yang sama.


(40)

H. Rencana Analisis Data 1. Pengolahan Data

1. Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan, apakah jawaban sudah lengkap, bila terdapat kesalahan atau kekurangan maka dilakukan perbaikan. 2. Coding

Data yang diperoleh dari setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan petunjuk. 3. Tabulating

Untuk memperoleh analisis data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa univariat, dilakukan untuk mengetahui distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti. Analisa ini dilakukan dengan cara mentabulasi data, kemudian disusun dalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti dan dihitung.


(41)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pertanyaan mengenai sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo, kemudian disajikan dalam tabel persentase berikut ini:

Tabel 5.1 Karateristik responden

No Karateristik Keterangan Jumlah (orang) Persentase(%) 1 Umur 1. 20-30 tahun

2. 30-40 tahun 3. > 40 tahun

5 7 18 16,67 23,33 60 2 Pendidikan 1. DI

2. DIII

19 11

63,33 36.67 3 Lama bekerja 1. < 5 tahun

2. 5-10 tahun 3. > 10 tahun

6 4 20 20 13,33 66,67

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang terbanyak berumur >40 tahun sebanyak 18 orang (60%), dan responden berumur 20-30 tahun sebanyak 5 orang (16,67%). Latar belakang pendidikan responden yang terbanyak berpendidikan DI sebanyak 19 orang (63,33%), dan latar belakang pendidikan responden DIII sebanyak 11 orang (36,67%). Lama bekerja responden yang terbanyak adalah >10 tahun sebanyak 20


(42)

orang (66,67%), dan lama bekerja responden adalah 5-10 tahun sebanyak 4 orang (13,33%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

28 2 -

93,33 6,67

-

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang terbanyak sikap tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 28 orang (93,33%) dan sedikit sikap responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah cukup sebanyak 2 orang (6,67%).


(43)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

25 5 -

83,33 16,67

-

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang terbanyak tindakan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik sebanyak 25 orang (83,33%) dan sedikit tindakan responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah cukup sebanyak 5 orang (16,67%).


(44)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Data Demografi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang terbanyak responden tergolong pada usia madya yaitu > 40 tahun sebanyak 18 orang (60%), dan usia responden 20-30 tahun sebanyak 5 orang (16,7%).

Dari keseluruhan responden yang terbanyak latar belakang pendidikan adalah DI sebanyak 19 orang (63,3%) dan sisanya responden dengan latar belakang pendidikan DIII sebanyak 11 orang (36,7%)

Dari keseluruhan responden yang terbanyak lama bekerja adalah > 10 tahun sebanyak 20 orang (66,7%) dan lama bekerja responden 5-10 tahun sebanyak 4 orang (13,3%).

6.2. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian distribusi sikap responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal yang terbanyak memiliki sikap dengan kategori baik yaitu 28 orang (93,33%). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (


(45)

Notoadmodjo, 2003), hal ini menunjukan semakin baik sikap seseorang maka semakin baik juga tindakannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh yang terbanyak responden berumur > 40 tahun (usia madya) Hurlock (2001) menyatakan bahwa tingkat produktivitas orang usia madya masih sama bahkan meningkat dibanding dengan orang pada dewasa lanjut, pada masa usia madya ini adalah merupakan masa berprestasi dan pada masa usia madya ini terjadi penyesuaian diri terhadap perubahan keinginan dan sikap dimana perubahan sikap adalah kearah yang lebih baik dan hal ini terjadi sebagai akibat dari perubahan tugas, tanggung jawab dan peran dalam hidup.

Menurut asumsi penulis sebagian besar responden memiliki sikap dengan kategori baik hal ini berhubungan dengan lama bekerja responden yang terbanyak > 10 tahun, dengan semakin banyaknya pengalaman responden maka akan mempengaruhi sikap responden tersebut kearah yang lebih baik, karena semakin banyak pengalaman maka semakin banyak hal-hal yang dialami oleh seseorang, hal-hal tersebut otomatis membentuk sikap yang lebih baik dari sebelumnya.

Azwar (2007) menyatakan cara pembentukan sikap yaitu diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.


(46)

6.3. Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tindakan responden yang terbanyak dengan kategori baik sebanyak 25 orang (83,33%). Hal ini disebabkan karena yang terbanyak sikap responden adalah baik. Menurut Notoadmodjo (2007) sikap erat kaitannya dengan tindakan, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

Menurut Notoadmodjo (2007) terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses yakni proses belajar. Proses belajar dapat dilihat dari tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik sikap seseorang tersebut dan dengan semakin baiknya sikap maka akan terbentuk tindakan yang baik juga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh yang terbanyak tingkat pendidikan responden adalah DI kebidanan, menurut asumsi penulis tindakan yang baik tidak hanya dari tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi dapat juga disebabkan oleh pengalaman seseorang yang lama.

Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku / tindakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri salah satunya yaitu persepsi, dimana persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman.


(47)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009, yang terbanyak sikap responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal adalah baik yaitu sebanyak 28 orang (93,33%)

2. Tindakan responden tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo tahun 2009, yang terbanyak baik yaitu sebanyak 25 orang (83,33%)

7.2. Saran

1. Diharapkan para bidan sebagai pemberi asuhan untuk melakukan pemeriksaan dan pendokumentasian asuhan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. 2. Diharapkan kepada pimpinan RS agar mengadakan pelatihan-pelatihan kepada

bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal agar kualitas pelayanan dan pendokumentasian asuhan terus meningkat lebih baik

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut sikap dan tindakan bidan tentang manajemen asuhan kebidanan antenatal


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Buletin Malem Edisi Perdana . (2007). Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.

G.A, Madriwati . (2007). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta. EGC.

Hidayat, A. Azis Alimul . (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Ed. Ke-1. Jakarta. Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth . (2001). Psikologi perkembangan. Ed. Ke-5. Jakarta. Erlangga. Juliana, Erna . (2008). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Cetakan. Ke-1. Jakarta. EGC. Manik, M, dkk. (2008). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.

Menkes RI. (2007). SK Menteri RI 369 / Menkes / SK / III / 2007 Tentang Standart Profesi Bidan. Jakarta.

Notoadmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan. Ke-1. Jakarta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Ed-1. Jakarta. Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan. Ke-IV. Jakarta.

PPKC. (2003). Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta.


(49)

Pusdiknakes, WHO JHPIEGO. (2003). Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Salmah, dkk. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Cetakan. Ke-1. Jakarta. EGC. Soepardan, S. (2007). Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC.

Wiknjosastro, H. (2004). Ilmu Kebidanan. Jakarta. EGC.


(50)

INFORMED CONSENT

Perihal : Pemberian Informasi dan Persetujuan Lampiran : -

Dengan hormat,

Sehubungan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul “Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo Tahun 2009”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal di RSU Kabanjahe Kab. Karo.

Untuk terlaksananya penelitian ini saya mengharapkan kepada para ibu Bidan sebagai responden dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dengan jujur dan menjawab seluruh pertanyaan sesuai dengan pengetahuan bidan.

Informasi yang ibu-ibu bidan berikan akan dijaga kerahasiaannya. Penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Responden Kabanjahe, Februari 2009 Peneliti

( ) LENNY LESTRYANI BR BANCIN NIM : 085102001


(51)

KUESIONER

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DI RSU KABANJAHE KAB. KARO TAHUN 2008

Petunjuk Pengisian :

1. Responden diharapkan untuk memberikan tanda check list (√) pada kolom yang tersedia.

2. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu. 3. Semua pertanyaan hendaknya dijawab dengan sebenarnya.

A. Data Demografi

No. Responden :

Umur :

Pendidikan :

Lama bekerja :

B. Pertanyaan Sikap Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

Beri tanda Check list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda. Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju


(52)

No Pertanyaan SS S TS STS

1

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.

2

Asuhan yang diberikan kepada pasien harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis.

3

Pendokumentasian yang benar akan membantu bidan dalam pemecahan masalah secara sistematis.

4

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat dalam membuat keputusan klinik.

5

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul pada ibu.

6

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat perlindungan hukum bagi bidan.

7 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan anamnese.

8 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan fisik.

9 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kebidanan.


(53)

bidan turut serta dalam program menurunkan angka kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi.

11 Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting dan harus dibuat oleh bidan dalam setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien, akan tetapi hal ini akan menyita banyak waktu sehingga tidak perlu dilakukan.

12 Anamnese tidak begitu penting dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien.

13 Pengalaman bidan cukup untuk membuat manajemen kebidanan yang benar.

14 Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien, bidan cukup mengkomunikasikannya kepada ibu. 15 Pada saat menghadapi kegawat daruratan bidan cukup

mengkonsultasikannya dengan teman sejawat.

16 Asuhan kebidanan jauh lebih penting daripada dokumentasi kebidanan.

17 Setiap keputusan klinik yang diambil tidak perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan.

18 Setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien tidak perlu dilakukan evaluasi.

19 Tanpa pendokumentasian yang benar pun, bidan dapat melakukan pemecahan masalah secara sistematis.


(54)

20 Bidan cukup memberikan asuhan kebidanan karena pencatatan dan pelaporan tidak menjadi tanggung jawab bidan.


(55)

C. Pertanyaan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

Beri tanda (x ) pada jawaban yang dianggap paling benar dari pertanyaan – pertanyaan berikut :

No Pertanyaan Jawaban

1

Setiap memberikan asuhan kebidanan kepada pasien apakah anda melakukan pencatatan dan pelaporan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

2

Setiap melakukan pencatatan dan pelaporan bidan berdasar pada manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

3

Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah anda melakukan anamnese?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

4

Setiap pasien melakukan kunjungan antenatal, apakah anda melakukan pemeriksaan fisik?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

5

Setiap pasien melakukan kunjungan antenatal, apakah anda melakukan pemeriksaan

a. Selalu b. Sering


(56)

kebidanan? c. Jarang d. Tidak pernah

6

Pada pasien dengan perdarahan antepartum, tindakan anda adalah merujuk pasien ke dr obgyn.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

7

Setiap memberikan asuhan kebidanan kepada pasien apakah anda mengkomunikasikannya kepada ibu dan keluarga?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

8

Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah anda memberikan pendidikan kesehatan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

9

Apakah anda mengkaji apa yang menjadi masalah dan kebutuhan pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

10

Apakah anda mengkaji antisipasi masalah yang mungkin terjadi pada pasien antenatal pada saat memberikan asuhan kebidanan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah


(57)

11

Apakah anda mengevaluasi setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 12 Apabila masalah potensial benar terjadi,

tindakan anda sebagai bidan adalah merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 13 Apakah anda selalu memenuhi apa yang

menjadi kebutuhan pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 14 Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah

anda mengumpulkan data-data penunjang lain mengenai status kesehatan ibu?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 15 Apakah anda memberikan konseling kepada

pasien sesuai dengan masalah pasien.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah


(1)

No Pertanyaan SS S TS STS

1

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.

2

Asuhan yang diberikan kepada pasien harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis.

3

Pendokumentasian yang benar akan membantu bidan dalam pemecahan masalah secara sistematis.

4

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat dalam membuat keputusan klinik.

5

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul pada ibu.

6

Pencatatan dan pelaporan dapat menjadi salah satu alat perlindungan hukum bagi bidan.

7 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan anamnese.

8 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan fisik.

9 Setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kebidanan.


(2)

bidan turut serta dalam program menurunkan angka kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi.

11 Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting dan harus dibuat oleh bidan dalam setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien, akan tetapi hal ini akan menyita banyak waktu sehingga tidak perlu dilakukan.

12 Anamnese tidak begitu penting dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien.

13 Pengalaman bidan cukup untuk membuat manajemen kebidanan yang benar.

14 Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien, bidan cukup mengkomunikasikannya kepada ibu. 15 Pada saat menghadapi kegawat daruratan bidan cukup

mengkonsultasikannya dengan teman sejawat.

16 Asuhan kebidanan jauh lebih penting daripada dokumentasi kebidanan.

17 Setiap keputusan klinik yang diambil tidak perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan.

18 Setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien tidak perlu dilakukan evaluasi.


(3)

20 Bidan cukup memberikan asuhan kebidanan karena pencatatan dan pelaporan tidak menjadi tanggung jawab bidan.


(4)

C. Pertanyaan Tindakan Bidan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

Beri tanda (x ) pada jawaban yang dianggap paling benar dari pertanyaan – pertanyaan berikut :

No Pertanyaan Jawaban

1

Setiap memberikan asuhan kebidanan kepada pasien apakah anda melakukan pencatatan dan pelaporan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

2

Setiap melakukan pencatatan dan pelaporan bidan berdasar pada manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

3

Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah anda melakukan anamnese?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

4

Setiap pasien melakukan kunjungan antenatal, apakah anda melakukan pemeriksaan fisik?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

5


(5)

kebidanan? c. Jarang d. Tidak pernah

6

Pada pasien dengan perdarahan antepartum, tindakan anda adalah merujuk pasien ke dr obgyn.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

7

Setiap memberikan asuhan kebidanan kepada pasien apakah anda mengkomunikasikannya kepada ibu dan keluarga?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

8

Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah anda memberikan pendidikan kesehatan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

9

Apakah anda mengkaji apa yang menjadi masalah dan kebutuhan pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

10

Apakah anda mengkaji antisipasi masalah yang mungkin terjadi pada pasien antenatal pada saat memberikan asuhan kebidanan?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah


(6)

11

Apakah anda mengevaluasi setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 12 Apabila masalah potensial benar terjadi,

tindakan anda sebagai bidan adalah merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 13 Apakah anda selalu memenuhi apa yang

menjadi kebutuhan pasien?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 14 Setiap pasien kunjungan antenatal, apakah

anda mengumpulkan data-data penunjang lain mengenai status kesehatan ibu?

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 15 Apakah anda memberikan konseling kepada

pasien sesuai dengan masalah pasien.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah